Beranda / Pernikahan / Nafkah yang Disunat Suamiku / Bab 112. Janji itu Hutang

Share

Bab 112. Janji itu Hutang

Penulis: Nisa Khair
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Sinar matahari yang menerobos celah gorden yang menutup jendela, membuat mata ini menyipit, mengira-ngira, sudah jam berapa sekarang.

Sebuah kecupan di pipi dan usapan lembut di pucuk kepala, membuat aku mengerjapkan mata.

"Bangun, sayang."

Masih setengah sadar, aku mendengar suaranya yang lembut menyusup ke ruang dengarku.

Aku terkejut tak menemukan Najwa di sekitarku. Ke mana dia?

"Najwa!" seruku sambil melihat sekeliling. Denyut jantungku berdetak lebih cepat dari biasa. Bukankah tadi aku memberinya ASI, lalu aku ... ah, pasti aku ketiduran sebab nyaris semalaman aku terjaga.

Aku masih merutuki diri, kenapa sampai tak sadar anakku telah berpindah tempat. Bagaimana kalau anakku hilang?

Kini tatapanku terhenti pada wajah lelaki berhidung mancung dengan rambut dan wajah yang basah di sampingku yang tengah menatapku dengan alis yang nyaris bertaut. Tatapan matanya yang setajam elang itu masih menyorotku.

Oh, aku
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Nafkah yang Disunat Suamiku   Bab 113. Kata Maaf

    Aku mulai mencari informasi mengenai travel dan umroh seperti yang diminta oleh Mas Mirza. Tentu setelah memastikan kesediaan ibu serta kondisi kesehatan beliau untuk perjalanan ibadah nanti.Wanita yang telah melahirkanku itu menangis haru saat kusampaikan niat mengajak beliau ke tanah suci. Awalnya sempat menolak sebab mengaku tabungan belum cukup. Tapi, setelah kukatakan kalau ibu tinggal berangkat dan menjaga kesehatan saja, maka beliau pun tak bisa menolak lagi. Justru cucuran air mata bahagia yang yang beliau beri.Setelah mencocokkan dengan tanggal libur sekolah anak-anak, aku pun mengantongi dua agen travel yang akan kudiskusikan nanti dengan Mas Mirza.Merasa apa yang kucari sudah cukup, aku melajukan mobil menuju rumah sakit tempat Mawar dirawat. Hal yang sebenarnya dilarang oleh Mas Mirza. Hanya saja, rasa ingin tahu membuat aku merasa perlu memastikan bagaimana kondisinya saat ini.Beberapa kemungkinan sudah membayang di benakku. Dan

  • Nafkah yang Disunat Suamiku   Bab 114. Misi gagal?

    Akhir pekan yang biasanya dihabiskan untuk bersantai dan menikmati waktu bersama keluarga, kali ini diagendakan untuk berkunjung ke rumah Mama.Demi memperbaiki hubungan yang beberapa waktu ke belakang seperti tersulut api lah tujuan kunjungan kali ini. Anak-anak sudah heboh sejak semalam, sebab dijanjikan jalan-jalan ke rumah Eyang. Maka pagi sekali sejak membuka mata, mereka segera menagih janji. Sejak lepas Subuh, Bu Marni dan Mbak Asih sudah sibuk menyiapkan bekal. Menempuh perjalanan satu jam, Mas Mirza menghentikan laju kendaraan roda empat di pinggir sungai besar. Di mana di seberangnya terdapat hamparan sawah yang luas. Perjalanan kami baru setengah, kurasa. Dan menikmati pemandangan hijau ini begitu menyejukkan mata. Ditambah dengan suara aliran air sungai yang deras dengan warna yang jernih, maka kedamaian langsung menyapaku."Kenapa berhenti, Yah?" tanya Arsy sambil melihat ke luar jendela."Kita istirahat dulu, ya, sambil lihat kambing yang lagi makan. Tuh, di sana ada ba

