Share

Bab 83

Penulis: Jingga Rinjani
last update Terakhir Diperbarui: 2022-10-03 18:40:03
Ayu tampak serius dengan seseorang di seberang sana. Beruntung, mesin uang yang dibelikan Mas Kinos ini mampu membuatku sedikit terhalangi.

"Bu, ngapain?"

Aku terkejut mendengar suara Mbok Minah, ia tengah berdiri tak jauh dariku dengan koyo yang sudah menempel di kepalanya.

"Ssst, sini!"

Aku pun menarik lengan Mbok Minah dan menyuruhnya duduk di kursi makan.

"Sepertinya, ada yang tak beres sama si Ayu. Dia lagi nelepon seseorang, tapi kaya bisik-bisik."

"Oh, iya. Mbok juga pernah dengar, Bu. Kayaknya nyebut-nyebut anak, deh," ucap Mbok Minah.

"Anak?"

Aku mengerutkan kening. Apa yang mereka bahas sampai bawa-bawa anak? Bukankah Ayu ini lajang?

"Sedang apa, Mbak?"

Aku menoleh, kalu tersenyum kaku padanya.

"Mbok, karena Kak Karina di sini, sebaiknya besok kita libur aja, ya? Saya sudah hubungi customer yang pesan besok, dan mengcancelnya. Meski nggak enak."

"Siap, Bu Bos."

Aku pun tersenyum, kemudian meminum teh yang disiapkan oleh Mbok Minah.

"Mbak, kamu benci sama aku, ya?"
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Puji Mulyani
tendang aja itu kinos sama ,ato minta bantuan arum untuk pasang kaki palsu setidak bisa jalan tidak di hina sama pelakor dan kakak si kinos sialan itu
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Nama Perempuan Lain di Buku Harian Suamiku   Bab 84

    Aku melirik ke arah Ayu, ia tengah memasang wajah cemberut dengan tangan mengadah. Persis seperti anak kecil yang tengah meminta uang jajan. "Kamu sudah dapat suamiku, masa mau minta juga apa yang ia kasih untukku?" tanyaku pada Ayu. Seketika ia menunduk, lalu datanglah Kak Karina dari belakang. Kini, aku menatapnya bukan seperti teman lagi, namun sebagai saingan dan juga lawan. "Kamu jangan begitu, Rum. Biar bagaimana pun, Ayu itu istrinya Kinos juga. Sudah, kasihkan dulu jam-nya. Lagian kamu kan nggak ke mana-mana, kalau Ayu nanti bisa nemanin Kinos kalau ke berbagai acara." "Loh, Kak Karina lupa kalau perusahaan Mas Kinos nggak memperbolehkan karyawannya memiliki istri dua?" "Bilang aja kalau dia sudah cerai sama kamu. Beres, kan?" Mataku membeliak mendengar ucapan Kak Karina. Sungguh tak dapat dipercaya! "Kak!" Kak Karina terkesiap, aku dan Mas Kinos teriak bersamaan hingga Mbok Minah pun mendekat. "Kita ini sama-sama perempuan. Kok tega sekali Kakak bilang begitu? Apa ka

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-04
  • Nama Perempuan Lain di Buku Harian Suamiku   Bab 85

    Tak kuhiraukan dering panggilan darinya. Namun, entah di panggilan yang ke berapa kali, kuputuskan untuk mematikan ponsel, karena takut supir taksi online merasa terganggu. Setelah tiga puluh menit, akhirnya kami sampai di rumah Ibu. Aku sempat tertegun sebentar, memantapkan hati untuk masuk ke dalam rumah. Masih pantas kah aku ke sini? Betulkah jalanku ini? Setelah banyak hal jahat yang kulakukan, pantaskah aku menerima kasih sayang keluarga ini lagi? "Ayo, Bu," ajak Mbok Minah. "Apa kita cari kontrakan aja, Mbok? Kayaknya, Rumi nggak pede mau masuk." "Yakin, Bu? Mau cari ke mana? Ibu memang tinggal di sini dulu, tapi apa paham daerah sini?" Benar. Karena keterbatasanku, aku jadi tak pernah berkeliling jauh. Hal ini menyebabkanku teringat pada Mas Kinos. Dasar lelaki tak tahu diri. Sudah dapat wanita sempurna, ia buang aku seenak hatinya. "Kita coba cari dulu, Mbok." Mbok Minah pun mengangguk dan mengajakku pergi. "Rumi!" Dorongan kursi rodaku terhenti, saat terdengar suara

