Share

Bab 55

Penulis: Jingga Rinjani
last update Terakhir Diperbarui: 2022-09-27 22:09:05

Setelah kepulangan keluarga Haris, ayah dan Bunda menasehati. Berbagai macam wejangan beliau katakan seolah baru pertama kali aku akan menikah, hihi.

"Kami meminta pernikahannya nanti supaya kamu fokus pada kelahiranmu saja, Nak. Bukan apa-apa, ya, tapi demi kebaikan juga."

"Iya, Ayah, Arum ngerti kok. Lagi pula minggu depan sudah mau tujuh bulan, dua bulan lagi lahirannya. Arumi lagi ngumpulin mental dulu. Nanya-nanya ke orang yang sudah melahirkan, katanya sakit," ucapku sambil meringis kala mengingat ucapan teman-temanku.

"Lagian ngapain nanya? Kalau sakit, mana mungkin orang mempunyai anak lebih dari dua. Bahkan eyangmu saja anaknya enam, kok."

Iya juga, sih. Apa mereka hanya mencoba membuatku takut dan berakhir overthinking. Aku pun mengembuskan napas panjang. Mengusap perut yang semakin membesar.

"Jika begini, maka nazab anakku nanti sama siapa, Yah?" tanyaku.

"Ya sama papanya. Kan kamu hamil waktu masih sama Haris. Kamu cuma terlambat menyadari aja."

Aku mengangguk. Samb
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
anne annisa
kok aku ikutan berbunga-bunga ya...btw aku seneng bgt lho cerita2 rujuk begini. krn klo ganti suami tuh sebenarnya cm ganti masalah aja dengan masalah baru. ini perjuangannya, ribut,bahkan cerai dulu pada akhirnya balikan. satu fase ujian RT terlewati.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Nama Perempuan Lain di Buku Harian Suamiku   Bab 56

    "Hehehe, sebenarnya aku datang, cuma telat jadi nunggu di luar. Pas aku baru balik dari mobil ngambil hp, kalian sudah keluar. Terus aku lihat adegan pelukan sambil nangis," ucap Kalisa. "Adegan pelukan itu, sebenernya dia yang narik. Setelah di mobil juga Nadia marahin karena kami bukan mahram lagi." "Bisa-bisanya kalah sama yang muda." "Ya maap." Kami pun melanjutkan obrolan. Dari masalah dia, masalah aku. Hingga wedding dream aku nanti. Tapi, emang masih cocok? Mengingat ini bukan lah pernikahan pertamaku. "Aku cuma mau akad nikah aja. Lagian malu." "Kamu mau nikah, Rum?" tanya Mpok Siti, tetangga Kalisa yang tiba-tiba saja keluar dari balik tembok. "Ya Allah, Mpok, ngagetin aja," ucapku. "Hehe, ya maaf. Kamu mau nikah lagi?" tanyanya yang membuatku malu. Aku pun mengangguk, lalu pertanyaan kedua pun meluncur dari mulutnya. "Sama siapa? Kan kamu hamil." "Sama bapaknya anak ini lah," ucapku. "Maksudnya, mau rujuk?" tanyanya. Aku mengangguk lagi, dia sempat terkejut, lal

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-27
  • Nama Perempuan Lain di Buku Harian Suamiku   Bab 57

    "Wu-wulan!" ucapku terbata saat melihat wanita itu datang sambil berjalan menenteng tas kerjanya. Sepertinya ia baru saja pulang dari bekerja. "Iya, ini aku. Bagaimana kbarmu, Arumi?" "Cih! Untuk apa menanyakan kabarku? Sekarang, bukakan ini!" ucapku sambil meronta. Namun, bukannya melepaskan ikatan yang ada di tubuh, Wulan malah terbahak-bahak bersama anak buahnya. S*nting memang! "Coba saja kamu lepaskan kalau bisa. Awas, nanti malah tergesek kulit mulusmu itu." Cih! Aku membuang ludah tepat di sepatunya yang membuat ia bergidik jijik. Melihatnya begitu, aku tertawa. Plak! Kurasakan panas menjalar di area pipiku. Wulan, menamparku. "Berani kamu sama aku, hah?" "Kamu minta aku buat lepasin Mas Haris kan?" "Pintar!" "Tapi aku takkan melepaskannya." "Atau, kamu ingin menukarnya dengan anakmu?" Jantungku serasa berhenti berdetak saat Wulan mengeluarkan sebuah pisau lipat dari tasnya, dan menaruhnya di atas perutku. Meski pisau itu bukan terbuka, tapi aku ngeri melihatnya.

