"La kena marah nanti sama Ka Bagas kalau tau kita ke club," wajah Beca keliatan cemas. Mereka sudah duduk dipinggiran menikmati DJ memainkan music.
"Itung-itung nemenin Tina nge-dj, Bek. Makanya lo jangan ngadu sama Ka Bagas biar dia nggak tau," sahut Nayla santai.
"Iya Bek, santai aja dong!" Rangga sok asyik goyangin kepalanya.
"La gue stalking cewek Raka. Lo mau liat nggak? Mana tau lo kepo. Gue dapet dari Abel." Rangga menyodorkan Handphone-nya. Terpampang Instagram Jennifer Nataphon. Beca langsung menarik hape Rangga memperlihatkan pada Nayla.
"Bukan urusan gue juga." Nayla menjauhkan ponsel Rangga dengan tangannya.
"Ternyata dia model. Parah! Udah cakep, anak fakultas hukum, model lagi," tambah Rangga. Nayla mendekatkan wajahnya pada tangan Beca dan melirik foto Jenni.
&n
Rangga yang sudah dilarang keras untuk turun mau joget jadi duduk dengan anteng di samping Nayla dan Beca, sesekali Tina melambaikan tangan pada mereka.Tidak bisa dipungkiri Nayla terganggu dengan Instagram yang ditunjuk Rangga. Jennifer Nat... Entah apappun namanya. Demi apapun juga membuat Nayla membandingkan dirinya dengan gadis yang tak dikenal itu."Gue ke toilet bentar ya," ucap Nayla hendak pergi."Jangan lama-lama ya," pesan Beca.Nayla mengangguk sembari berjalan. Di toilet dia merapikan penampilan dan makeupnya. Melihat kaca ada dirinya. Dia tersenyum dan berpose di depan kaca. Layaknya seorang model."Gue juga bisa jadi model. Belum tau aja gue juga pernah ditawarin casting. Cast apa ya. Ah, lupa!" gumam Nayla seraya menarik tisu yang ada di dinding.Kini matanya menatap keras pada bagian dadanya. Seperti papan gilesan.Nayla menoleh kanan kiri lalu menyum
Raka melihat Reno yang masih sibuk di dekat Tina. "Kayanya nggak sempet Reno mau ngurusin kamu." Raka menarik tangan Nayla, tapi Nayla menghempaskan."Lo bukan siapa-siapa gue jadi nggak usah sok sibuk." Teriak Nayla kesal, beradu dengan suara dentum music.Kesabaran Raka hilang, cewek itu memang keras kepala. Namun, ada sesuatu yang membuat Nayla berbeda. Matanya memandang penampilan Nayla, sesuatu yang menarik mata Raka."Apaa lo liatin gue kayak gitu? Mata ya tolong dikondisikan. Nggak usah jelalatan kemana-mana. Gue aduin Bapa gue lo ya!" bentak Nayla merasa risih, lalu menutupi dadanya."Dih, siapa yang jelalatan. Nggak tertarik tauk gak?" Raka gugup. Nayla menatap kesal, dia menekan kedua bibirnya."Kamu nggak ikut aku pulang, sama aja nyusahin Tina. Mau sekolah tau Tina kerja ginian, mau nanggung resiko," kata Raka dengan nada mengancam.Nayla menatap tajam pada Rak
Keesokan harinya di sekolah. Ada yang berbeda dengan Nayla, cewek itu sangat fokus pada pelajarannya. Tidak biasanya. Nayla bukan tipe si kutu buku yang gila belajar. Seperti sekarang sehabis jam olahraga dia langsung ganti baju dan duduk di bangkunya menunggu pergantian pelajaran. Padahal biasanya dia akan mengulur waktu di kantin hingga rasa lelahnya hilang.Jam berikutnya pasti dia mengantuk, alasannya karena kelelahan habis pelajaran olahraga. Terkadang tidak segan-segan dia menjatuhkan kepalanya pada meja dengan mata sayu, padahal guru sedang menerangkan dipapan tulis.Tapi hari ini dia sangat semangat di sekolah."Nanti pulang sekolah kita ke mall yuk. Lagi ada promo di spora, tauk. Sekalian nonton." Beca menoleh pada Nayla, gadis itu tidak merespon sama sekali. Nayla fokus ke papan tulis. Tangannya mencoret buku.Saat Beca ingin melanjutkan bicara telapak tangan Nayla mengara
