Beranda / Romansa / Nasib calon menantu salah alamat / Bab XXXIX : Sudah aman, sudah bisa pulang.

Share

Bab XXXIX : Sudah aman, sudah bisa pulang.

Penulis: Meg Cloudy
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

 “Tadi pagi itu ada pasien korban tabrak lari sus?” tanya Arka yang baru tiba di rumah sakit saat melewati ruang gawat darurat yang terlihat cukup sibuk.

 Perawat yang bertugas di UGD sejak tadi malam langsung mengangguk,”Keadaannya gawat banget dok dan sekarang sedang di ruang operasi  sama dokter Nara.” jelasnya.

 “Kejadiannya di seberang rumah sakit ya?” tanya Arka sambil menunjuk ke arah luar, karena tadi ia masih melihat kendaraan yang penyok juga kerusakan yang ditimbulkan.

 “Jadi ceritanya itu dokter Nara yang menemukan korban tabrakan.” ujar perawat itu lagi menceritakan kejadian tadi pagi.

 “Itu anak kenapa sih dari kemarin pagi-pagi sudah berkeliaran di rumah sakit.” gumam Arka menghela napas pelan karena bingung.

#

 “Itu muka pagi-pagi, kenapa senang banget?” tanya Embun begitu masuk dan menemukan Zia menopak dagu, memandangi dompetnya sambil tersenyum.

 “Karena dari kemarin ada mas Ara yang terus datang bawa ma
Meg Cloudy

Maaf ya pembaca, kemarin salah upload susunan. Tungguin ya kelanjutan cerita Nara, akan jadi seperti apa ya nantinya? Tante Ratih tiba-tiba pergi, apa sudah aman keadaannya? Jangan lupa vote dan reviewnya. Terima kasih 😁♥❤

| Sukai
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Nasib calon menantu salah alamat    Bab XL : Piza bakar rasa curiga. 

    “Akhirnya aku bisa bangun lebih siang!” seru Ara begitu membuka mata pagi ini, ia merasa sangat senang karena akhirnya tidak perlu lagi harus bangun pagi-pagi untuk melarikan diri dari ibunya. Dengan malas ia bergoyang ke kanan dan kiri sisi tempat tidur, nyaris menggulung seluruh tubuhnya di dalam selimut.#“Wah kamu yang bikin sarapan?” sapa Ara ceria begitu turun melihat adik bungsunya sedang sibuk di dapur.Nathan menoleh dan menatap kakaknya itu dengan mata membesar, ”Mas itu kalau lagi senang kira-kira dong! Masa mau pergi ke rumah sakit pakai baju yang warnanya tabrakan kayak begitu? Norak tahu!” tegurnya, ”Baju merah, celana kuning tinggal dikasih topi hijau sudah jadi lampu lalu lintas mas.” ujarnya lagi sambil menggelengkan kepala.“He..he..he...efek tidur cukup kadang bisa berbahaya juga ya ternyata.” sahut Ara malu sambil memutar badan hendak kembali ke kamarnya untuk berganti pakaian.#“Wah tumben banget itu an

  • Nasib calon menantu salah alamat    Bab XLI : Kamu dipecat jadi calon menantu?

    “Mbak bos? Ini makanan banyak amat? Ada acara syukuran ya kita?” tanya Galang begitu tiba di kantor dan melihat ada begitu banyak kantong makanan di atas meja panjang yang ada di tengah kantor.“Lumayan kan bisa buat sarapan, makan siang sampai camilan sore.” sahut Nara sambil mengangkat alisnya.Embun yang ikut bergabung sampai mengerutkan dahinya, ”Memang kemarin kita beli sebanyak ini ya?” tanyanya.“Berkat Zia kita jadi beli banyak banget mbak. ”sahut Nara mengingatkan sambil merentangkan kedua tangannya.#“Jadi yang dari tadi nungging itu ternyata kamu Tan?” sapa Ara begitu mengenali siapa pegawai kedai Nathan yang mengalami luka bakar.“Mas, pelan-pelan ya.” pinta Tatan dengan suara memohon, ”Perih nih.” ujarnya merana.“Siapa suruh kalian malah main-main pakai korek pemanggang?” tegur Nathan sambil mengge

  • Nasib calon menantu salah alamat    Bab XLII : Bahaya kurang gula.

