Share

Bab 70- Sok Bijak

Penulis: Pena_ baru
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Rani yang kesal merasa muak dengan perkataan sok bijak Winda.

"Maaf banget nih, Mbak Winda yang paling cantik dan paling bijak di sini! Memang Mbak tau apa masalahnya? Nggak 'kan? Kalau nggak tau, nggak usah sok bijak!" ketus Rani.

"Saya tau masalahnya makanya saya berkomentar!" Winda pun tak kalah ketusnya.

"Kalau Mbak tau, Mbak Winda nggak akan berbicara begitu!"

"Saya tau, masalahnya tentang kamu yang tak bisa memperlakukan orang yang lebih memerlukan dengan adil. Kamu malah memberi lebih banyak kepada orang belum tentu bahwa mereka menerima bantuan itu!"

"Dari tadi, Mbak Winda dan Bu Tut bilang banyak-banyak! Memang kalian tau berapa saya menyumbang kemarin? Padahal saya tidak merasa menyumbang banyak."

"Oh! Sekarang kamu merasa kaya, ya? Mengganggap uang lima puluh ribu tak banyak bagi kamu!" Bu Tut keceplosan.

"Hah? Darimana Bu Tut tau! Memang Bu Tut melihat?"

"Saya tidak melihat tapi Winda yang lihat!"

"Nggak nyangka saya, Mbak Winda ternyata berbakat juga kalau jadi mata-m
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Nasib Dikelilingi Tetangga Julid   Bab 71 - Jujur

    "Sebenarnya ini rumah kita, Mas! Aku sudah lama membeli rumah ini!" ujar Rani, dia berkata jujur kepada suaminya. "Hah? Bagaimana bisa? Dapat uang dari mana kamu?" tanya Irwan. Ada perasaan kecewa terhadap Rani karena dia tak pernah membicarakan ini sebelumnya. "Kenapa kamu nggak jujur sama Mas?" Rani merasakan ada kekecewaan dalam ucapan suaminya. "Aku bukannya nggak mau jujur, Mas! Tapi hanya menunggu waktu yang tepat untuk mengatakannya.""Huh!" Irwan menghembuskan nafasnya perlahan. Ia menyadari tak sepantasnya langsung marah kepada istrinya itu. Terlebih lagi Rani sedang hamil. Ia mencoba berpikir positif, mungkin ada alasannya kenapa dia tak mengatakannya. "Mas mau tanya, dapat uang dari mana kamu untuk beli rumah ini? Apa kamu berhutang di bank tanpa sepengatahuan, Mas?""Kalau aku jujur, apa Mas akan marah?""Tergantung jawaban apa yang akan Mas dengar!""Tapi, Mas janji ya, apapun yang aku katakan jangan marah?""Iya, akan Mas usahakan nggak marah, walau jawaban yang akan

  • Nasib Dikelilingi Tetangga Julid   Bab 72- Nasehat Atau Nyinyiran?

    Setelah kejadian waktu itu. Orang-orang yang tak suka dengan Rani hanya berani membicarakannya di belakang. Hanya sesekali terdengar menyindir. Selama itu tidak ekstrem, Rani hanya mengabaikannya saja. Tak terasa usia kandungan Rani sudah lima bulan. Perut buncitnya semakin membesar dan terlihat. Membuat baju longgar yang ia kenakan akan terlihat mengentat di bagian perut. "Perut Mbak Rani semakin besar saja! Sudah berapa bulan usia kandungannya, Mbak?" Tetangga seberang rumah Rani bertanya. "Jalan enam bulan, Bu!""Oh ,baru tau saya! Pantas perut Mbak Rani kelihatan besar. Saya kira baru empat bulan!""Kenapa, Bu? Apa kurang gede perut saya?" tanya Rani disertai bercanda. "Kalau untuk usia lima bulan jalan ke enam, ukuran perut Mbak Rani masih terbilang kecil. Mungkin.. Karena, Mbak Rani tubuhnya langsung kali, ya? Jadi, nggak terlalu nampak. Soalnya dulu waktu hamil anak pertama badan saya gendut, Mbak! Usia tiga bulan saja, perut saya besarnya kek orang hamil lima bulan.""Ben

