“Nathan, Hazel ada di mana? Kenapa adik perempuanmu itu jarang sekali ada di New York?” tanya Aubree seraya menatap Nathan yang baru saja selesai berenang. Gadis itu mendekat pada Nathan dan memberikan handuk yang khusus dia bawakan untuk suaminya.Nathan mengambil handuk yang diberikan oleh Aubree, lalu dia mengeringkan rambutnya yang basah itu dengan handuk. “Beberapa hari lalu aku menghubungi adikku. Sekarang dia berada di Madrid. Dia bilang belum bisa kembali ke New York karena dia memiliki banyak pekerjaan yang harus diselesaikan.”“Ah, begitu.” Aubree mengangguk-anggukan kepalanya. Selama ini memang Aubree tak begitu mengenal Hazel—adik bungsu Nathan. Dia hanya bertemu satu kali tepat di resepsi pernikahanya dengan Nathan. Waktu bertemu pun, Aubree hanya berbicara sedikit pada Hazel. Yang Aubree tahu Hazel memiliki paras wajah yang sangat cantik dan mata yang indah dan ramah juga hangat pada semua orang. Hanya saja Hazel tak terlalu banyak bicara. Selama di resepsi pernikahan pu
“Siapa yang membeli piano ini?”Suara Delina bertanya dengan nada dingin dan penuh interogasi. Sepasang iris matanya menajam menatap Nathan dan Aubree. Tampak Delina menunjukan jelas kemarahannya. Apalagi tadi dia pun mendengar suara alunan musik piano. Tanpa harus bertanya, Delina sudah yakin orang yang memainkan piano adalah putrinya. “Aku … aku yang membeli piano ini khusus untuk istriku.”Nathan menjawab dengan tegas dan tatapan lekat menatap Delina. Sedangkan Aubree yang ada di samping Nathan tampak ketakutan. Wajah Aubree memucat. Bayangan kemarahan ibunya muncul dalam benak Aubree. Selama ini Aubree tak pernah membantah. Aubree terlalu takut ibunya marah padanya. Namun, Aubree yakin kali ini ibunya akan marah besar.“Kenapa kau harus membelikan piano untuk Aubree? Itu sama sekali tidak memiliki manfaat, Nathan! Aubree juga tidak menyukai bermain piano!” seru Delina dengan nada yang seperti menahan amarah kala berbicara dengan Nathan.“Siapa yang bilang Aubree tidak menyukai b
Sudah dua hari sejak kedatangan Delina membuat Aubree lebih memilih berdiam diri di rumah. Pun Aubree tak banyak bicara. Gadis itu lebih banyak melamun di kamar melihat pemandangan dari balkon kamar. Tinggal di pethouse membuat Aubree bisa melihat keindahan gedung-gedung perkotaan New York yang tertata rapi sempurna.Dua hari ini Aubree menyerahkan pekerjaannya pada Elida—asistennya. Segala urusan pekerjaan Aubree percayakan pada Elida. Ya, Aubree ingin mencari ketenangan dalam hatinya. Berada di rumah menunggu Nathan pulang bekerja adalah hal yang membuat Aubree sedikit lebih tenang. Bahkan demi mendapatkan ketenangan, Aubree sengaja menonaktifkan ponselnya. Aubree tak ingin diganggu oleh siapa pun. Selama ini hidup Aubree memang bagaikan terpenjara. Gadis itu tidak pernah bisa hidup bebas. Apa pun yang Aubree lakukan akan selalu mendapatkan larangan. Aubree tak pernah bisa memiliki teman. Bahkan Aubree tak pernah bisa meraih mimpinya. Dulu, Aubree ingin sekali menjadi seorang piani