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-27
  • Nama Perempuan Lain di Buku Harian Suamiku   Bab 58

    Kurasakan nyeri di perut saat pertama kali bangun. Saat melihat ke sekeliling, semuanya putih. Kuraba perut, tapi sudah tak ada lagi perut buncitku.Allah, bagaimana dengan anakku? "Alhamdulillah ya Allah, kamu sudah bangun?" Suara Mas Haris terdengar dari arah pintu. Aku tersenyum, lalu berusaha duduk namun tak bisa. "Bayi kita gimana, Mas?" tanyaku. "Alhamdulillah, sudah baik-baik saja. Tapi sekarang ada di ruangan bayi. Meski lahir di kurang bulan, tapi nampaknya dia sehat, Rum. Terima kasih, ya," ucap Mas Haris sambil menitikkan air mata. "Alhamdulillah, ya Allah. Mas, aku sudah takut anak kita akan tak selamat. Terima kasih sudah cepat datang, ya?" "Sama-sama, Rum. Mas memang sudah feeling kalau kamu sedang tidak baik-baik saja. Suaramu terdengar gemetar pas angkat telepon dari aku. Ternyata benar, kan? Kamu bahkan sedang disiksa oleh Wulan. Aku tak menyangka jika wanita itu begitu tega. Maafkan aku, Rum," ucap Mas Haris. "Nggak papa, Mas. Ini semua salahku yang tak menany

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-27
  • Nama Perempuan Lain di Buku Harian Suamiku   Bab 59

    Ternyata, itu adalah polisi yang menelepon Mas Haris. Mereka menemukan dua orang terkapar di dekat sungai, lalu menemukan nomor Mas Haris di daftar panggilan cepat pada ponsel Mas Haris. "Sekarang dia di mana?" "Di rumah sakit Bunda. Mas boleh ke sana?" tanyanya. "Tentu boleh. Kenapa tidak?" "Kamu nggak cemburu?" "Mas, seseorang lagi butuh bantuanmu, sekarang bukan saatnya ngomongin itu," ucapku sedikit kesal. "Terima kasih, bidadariku. Kamu baik banget." Aku mengangguk, seraya tersenyum. Mau cemburu? Itu bukan hal terpenting sekarang. Lagi pula, aku juga penasaran kenapa Rumi bisa terkapar di dekat sungai? Apakah mereka hanyut, lalu terseret ombak? Tapi, masa ponselnya masih bisa dipakai?Lalu, siapa satu orang lagi? Kenapa bisa bareng Rumi? Ingatanku melayang ke beberapa minggu yang lalu saat Kalisa mengatakan bahwa ia melihat Rumi bersama Kinos. Apakah itu mereka? Polisi tak bilang menemukan jasad, itu tandanya, Rumi masih hidup, kan? Bunda masuk ke kamar yang memang terbuk

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-27
  • Nama Perempuan Lain di Buku Harian Suamiku   Bab 60

    "G*la!" "Iya, kan?" Aku hanya menggelengkan kepala. Kenapa mereka bisa begitu? Apa semasa hidup dengan mereka, Rumi juga terlalu banyak bertingkah seperti akhir-akhir ini? Atau, mereka tak mau merawat Rumi lagi karena kini ia cacat? Apa mereka menilai itu sebagai aib? Astaghfirullah! Padahal jika dilihat wajahnya, Rumi begitu cantik. Ada yang menyadari? Rumi belakangan menimbulkan banyak masalah. Kecelakaan, ketahuan melet Mas Haris, mengancamku, bahkan menyumpahi janinku. Mengingat itu, aku melihat ke arah Renda. Bayi cantik terlihat sempurna secara fisik. Alhamdulillah, ya Allah. Semoga kamu akan menjadi anak yang berbakti, ya, Nak. Tak lama kemudian, datang keluarga Mas Haris, minus Lina karena ia sedang berkuliah. "Jadi bagaimana Rumi?" tanya Ibu. "Ya begitu. Sekarang ada di rumah sakit. Kata Polisi, kemungkinan ribut sama yang satu lagi. Akhirnya malah jatuh semua darj jembatan. Beruntung, ada jalan setapak sehingga mereka jatuhnya ke sana." "Tapi tak apa-apa, kan?" tanya