  • Nafkah yang Disunat Suamiku   Bab 115. Rindu Cucu

    POV Ari"Sebentar lagi anak-anak libur sekolah kan, Ri?" Mama memulai obrolan sebelum makan malam."Iya, Ma. Kenapa?" tanyaku sambil mencomot sepotong tahu bacem. Tatapanku tak lepas dari wajah Mama yang terlihat memohon. Ada apa ini? "Mama pingin ajak mereka jalan-jalan. Mumpung libur panjang, kan.""Nah setuju, Ma. Nanti Rista ikut, deh. Sekali-kali jalan sama bocil kita," timpal Rista nampak antusias dengan usulan Mama. Ia kemudian menyesap segelas jus alpukat di depannya. "Kamu sih, sibuk terus, Ris! Di rumah aja jarang," gerutuku. Tempat kerjanya memang disediakan mess untuk karyawan. Semakin menjadi lah dia untuk menghirup udara bebas di luar rumah dengan alasan menginap di mess. Padahal jarak ke rumah juga dekat, paling lama setengah jam kalau naik motor. Kuharap sih, pergaulannya nggak ikutan bebas. "Sibuk aku, Mas," ia menjawab singkat, lalu memeletkan lidahnya. Dasar.Aku mengacak rambutnya, lalu b

  • Nafkah yang Disunat Suamiku   Bab 116. Naluri Ibu

    Ari menatap sang Mama dengan tatapan iba. Beliau yang dulu memilih menantu, tapi beberapa waktu ke belakang sering berselisih pendapat dengan sang istri.Semua itu terjadi sejak kunjungan ke rumah Lisa semakin intens. Hal ini membuat Citra, perempuan pemilik toko kosmetik itu merasa dirinya tersisih dengan keberadaan anak-anak dari mantan suaminya.Akhir pekan yang biasa digunakan untuk istirahat dan mengunjungi tempat-tempat favoritnya, semakin jarang dilakukan berdua. Obrolan pun lebih didominasi dengan cerita seputar Arsy dan Arkan. Tak jarang pula Ari memuji sang mantan istri, membuat segumpal daging di dalam dadanya berdenyut nyeri.Ia sadar sepenuhnya, resiko menikah dengan duda yang memiliki anak, salah satunya menerima mereka sebagai satu paket. Akan tetapi, perhatian sang suami yang dianggapnya berlebihan, sedikit demi sedikit mengikis rasa maklum dan penerimaannya."Apa kamu sudah bertanya, apakah mereka ada di rumah?" tanya sang Mama pada Ari yang terbengong menatapnya, memb

  • Nafkah yang Disunat Suamiku   Bab 117. Asal Kamu Bahagia

    Ari duduk melamun di dekat jendela kamar. Pikirannya melayang pada mantan istrinya, yang semakin hari terlihat makin cantik saja.Terlebih semenjak mendengar kabar kalau ia akan umroh bersama keluarga kecilnya, Lisa terlihat semakin bersahaja di matanya. Rasa kagum yang dulu pernah hadir saat belum memiliki, kini pun kembali menyergapnya saat berstatus mantan istri. Lisa semakin memesona. Itulah yang Ari rasakan beberapa waktu ke belakang.Ucapan adiknya kembali terngiang di telinganya.'Keren memang Mbak Lisa. Lepas dari Mas Ari, langsung melejit segalanya. Memanglah suaminya yang sekarang kelihatan sayang banget sama dia, sama keponakanku juga.'Lelaki berkaos biru muda itu menghela napas lelah. Ia mengamini ucapan adiknya. Kehidupan Lisa memang melesat tanpa ampun. Berbanding terbalik dengannya, yang kini harus jungkir balik memenuhi kebutuhan sehari-hari dengan gajinya. Ah, bukan. Sebenarnya lebih banyak untuk kebutuhan sang istri. Kebutuhan pokok di rumah ini justru disokong sang

  • Nafkah yang Disunat Suamiku   Bab 118. Haruskah?

    Di sebuah kafe, terlihat Citra bercanda tawa dengan teman-teman satu gengnya. Ada sepuluh orang perempuan dengan pakaian modis serta barang branded menghiasi meja yang berada di tengah-tengah. Kebanyakan mereka masih single, hanya empat orang yang sudah terikat dalam sebuah pernikahan, salah satunya Citra. Para wanita modern itu terlibat obrolan seru, sesekali terdengar gelak tawa yang memenuhi udara.Citra pun menyapa salah satu teman yang sedang memangku anaknya. Risma hanya membawa anak bungsunya kali ini. Otomatis bayi setahun itu menjadi bintang, karena ia satu-satunya bayi di antara sekelompok perempuan dewasa dengan dandanan modis."Kamu apa nggak mau periksa, Citra. Kalau suami kamu, kan, udah jelas dia udah punya anak. Jaraknya juga dekat kayak anak-anakku, kan?" tegur Risma saat punya kesempatan bicara berdua dengan sahabatnya.Wanita itu merasa prihatin, sebab usia pernikahan mereka hanya berjarak beberapa bulan, tapi kondisi mereka jauh berbeda.Berbeda dengan Citra, Risma