  • Nasib Dikelilingi Tetangga Julid   Bab 73 - Kemampuan Winda

    "Sudah! Kalau Mbak ke sini cuma mau nyari perkara. Lebih baik, Mbak cepat pergi saja dari sini!" Dengan nada ketus, ibu itu mengusir Winda. Rani hanya terdiam memperhatikan. Dia tak ingin berkata apa-apa. Takut kalau akan semakin runyam. "Ih, galak bener! Orang ngasih tau malah kayak gitu responnya!" gumaman Winda terdengar lirih. Winda berjalan perlahan meninggalkan Rani dan tetangganya itu. "Dasar wanita nggak waras!" ujar tetangga Rani mengumpat. "Sabar, Bu! Ditahan amarahnya!" "Emang nggak waras itu, Mbak! Dianya aja nggak beres, pakai nasehatin orang segala. Sudah gitu memaksa lagi!"Rani diam saja mendengar tetangganya itu masih mengumpat Winda yang kini sudah menjauh, tak terlihat lagi. "Saya masuk dulu ya, Bu! Mau masak buat makan siang!""Iya, Mbak! Saya juga mau masak." Mereka pun masuk ke dalam rumah masing-masing setelah menghadapi kerandoman si Winda. Rani geleng-geleng kepala melihat kelakuan Winda secara langsung di depan matanya. Rani menutup pintu, melepas ji

  • Nasib Dikelilingi Tetangga Julid   Bab 74- Di Jemput

    "Eh, Mbak Rani pulang duluan, ya?" Winda sengaja menyapa Rani. Ia ingin memancing Bu Tut untuk berkata julid ketika melihat Rani di jemput. "Iya, Mbak! Sudah di jemput suami! Saya duluan, ya!" Meski sering dijulid-in orang, Rani memang nggak pernah judes kalau ada yang menyapa. "Alah... Dekat aja minta jemput suami! Manja banget, sih!" ketus Bu Tut. Bestie Bu Tut yang lain nggak berani berkomentar. Apalagi Bu Irma. Dia takut kalau berkomentar, Rani akan menagih uangnya yang dia pinjam dulu. "Aih.. Bu Tut tau aja isi hati aku! Julid-an Bu Tut mewakili banget deh!" ujar Winda dalam hati. Dia sangat girang suara hatinya bisa terwakilkan."Suami Mbak Winda nggak istirahat ya, jam segini? Padahal kasian loh, kalau istirahat malah Mbak Winda minta jemput. Apa Mbak Winda takut jalan sendiri?" sarkas Winda. "Bukan saya yang takut, Mbak! Tapi suami saya. Saya 'kan hamil, suami saya takut kalau terjadi apa-apa sama saya." Rani pun menjawab blak-blakan pertanyaan Winda. Merasa Rani ingin

  • Nasib Dikelilingi Tetangga Julid   Bab 75- Kelakuan Bu Tut

    Winda yang dipandang merasa tidak nyaman. "Bu Tut, kenapa melihat saya begitu?" "Apa kamu memang benar sahabatnya Rani?""I-iya..!" jawabnya gugup. "Lalu, kenapa kalian bisa saling membenci begini?""I-itu...!""Kamu apa Rani duluan yang mulai?""Haa? Maksudnya? Mulai apa, Bu?" tanya Winda heran, otaknya ngeblang. "Maksud saya, Rani apa kamu duluan yang memutuskan hubungan pertemanan sama dia?""D-dia duluan! Saya, mah biasa-biasa aja!" ujar Winda terbata. "Memangnya masalah apa sampai kalian bertengkar?" Bu Tut terlihat kepo. "I-itu... Masalahnya..." Winda bingung harus menjawab apa. Dia tidak menyangka kalau Bu Tut akan sekepo ini. "Ini mulut kenapa tadi pakai acara keceplosan segala!" ucap Winda dalam hati. Dia memukul bibirnya yang tadi sempat keceplosan. Bu Tut dan Bu Irma memandang Winda, penasaran dengan ucapannya yang terpotong. Mereka memandang, meminta penjelasan. "Itu... Masalahnya... D-dia mendekati kekasih saya duluan! Padahal 'kan dia yang salah, tapi malah saya