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-27
  • Nama Perempuan Lain di Buku Harian Suamiku   Bab 61

    "Dih, biasa aja kali, nggak usah sewot!" ucapku.--Pagi hari. Aku menjemur Arenda di depan rumah. Alhamdulillah, sudah sepuluh hari usianya. Badannya pun sudah lebih berisi daripada pertama lahir. Sekarang, lebih terlihat gemoy.Bunda datang sambil membawa buah. Beliau memang paling tahu kalau aku sangat suka buah. "Nadia ke mana, Bu?" tanyaku. "Ke rumah temennya. Lusa udah berangkat lagi ke Jogja." "Kasihan ya dia, Bu. Bolak-balik terus," ucapku. "Ya gimana lagi, Rum? Akhir-akhir ini dia juga ga banyak mata kuliah, katanya." "Bu, nanti kalau sudah enam bulan, nggak papa ya kalau Arum pindah ke rumah sana?" tanyaku. "Loh, ya nggak papa. Memangnya siapa yang mau melarang? Lagi pula jaraknya dekat, nggak harus sampai naik bis, kan?" tanya Bunda sambil terkekeh, dan otomatis nular ke aku. "Semoga saja ini akhir dari semuanya, ya, Bu. Setelah ini semoga Rumi sadar dan tidak aneh-aneh lagi. Arum juga mau tanya sama Kinos, kenapa dia bisa sama Arum? Apa yang sedang dia lakukan? Ken

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-27
  • Nama Perempuan Lain di Buku Harian Suamiku   Bab 62

    "Aku berdo'a yang terbaik untuk kalian, Mas. Semoga kali ini, pernikahan kalian langgeng. Sakinah mawaddah warahmah," ucapku tulus. Kini di hatiku sudah tak ada lagi iri ataupun marah dan bahkan benci pada Arum. Aku sekarang sadar, bahwa jodohku bukan lah Mas Haris. Aku hanya terlalu memaksakan takdir kami. Toh pada akhirnya, takdir tak dapat diubah. Aku akan tetap tersingkir daei hatinya. "Aamiin, terima kasih untuk do'anya. Jangan alihkan pertanyaan. Jadi bagaimana? Kenapa kamu dan Kinos bisa bersama?" tanya Mas Haris, nampak tak sabaran. "Ya karena kami memang sedang bersama, Mas," jawabku. "Iya, tapi kenapa bisa?""Dari sejak aku keluar dari rumah sakit, Mas Kinos langsung membawaku ke sebuah rumah. Aku pikir, mungkin dia sedang mencoba untuk menebus kesalahannya. Hari demi hari, aku merasa ada yang lain. Ternyata, aku jatuh cinta padanya, Mas. Lucu, ya? Padahal aku benci karena dia telah merenggut masa depanku, merenggut kebahagiaanku, tapi dengan mudahnya aku luluh pada per

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-27
  • Nama Perempuan Lain di Buku Harian Suamiku   Bab 63

    Aku mengangguk. Kupikir, sekarang tak ada tempat yang paling bagus selain yang disarankan oleh Ibu. Masuk panti, adalah pilihan pertama. Namun hari ini, Mas Haris datang lagi dengan membawa pilihan ke dua, yaitu pesantren. Aku memang ingin lebih membenahi diri. Sudah sekian lama aku berdosa, aku bahkan sudah jarang melaksanakan salat wajib. Ya Allah, betapa berdosanya hamba. "Mana yang kamu pilih?" tanya Mas Haris. ---Seminggu kemudian. Mas Haris dan keluarga mengantarkanku ke panti, minus Arum tentunya. Wanita yang baru saja melahirkan secara caesar itu tak diperbolehkan untuk berjalan jauh lebih dulu oleh bundanya. "Maafkan Ibu ya, Rum? Ibu melakukan ini bukan karena nggak sayang sama kamu. Kamu anak yang baik, rajin, hanya saja caramu salah. Andai tak ada ilmu hitam di antara kalian, sudah pasti Ibu juga bahagia memiliki menantu sepertimu," ucap Ibu yang membuatku terharu. "Bu, Ibu lupa sama menantu Ibu yang di rumah?" tanya Mas Haris, yang membuatku terkekeh. "Aku tak akan