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-26
  • Nama Perempuan Lain di Buku Harian Suamiku   Bab 86

    Ibu dan Bapak keluar dari kamar, beliau menghampiri Mas Kinos yang langsung menyalami keduanya. Ibu menyuruhnya untuk masuk, meski bisa kulihat Ibu terlihat keberatan dengan kedatangan lelaki yang berstatus suamiku itu. "Ada apa, Nak Kinos?" tanya Ibu. "Saya ke sini, mau menjemput Rumi, Bu." Ibu dan Bapak menoleh ke arahku, sementara aku menggeleng. Tak ingin lagi rasanya, aku kembali ke rumah itu. Membayangkan serumah dengan Ayu dan Kak Karina, aku sungguh muak. "Kalau mau dijemput begini, kenapa tadi dibiarkan pergi?" tanya Bapak, tajam. Aku bersyukur, memiliki keluarga yang begitu melindungiku. Meski Bapak dulu tak menyukaiku, namun sekarang semua berbeda. "Maaf, Pak. Tadi, saya sedang khilaf." "Nak Kinos, andai tahu begini, dulu saya tak mengizinkan Nak Kinos menikahi Rumi. Dia sudah seperti anak saya sendiri. Kalau disakiti begini, kami juga ikut sakit.""Mohon maaf, Pak, Bu. Saya menyesal. Boleh saya bawa Rumi pulang?" tanya Mas Kinos. "Saya kembalikan ini pada Rumi. Baga

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-27
  • Nama Perempuan Lain di Buku Harian Suamiku   Bab 87

    "Ayu hamil, bukankah lebih bagus jika aku pergi? Untuk apa aku di sana?" tanyaku menahan geram. "Tapi Ayu butuh kamu, Dek." "Apa yang bisa diharapkan dari aku? Aku cacat, Mas! Kamu jangan menghinaku, ya!" hardikku setengah berteriak. Tak berselang lama, Rumi datang dan membawaku masuk ke dalam, lalu ia segera keluar lagi. "Sebaiknya kamu pulang saja, Nos! Kamu tak dibutuhkan di sini. Ingat ya, Nos, sudah cukup kamu menyakitinya!" ucap Rumi. "Dia istriku, Rum! Kamu jangan ikut campur. Atau jangan-jangan, kamu masih suka sama aku?" "Cih! Jangan mimpi! Mas Haris jauh lebih baik dari kamu!" Mendengar ucapan Arum, aku tersenyum miris. Benar, Mas Haris jauh lebih baik ke mana-mana. Andai dulu tak ada kecelakaan itu, sudah pasti aku menikah dengan Mas Haris. Ah, mikir apa aku ini?! Mas Haris sudah menikah dengan Arum, sebaiknya aku tak memiliki pemikiran seperti ini! "Sebaiknya kamu pergi, Nos. Nggak ada yang menerimamu." Tak lama kemudian, terdengar deru mobil keluar dari pekarang

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-28
  • Nama Perempuan Lain di Buku Harian Suamiku   Bab 88

    Setelah mengirim pesan pada Mas Kinos, aku membaca status-status di aplikasi chat itu. Banyak pelanggan kue yang memposting acara bahagia dan juga ada beberapa yang mungkin sedang patah hatinya. Sama denganku. Entah kenapa, akalku berpikir untuk berpisah, namun hatiku merasakan sakitnya. Apakah karena aku masih cinta? Sementara otakku berpikir untuk mengakhiri penderitaan? [Makan bertiga bersama kesayangan. Tahun depan mungkin sudah berempat. Nggak sabar. Semoga kita selamanya bersama.] Aku membaca status Ayu yang menampilkan foto Mas Kinos, Kak Karina, dan juga Ayu. Mereka tampak tersenyum bahagia. Saking bahagianya, aku sampai tak melihat raut penyesalan yang ditampakkan oleh Mas Kinos sekarang. "Bu, Mbok mau ke warung dulu, ya, beli sabun." "Oh, iya, Mbok. Ini uangnya." Kuambil uang dari dalam saku dan menyodorkannya pada Mbok Minah. Tapi perempuan paruh baya itu menolaknya. "Mbok masih ada. Tadi pagi dikasih sama Ibu pas belanja. Sama Ibu juga ngasih gaji Mbok, Bu."Aku sedi