“Nathan, kita tetap berada di New York kan? Maksudku kau tidak membawaku ke luar kota kan?”Suara Aubree bertanya seraya bersiap-siap memasukan alat-alat make up ke dalam tas khusus kosmetiknya. Tampak Aubree tengah sibuk dengan barang-barangnya. Beberapa kali Aubree memastikan kalau barang-barang pribadi miliknya tak tertinggal. Padahal tadi pelayan sudah membantunya memasukan barang-barangnya tapi tetap saja Aubree cemas. Gadis itu takut kalau ada barang yang tertinggal. Mengingat weekend ini akan menjadi weekend special maka dia harus mempersiapkannya dengan sempurna.“Iya, kita liburan di dalam kota. Nanti kalau waktuku senggang kita akan liburan ke luar.”Nathan menjawab sambil fokus pada ponsel di tangannya. Pria itu sejak tadi membaca email masuk dari asistennya. Dan tak melihat ke arah Aubree yang sejak tadi sibuk.Senyuman di wajah Aubree terlukis mendengar ucapan Nathan. Lantas gadis itu mendekat pada Nathan yang sejak tadi duduk di sofa. Dengan santai, Aubree mengambil pons
Bibir Nathan mencium bibir Aubree begitu agresif. Tak hanya diam, Aubree pun membalas lumatan bibir Nathan. Suara decapan terdengar. Mereka melumat satu sama lain dengan gairah yang membakar keduanya. Air hujan yang tadi telah membasahi tubuh keduanya. Namun bukan dingin yang mereka rasakan. Saat ini yang mereka rasakan adalah panas akibat percikan api yang mereka sendiri ciptakan.“Ah—” Aubree mendesah kala Nathan mencium bibirnya dengan hebat. Lidah Nathan mendesak masuk ke dalam rongga mulut Aubree. Menyentuh langit-langit mulut gadis itu. Lumatan Nathan sangat liar. Bahkan Aubree mulai kewalahan mengimbangi Nathan.Nathan mulai menurunkan tubuh Aubree yang tadi ada digendongannya. Pria itu menangkup kedua pipi Aubree, dengan bibir yang masih memagut bibir Aubree. Seakan enggan untuk melepaskan. Tiba-tiba sesuatu muncul dalam benak Nathan. Sesuatu hal yang membuat Nathan harus segera melepaskan lumatan bibirnya itu.“Segera ganti pakaianmu. Nanti kau sakit,” ucap Nathan yang hendak
Sinar matahari menembus jendela menyentuh wajah Nathan. Perlahan Nathan mengerjapkan matanya beberapa kali. Lantas pria itu mulai membuka mata. Sesaat Nathan menyipitkan matanya melihat dirinya berada di sebuah kamar asing. Detik itu juga ingatan Nathan langsung mengingat bahwa dirinya tengah mengajak Aubree berlibur. Lalu … tiba-tiba ingatan Nathan muncul tentang kejadian tadi malam di mana dia telah menjadikan Aubree menjadi miliknya. Wajah Nathan memucat. Pria langsung mengumpat dalam hati kala mengingat dirinya menyebut nama Kylie.Buru-buru, Nathan mengalihkan pandangannya ke samping—akan tetapi Nathan tak menemukan keberadaan Aubree. Wajah Nathan menjadi panik. Pancarannya menunjukan kecemasan yang terselimuti rasa takut.“Aubree …”“Aubree …”“Aubree …”Nathan berseru memanggil nama Aubree dengan cukup keras. Namun tak ada respon apa pun. Nathan segera bangkit berdiri—dia mencari Aubree ke setiap sudut kamar itu. Bahkan Nathan pun mencari Aubree ke kamar mandi. Tapi hasilnya
Nathan menatap Aubree yang tengah menata barang-barang pribadi wanita itu masuk tasnya. Tampak tatapan Nathan tak lepas menatap Aubree. Sejak tadi Nathan berusaha mengajak Aubree berbicara membahas tentang masalah mereka namun lagi dan lagi setiap kali Nathan berusaha mengajak Aubree berbicara malah wanita itu selalu mengalihkan pembicaraan. Entah Nathan tak mengerti kenapa hingga detik ini Aubree masih belum berbicara sedikit pun. Awalnya Nathan pikir Aubree akan marah besar. Mengingat selama ini Aubree selalu marah dan mengamuk jika cemburu. Akan tetapi kali ini berbeda. Aubree malah menunjukan seolah tak terjadi masalah. Itu yang menbuat Nathan semakin merasa bersalah.Hari ini adalah hari di mana Nathan membawa Aubree kembali ke Manhattan. Tiga hari sudah Nathan mengajak Aubree berlibur. Selama tiga hari ini mereka menghabiskan liburan seperti tak ada masalah sedikit pun. Aubree selalu menujukan wajah yang tampak bahagia. Sedangkan Nathan seperti dibuat tak mengerti harus berbuat