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-27

Bab terbaru

  • Nama Perempuan Lain di Buku Harian Suamiku   BAB 99

    “Kenapa, Neng? Kok bengong gitu” tanya Mbok Nah. “Itu tadi si Arum kupanggil, tapi nggak nyaut. Mana jalannya cepat banget. Terus nggak lama, dia keluar lagi naik motor.” “Ya sudah, Neng, ayo kita susul!” ajak Mbok Nah. Aku mengangguk saja, lalu Mbok Nah membantu mendorong kursi rodaku menuju rumah Ibu yang terdengar berisik. “Ada apa ini, Bu?” tanyaku pada Ibu yang tengah menimang Renda.” “Ayahnya Arum, masuk rumah sakit lagi. Sekarang katanya gagal jantung.” Aku menutup mulut mendengar ucapan Ibu. Gagal jantung? Apakah ayahnya Arum memiliki riwayat penyakit itu? “Mas Haris ke mana, Bu?” “Dari kantornya, langsung ke rumah sakit. Kita saling mendo’akan saja, ya,” ucap Ibu. “Aamiin.” -- Setelah tengah malam, baru kami mendapat kabar kalau ayanya Arum meninggal dunia. Mendengar kabar itu, membuatku antara percaya dan tak percaya. Orang sebaik ayahnya Arum, kenapa cepat sekali meninggalnya? Keesokan hari. Kami sudah stand by di rumah Arum setelah Bapak meminta kunci rumah pad

  • Nama Perempuan Lain di Buku Harian Suamiku   BAB 98

    “Untuk apa datang ke sini, Kak?” tanyaku pada Kak Karina yang sudah berdiri di belakangku entah sejak kapan.“Kakak ingin bicara denganmu, Rum,” ucap Kak Karina.Aku melengos. Bagiku, tak ada lagi yang perlu dibicarakan diantara kami. Sudah cukup penghinaan mereka atas diriku.“Aku sibuk, Kak. Nggak ada lagi yang perlu kita bicarakan juga. Aku dan Mas Kinos sudahh bercerai. Pun aku tak pernah mencoba menghubunginya lagi. Jadi, baik Kak Karina ataupun Ayu tak perlu takut dan khawatir karena aku takkan mengganggu rumah tangga orang lain. Beda dengan Ayu ataupun seseorang,” ucapku ambil mengangkat nampan kosong dan menyerahkannya pada Mbok Minah.“Kamu nyindir aku, Rum?” tanya Kak Karina.Hampir saja aku terkekeh mendengar pertanyaannya. Ya dipikir saja, memangnya kalau bukan dia, lantas siapa? Siapa orang yang dengan sengaja memasukkan Ayu dalam rumah tangga yang adem, ayem, dan tentram?“Maaf, Kak, tokonya mau aku tutup,” ucapku sambil meninggalkannya ke dalam.“Aku tak menyangka jika

  • Nama Perempuan Lain di Buku Harian Suamiku   BAB 97

    NAMA PEREMPUAN LAIN DI BUKU HARIAN SUAMIKU“Apa Bapak nggak salah bicara?” tanyaku.“Nggak, Rum. Nak Rhman datang ke sini memnag untuk melamarmu.”Aku terdiam mendengar ucapan Bapak. Bukan Lina yang hendak dilamarnya, namun aku? Aku, seorang janda yang bahkan tak memiliki rahim ini, hendak dinikahi oleh juragan beras seperti Mas Rohman?“Bagaimana, Nduk?” tanya Bapak.Aku menatap Lina yang seakan kehilangan semangat, pun terlihat jelas bahwa ia kecewa dengan kenyatan yang diucapkan oleh Bapak tadi. Aku menggeleng, bukan karena Lina sebenarnya, tapi aku sendiri belum mau memulai suatu hubungan lagi. Bagiku sudah cukup hidup begini. Menekuni bidang usaha yang baru saja kurintis.“Maaf, Pak, Rumi belum bersedia. Lagipula, baru kemarin Rumi bercerai. Rasanya tak elok jika langsung menjalin hubungan dengan orang lain lagi,” ucapku.“Ya sudah. Bapak pun setuju denganmu. Tadi sebenarnya sudah Bapak tolak. Tapi, Nak Rohman malah maksa. Jadi, sudah pasti ya kamu menolaknya?”