  • Nafkah yang Disunat Suamiku   Bab 119. Nampan Emas

    Ujian semester genap Arsy dan Arkan telah selesai, tinggal menunggu penerimaan raport. Setelah itu, barulah keluarga Lisa akan menghabiskan masa libur sekolah untuk beribadah umroh.Masih ada waktu satu Minggu sebelum berangkat. Kesempatan ini digunakan oleh Bu Henny, ibu dari Ari untuk mengajak kedua cucunya jalan-jalan dan makan di luar. Meski wanita paruh baya itu sadar sepenuhnya kalau Lisa sudah sering melakukan hal sama, tapi, ia tetap ingin memanjakan anak-anak itu.Dua cucu yang sangat ia sayangi, tapi harus terpisah jarak sebab perpisahan kedua orang tuanya. Ia sadar jika ada andilnya dalam perpisahan sang anak, yang berakibat pada perpisahan dengan Arsy dan Arkan. Maka, begitu mendapatkan lampu hijau dari mantan menantunya untuk berkunjung kapan saja, ia berpikir untuk memanfaatkan waktu sebaik-baiknya.Ia ingin menebus hari-hari kemarin, hari di mana ia banyak melakukan kesalahan sebab ambisinya. Ia ingin di sisa hidupnya dikelilingi oleh anak dan cucu yang ia sayangi, sebal

  • Nafkah yang Disunat Suamiku   Bab 120. Hari Keberangkatan Lisa

    Di kediaman Ari.Ari, Citra, dan juga sang ibunda sudah bersiap untuk berangkat ke rumah Lisa. Mereka ingin mengantarkan kepergian keluarga Lisa sampai ke bandara.Henny, ibu dari Ari, kembali menyampaikan keinginannya sebelum mereka berangkat."Siapa tau saja, kalau ikut mengantarkan mereka, Mama bisa ketularan pergi ke sana," ujar wanita paruh baya itu dengan penuh harap.Ari mengaminkan, begitu juga Citra. Meski ia kurang suka dengan antusias sang Suami dan juga mertuanya untuk menemui Lisa, tapi ia juga ingin menemui dua anak sambungnya sebelum mereka pergi nyaris dua Minggu ke depan."Aamiin ... semoga saja ya, Ma. Mudahan ada rejekinya untuk Mama bisa menyusul beribadah ke tanah suci," timpal Ari. Dalam hati ia berjanji, akan mendukung keinginan orang tuanya yang terlihat bersungguh-sungguh ingin melaksanakan ibadah umroh.Henny pun mengaminkan ucapan sang anak. Ia mengajak anak dan menantunya untuk segera berangkat supaya tak terlambat.Tinggal tiga langkah lagi untuk sampai ke

Bab terbaru

  • Nafkah yang Disunat Suamiku   Ekstra part

    Ekstra partUsia Arsy kini sudah menginjak angka lima belas tahun. Ia menempuh pendidikan di pesantren yang sama dengan adiknya, Arkan.Akhir pekan ini, mereka libur selama tiga hari. Lisa dan Mirza menjemput mereka, karena tak sanggup lagi menahan rindu yang terus bertumpuk.Rasa rindu yang besar pula, membawa keluarga kecilnya menuju kediaman Dirga, ingin bertemu dan melepas rindu pada si kecil Wahyu. Awal perginya Rahmi, Lisa ingin membawa keponakannya supaya tinggal bersamanya, lalu tumbuh besar bersama Najwa dan Alif. Namun, melihat rasa kehilangan dan kasih sayang yang besar dari Dirga serta keluarga besarnya, membuat Lisa mengurungkan niat. Ia lebih memilih sering menjenguk keponakannya yang menjadi piatu di usia yang sangat muda.Kedatangan mereka disambut antusias oleh Wahyu, yang segera bermain dengan keempat sepupunya. Terlebih dengan si kecil Alif yang berusia dua tahun di bawahnya. Sekitar satu jam kemudian, sebuah mobil berhenti di h