“Kau sudah pulang?”Nathan menatap Aubree yang baru saja masuk ke dalam kamar. Tampak Nathan memperhatikan Aubree lekat-lekat. Pun Nathan meletakan iPad yang ada di tangannya ke atas meja. Nathan memang sengaja menunggu Aubree di kamar. Padahal Nathan ingin menjemput Aubree, tetapi Aubree menolaknya. Wanita itu mengatakan sebentar lagi akan pulang. Sebenarnya, jauh dari dalam lubuk hati Nathan, dia mencemaskan Aubree.“Iya, Nathan. Aku baru pulang. Maaf membuatmu menunggu lama.”Aubree mendekat pada Nathan. Wanita itu meletakan tas dan ponselnya ke atas meja. Lantas dia duduk di pangkuan Nathan. Membenamkan wajahnya di leher Nathan. Terlihat Nathan sedikit terkejut kala tiba-tiba Aubree duduk di pangkuannya. Namun keterkejutannya hanyalah sebentar. Refleks, Nathan segera membenarkan posisinya agar jauh lebih nyaman.“Apa kau sudah makan?” Nathan mengusap-usap punggung Aubree.“Aku sudah makan. Tapi aku ingin makan pasta buatanmu lagi. Boleh tidak?” Aubree menatap Nathan dengan tatapan
Rockefeller Centre, Rockefeller Plaza, New York, USA.“Daddy … Mommy …” Audie, Nick, Niguel melambaikan tangan mereka ke arah Nathan dan Aubree yang tengah duduk menunggu mereka yang tengah bermain ice skating. Tampak senyuman di wajah Nathan dan Aubree begitu hangat melihat anak-anak mereka yang riang gembira kala bermain ice skating.Ya, Nathan membawa istri dan anaknya ke Rockefeller Centre. Tak tanggung-tanggung, Nathan sampai menyewa tempat ini satu hari hanya khusus menjadi tempat bermain ketiga anaknya. Biasanya weekend tempat ini akan ramai, Nathan tak mau ambil resiko sampai terjadi sesuatu pada ketiga anaknya. “Sayang, hati-hati bermain ice skating-nya.” Aubree berseru mengingatkan ketiga anak-anaknya. Meskipun sudah ada empat penjaga yang siaga menjaga Audie, Nick, dan Niguel tetap saja Aubree mencemaskan anak-anaknya.“Sayang, kau tenang saja, Audie, Nick, dan Niguel sudah hebat bermain ice skating. Lihatlah putri kita bahkan sampai menari. Lagi pula ada penjaga yang men
Pertengkaran Aubree dan Nathan berakhir manis dengan cara yang kerap mereka lakukan. Cara di mana memperkuat hubungan dua insan yang saling mencintai itu. Well, ini memang bukan pertama kali Nathan menjadi pria yang pencemburu. Bisa dikatakan semakin lama usia pernikahan Aubree dan Nathan, maka semakin menjadi kecemburuan Nathan. Seperti contoh, ada pria yang tidak sengaja melihat Aubree saja, Nathan sudah memberikan tatapan permusuhan pada pria tersebut. Andai kala itu Aubree tak buru-buru membawa Nathan pergi, sudah pasti Nathan akan mengajak ribut pria yang menatap dirinya.Jujur, Aubree pun terkadang jengah akan sifat berlebihan sang suami. Tapi anggaplah impian Aubree dulu telah terkabul. Aubree tak mungkin lupa dikala dirinya ingin sekali mendapatkan perhatian dari Nathan. Buah kesabaran Aubree memang manis. Terbukti Nathan sekarang bukan hanya memberikan perhatian penuh, tapi juga sangat overprotective.Ya, Aubree tak mengira rumah tangganya dengan Nathan sudah lebih dari empat