  • Nama Perempuan Lain di Buku Harian Suamiku   BAB 96

    [Bisa kita ketemu?] Aku mengerutkan kening saat Kak Karina mengajak bertemu. Hendak apa? Apa mau membahas hal yang kemarin? Astaga! Apa tak ada hal yang lebih penting? [Maaf, Kak, aku sibuk.] [Ini yang terakhir kali.] Aku akhirnya menyetujui bertemu dengannya, dengan syarat dia tak boleh membawa Ayu maupun Mas Kinos, dan Kak Karina langsung menyetujuinya. "Mbok, nanti temani aku ketemu Kak Karina dulu, ya?" "Oke, Neng." Aku mengangguk. Beruntung punya Mbok Minah, yang siap menemaniku ke mana saja dan ngapain saja. Sehingga aku tak merasa sendiri. Arum datang membawa Renda, ia menangis sesenggukan. Aku yang bingung kenapa, langsung mendekatinya. "Kenapa, Rum?" tanyaku. "Ayah masuk rumah sakit. Kecelakaan, Rum. Gimana ini," ucapnya sambil menangis. "Ya Allah! Sini, biar aku jagain Renda. Kamu kalau mau ke rumah sakit, pergi lah. Biar nanti aku yang jaga Renda dan kasih tahu Ibu kalau sudah pulang dari antar makan siang." "Nggak papa, Rum?" tanyanya. "Ya nggak papa, lah. Mem

  • Nama Perempuan Lain di Buku Harian Suamiku   BAB 95

    “Masa iya, sepupu kelakuannya begini, Pak?” tanya Mbok Minah pada Mas Kinos. Sementara Ayu wajahnya begitu pias.“Bisa kamu jelaskan maksud dari semua ini, Yu?” tanya Mas Kinos.“Mas, kamu jangan langsung percaya sama Mbok Minah. Dia itu pasti berpihak sama Mbak Rumi, Mas.”“Kamu benar-benar keterlaluan, Yu. Mas sama sekali tak menyangka, sudah membela dan memilih orang sepertimu.”Setelahnya Mas Kinos pergi, disusul dengan Ayu yang gelagapan dan mengejarnya. Sementara Kak Karina, menatapku dengan tatapan entah, sebelum akhirnya pergi menyusul adik dan iparnya itu menuju mobil. Apakah ia juga mengira kalau aku dan Mbok Minah kerjasama demi membuat pasangan itu tercerai berai?Aku pergi masuk terlebih dahulu, setelah memastikan tamu tak diundang itu melajukan mobilnya. Kuteguk air putih satu gelas penuh. Benar-benar tak habis pikir. Kenapa Ayu selalu saja membuatku dan Mas Kinos salah paham?apakah memberi tahu fakta pada suamiku itu salah? Ah, aku lupa. Kami bahkan suda bercerai bebera

  • Nama Perempuan Lain di Buku Harian Suamiku   BAB 94

    "Apa sih, Mas? Kalau datang itu salam, bukan main nyemprot aja!" tanyaku padanya begitu kami bertatapan. "Aku benar-benar tak menyangka, kalau kamu bisa berbuat sejahat ini pada Ayu, Rum. Kupikir, kamu adik ipar yang baik. Ternyata aku salah. Sudah cacat, jahat pula!" Aku mengepalkan tangan, merasa sakit hati sekali atas penghinaan darinya. Memangnya, tangan dan kakiku menghilang sebelah, akibat perbuatan siapa kalau bukan perbuatan adiknya tersayang itu?Ternyata, bukan cuma Mas Kinos saja yang datang, Kak Karina dan Ayu juga. Herannya, maduku itu diperban pipi kanannya diperban. Aku jadi was-was, kenapa perasaanku sangat tak tenang?"Kamu tanya kenapa? Lihat! Kamu menampar Ayu dengan kencang, kan?" tanya Mas Kinos sambil menarik Ayu dan memperlihatkan perban di pipinya itu. Wajahnya pura-pura mengaduh, kesakitan.Aku mengerutkan kening, kapan aku melakukannya? Ah, jangan bilang, ini hanyalah tipu daya Ayu supaya Mas Kinos semakin membenciku dan tak membuatku melaporkannya pada Mas

