Share

Ch.51

Penulis: Sity Mariah
last update Terakhir Diperbarui: 2023-02-16 02:45:30

Naik Ranjang

🌻POV Yuda.

Aku berjalan mendekat pada Hilma tanpa menjawab pertanyaannya. Kuraih kedua pundaknya Cepat dan menahan Hilma di sudut kamar ini.

"Apa-apaan kamu?! Keluar! Sebelum aku teriak!" ancamnya dengan wajah panik.

Aku tersenyum miring. "Ayok teriak. Biar Ibu dan Bapak kamu denger. Memergoki kita di sini, lalu, kita akan dinikahkan lagi."

Hilma menggeleng cepat. "Gila kamu ya!" desisnya dengan netra melotot.

Aku tersenyum miring. Kuulurkan kedua tanganku di sisi pundaknya hingga membuat Hilma terkurung. "Iya aku gila. Sekarang aku sudah gila, karena kamu mengakhiri pernikahan kita disaat aku sedang koma dan aku tidak menerima perpisahan ini."

Aku menatapnya tajam. Dahi Hilma nampak berkerut dengan netra memicing menatapku.

"Aku juga gila, karena kamu menghindariku tadi siang. Kenapa? Kenapa kamu menghindar dariku? Aku hanya ingin bertemu dengan kamu. Aku ingin bertanya, kenapa kamu melakukan ini? Kenapa kamu menggugat ceraiku? Kamu tidak kasihan dengan si kembar yang h
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Naik Ranjang   Ch.52 (POV Azmi)

    Naik Ranjang🌻POv Azmi."Mi, tinggal hitungan Minggu lagi pernikahan kamu sama Hilma berlangsung. Tapi design kartu undangannya belum ada yang kamu pilih. Sebentar lagi lho ini. Kamu sebenarnya bener-bener mau nikah enggak sama Hilma?"Ambu mencecarku. Bukan hanya kali ini saja. Tetapi sudah dari kemarin-kemarin. Karena aku yang tidak kunjung menentukan design untuk kartu undangan. Sementara pernikahanku dan Hilma tinggal hitungan Minggu lagi saja."Nanti saja, Ambu. Aku belum bisa memilih. Ada yang belum aku sampaikan pada Hilma," jawabku santai.Terdengar Ambu menghela napasnya berat. "Mi, ingat umur. Enggak perlulah kamu kukuh dengan keinginan kamu itu. Ambu gak mau sampai Hilma menolaknya dan kamu justru tidak jadi menikah sama dia. Ambu yakin, dia mencintai kamu dengan tulus. Seharusnya, kamu juga membalasnya dengan tulus," timpal Ambu dengan mukena masih terpasang, duduk di sofa ruangan keluarga."Ya, justru karena Hilma mencintaiku, Ambu. Hilma harusnya bisa mengerti apa yang

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-16
  • Naik Ranjang   Ch. 53

    Naik Ranjang🌻POV Yuda.Aku termenung sendirian di ujung tempat tidur. Duduk membungkuk tanpa gairah menatap nanar dinding kamar di hadapan.Pikiranku berkelana jauh. Teringat malam di mana aku nekat masuk ke kamar Hilma. Tanpa adab, tanpa sopa santun. Aku tahu itu salah, sangat salah. Tetapi aku tidak tahu lagi, harus memperjuangkan cintaku dengan cara apalagi.Sebab, hari ini sudah tidak mungkin lagi aku mengejar Hilma. Pernikahannya dengan Azmi hanya tinggal hitungan hari.Malam itu, usai menyatakan perasaanku terhadapnya. Hilma mendorong pundakku, hingga aku terjengkang dan terduduk di lantai kamarnya.Dengan lantang Hilma menolakku. Memintaku pergi dan juga memintaku berhenti mengganggunya."Aku tidak mencintai kamu, Yud. Sejak awal kita menikah, aku tidak memiliki rasa apa pun terhadap kamu. Ditambah sikap kamu, kebencian kamu, dan perlakuan kamu selama kita menikah. Membuatku semakin sadar, untuk tidak jatuh hati terhadap kamu. Sekarang hubungan kita sudah selesai. Aku dan Azm