Jam istirahat seperti biasa batagor kantin Bi Ijah menjadi rebutan para murid, sebenernya banyak menu yang lain. Tapi disetiap meja yang didudukin para murid yang terlihat kebanyakan batagor. Batagor bi Ijah selalu jadi andalan."Kok lo bisa sih ngomongin Harry Potter? Lo baru nonton Harry Potter?" tanya Rangga sambil mengunyah batagornya."Udah deh nggak usah bahas lagi. Belum puas dari tadi kalian ketawain gue." Nayla mengaduk orange juice berulang kali dengan wajah menekuk."Untung Bu Niken, La. Coba kalau Bu Maya. Disuruh keliling lapangan lo," ucap Beca tertawa sambil menikmati batagornya."Lain kali makan obat, La. Biar kepala lo nggak oleng. Sadar nggak sih. Lo udah bikin semua ngakak. Stand-up comedy kali," cibir Rangga la
Raka mendatangi tempat nongkrong biasa dia berkumpul dengan kawan-kawannya terlihat beberapa orang sedang duduk termasuk Doni, Erga, dan Mike. Raka menghampiri Doni dengan wajah dinginnya alisnya naik ke atas."Don. Maksud lo apa kasih tau Jenni gue nganterin Nayla pulang,hm?" hardik Raka yang sudah ada di depan Doni."Sabar Rak, Jenni yang duluan datengin gue gara-gara liat mobil lo gue pakek," terang Mike yang mencoba menenangkan Raka.Semua saling lirik, terlihat wajah Raka yang menahan amarahnya.Doni menekuk wajahnya tak ingin ada perkelahian antara mereka."Ini bukan gara-gara Mike." Doni bersuara."Iya, gue tahu ini pasti ulah lo ka
Sebenarnya Jenni bukanlah orang yang sombong tapi entah mengapa dia kurang suka dengan Nayla, Beca, dan Tina."Mereka sahabat gue. Gakpapa ngomong aja!" Nayla melihat tujuan mata Jenni pada kedua sahabatnya."Menurut gue sih antara kita dua aja, tapi kalau lo-nya oke. Yaudah gue to the point aja," senyum Jenni datar. Nayla mengangguk pelan.Beca menerka-nerka apa yang sedang terjadi antara mereka. Masih belum mengerti apa maksud tujuan Jenni mencari Nayla sampai ke sekolah."La, mungkin kalian berdua butuh ruang. Gue sama Beca nunggu lo di depan aja ya," kata Tina membawa paksa Beca yang tidak mau meninggalkan Nayla."La ...Bilang kalau ada apa-apa. Kita dua nggak jauh-jauh kok." Beca berjalan mengikuti Tina yang sudah menarik tangannya. Nayla mengangguk pada Beca, tidak ada sedikitpun Nayla merasa terancam ataupun takut pada Jennifer.
"Gue nggak pernah merasa terancam dengan mantan-mantan Raka. Termasuk lo! Gue cuma nggak mau lo masih bergantung dengan cowok orang. Lain kali kalau nggak ada yang anterin lo, pake gojek. Banyak lagi. Perlu gue bantu download aplikasinya."Ih,, sembarangan ngomong!"Mungkin lo udah tau Raka nganterin gue. Tapi itu nggak seperti yang lo pikirin. Sorry, kalau itu bikin lo jadi terganggu. Gue sama Raka beneran udah selesai." Nayla mulai merasa bersalah."Okeh. Gue percaya. Gue anggap lo nggak ada hati lagi sama mantan lo dan semoga kata-kata lo bisa dipegang.""Iya, bisalah!" tegas Nayla, mulutnya bicara tapi hatinya berkata lain. Raka masih punya tempat di hatinya, saat-saat tertentu tanpa sadar Nayla memang suka mencari perhatian Raka supaya laki-laki itu masih mementingkan dia."Jen, lo itu cewek spesial buat dia karena lo bisa merubah
Tina, Beca, dan Nayla sekarang berada di cafe dekat sekolah mereka. Sayangnya tidak ada menu es cream di cafe itu."Lo minum orange jus dulu aja ya. Lo kan suka orange juice. Gue udah nyuruh Reno buat beliin es cream untuk di bawa ke sini." Tina menyodorkan orange juice ke depan Nayla."Nggak mau." Nayla menggeleng, Beca dan Tina berpandangan. Melihat Nayla diam saja dengan wajah memprihatinkan kedua temannya jadi bingung. Orange juice sama sekali tidak disentuh hingga mencair."Ini es cream pesanan kamu." Reno membawa ice cream Walls ukuran jumbo rasa coklat dengan mangkuk besar di depan Tina.Nayla memandang dingin pada Reno, lalu menarik Walls dari tangan Tina.Satu meja itu tercengang melihat Nayla yang makan dengan lahap ice cream Walls sendiri. Tidak pakai perhitungan tangannya menyendok ice cream ke dalam mulutnya berulang kali. Bibirnya sama sekali tidak merasa ngilu me