  • Nasib Dikelilingi Tetangga Julid   Bab 76 - Debat

    "Di situ tertera nama tokonya, Bu Tut!" Wanita yang seumuran dengan Bu Tut itu semakin geram. "Bisa jadi 'kan kamu cuma minta nota kosong sama pemilik toko. Terus harganya kamu tulis suka-suka!""Susah memang ya, berdebat sama orang miskin kayak kamu!" singgungnya. Semua yang berkumpul dan mendengar ucapan pedas itu, tersinggung. Tetapi, mereka tidak berani bersuara. Sebab wanita yang memamerkan gelang itu adalah orang terkaya di tempat mereka. "Beraninya kamu bicara begitu!" Bu Tut begitu murka. "Heh, dengar ya, perhiasaan saya lebih besar dari punyamu! Harganya nggak nyampe segitu. Ngelawak aja, perhiasaan sekecil itu harganya sepuluh juta. Pamer boleh, Bu! Tapi ya, jangan sampai ngibulin orang juga.""Punya Bu Tut itu besar tapi kualitas emasnya nggak sebagus punya saya ini. Emasnya itu kualitas rendah. Murahan. Itulah, kalau nggak pernah beli perhiasaan mahal nggak usah komentar, Bu! Malu-maluin!""Sembarangan ya, kalau ngomong!" Bu Tut ingin menarik baju wanita itu, tetapi di

  • Nasib Dikelilingi Tetangga Julid   Bab 77 - Kejutan

    "Kalau kamu tidak tau apa yang akan mereka lakukan. Baiklah! Saya akan dengan senang hati memberitahukan.""Ibu-ibu di sini sangat anarkis kalau tau di kampung ini ada perempuan yang menjadi pelakor." Rani menekankan kata-katanya. "Kamu tau, Bu Tut 'kan? Dia itu sangat benci sama pelakor. Dia yang paling menentang keras adanya pelakor. Kamu tau apa yang akan mereka lakukan sama perebut suami orang? Mereka tidak segan-segan menelanj4ngi dan mearaknya keliling kampung. Bahkan mereka akan melakukan hal yang lebih parah lagi. Kamu mau tau apa itu?" Rani berbisik di telinga Winda. Winda hanya terdiam. Sebenarnya dia ingin mengangguk, tetapi malu. Dia tak ingin Rani mengetahui bahwa saat ini dia tengah ketakutan. "Karena saya baik hati. Saya akan memberitahu kamu. Nggak salahnya 'kan untuk kamu berjaga-jaga. Bagian mengerikan yang saya maksud tadi adalah... Mereka akan memasukkan cabe ke lubang kehormatan kamu."Winda menelan salivanya. Matanya terbelalak, membayangkan perkataan Rani. M

  • Nasib Dikelilingi Tetangga Julid   Bab 78 - Hadiah Terbaik

    "Gimana? Kamu suka nggak sama cincinnya?""Suka banget, Mas!""Syukurlah!""Dari mana, Mas dapat uang? Bukannya semua penghasilan Mas kasih ke aku?""Kamu nggak perlu tau!" Irwan memalingkan wajahnya. Jujur, sikapnya itu membuat Rani sedikit curiga. "Kenapa? Apa ada sesuatu yang mas sembunyikan?""Nggak ada!""Kalau nggak ada, kenapa Mas nggak mau ngasih tau dapat uang dari mana membelikan aku cincin sebagus ini?""Apalagi cincin ini dari emas putih. Pasti mahal harganya. Ayolah, Mas! Jangan membuat aku berpikir negatif!""Mas malu untuk mengatakannya.""Loh, kenapa mesti malu? Apa Mas mencurinya?"Bola mata Irwan membulat. "Mas nggak akan melakukan itu. Meski tak punya uang sedikit pun.""Lalu, kenapa Mas malu mengatakannya?""Baiklah, Mas akan mengatakan alasannya. Daripada kamu berpikiran yang bukan-bukan tentang Mas!" Irwan menyerah, meski ia tahu bahwa wajar saja Rani berpikir begitu. Karena dia paling anti mendapatkan sesuatu dari hasil yang tidak jelas. Walau pengakuan ini ak