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-16
  • Naik Ranjang   Ch.54

    🌻POV Yuda.Hari demi hari berlalu.Hari pernikahan Hilma dengan Azmi sudah terlewati. Jika aku tidak salah hitung, sudah lewat satu bulan dari hari pernikahan yang awalnya telah ditentukan.Namun, karena pernikahannya itu diundur. Hingga kini sudah lewat satu bulan, belum juga kudengar kembali kabar pernikahan mereka.Entah diundur hingga berapa lama lagi.Satu bulan ini, aku ikut tinggal di rumah Ini dan Bapak. Agar tidak bolak balik saat harus bekerja dan menitipkan Arka. Jadilah aku membiarkan rumahku kosong entah sampai kapan.Sejak pulang menjenguk Hilma yang sakit. Aku tidak lagi mengejarnya. Bukan karena aku tidak lagi mencintainya. Bukan juga karena aku menyerah. Tetapi aku menyadari, cinta tidak pernah bisa dipaksakan.Sejak Hilma menolakku, cintaku padanya tidak hilang begitu saja. Aku justru menyadari diriku yang tidak baik di mata Hilma.Lambat laun, pelan namun pasti. Aku berusaha memperbaiki diri.Aku berusaha memantaskan diri, jika kelak bersanding dengan Hilma kembali

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-17
  • Naik Ranjang   Ch.55

    Di malam yang sunyi.Kugelar sajadah baru yang diambil di tempat laundry langganan tadi sore.Kubenahi letak peci di kepala. Lalu, barulah memulai shalat malamku.Tahajud di sepertiga malam setelah aku tertidur hanya beberapa menit saja. Karena mata yang tidak begitu mengantuk membuatku terjaga dan hanya bisa tidur sebentar. Sehingga di waktu yang sudah pas, aku menyegerakan melakukan qiyamullail.Dua rakaat shalat lalu diakhiri salam.Dilanjutkan dengan dzikir dan mulailah aku memintanya dalam doaku.Dengan kerendahan hati, aku meminta dia pada pencipta-Nya.Dengan penuh kesadaran, aku meminta hatinya terbuka untuk menerimaku.Dengan segala kekurangan yang kumiliki, izinkan aku kembali memilikinya yang sempurna dalam pandanganku.Sama seperti yang terjadi denganku. Hanya Allah yang mampu membolak-balikkan hati setiap hamba-Nya.Kututup doa, kusudahi mengadu pada sang Pencipta.Lekas kubereskan sajadah dan meninggalkan mushola. Masuk ke kamarku dan melepas peci serta sarung. Kurebahka

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-17
  • Naik Ranjang   Ch.56

    🌻POV Yuda.Tidak berhasil menemui Hilma, tidak menyurutkan niatku. Tidak pula memudarkan rasaku.Justru membuatku semakin bertekad untuk mengejarnya.Sejak malam di mana Hilma menolak bertemu denganku dan kedua orang tuaku. Aku tidak menyerah begitu saja.Sepulang dari kantor, aku selalu kembali mengunjungi rumah Bu Devi. Bersama Arka yang turut kubawa. Meski pun tetap tidak dapat menemui Hilma. Karena dia yang tak kunjung keluar dari kamarnya.Hal ini kulakukan hampir satu bulan lamanya. Meski hasilnya tetap sama.Tapi, aku tidak pernah menyerah.Sejak malam penolakan itu, tidak ada malam yang kulewati tanpa memintanya pada Sang Maha Rahim.Tidak pernah berhenti aku melangitkan namanya di akhir malamku.Tidak ada hari tanpa kusebut namanya di setiap doa dan harap.Meski belum menunjukkan hasil. Tapi aku selalh meyakini, tidak ada usaha yang sia-sia.Sore hari ini, aku kembali mendatangi rumah Bu Devi. Menggunakan motor, aku membawa Arsa di jok depan. Melalui jalanan sore yang cukup