    “Kalian sudah lihat desain brosur untuk pameran?” tanya Embun kepada kedua rekannya.Zia mengangguk dengan wajah lelah dan tak bersemangat, ”Kayaknya kita perlu tambah...” ujarnya namun kata-kata Zia terpotong karena dirinya menguap.“Kamu tadi malam begadang ya?” tembak Nara sambil menyipitkan matanya pada Zia.“Aku tidur saja begini apa lagi kalau begadang.” sahut Zia sambil menguap untuk yang kedua kalinya.Embun yang sejak tadi menunggu jawaban Zia menghela napas pelan, ”Jadi apa yang mau ditambahin di brosurnya?” tanyanya lelah.#Mendengar para mbak bos yang sedang rapat namun tidak juga berhasil membahas apa-apa Nadira segera menoleh menatap rekan seperjuangan yang sedang duduk di sebelahnya sambil menopak dagu dan memejamkan mata, “Kita cari asupan gula tambahan yuk!” ajaknya dengan wajah yang sama lelahnya.Galang dengan

  • Nasib calon menantu salah alamat    Bab XLIII : Pasiennya berantem sama dokter.

    “Kalian mau ke mana?” tanya Arka yang baru keluar dari ruang operasi pada dua perawat yang terlihat begitu tergesa-gesa berlari melewatinya.“Ada pasien di UGD dok.” jawab salah satu dari mereka.“Pasiennya berantem sama dokter Nara.” Jelas perawat yang satunya.Arka mengangkat kedua alisnya, ”Berantem?” ulangnya, ”Terus kalian kenapa bawa-bawa retraktor?” tanyanya sambil menunjuk tangan salah satu perawat.Perawat itu mengangkat gunting dengan kepala penahan pada kedua ujung sisinya, ”Disuruh sama dokter Nara.” jelasnya.“Bagaimana ceritanya sih?” tanya Arka dengan wajah semakin bingung.#Kejadian sekitar satu jam yang lalu,“Suster! Tolong dong ini sus!” panggil Zia begitu membawa Nara masuk ke ruang gawat darurat.“Iya sus ini enggak bisa copot!” seru Galang sama paniknya.“Suster! Suster!” panggil Nadira.Embun yang juga baru akan bersuara segera ditahan oleh Nara, ”Mbak suruh mereka di

  • Nasib calon menantu salah alamat    Bab XLIV : Aneh bisa bikin jadi puitis.

    “Jeng nanti jangan sampai lupa ya, itu anak-anak harus diajak pergi lihat pameran. Jadi biar mereka ada gambaran. Apa-apa yang perlu dipersiapkan.” ujar ibu Winda mengingatkan sambil menahan tawa senang.Ibu Ratih mengangguk dengan wajah mengulum senyum, ”Pasti jeng nanti akan aku paksa kalau sampai itu anak pakai alasan sibuk.” katanya lagi menegaskan.“Iya anak-anak mah kalau sudah kerja sulit untuk diajak pergi. Selalu saja pekerjaan dijadikan alasan.” sahut ibu Winda lagi.#“Ya ampun jeng! Dirimu itu pergi ke mana? Kok tiba-tiba menghilang. Mana pergi enggak bawa tas, ponsel juga ditinggal.”omel Zia begitu melihat sahabatnya itu kembali ke kantor.Nara hanya bisa memasang senyum bodoh sambil menarik kursi kerjanya.“Kamu bukan ke sebelah kan?”tebak Embun sambil mengalihkan pandangan menatap Nara.Lagi-lagi Nara hanya memasang senyum bodoh di wajahny

  • Nasib calon menantu salah alamat    Bab XLV :Masa harus terjadi kebetulan lagi?