Aubree duduk di sofa seraya membaca majalah yang baru saja diantar oleh pelayan. Baru saja Nathan berangkat ke kantor. Sedangkan Audie, Nick, dan Niguel tengah berada di rumah ibunya. Bisa dikatakan Audie, Nick, dan Niguel memang kerap menginap di rumah kakek dan nenek mereka. Well, tentu saja Aubree dan Nathan tak melarang. Mereka pun senang karena anak-anak mereka sangat dekat dengan keluarga.Ngomong-ngomong, Aubree sudah sangat jarang datang ke kantor. Aubree sekarang hanya memeriksa pekerjaan dari rumah saja. Aubree menyerahkan pada asistennya untuk memimpin perusahaan. Ya, sejak di mana Aubree melahirkan Nick dan Niguel, Nathan memang kerap meminta Aubree fokus mendidik anak-anak mereka. Nathan tidak melarang Aubree untuk bekerja, hanya saja Nathan ingin Aubree memiliki lebih banyak waktu untuk mengurus anak-anak.“Nyonya Aubree.” Pelayan melangkah menghampiri Aubree yang tengah bersantai.“Hm? Ada apa?” Aubree mengalihkan pandangannya, menatap sang pelayan.“Nyonya, maaf mengga
Tiga tahun berlalu … Alunan musik piano indah dan merdu memenuhi panggung megah. Tampak sosok gadis kecil yang sangat cantik tengah bermain piano. Tubuhnya mungil dengan pipi tembam. Rambut pirang indahnya dikuncir kuda. Dari kejauhan saja bisa dilihat gadis kecil itu memiliki paras yang luas biasa cantik. Keahliannya pun mengipnotis seluruh tamu undangan di sana.Nathalie. Audie. R. Afford—gadis kecil yang berusia 4 tahun itu tengah bermain piano di panggung megah ditonton oleh ribuan tamu undangan. Semua orang di sana begitu kagum pada sosok gadis kecil yang sangat cantik itu. Alunan musik piano sangat lembut dan terdengar indah.“Go, Sweetheart.” Aubree bertepuk tangan bangga melihat putri kecilnya berada di panggung megah. Mata Aubree sampai berkaca-kaca penuh haru. Impiannya dulu menjadi seorang pianis diwujudkan oleh putri kecilnya. Di usia yang masih kecil, Audie mampu berada di panggung megah untuk pentas bersama dengan para pianis senior.Di tempat megah pementasan para pian
Beberapa bulan kemudian …Kandungan Aubree memasuki minggu ketiga puluh. Kehamilan kedua Aubree ini sukses membuat berat badan Aubree bertambah hingga lebih dari 20 kg. Lengan, paha, betis, pipi, semua membengkak. Aubree sampai-sampai jengkel melihat ke cermin, tak ada satu pun yang kurus pada tubuhnya selain kelingkingnya.Ya, wajar saja kalau kehamilan kedua ini berat badan Aubree naik drastis lebih dari kehamilan pertama, pasalnya kali ini Aubree mengandung bayi kembar. Keinginan Delina—ibunya telah terjuwud. Sudah sejak di mana Aubree mengandung, Delina sudah memiliki pengharapan Aubree mengandung bayi kembar. Akan tetapi kehamilan kedua Aubree ini bukanlah kembar tiga atau empat yang Delina inginkan. Kehamilan kedua Aubree ini kembar dua namun tentu Aubree sangatlah bersyukur. Hanya saja, hingga detik ini memang Aubree dan Nathan memutuskan untuk tidak menanyakan pada dokter jenis kelamin bayi kembar mereka. Pasalnya, baik Aubree dan Nathan ingin menjadikan hal ni kejutan untuk
Para pelayan mondar-mandir menyajikan makanan ke atas meja makan. Tak hanya makanan saja, tapi juga minuman tengah pelayan siapkan. Mulai dari apple juice, orange juice, hingga minuman beralkohol. Hari ini adalah hari di mana Nathan dan Aubree akan kedatangan tamu seluruh keluarga mereka. Rencananya hari ini mereka semua akan makan siang bersama. Tentu ini adalah rencana Bianca. Bianca ingin merayakan kehamilan kedua Aubree. Itu kenapa seluruh keluarga wajib hadir.“Nyonya Aubree, apa Anda ingin ada menu ayam untuk makan siang nanti?” tanya sang pelayan pada Auberr yang tengah menggendong Audie.“Hm, boleh. Siapkan saja. Jangan hanya daging. Oh, ya, siapkan seafood juga,” jawab Aubree hangat dengan senyuman di wajahnya.“Baik, Nyonya.” Pelayan itu kembali menyiapkan bahan-bahan makanan.Suara tangis Audie terdengar. Refleks, Aubree langsung menimang-nimang putri kecilnya yang tiba-tiba menangis. Namun, sayangnya tangis Audie tak kunjung reda. Padahal Aubree baru saja menyusui putri ke