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-17
  • Naik Ranjang   Ch.57

    Aku gelagapan. Karena Bu Devi dan Pak Wisnu melarangku memaksa Hilma."Oke. Aku akan pergi. Tapi aku tidak akan berhenti menyadarkan kamu, Hilma. Aku tidak akan berhenti, membuat kamu menyadari, bahwa ada aku yang mencintai kamu lebih baik daripada Azmi!"Aku pun berbalik dari kamar Hilma berbarengan dengan pintu kamarnya yang setengah dibanting.Tanpa menoleh aku melangkah lebar hendak menuju ruangan keluarga. Namun berpapasan dengan Pak Wisnu yang akan menyusul ke kamar putrinya tersebut. Tetapi aku berhasil meyakinkan jika Hilma baik-baik saja dan memang tidak ingin diganggu.Akhirnya aku kembali ke ruang keluarga bersama dengan Pak Wisnu. Hanya ada aku dan Pak Wisnu. Kemungkinan, Bu Devi tengah membawa bermain si kembar di teras luar.Aku kembali berbincang dengan Pak Wisnu. Hingga hari semakin sore bahkan sudah masuk waktu magrib.Aku pun ikut menunaikan kewajibanku di mushola rumahnya. Setelah itu, barulah aku membawa Arka pulang.Setidaknya hari ini, aku bisa bertemu dengan Hil

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-17
  • Naik Ranjang   Ch. 58

    🌻POV Hilma"Kenapa kamu diam, hmm? Kenapa? Enggak bisa 'kan?" Aku menatap penuh tantangan pada pria di hadapanku saat ini.Pria yang kukuh ingin kembali memperistriku. Sedangkan saat menjadi istrinya, dia bahkan tidak pernah menganggap keberadaanku. Lalu setelah berpisah, dia mengungkapkan perasaan cintanya. Lucu sekali bukan?Bagaimana mungkin aku bisa percaya?Azmi saja yang juga membalas cinta ini, menjatuhkanku begitu dalam ketika aku tahu, jika dia ternyata laki-laki yang pro akan tindakan poligami.Tidak ada yang salah dengan poligami itu sendiri, tapi, aku hanyalah perempuan biasa. Tidak mungkin mampu hidup dengan suami dan cinta yang terbagi."Kata siapa gak bisa? Oke. Aku siap. Tunggu dua hari. Aku akan membawa penghulu ke rumah ini!" jawabnya tegas, tetapi tidak dapat menutupi keraguan dari sorot matanya."Baik. Silahkan buktikan jika kamu bisa. Tapi ingat, jika kamu tidak bisa. Jangan pernah lagi menggangguku. Mengerti?" pintaku dengan tegas.Pria ini nampak mengangguk kik

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-19
  • Naik Ranjang   Ch. 59

    Dua hari telah berlalu.Tidak ada lagi Yuda yang menggangguku dengan datang ke rumah Ibu.Aku bermain dengan tenang bersama Arsa di dalam kamar. Setelah Azmi memporak-porandakan hatiku. Hanya kamar yang menjadi satu-satunya tempat ternyaman mengurung diri.Hari ini adalah hari terakhir waktu yang kuberikan untuk Yuda. Jika besok dia tidak datang, artinya dia memang tidak bisa menyanggupinya seperti dugaanku. Dan setelah ini, aku akan benar-benar lepas dari gangguannya.Aku akan menjalani hidupku dengan tenang dan damai. Bersama luka hati yang tengah kusembuhkan.Malam sudah sangat larut. Kutarik selimut menutupi seluruh tubuhku. Menyisakan hanya kepala dan kupejamkan mataku rapat meski tanpa rasa kantuk. Aku bahkan sudah tidak pernah merasakan tidur nyenyak setelah kejujuran Azmi hari itu.***Pagi hari, aku duduk di meja makan. Hanya sendirian tengah mengaduk sereal cokelat untuk sarapan pagiku.Aku kehilangan nafsu makan. Sehingga hanya sereal inilah yang aku konsumsi menggantikan k