Bab terbaru

  • Nasib Dikelilingi Tetangga Julid   Bab 113 - Akhirnya

    "Kenapa wajah kamu bisa hancur gitu?" Pertanyaan Bu Tut begitu mengintimidasi. Ratih menjadi gugup. "A-anu, Bu... Anu..." Ratih bingung memberikan jawaban. "Anu apa? Kenapa wajah kamu bisa seperti ini?" Melihat luka di wajah Ratih yang sama persis seperti foto pelakor yang ditunjukkan oleh Bu Susi, Bu Tut menjadi yakin kalau wanita itu memang benar anaknya. "A-anu, Bu! Tadi Ratih jatuh waktu di tempat kerja.""Jatuh di mana?""Jatuh dari tangga, Bu!" Ratih tersenyum kikuk. "Kamu naik tangga? Bukannya kamu kerja di perusahaan? Kok, naik tangga? Sekelas mall kecil aja pakai lift, kok, perusahaan tempat kamu bekerja malah nggak ada lift?""Liftnya lagi rusak, Bu! Jadi Ratih pakai tangga."Bu Tut mendekati Ratih dengan pandangan tajam. "Nggak usah bohong kamu! Kamu habis jalan sama om-om 'kan?" Bu Tut langsung berkata ke intinya. "Nggak, kok! Bu! Ratih kerja." Tubuh Ratih sudah mengucur keringat dingin. "Kerja, kerja! Nggak usah bohong kamu! Ibu sudah tau semuanya. Ibu sudah lihat

  • Nasib Dikelilingi Tetangga Julid   Bab 112 - Beritanya Viral

    Bu Susi memperlihatkan video seorang wanita yang digrebek di kamar hotel dan di serang oleh istri sahnya."Sini coba saya lihat!" Bu Tut mengambil ponsel Bu Susi untuk melihat video itu dengan lebih jelas.Awalnya dia biasa saja bahkan ikut geram dan mengumpat sebelum tau bahwa wanita yang jadi pelakor di video itu adalah anaknya."Bagus! Hajar aja! Geram banget sama pelakor dan lakinya ini! Terus, Bu! Jangan kasih ampun!" ujar Bu Tut bersemangat.Bu Susi heran kenapa Bu Tut malah ikutan geram dengan video itu? Bukannya terkejut atau berteriak histeris.Bukan karena hasil videonya yang jelek, tapi Bu Tut tidak mengenali pelakor itu karena wajahnya sudah terdapat luka-luka."Terus! Hajar! Kalau perlu potong aja b*tang suaminya dan kasihin ke binat*ng! Masukin cabe juga ke dalam lub*ng buaya si pelakornya! Dasar bin*t*ng kedua orang itu!" ujarnya mengumpat dengan semangat."Loh, Bu Tut, kok nggak kaget? Malah ikutan mengumpat?" tanya Bu Susi heran."Kenapa kamu heran? Bukannya reaksi sa

  • Nasib Dikelilingi Tetangga Julid   Bab 111 - Digrebek di Kamar Hotel

    "Ma-mamah!" ucap Om Heri terbata-bata. BRAKK... Wanita yang ternyata istri dari Om Heri itu menggebrak pintu. Ratih yang terkejut, menyusul keluar. "Siapa, Om?" tanya Ratih. Dia menutupi dirinya dengan selimut hotel dan berjalan keluar. Ratih tak kalah terkejutnya melihat ramainya orang berada di pintu kamarnya. Istri Om Heri memandang Ratih dari ujung kepala sampai kaki. Menatapnya dengan pandangan tajam. "Jadi ini wanita peliharaanmu?" ujarnya pedas. "Mama ngapain ke sini?""Mama? Apa wanita ini istri Om Heri? Tapi, kata Om kemarin dia seorang duda?" Ratih bertanya dalam hati. "Ngapain katamu?" teriak wanita itu. Teriakannya membuat orang-orang keluar dari kamar mereka dan beramai-ramai melihat. "Puas kamu, ya! Sudah main berapa kali dengan wanita ini?" tunjuk nya pada Ratih. "Dasar laki-laki buaya! Perempuan gatal! Kub*n*h kalian!" Istri Om Heri mencoba meraih Ratih, namun dihalangi oleh Om Heri. "Mah, jangan begini dong! Malu dilihat sama orang!" bisik Om Heri. "Apa?