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-28
  • Nama Perempuan Lain di Buku Harian Suamiku   Bab 89

    "Ayu? Kenapa bisa Pak Hengki foto bareng Ayu?" Tak lama kemudian, Pak Hengki datang lagi dan menyerahkan tiga lembar uang seratus ribuan. "Sebentar, saya ambil dulu kembaliannya," ucapku. "Nggak perlu, Bu. Buat Ibu saja." "Nggak, Pak, saya ini jualan." "Iya, saya tahu. Tapi serius, ngga usah kembalian." Aku terdiam, bingung hendak menanyakan perihal wallpapernya, atau diam saja?"Terima kasih banyak, Pak. Semoga dilancarkan rezekinya." "Aamiin. Kalau begitu, saya permisi dulu, Bu," ucapnya. Aku mengangguk. Yah, lebih baik aku tak terlalu kepo dengan urusan orang lain. Tapi, bukankah ini menyangkut Mas Kinos juga? Bagaimana kalau ternyata Pak Hengki adalah selingkuhannya Ayu? "Pak, sebentar!" panggilku. "Iya, Bu, kenapa? Ada yang bisa saya bantu?""Em, begini. Saya tadi tidak sengaja melihat wallpaper ponsel Bapak. Apa itu, keluarga?" tanyaku. "Oh, ini? Dia pacar saya, Mbak. Tapi, karena kami beda agama, tak dibolehkan oleh ayahnya yang seorang kyai." Deg! Pacar? Selingkuh

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-29
  • Nama Perempuan Lain di Buku Harian Suamiku   Bab 90

    Dahiku berkerut saat mendengarnya. Apa maksudnya itu? Apakah Ayu menyembunyikan sesuatu dari Mas Kinos? Lantas, kenapa ia malah menghina suaminya sendiri dengan kata bodoh? "Rumi?" Aku menoleh, ternyata Kak Karina sudah berdiri di belakangku. Ia tersenyum sinis, sangat berbeda dengan Kak Karina yang dulu begitu menyayangiku. "Ada urusan apa ke sini? Kenapa bertamu tak ketuk pintu terlebih dahulu?" tanya Kak Karina. "Bertamu? Kak, aku masih nyonya di rumah ini, ya!" "Nyonya? Tapi kamu sendiri yang pergi, malah kabarnya kamu mau mengajukan gugatan cerai? Dasar wanita tak tahu diri! Sudah diangkat derajat oleh suamimu, kamu malah mencampakkannya? Benar-benar wanita cacat tak tahu diuntung!" Mendengar penghinaan itu, lantas aku tersenyum sini. Kulajukan roda mendekat ke arahnya. "Wanita cacat? Apa Kakak lupa, kalau yang membuatku jadi begini itu Mas Kinos? Andai adik Kakak nggak ngantuk, maka aku nggak akan berakhir seperti ini, Kak!" teriakku. Terdengar derap langkah mendekat. A

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-29
  • Nama Perempuan Lain di Buku Harian Suamiku   Bab 91

    Aku meminta Arum membalikkan kursi rodaku agar bisa menghadap ke arah dua sejoli yang tengah bertengkar itu. "Ayu, kamu nggak usah khawatir. Aku ini cacat, kenapa Mas Kinos akan memilihku? Tentu tidak. Dia akan memilihmu, Ayu. Kamu cantik, sempurna. Dan bahkan katanya, kamu lagi hamil anaknya Mas Kinos, kan? Jadi, apa yang kamu cemburuin dari wanita cacat dan tak bisa hamil seperti aku ini? Yah, meskipun itu semua juga karena perbuatannya, sehingga aku merasakan ini semua. Tapi tak apa, aku ikhlas. Berbahagia lah kalian. Kamu, Mas, jangan pernah menyesal sudah seperti ini," ucapku. "Rum, rumah tangga kita baik-baik saja. Kenapa kamu mau pergi? Tetap di sini, ya?" pinta Mas Kinos, sepertinya ia tak menghiraukan ucapan istri muda yang tengah mengandung anaknya itu. "Mas!" teriak Ayu. "Tidak, Mas. Rumah tangga kita tidak sedang baik-baik saja. Apalagi, sejak kedatangan wanita lain di tengah kebahagiaan kita. Sejak saat itu, tak pernah ada kebahagiaan di hidupku. Kalau begitu, aku perm