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-19

Bab terbaru

  • Naik Ranjang   263

    Aku membawa Halwa ke dalam kamar. Menutup pintu menggunakan kaki hingga berdebam kencang. Melanjutkan langkah menuju tempat tidur, lalu menjatuhkan bobotku tanpa menurunkan Halwa lebih dulu. Posisinya yang digendong seperti bayi koala, membuat ia kini berada di atas tubuhku yang sudah setengah bersandar di headboard kasur.Kedua tanganku terulur mengusap sisi rambutnya. Membelai wajah cantik itu lalu menyelipkan rambut ke belakang dan telinganya bersama pandangan kami yang saling mengunci."Syaratnya ... apa boleh aku meminta hak sebagai suami? Apa kamu tidak keberatan aku memintanya malam ini?" tanyaku seraya mengungkap syarat yang kumaksud.Halwa menunduk sambil menggigit bibirnya. Menggerakkan bola matanya tak tentu arah seakan salah tingkah. "Kamu ... menginginkannya malam ini, Mas? Tapi ... kondisiku seperti ini. Bagaimana jika tidak berjalan maksimal? Emmh, maksudku, tanganku sedang cedera seperti ini, apa tidak akan jadi masalah?"Aku tersenyum kecil dengan kedua tangan masih ak

  • Naik Ranjang   262

    Secangkir teh tawar hangat akhirnya tersaji. Aku bersama Halwa duduk berdua mengisi meja makan. Ia menikmati segelas susu vanila dengan roti selai kacang meski menggunakan tangan kirinya. Sampai kemudian Halwa selesai lebih dulu dan barulah aku. Halwa telah bangkit, membereskan meja makan bekas kami sarapan dengan satu tangannya."Udah, biar aku yang beresin," ujarku sembari menahan tangan Halwa.Ia menggeleng dan menarik tangannya dariku. "Gak papa, Mas. Biar aku aja," tolaknya masih terus membereskan meja.Aku lantas membiarkan. Halwa selesai menumpuk piring serta cangkir yang tadi kami gunakan. Ia beranjak dari meja makan ini, membawa perabot kotor menuju wastafel pencuci piring.Namun, tentu saja aku tak tinggal diam. Lekas aku menyusul dan berdiri di belakangnya. Terlihat sekali Halwa tak mampu bekerja dengan normal hanya dengan satu tangan. Aku menyentak napas membuatnya berbalik badan. Cepat aku meraih pinggangnya. Membawa tubuhnya sedikit bergeser lalu mengangkat hingga ia te

  • Naik Ranjang   261

    Setibanya di kamar, aku menurunkan Halwa di tempat tidur. "Aku siapkan dulu airnya, ya?"Halwa mengangguk cepat. Aku menjauh dari tempat tidur dan masuk ke kamar mandi berdinding kaca. Menyiapkan air hangat memenuhi bath tub, tak lupa menambahkan bath bomb hingga berbuih dan wangi semerbak.Setelah air siap, aku kembali menemui Halwa yang terduduk di bibir tempat tidur."Air hangat sudah siap," ucapku memberitahu. Aku lalu menjatuhkan tubuh di hadapan Halwa. Bertumpu dengan kedua lutut hingga tinggi kami sejajar.Aku mengulurkan tangan menangkup wajahnya yang bulat. Manik mata itu seakan menghipnotis membuatku selalu ingin menatapnya lama-lama. Semburat senyum tersungging di bibir Halwa. Tangannya tergerak meraih tanganku yang tengah membelai pipinya."Buka kerudungnya, ya?" ucapku merasa perlu meminta izin. Halwa mengangguk tanpa protes. Tanganku lalu dengan cepat menyingkap kain penutup kepalanya hingga terlepas.Aku tak mampu berpaling. Kupandangi Halwa dengan tangan menyelipkan si