  • Nasib Dikelilingi Tetangga Julid   Bab 110 - Terungkap

    "Tadi itu aku lihat Ratih loh, Mas!""Ratih siapa? Temen kamu?""Ih, bukan! Itu loh, Ratih anaknya Bu Tut.""Terus kenapa kalau kamu lihat dia? Kayak nggak pernah lihat aja sampai heboh begitu!" Sambil berjalan, sesekali Irwan bercanda dengan anaknya. "Tadi itu dia sama seorang laki-laki, Mas! Om-om gitu! Gandengan pula! Mesra banget.""Kamu yakin kalau itu dia? Jangan asal tuduh loh, Yank!""Iya, Mas! Aku yakin! Aku nggak bakalan lupa sama wajah wanita yang sudah mencoba menggoda suami aku.""Kemarin, Bu Tut bilang kalau Ratih itu kerja sebagai asisten bos. Apa iya, ya Mas? Kok, lebih kayak sugar baby gitu?""Sugar baby? Apa itu, Yank?""Itu loh, Mas! Simpanan om-om!""Astaghfirullah! Hush, udah! Kami nggak usah kepo! Dosa tau mencari aib orang!""Astaghfirullah! Maaf, Mas! Habisnya aku kepo!" ujar Rani sambil nyengir meski suaminya tidak melihat karena tertutup masker."Biarkan saja dia! Kamu nggak usah ikut campur. Meski ibu dan dia pernah membuat kita kesal dan pernah memfitnah k

  • Nasib Dikelilingi Tetangga Julid   Bab 109 - Ratih Kepergok

    "Ah, iya nih, Bu! Bagus nggak?""Wah, bagus Bu Tut. Kayaknya habis dapat rejeki nomplok nih sampai bisa beli cincin.""Iya, Bu! Saya habis dikasih sama Ratih. Kemarin dia habis gajian dan ngasih saya satu juta. Makanya saya bisa beli cincin sebagus ini," ujar Bu Tut."Beruntung banget ya, Bu Tut. Coba saja anak saya bisa ngasih saya uang banyak kayak gitu.""Iya, Bu! Akhirnya Ratih bisa berbakti juga sama orang tua. Semenjak dia cerai bahkan masih sama suaminya saja, kami orang tuanya yang ngasih makan.""Hah, yang bener, Bu?""Iya! Makanya, waktu si Jono terkena kasus, saya suruh cerai aja sekalian. Punya suami nggak bisa diandelin, buat apa?""Bener, Bu! Zaman sekarang makan cinta mah, nggak bakalan kenyang.""Nah, makanya itu. Laki zaman sekarang pengennya punya istri cantik. Padahal dia sendirinya cuma laki-laki kere. Nggak bisa memenuhi keperluan istrinya. Dia kira makan tampang aja kenyang?""Bener tuh, Bu Tut!""Ya, sudah! Saya pulang dulu ya, Bu-ibu!""Iya, Bu!""Enak ya, Bu T

  • Nasib Dikelilingi Tetangga Julid   Bab 108 - Ratih Mulai Tergiur

    "Ma-maksud, Om! Melayani apa? Menyediakan makan minum untuk Om, gitu?""Jangan pura-pura nggak tau, Ratih! Kita sudah sama-sama dewasa. Kamu ngerti apa yang saya maksud!" Om Heri menyesap rok*k yang terjepit di jarinya. "Tapi... Saya..." Ratih seakan ragu. Namun, tak dipungkiri dia sangat tergiur dengan uang itu. "Kalau kamu mau, uang sebesar sepuluh juta yang ada di amplop itu akan menjadi milikmu! Tetapi... Kalau kamu nggak mau, tidak apa-apa! Saya tidak keberatan tapi uang ini saya ambil kembali."Ratih menelan salivanya. Dia bingung dan juga bimbang, antara menerima atau menolak tawaran itu. "Saya tidak akan memberikan tawaran ini dia kali. Dan kalau kamu menolak uang ini, saya rasa kamu akan menjadi orang yang paling rugi." Om Heri mencoba menggoyahkan pertahanan Ratih. "Kamu tau? Sekarang susah untuk mendapatkan pekerjaan mudah dalam waktu yang singkat. Tidak mudah pula mendapatkan uang sebesar ini dalam satu hari. Apa kamu yakin mau menolak tawaran ini?" Lagi, Om Heri semak