    “Kamu tumben hari minggu begini sudah bangun pagi-pagi? Mau ke rumah sakit?” tegur pak Yono begitu melihat Arka yang sudah bangun tidak lama setelah Nara berangkat ke lokasi pameran.“Mari lari pa.” jawab Arka singkat sambil mengisi gelas dengan air putih.“Kamu lari sepagi ini? Biasa jam sembilan saja belum bangun.” ujar ibu Linda yang sibuk menyiapkan sarapan.“Mama mah orang mau olahraga itu harusnya didukung.” protes Arka tidak terima.#“Hari terakhir!” seru Zia begitu semua isi kantor sudah lengkap mengisi mobil Embun.“Semangat amat jeng?” tanya Nara dari balik kemudi dengan suara serak sambil mengusap sudut matanya lalu kembali memperhatikan jalanan.“Karena hari ini calon-calon klienku akan kembali untuk bayar uang muka.” ujar Zia senang, ”Kamu juga kan?” tanyanya tiba-tiba menoleh ke arah Galang yang duduk di sebelahnya.“Amin!!” seru Galang sambil menanggkup kedua telapak tangannya dengan penuh ha

  • Nasib calon menantu salah alamat    Bab XLVI : Cuma sempat bilang halo, mau dapat apa?

    Nara akhirnya ikut menoleh dengan panik, ”Mau apa sih mas Arka kemari?” tanyanya dengan suara berbisik.“Ya mana aku tahu.” jawab Ara pelan, menunduk dengan wajah yang hampir menyentuh kaca etalase.“Kalian berdua sedang apa?” tanya ibu Ratih begitu menemukan Ara dan Nara dengan muka yang menempel dengan etalase.Ara dengan cepat memutar badan, ”Mama sudah selesai?” tanyanya cepat.“Iya. Ini sudah.” jawab ibu Ratih sambil tersenyum senang, ”Mana sini jari kamu.” pintanya pada Nara.Dengan cepat Ara mengangkat lengan gadis yang duduk di sebelahnya itu lalu menyodorkannya kepada ibu Ratih, Nara dengan mata membesar terus memperhatikan cincin dengan harga lebih dari tiga puluh juta itu yang bergerak dengan perlahan dan akhirnya mendarat di jari manisnya.“Cantik ya.” puji ibu Ratih gembira, ”Ini hadiah dari tante.” ujarnya lagi.Nara tersenyum canggung, sebaiknya ibu dan anak ini segera keluar dari sini. Masalah u

  • Nasib calon menantu salah alamat    Bab XLVII : Susahnya kandidat calon suami.

    “Mas Ara? Kok kemari? Kabur lagi mas dari rumah? Apa kena omel tante Ratih?” sapa Galang yang langsung bertanya panjang lebar begitu melihat Ara muncul di kantor saat dirinya sedang bersiap-siap akan pulang.Ara tertawa geli begitu mendengar pertanyaan Galang yang begitu mengetahui tentang kacaunya masalah ia dengan Nara, ”Bagusnya sih enggak. Mbak bosmu yang galak itu yang suruh aku kemari.” jelasnya sambil menarik kursi lalu menguap lebar. Untuk kesekian kalinya ia harus menerima telepon ancaman dari Nara, gadis satu itu sepertinya punya bakat terselubung untuk menjadi teroris. Selain kejam dalam mengancam juga sangat pintar dalam mengingat kelemahan dan kesalahan orang.Galang langsung mengangguk pelan, ”Tapi mereka kayaknya masih beresin kerjaan tuh mas, Nadira saja dari tadi masuk sampai sekarang belum keluar-keluar.” jelasnya menunjuk ke ruang kerja para mbak bos.“Sudah biarin saja kalau begitu.” ujar Ara akhirnya, ”Mendingan kita ma