  • Naik Ranjang   NR - SEASON 5 (260)

    260#Aku membawa kepala Halwa tenggelam di dada. Tidak peduli di jalanan umum, aku masih tetap mendekapnya erat. Kubelai lembut kepalanya yang tertutup kerudung instan. Wajahku tenggelam, menciumi puncak kepalanya. Entah keberanian darimana, entah bagaimana bisa aku melakukan semua, mendekapnya erat dan tanpa ragu seperti saat ini.“Jangan pergi …,” ucapku lirih tanpa berhenti mengecup puncak kepalanya. Terasa dekapan tangan Halwa kian erat di pinggang.“Aku sudah mengecewakan kamu, Mas. Aku bukan perempuan yang baik. Aku rasanya tidak pantas menjadi pendamping pria setulus dan sebaik kamu,” sahutnya membuatku menggeleng.“Gak ada yang bilang seperti itu. Abi dan Ummi tidak akan membiarkanku menikahi perempuan yang salah,” jawabku tanpa melepaskan dekapan.“Ehhem, ehhem. Jadi gimana nih? Mau peluk-pelukan terus di sini gitu?” Suara Abi membuat Halwa menarik diri dari dekapanku. Sementara aku membalik badan hingga berhadapan deng

  • Naik Ranjang   NR - SEASON 5 (259)

    259.Zulfikar mendengkus. “Mas Seno kenapa kayak kaget gitu, sih? Masa’ istrinya pergi ke rumah orang tuanya Mas gak tahu?”Aku menggeleng menanggapi keheranan dari adikku itu, “Mas gak tahu, Fik.”“Emangnya Mas ke mana? Mas gak tidur di rumah? Mas biarin Mba Halwa sendirian di rumah?”Aku menggeleng pelan. “Gak gitu, Mas Cuma ketiduran di masjid.”“Ya ampun … Mas. Bisa-bisanya malah ketiduran di masjid dan gak tahu istrinya pulang ke rumah orang tuanya.”Aku merasa gusar. Benar-benar tidak menyangka jika Halwa akan pergi ke rumah orang tuanya. Hatiku mendadak tidak enak. “Tolong sekarang kamu telfon Abi atau Ummi, Fik,” pintaku pada adik bontotku tersebut.“Mau ngapain, Mas?”“Ya bilang sama Abi, kalau Mas mau ikut.“Mas tinggal nyusul aja nanti. Mas belum siap-siap juga!”Aku mendesah. Aku lantas menjelaskan pada Fikar apa yang sednag terjadi.

  • Naik Ranjang   NR - SEASON 5 (258)

    258.Detik dari jarum jam duduk di atas nakas terus terdengar. Menemani malamku yang berlalu tanpa bisa tidur. Sejak masuk kamar dan memutuskan untuk membawa tubuh ini rebah di atas kasur, aku sama sekali belum dapat tidur. Entah sudah berapa kali aku berguling ke kana juga kiri. Tengkurap lalu terlentang lagi. Menutup wajah dengan bnatal. Membaca wirid tapi tetap sama. Aku tak dapat tidur. Aku masih terjaga. Entah kenapa, tapi satu yang terasa mengganggu malamku ialah Halwa dan pembicaraan kami tadi. Wajah cantik yang tak lagi dipenuhi keangkuhan itu tertus membayang di pelupuk mata. Juga pelukannya yang tiba-tiba ia lakukan padaku. Semua terasaa membekas dan menari-nari dalam ingatan.“Fiuhh …’’ Aku mendesah seraya memutar badan hingga terlentang. Menatap langit-lagit kamar dengan perasaan entah.Terdiam sesaat sebelum kemudian tangan ini terulur meraih jam di atas nakas. “Jam dua malam, tapi aku masih gak ngantuk,” gumamku lirih. Kuhembus napas kasar dan akhirnya menyibak selimut.