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-31

Bab terbaru

  • Nama Perempuan Lain di Buku Harian Suamiku   BAB 99

    “Kenapa, Neng? Kok bengong gitu” tanya Mbok Nah. “Itu tadi si Arum kupanggil, tapi nggak nyaut. Mana jalannya cepat banget. Terus nggak lama, dia keluar lagi naik motor.” “Ya sudah, Neng, ayo kita susul!” ajak Mbok Nah. Aku mengangguk saja, lalu Mbok Nah membantu mendorong kursi rodaku menuju rumah Ibu yang terdengar berisik. “Ada apa ini, Bu?” tanyaku pada Ibu yang tengah menimang Renda.” “Ayahnya Arum, masuk rumah sakit lagi. Sekarang katanya gagal jantung.” Aku menutup mulut mendengar ucapan Ibu. Gagal jantung? Apakah ayahnya Arum memiliki riwayat penyakit itu? “Mas Haris ke mana, Bu?” “Dari kantornya, langsung ke rumah sakit. Kita saling mendo’akan saja, ya,” ucap Ibu. “Aamiin.” -- Setelah tengah malam, baru kami mendapat kabar kalau ayanya Arum meninggal dunia. Mendengar kabar itu, membuatku antara percaya dan tak percaya. Orang sebaik ayahnya Arum, kenapa cepat sekali meninggalnya? Keesokan hari. Kami sudah stand by di rumah Arum setelah Bapak meminta kunci rumah pad

  • Nama Perempuan Lain di Buku Harian Suamiku   BAB 98

    “Untuk apa datang ke sini, Kak?” tanyaku pada Kak Karina yang sudah berdiri di belakangku entah sejak kapan.“Kakak ingin bicara denganmu, Rum,” ucap Kak Karina.Aku melengos. Bagiku, tak ada lagi yang perlu dibicarakan diantara kami. Sudah cukup penghinaan mereka atas diriku.“Aku sibuk, Kak. Nggak ada lagi yang perlu kita bicarakan juga. Aku dan Mas Kinos sudahh bercerai. Pun aku tak pernah mencoba menghubunginya lagi. Jadi, baik Kak Karina ataupun Ayu tak perlu takut dan khawatir karena aku takkan mengganggu rumah tangga orang lain. Beda dengan Ayu ataupun seseorang,” ucapku ambil mengangkat nampan kosong dan menyerahkannya pada Mbok Minah.“Kamu nyindir aku, Rum?” tanya Kak Karina.Hampir saja aku terkekeh mendengar pertanyaannya. Ya dipikir saja, memangnya kalau bukan dia, lantas siapa? Siapa orang yang dengan sengaja memasukkan Ayu dalam rumah tangga yang adem, ayem, dan tentram?“Maaf, Kak, tokonya mau aku tutup,” ucapku sambil meninggalkannya ke dalam.“Aku tak menyangka jika

  • Nama Perempuan Lain di Buku Harian Suamiku   BAB 97

    NAMA PEREMPUAN LAIN DI BUKU HARIAN SUAMIKU“Apa Bapak nggak salah bicara?” tanyaku.“Nggak, Rum. Nak Rhman datang ke sini memnag untuk melamarmu.”Aku terdiam mendengar ucapan Bapak. Bukan Lina yang hendak dilamarnya, namun aku? Aku, seorang janda yang bahkan tak memiliki rahim ini, hendak dinikahi oleh juragan beras seperti Mas Rohman?“Bagaimana, Nduk?” tanya Bapak.Aku menatap Lina yang seakan kehilangan semangat, pun terlihat jelas bahwa ia kecewa dengan kenyatan yang diucapkan oleh Bapak tadi. Aku menggeleng, bukan karena Lina sebenarnya, tapi aku sendiri belum mau memulai suatu hubungan lagi. Bagiku sudah cukup hidup begini. Menekuni bidang usaha yang baru saja kurintis.“Maaf, Pak, Rumi belum bersedia. Lagipula, baru kemarin Rumi bercerai. Rasanya tak elok jika langsung menjalin hubungan dengan orang lain lagi,” ucapku.“Ya sudah. Bapak pun setuju denganmu. Tadi sebenarnya sudah Bapak tolak. Tapi, Nak Rohman malah maksa. Jadi, sudah pasti ya kamu menolaknya?”