Bab terbaru

  • Nasib calon menantu salah alamat    Epilog

    “Mas dokter!” panggil pak Asep begitu melihat Ara.“Pak Asep? Apa kabar pak?” sahut Ara sambil tersenyum ramah, ”Sama siapa pak?” tanyanya.Pak Asep ikut tersenyum, ”Baik mas dokter.” jawabnya sambil menunjuk ke arah belakang punggung Ara, ”Menemani Indah bawa si kembar periksa.” jelasnya.Begitu menoleh Ara melihat sepasang anak berusia empat tahun sedang berlari ke arah mereka.“Siang mas dokter, sudah lama sekali. Apa kabar?” sapa Indah.Ara tersenyum begitu melihat Indah, ”Wah mereka sudah besar ya.” ujarnya sambil berjongkok menyapa si kembar, ”Kalian Nara kan?” tanyanya sambil tertawa.#“Nara belum datang?” tanya Arka sambil menganggukkan kepala begitu melihat pak Asep dan Indah.Ara melirik jam di pergelangan tangannya, ”Harusnya sudah di sini.” jawabnya sambil mencari, ”Itu dia.” katanya sambil menunjuk ke arah lift.#“Jalanan macet banget tadi.” jelas Nara napas terengah-engah.“Y

  • Nasib calon menantu salah alamat    Bab LXX : Akhirnya sadar.

    “Ya ampun ini jeng satu.” ujar Zia begitu tiba di kantor,”Ponsel kok ditinggal di kantor.”katanya sambil mengangkat ponsel milik Nara yang ada di atas meja.“Mbak Nara sudah pulang?” tanya Galang, ”Apa kalau enggak kita titip ke mas Arka saja? Mungkin mas Arka belum pulang.” sarannya sambil menunjuk ke arah bangunan sebelah.“Tapi teleponnya mas Arka enggak diangkat nih.” kata Zia saat mencoba menelepon Arka dengan menggunakan ponsel milik sahabatnya itu.#“Arka belum selesai ya.” gumam Ara begitu keluar dari ruang operasi, ”Mau pulang? Apa makan dulu ya? Kenapa aku jadi bingung begini.” ujarnya pada dirinya sendiri, ”Itu anak lagi ngapain ya? Kok bisa sih sudah seminggu dia benar-benar enggak nyariin aku.” keluh Ara tanpa sadar sambil menatap ponselnya.#“Halo?” jawab Ara tanpa sadar malah tersenyum lebar begitu melihat siapa yang meneleponnya.“Halo mas!” balas Zia cepat.Begitu mendengar suara Zia yang menjawab,

  • Nasib calon menantu salah alamat    Bab LXIX : Harusnya patah hati.

    “Kok kamu enggak tanya apa-apa?” tanya Ara begitu duduk berhadapan dengan Davina.“Memang ada apa lagi yang bisa aku tanya?” balas Davina sedikit ketus, ”Bisa-bisanya dirimu enggak cerita sama sekali.” omelnya lagi.“Maaf aku juga bingung harus bagaimana ceritanya.” jelas Ara memberi alasan.“Kamu sih benar-benar bikin aku malu di depan keluargamu. Mana baru pertama kali ketemu lagi.” keluh Davina sambil menahan senyum.Melihat kekasihnya itu tidak jadi marah Ara pun menghela napas lega.#“Kamu benaran mau pergi?” tanya Embun begitu melihat Nara menutup teleponnya.Nara menghela napas panjang, ”Memang aku punya pilihan untuk enggak pergi?” jawabnya.“Kayaknya tante Ratih tahu apa enggak, enggak banyak pengaruhnya.” komentar Zia menanggapi.#“Mama yang benar saja? Kalau mas tahu bagaimana?” oceh Nathan begitu tahu kalau ibu Ratih habis menelepon Nara.“Mama kan kangen sama Nara.” kata ibu Ratih m

  • Nasib calon menantu salah alamat    Bab LXVIII : Sering kumpul-kumpul?