  • Naik Ranjang   NR - SEASON 5 (257)

    257.Aku membisu.Kupandangi paras cantik perempuan di hadapanku ini. Memandangnya tak mengerti sama sekali. Begitu juga dengannya yang menatapku. Pendar mata itu kini lain. Tidak ada binar keangkuhan di sana. Melainkan tatap sayu dan raut memelas yang kulihat. Tidak ada jejak kesombongan serta kebencian yang sebelumnya selalu tegas ia tunjukkan.Genggamannya di tanganku terasa lebih erat. Membuatku akhirnya tersadar dan aku menarik tanganku hingga terlepas dari pegangannya.“Mas?”Aku menggeleng cepat. “Mau kamu ini sebenarnya apa?” tanyaku sambil menatapnya sengit.“M— mas?”Aku menepis tanganku ketika Halwa mencoba meraihnya lagi. “Di saat aku menaruh harapan besar pada pernikahan kita. Di saat aku mencoba membuka hati dan siap untuk memulai jalannya rumah tangga ini, kamu mematahkan hatiku begitu hebat. Kamu menjatuhkanku tanpa ampun hingga hati ini remuk. Kamu menolakku seakan aku ini adalah lelaki yang buruk dan tidak pantas dicintai. Kamu bukan hanya membuatku kecewa, tapi kam

  • Naik Ranjang   NR - SEASON 5 (256)

    256.Aku memijat kening dengan kepala agak menunduk. Mengumpulkan segenap kesadaran dalam diri. Meraup wajahku, menyugar rambut samil mengembus napas kasar. Membuka mata lebar-lebar dan ternyata semua ini bukan mimpi. Aku sama sekali tidak sedang bermimpi. Halwa benar-benar mengajakku untuk shalat dhuha berjamaah.“Bisa kamu ulangi?” ucapku hanya ingin memastikanjika ini bukanlah mimpi. Barangkali pendengaranku yang bermasalah.Terdengar helaan napas berat dari Halwa. “Kita berjamaah shalat dhuha di kamar, Mas.”Aku terdiam menatapnya.“Kamu mengigau?” tanyaku cepat,Halwa menggeleng pelan. “Aku gak lagi tidur, Mas. Jadi gak mungkin aku ngigau. Aku sadar. 100 persen!” tukasnya dengan yakin.Lagi-lagi aku melongo dibuatnya.Halwa memandangku samapi aku mengerjap dan memaligkan wajah. “ya sudah, kalau kamu mau kita berjamaah—““Aku tunggu di atas ya, Mas!” Halwa berucap cepat memotong perkataanku.“E—“ Ucapanku menggantung di udara. Halwa telah lebih dulu melangkah. Menjauh dari tempatk

  • Naik Ranjang   NR - SEASON 5 BAB 255

    *“Ada remahan makanan di sini, Mas. Sekarang sudah bersih,” ucap Halwa sambil mengusap bawah bibirku. Jari tangannya masih bertengger di wajahku. Refleks wajahku tertarik ke belakang. Tanganku tergerak merraih jari jemarinya itu dan menurunkannya dari wajah ini.“lain kali kamu bisa memberitahu. Aku yang akan membersihkannya sendiri,” sahutku kemudian melangkah melewatinya.Aku melangkah tanpa mempedulikan lagi Halwa yang tertinggal di sana. Kakiku terus melangkah dan berjalan sampai keluar meninggalkan ruangan makan. Di mana akhirnya aku menghempaskan bobotku di sofa ruangan baca. Mengambi sebuah buku novel yang ada pada rak kecil di samping sofa ini. Tugas mengurusi Halwa untuk mandi dan sarapan sudah selesai. Aku juga tidak diperbolehkan ke madrasah, jadi lebih baik aku menghabiskan waktu di ruangan baca ini saja.Namun baru saja sampai pada lembar halaman ke tiga dari buku novel di tanganku, suara derap langkah menyapa indera pendengaran. Kepalaku terangkat seiring dengan derap y

DMCA.com Protection Status