  • Nama Perempuan Lain di Buku Harian Suamiku   BAB 96

    [Bisa kita ketemu?] Aku mengerutkan kening saat Kak Karina mengajak bertemu. Hendak apa? Apa mau membahas hal yang kemarin? Astaga! Apa tak ada hal yang lebih penting? [Maaf, Kak, aku sibuk.] [Ini yang terakhir kali.] Aku akhirnya menyetujui bertemu dengannya, dengan syarat dia tak boleh membawa Ayu maupun Mas Kinos, dan Kak Karina langsung menyetujuinya. "Mbok, nanti temani aku ketemu Kak Karina dulu, ya?" "Oke, Neng." Aku mengangguk. Beruntung punya Mbok Minah, yang siap menemaniku ke mana saja dan ngapain saja. Sehingga aku tak merasa sendiri. Arum datang membawa Renda, ia menangis sesenggukan. Aku yang bingung kenapa, langsung mendekatinya. "Kenapa, Rum?" tanyaku. "Ayah masuk rumah sakit. Kecelakaan, Rum. Gimana ini," ucapnya sambil menangis. "Ya Allah! Sini, biar aku jagain Renda. Kamu kalau mau ke rumah sakit, pergi lah. Biar nanti aku yang jaga Renda dan kasih tahu Ibu kalau sudah pulang dari antar makan siang." "Nggak papa, Rum?" tanyanya. "Ya nggak papa, lah. Mem

  • Nama Perempuan Lain di Buku Harian Suamiku   BAB 95

    “Masa iya, sepupu kelakuannya begini, Pak?” tanya Mbok Minah pada Mas Kinos. Sementara Ayu wajahnya begitu pias.“Bisa kamu jelaskan maksud dari semua ini, Yu?” tanya Mas Kinos.“Mas, kamu jangan langsung percaya sama Mbok Minah. Dia itu pasti berpihak sama Mbak Rumi, Mas.”“Kamu benar-benar keterlaluan, Yu. Mas sama sekali tak menyangka, sudah membela dan memilih orang sepertimu.”Setelahnya Mas Kinos pergi, disusul dengan Ayu yang gelagapan dan mengejarnya. Sementara Kak Karina, menatapku dengan tatapan entah, sebelum akhirnya pergi menyusul adik dan iparnya itu menuju mobil. Apakah ia juga mengira kalau aku dan Mbok Minah kerjasama demi membuat pasangan itu tercerai berai?Aku pergi masuk terlebih dahulu, setelah memastikan tamu tak diundang itu melajukan mobilnya. Kuteguk air putih satu gelas penuh. Benar-benar tak habis pikir. Kenapa Ayu selalu saja membuatku dan Mas Kinos salah paham?apakah memberi tahu fakta pada suamiku itu salah? Ah, aku lupa. Kami bahkan suda bercerai bebera

  • Nama Perempuan Lain di Buku Harian Suamiku   BAB 94

    "Apa sih, Mas? Kalau datang itu salam, bukan main nyemprot aja!" tanyaku padanya begitu kami bertatapan. "Aku benar-benar tak menyangka, kalau kamu bisa berbuat sejahat ini pada Ayu, Rum. Kupikir, kamu adik ipar yang baik. Ternyata aku salah. Sudah cacat, jahat pula!" Aku mengepalkan tangan, merasa sakit hati sekali atas penghinaan darinya. Memangnya, tangan dan kakiku menghilang sebelah, akibat perbuatan siapa kalau bukan perbuatan adiknya tersayang itu?Ternyata, bukan cuma Mas Kinos saja yang datang, Kak Karina dan Ayu juga. Herannya, maduku itu diperban pipi kanannya diperban. Aku jadi was-was, kenapa perasaanku sangat tak tenang?"Kamu tanya kenapa? Lihat! Kamu menampar Ayu dengan kencang, kan?" tanya Mas Kinos sambil menarik Ayu dan memperlihatkan perban di pipinya itu. Wajahnya pura-pura mengaduh, kesakitan.Aku mengerutkan kening, kapan aku melakukannya? Ah, jangan bilang, ini hanyalah tipu daya Ayu supaya Mas Kinos semakin membenciku dan tak membuatku melaporkannya pada Mas