  • Nasib Dikelilingi Tetangga Julid   Bab 107 - Permulaan Karma

    "Awas kamu, Rani!" Bu Tut menggerutu setelah mendapatkan vonis hukuman dari Pak RT. "Sialan banget. Ini semua salah kamu, Winda!" ketus Bu Irma. "Loh, kok, Bu Irma nyalahin saya sih?" Winda tentu saja tidak terima dengan tuduhan itu. "Kan, yang ngajakin ke rumah Rani, kalian bertiga, kok, malah salah saya?""Iya! Salah kamu! Seandainya saja kamu memberikan informasi yang benar tidak akan seperti ini kejadiannya," bentak Bu Tut. "Kamu sengaja 'kan? Kamu hanya ingin memanfaatkan kami supaya bisa menuluskan niat jahatmu untuk merebut Irwan dari Rani," cetus Bu Tut. Mata Winda terbelalak karena tebakan Bu Tut memang benar. Namun, dia berusaha mengelak. "Enak saja! Memangnya selama ini saya pernah ngajakin ibu-ibu untuk membenci Rani? Bukannya kebalik? Kan, kalian yang ngajakin saya untuk membenci dia. Saya baru datang lagi kemari, malah kalian yang ngomongin dia yang jelek-jelek.""Tetap saja! Ini semua salah kamu! Kalau saja, kami tidak terhasut oleh omonganmu barusan tidak akan kam

  • Nasib Dikelilingi Tetangga Julid   Bab 106 - Bu Tut dan Geng Mati Kutu

    "Aaaakkkhhh!" pekik ke empat orang itu. "Heh...! Kenapa kamu menyiram kami?" pekik Winda. "Apa lagi? Saya menyiram supaya jin dan roh jahat yang melekat di tubuh kalian semua pada kabur!" ketus Rani. "Apa kamu bilang?" Bu Tut dan Winda maju, ingin menjambak Rani, namun segera di tepis oleh Irwan. Dia mendorong Bu Tut yang berada di depan dan menumbruk tubuh Winda yang ada di belakang. "Aakkhh..." pekik Bu Tut, yang terduduk menimpa tubuh Winda. "Auwww!" Winda merintih karena ditindih oleh badan Bu Tut yang dua kali lebih besar darinya. "Hei, kurang ajar ya kamu, Irwan!" teriak Bu Tut. "Mas, kok, kamu malah mendorong kami sih?" Winda berkata manja. "Tolongin, dong!""Cih, buat apa? Kalian memang pantas menerima hal itu.""Kok, kamu jahat gini sih, Mas, sama aku?""Memangnya saya wajib gitu baik sama kamu?" sinisnya. "Pak RT, tolong usir saja mereka ini! Terutama wanita ini! Dia selalu mengganggu istri saya!" tunjuk Irwan kepada Winda. "Sudah! Bu Tut, Bu Irma, Bu Susi dan Mbak

  • Nasib Dikelilingi Tetangga Julid   Bab 105 - Tuduhan Tak Berdasar

    "Kamu berani mengancam? Apa kamu takut kelakuan busukmu itu terbongkar, ha?""Yang busuk itu bukan kelakuan saya! Tapi, pikiran kalian yang busuk!" cetus Rani. "Sudahlah, Rani! Kamu tidak usah mengelak. Kamu begitu tega mempermainkan Mas Irwan. Sampai hati kamu berbuat begitu. Sudah jelas-jelas kalau kamu selingkuh, bahkan pria ini berani mendatangi rumah kamu," ujarnya seolah prihatin dengan Irwan. "Lihat? Anakmu ini sangat mirip dengan lelaki ini? Ini sudah ada buktinya 'kan?" Winda kembali menimpali. "Dia tidak mirip denganmu atau pun Mas Irwan.""Hahaha...." Rani dan Andra tertawa berbarengan. Membuat Bu Tut, Bu Irma, Bu Susi dan Winda bingung. "Kamu lihat 'kan, Mas! Dia pasti tak bisa mengelak lagi makanya tertawa. Mas Irwan bisa kok, dapetin yang lebih baik lagi dari Mbak Rani. Masih banyak wanita yang ingin menjadi istri kamu, jadi tidak perlu menutupi kelakuan buruk Mbak Rani.""Termasuk kamu gitu? Yang mau jadi istri Mas Irwan? Kamu 'lah wanita baik itu, begitu 'kan?" cibi

DMCA.com Protection Status