    “Mbak! Itu tante Ratih datang.” ujar Nadira sambil berlari ke arah dalam kedai.“Ini kedai punya anaknya, sudah jelas tante Ratih pasti datang.” jawab Nara berusaha terdengar setenang mungkin padahal jantungnya tidak berhenti berdegup, apa lagi saat mendengar kalau kedua orangtuanya begitu bersemangat untuk menerima undangan dari Nathan.“Mbak! Tante Linda sama om Yono balik ke sini lagi sama mas Arka kapan?” kata Galang yang muncul dengan wajah panik beberapa saat kemudian, ”Itu tante Ratih sudah di depan.” katanya lagi tiba-tiba dengan suara berbisik.“Kamu telat.” balas Nadira cepat.#“Kok kalian masih di sini?” tanya Ara begitu melihat Zia sambil menunjuk penghuni kantor Nara yang lainnya.“Kami di sini sih enggak masalah mas.” jawab Zia dengan wajah cemas, ”Yang repot itu nanti tante Linda sama om Yono balik lagi sama mas Arka.” jelasnya cepat.Mendengar itu dalam hitungan detik Ara segera menghilang dari hadapan Z

  • Nasib calon menantu salah alamat    Bab LXVII : Ibu mertua siapa?

    “Kamu serius?” tanya Nathan memastikan begitu mendapat kabar dari Zinnia, rekan usahanya yang juga merupakan adik teman baiknya sejak masa SMA.“Iya mas. Bagaimana nih? Acaranya kan tinggal tiga hari lagi.” Jawab Zin cemas.Nathan mengetuk bagian belakang ponselnya sambil berpikir, ”Nanti biar aku yang coba cari gantinya.” kata Nathan akhirnya.#Ara dan Nara cukup lama saling berpandangan, keduanya tidak bisa langsung menanggapi pertanyaan yang diajukan oleh Arka. Untung saja Dewi dengan cepat membaca kepanikkan dua Nara itu, ”Sayang, sudah malam nih. Besok kan kamu juga ada jadwal operasi pagi.” katanya sambil mengapit lengan Arka, “Ayo kita pulang.” ajak Dewi dengan setengah memaksa sambil memberi isyarat pada Nara dengan menggerakkan kepalanya.“Iya mas sudah malam. Kami juga pulang dulu ya.” ujar Nara cepat segera menarik lengan Ara yang masih berdiri mematung dengan wajah kaku.#“Mas! Mas

  • Nasib calon menantu salah alamat    Bab LXVI : Efek terlalu sering bersama.

    “Mas Arka! Kok baru pulang?” tanya Nara saat keluar dari mobil dan berpapasan dengan kakaknya itu.“Habis seminar.” jawab Arka singkat, ”Kalian kenapa bisa sama-sama?” tanyanya heran.Ara yang tidak turun dari mobil hanya menurutkan kaca mobilnya, ”Mana ada seminar sampai jam sebelas malam?” tanyanya curiga.Arka tidak langsung menjawab mata-matanya bergerak-gerak cemas.“Mas kenapa malah kayak orang bingung begitu?” tanya Nara ikut menimpali.“Macet! Macet!” jawab Arka akhirnya, ”Jadi kenapa kalian bisa sama-sama?” ulangnya sengaja mengalihkan.”Terpaksa ketemu mas.” jawab Nara singkat.“Mustinya diriku yang bilang begitu.” balas Ara tidak terima, ”Tahu begitu tadi harusnya aku biarin kamu pulang sendiri.” gerutunya sebal.“Memang siapa yang suka diantarin pulang sama mas!” omel Nara dengan suara meninggi.Arka yang awalnya sempat panik dengan pertanyaan yang diajukan oleh Ara kini menarik

  • Nasib calon menantu salah alamat    Bab LXV : Puasa? Kurang berderma? Buang sial?