  • Nama Perempuan Lain di Buku Harian Suamiku   BAB 93

    "Ayu?" "M-Mbak Rumi." Pak Hengki bolak-balik memperhatikanku dan Ayu bergantian. Sepertinya, ia tak menyangka jika aku dan pacarnya itu saling kenal. Apa Pak Hengki nggak tahu, kalau Ayu sudah menikah dan bahkan sekarang sedang hamil anak Mas Kinos? "Sayang, kamu kenal dia?" tanya Pak Hengki. "Anu, Mas..." "Mas Kinos mana, Yu? Kok kamu jalan sama Mas Hengki," ucapku, sambil memegang ponsel kuat-kuat. Susah payah kurelakan Mas Kinos untuknya, rupanya dia buaya betina. Astaga, Mas! Wanita modelan begini, kamu sampai bela segitunya? "Kinos, siapa itu?" "Oh, itu-" "Teman kampungku, Mas. Iya, teman kampungku. Ya sudah, Mbak Rumi, kami permisi dulu. Ayo, Sayang," ucap Ayu pada Pak Hengki.bHampir saja aku tertawa dibuatnya. Ayu, apakah dia benar sudah gila? Bahkan ia memanggil Pak Hengki dengan panggilan Sayang di depanku? Astaga! "Jadi, Ayu selingkuh ya, Neng?" "Sepertinya, Mbok. Benar-benar zaman sudah gila. Untuk apa dia menikah dengan Mas Kinos, kalau ujung-ujungnya masih ber

  • Nama Perempuan Lain di Buku Harian Suamiku   BAB 92

    "Mama?" Mama berdiri dan menghampiriku. Entah apa yang membawa beliau ke sini? Aku pun penasaran, karena tak kulihat adanya Papa yang ikut. "Nak, pulang ya?" pinta Mama setelah aku duduk. Aku terkejut mendengar permintaan mama angkatku ini. Atas dasar apa dia memintaku untuk pulang? Bukankah dulu, mereka malah mengusirku? "Nggak, Ma, Rumi minta maaf," ucapku seraya melepaskan genggaman tangan Mama. "Kenapa, Nak? Kasihan Papamu. Sekarang sakit dan sudah didiagnosa takkan sembuh. Mama mohon, Nak." Aku melengos. Biarkan saja laki-laki itu mati. Apa urusannya denganku? Apakah Mama lupa, kalau suaminya itu dulu bahkan mencoba untuk memperkosaku? "Maaf, Ma, tapi Rumi benar-benar tak bisa. Masih teringat kejadian waktu itu, dan Mama malah menuduh Rumi yang tidak-tidak. Beruntung ada Arum yang membela," ucapku. Ibu membelai punggungku, dan menguatkan. Berbeda sekali dengan Mama yang justru membuang muka. Jika begitu, apa yang membuatnya justru kembali ke sini dan memintaku untuk pulan

  • Nama Perempuan Lain di Buku Harian Suamiku   Bab 91

    Aku meminta Arum membalikkan kursi rodaku agar bisa menghadap ke arah dua sejoli yang tengah bertengkar itu. "Ayu, kamu nggak usah khawatir. Aku ini cacat, kenapa Mas Kinos akan memilihku? Tentu tidak. Dia akan memilihmu, Ayu. Kamu cantik, sempurna. Dan bahkan katanya, kamu lagi hamil anaknya Mas Kinos, kan? Jadi, apa yang kamu cemburuin dari wanita cacat dan tak bisa hamil seperti aku ini? Yah, meskipun itu semua juga karena perbuatannya, sehingga aku merasakan ini semua. Tapi tak apa, aku ikhlas. Berbahagia lah kalian. Kamu, Mas, jangan pernah menyesal sudah seperti ini," ucapku. "Rum, rumah tangga kita baik-baik saja. Kenapa kamu mau pergi? Tetap di sini, ya?" pinta Mas Kinos, sepertinya ia tak menghiraukan ucapan istri muda yang tengah mengandung anaknya itu. "Mas!" teriak Ayu. "Tidak, Mas. Rumah tangga kita tidak sedang baik-baik saja. Apalagi, sejak kedatangan wanita lain di tengah kebahagiaan kita. Sejak saat itu, tak pernah ada kebahagiaan di hidupku. Kalau begitu, aku perm

DMCA.com Protection Status