  • Nama Perempuan Lain di Buku Harian Suamiku   BAB 93

    "Ayu?" "M-Mbak Rumi." Pak Hengki bolak-balik memperhatikanku dan Ayu bergantian. Sepertinya, ia tak menyangka jika aku dan pacarnya itu saling kenal. Apa Pak Hengki nggak tahu, kalau Ayu sudah menikah dan bahkan sekarang sedang hamil anak Mas Kinos? "Sayang, kamu kenal dia?" tanya Pak Hengki. "Anu, Mas..." "Mas Kinos mana, Yu? Kok kamu jalan sama Mas Hengki," ucapku, sambil memegang ponsel kuat-kuat. Susah payah kurelakan Mas Kinos untuknya, rupanya dia buaya betina. Astaga, Mas! Wanita modelan begini, kamu sampai bela segitunya? "Kinos, siapa itu?" "Oh, itu-" "Teman kampungku, Mas. Iya, teman kampungku. Ya sudah, Mbak Rumi, kami permisi dulu. Ayo, Sayang," ucap Ayu pada Pak Hengki.bHampir saja aku tertawa dibuatnya. Ayu, apakah dia benar sudah gila? Bahkan ia memanggil Pak Hengki dengan panggilan Sayang di depanku? Astaga! "Jadi, Ayu selingkuh ya, Neng?" "Sepertinya, Mbok. Benar-benar zaman sudah gila. Untuk apa dia menikah dengan Mas Kinos, kalau ujung-ujungnya masih ber

  • Nama Perempuan Lain di Buku Harian Suamiku   BAB 92

    "Mama?" Mama berdiri dan menghampiriku. Entah apa yang membawa beliau ke sini? Aku pun penasaran, karena tak kulihat adanya Papa yang ikut. "Nak, pulang ya?" pinta Mama setelah aku duduk. Aku terkejut mendengar permintaan mama angkatku ini. Atas dasar apa dia memintaku untuk pulang? Bukankah dulu, mereka malah mengusirku? "Nggak, Ma, Rumi minta maaf," ucapku seraya melepaskan genggaman tangan Mama. "Kenapa, Nak? Kasihan Papamu. Sekarang sakit dan sudah didiagnosa takkan sembuh. Mama mohon, Nak." Aku melengos. Biarkan saja laki-laki itu mati. Apa urusannya denganku? Apakah Mama lupa, kalau suaminya itu dulu bahkan mencoba untuk memperkosaku? "Maaf, Ma, tapi Rumi benar-benar tak bisa. Masih teringat kejadian waktu itu, dan Mama malah menuduh Rumi yang tidak-tidak. Beruntung ada Arum yang membela," ucapku. Ibu membelai punggungku, dan menguatkan. Berbeda sekali dengan Mama yang justru membuang muka. Jika begitu, apa yang membuatnya justru kembali ke sini dan memintaku untuk pulan

  • Nama Perempuan Lain di Buku Harian Suamiku   Bab 91

    Aku meminta Arum membalikkan kursi rodaku agar bisa menghadap ke arah dua sejoli yang tengah bertengkar itu. "Ayu, kamu nggak usah khawatir. Aku ini cacat, kenapa Mas Kinos akan memilihku? Tentu tidak. Dia akan memilihmu, Ayu. Kamu cantik, sempurna. Dan bahkan katanya, kamu lagi hamil anaknya Mas Kinos, kan? Jadi, apa yang kamu cemburuin dari wanita cacat dan tak bisa hamil seperti aku ini? Yah, meskipun itu semua juga karena perbuatannya, sehingga aku merasakan ini semua. Tapi tak apa, aku ikhlas. Berbahagia lah kalian. Kamu, Mas, jangan pernah menyesal sudah seperti ini," ucapku. "Rum, rumah tangga kita baik-baik saja. Kenapa kamu mau pergi? Tetap di sini, ya?" pinta Mas Kinos, sepertinya ia tak menghiraukan ucapan istri muda yang tengah mengandung anaknya itu. "Mas!" teriak Ayu. "Tidak, Mas. Rumah tangga kita tidak sedang baik-baik saja. Apalagi, sejak kedatangan wanita lain di tengah kebahagiaan kita. Sejak saat itu, tak pernah ada kebahagiaan di hidupku. Kalau begitu, aku perm

DMCA.com Protection Status