    “Mbak! Hasil video minggu kemarin enggak bisa dibuka!” seru Galang panik langsung menerobos masuk ke dalam ruang kerja ketiga mbak bosnya itu.Sontak ketiganya langsung menoleh menatap satu-satunya pria di kantor mereka itu.“Bagaimana bisa? Punya Alya dan Devan kan kemarin semua sudah di cek. Baik-baik saja kok.” ujar Embun yakin.Galang menunjuk ke arah luar ruangan, “Yang bermasalah itu punya Lusi dan Bima mbak.” terangnya dengan wajah yang dipenuhi dengan kecemasan.Mendengar itu mata Nara langsung membesar, ”Kok bisa? Kamu yakin kemarin enggak ada salah?” tanyanya memastikan.“Yakin mbak!” jawab Galang yakin.“Kamun coba cek lagi, kalau masih enggak bisa segera pergi ambil lagi video mentahannya ke tempat mas Baro.” ujar Zia cepat.“Nanti aku yang akan kasih tahu kantor mas Baro.” tambah Nara lagi.#“Ma aku sudah bilang kan dari kemarin. Itu bukan urusan kita.” jelas Ara untuk kesekian kalinya.

  • Nasib calon menantu salah alamat    Bab LXIV : Kamu, aku panik bersama. 

    “Wah! Ini hadiah ulang tahun buat mama?” tanya ibu Linda dengan mata berbinar begitu melihat batu kecil yang menghiasi kalung pemberian ke dua anaknya.Arka tanpa sadar tersenyum senang begitu melihat reaksi ibu Linda, ”Nara yang pilih ma. Terus Nara yang satu lagi kasih ide untuk kasih mama perhiasan.” jelasnya, “Wah! Aku baru tahu kalau mama suka sama benda yang satu ini.” komentar Arka yang tidak menyangka kalau ibunya akan sesenang ini.Ibu Linda yang masih memasang senyum lebar sibuk mengenakan kalung barunya, “Cuma wanita aneh yang menolak benda cantik begini.” katanya ringan.Nara yang mendengar kata-kata ibunya mau tidak mau mengingat dua kejadian waktu di mana dirinya ribut menolak pemberian Ara juga ibu Ratih.“Kamu kok malah bengong?” tegur ibu Linda sambil menyenggol lengan putrinya itu.#“Ini bagaimana dong?” keluh Zia sambil menopak dagu dengan kedua tangannya.Nara yang juga belum lama tiba di kantor ikut

  • Nasib calon menantu salah alamat    Bab LXIII : Bahaya toko perhiasan. 

    Karena Arka dan Rio harus pergi menjemput dokter Tio beserta istrinya jadilah Nara dan seisi kantornya malah ikut menemani Ara di UGD, bukan menemani lebih tepatnya mereka semua penasaran kenapa para dokter itu ramai-ramai menangis.“Mas sudah jangan diam begitu kenapa? Bikin takut orang tahu.” tegur Nara pada Ara yang hanya duduk diam di sebelahnya tanpa mengatakan apa pun.Ara yang tadi sempat terisak saat menghadapi kepergian Danu hanya menghela napas panjang.“Mas enggak mau makan?” tanya Galang yang baru datang sambil menyodorkan hamburger yang baru saja dibelinya bersama Nadira dari restoran cepat saji di depan mal.Namun bukannya menanggapi Ara malah hanya mengangkat kepala menatap ke arah Galang yang berdiri di hadapannya.“Ada apa mas?” tanya Galang yang kebingungan dengan maksud tatapan yang ditujukan kepadanya.Terlihat ada rasa penyelasan di mata Ara, ”Seharusnya jangan aku angkat waktu itu.” gumamnya pelan

DMCA.com Protection Status