Berita tentang kehamilan Aubree telah tersebar luas. Media pun sampai memberitakan kehamilan Aubree. Kabar tentang kehamilan Aubree memang menggemparkan publik. Pasalnya terakhir publik tahu Aubree telah tiada. Namun, tentu Nathan segera membereskan berita-berita tentang kematian Aubree. Nathan meminta asistennya untuk memberikan keterangan bahwa apa yang terjadi di antara dirinya dan Aubree karena kesalahnnya. Nathan meminta publik untuk tidak lagi mengungkit apa yang telah menjadi masa lalu.Jujur, Aubree merasa tidak enak karena media hehoh akan tentang kematian palsunya. Bahkan Aubree sampai menonktifkan sosial medianya. Sebelumnya, Aubree memang pernah mengaktifkan sosial medianya ketika pertama kali kembali ke New York. Pasalnya, Aubree memposting moment-moment indah dengan suami dan anaknya selama berlibur di Spanyol. Tapi tak lagi sekarang. Berita tentang kematian palsunya cukup heboh membuat Aubree beristirahat dari sosial media. Bukan tanpa alasan tapi Aubree takut membaca k
Tanpa terasa sudah dua minggu Nathan dan Aubree berada di Spanyol. Madrid dan Barcelona adalah dua kota di Spanyol yang dikunjungi oleh Nathan dan Aubree. Ya, bulan madu mereka sangat indah ditambah di tengah-tengah mereka ada Audie—putri kecil mereka yang sangat cantik dan menggemaskan. Audie benar-benar memiliki wajah perpaduan antara Nathan dan Aubree. Bayi perempuan kecil mungil itu sangatlah lucu. Ditambah Audie sangat pencemburu kalau melihat Nathan dan Aubree berciuman.Selama di Spanyol, Nathan selalu membawa Aubree menuju tempat-tempat yang indah dan romantis. Nathan benar-benar ingin membahagiakan Aubree dan Audie. Lebih dari satu tahun Nathan menikahi Aubree belum pernah Nathan membawa Aubree ke tempat yang indah. Terakhir kali Nathan membawa Aubree hanya liburan dalam kota—dan moment itu juga yang membuat Nathan dan Aubree mendapatkan badai masalah di rumah tangga mereka.Namun, semua masalah yang dulunya menyisakan luka dalam untuk Aubree mulai terkikis seiring berjalanny
Aubree tak menyangka Nathan sekarang sangat berbeda dengan Nathan yang dulu. Sifat Nathan yang dulu cenderung tak peduli. Kalaupun melarang Aubree maka tak akan sampai semurka sekarang. Sungguh, Aubree tak menyangka kalau Nathan sudah marah sangatlah menyeramkan. Padahal Adam adalah mantan kekasih Aubree sudah lama. Tapi Aubree tak mengerti kenapa bisa Nathan semurka itu.Tadi malam, tak lagi bisa terhitung berapa kali Aubree melakukan pergulatan panas dengan Nathan. Bahkan, Nathan baru membiarkan Aubree tidur pada pukul empat pagi. Andai saja, Aubree tak terkulai lemah sudah pasti Nathan akan tetap menyentuhnya lagi dan lagi.Meski Aubree sempat kesal akan sifat cemburu Nathan, tapi Aubree tetap bersyukur karena Nathan sekarang begitu mencintainya. Walau harus Aubree akui sifat Nathan sangat berlebihan. Seperti contoh ada pria yang mentap Aubree saja, Nathan langsung marah tidak jelas. Dan sekarang setelah pertengkaran manis tadi malam, Aubree akan pergi jalan-jalan dengan suami d