  • Nafkah yang Disunat Suamiku   Ending

    Tiga hari di rumah sakit, Citra diijinkan pulang. Tetangga dan kerabat dekat mulai berdatangan untuk menjenguk, demikian pula dengan Lisa. Bersama ketiga anaknya serta suami tercinta, mereka menjenguk dan berdoa untuk kesembuhan Citra.Melihat keluarga mantan istrinya, Ari diserang rasa iri yang besar. Iri sebab Lisa dikelilingi oleh anak-anak yang manis dan penurut. Ia menganggap Lisa dan Mirza berhasil sebagai orang tua, sebab kedua anaknya tumbuh sebagai anak yang santun, selain itu juga hafalan Alquran kian bertambah.Arsy bercerita tentang rencana masuk ke pesantren setelah lulus SD nanti, begitu pula dengan Arkan. Hal ini membuat hati Ari sedikit tenang, karena kebersamaan anaknya yang beranjak remaja dengan ayah sambungnya tentu berkurang banyak.Ari mendukung penuh rencana anaknya. Tak lupa ia mengucapkan terima kasih karena Mirza telah menjalankan peran sebagai ayah dengan baik. "Ayah, nanti libur sekolah aku mau dikhitan," lapor Arkan pada ayahnya."Wah, hebat, anak ayah sud

  • Nafkah yang Disunat Suamiku   Bab 131. Jelang Ending

    Keesokan harinya, teman-teman Citra mulai berdatangan menjenguk ke rumah sakit. Sebuah foto selang infus yang dipajang di story WhatsApp lah, yang membuat Ratna mencari tahu, lantas memberi kabar pada teman yang lain.Wajah cantik Citra yang semalam suram karena bertemu dengan Papanya, kini terlihat semringah. Kehadiran teman-teman nongkrongnya telah memberikan suntikan semangat tersendiri bagi proses kesembuhannya."Aku harap ini bukan awal dari karma karena kamu sengaja pakai IUD secara sembunyi-sembunyi," bisik salah salah satu temannya saat berpamitan.Citra mendelik tajam, sementara Dita justru melengkungkan senyum. Wanita yang berbaring di ranjang pasien itu tak menyangka kalau di antara sepuluh orang yang datang, ada satu yang berprasangka dan membisikkan kalimat mematikan. "Jaga bicaramu. Semua orang punya potensi disambangi penyakit ini. Aku salah satunya. Jangan sampai kamu juga mengalami kesakitan yang sama," desis Citra, menatap wajah

  • Nafkah yang Disunat Suamiku   Bab 130. Terjebak

    "Lisa, sebenarnya aku penasaran, kenapa kamu pergi berempat, kemana suami kamu?"Putri bertanya dengan menatap intens sahabatnya itu. Pemilik tahi lalat di sudut dagu itu beberapa kali melihat Lisa menatap kosong ke arah anak-anaknya yang sedang bermain. Tak dipungkiri kalau hatinya cemas, sebab tak biasanya Lisa seperti ini. Bahkan ketika ia menemukan Mawar di rumahnya, Lisa terlihat baik-baik saja. Tapi sekarang … .Pada saat itu pula ponsel Lisa berbunyi. Seketika ia membulatkan bola mata saat membaca pesan dari sang suami. Ekspresinya tentu saja terbaca oleh sosok yang duduk di depannya.Merasa sedang diperhatikan, Lisa melukis senyuman, "Sebentar lagi Mas Mirza ke sini. Nggak usah kuatir, Putri.""Bener, ya, kalian nggak apa-apa?" curiga Putri. Ia mengenal sahabatnya dengan baik. Istri dari Arlan itu meyakini telah terjadi sesuatu hingga membuat Lisa tertegun beberapa kali, meski memasang wajah terbaik sejak mereka bertemu. Terlebih saat mendengar kabar kehamilan yang dia sampaika

  • Nafkah yang Disunat Suamiku   Bab 129. Reuni

    Kini Lisa telah tiba di rumah adiknya. Rumah besar itu langsung ramai dengan celotehan para bocil. Dirga langsung mengambil alih anak-anak saat melihat mereka mulai jenuh, sekaligus membiarkan sang istri bebas mengobrol dengan kakaknya.Rahmi bercerita banyak hal tentang bayinya, juga suka duka sebab tak bisa memberi ASI secara langsung, serta harus bangun tengah malam dan menyiapkan ASIP ke dalam botol. Tentang ibu mertua serta suami yang sering mengambil alih tugasnya sebagai ibu, memberikan waktu istirahat yang cukup untuknya, tak luput dari hal yang ia ceritakan.Sang kakak mendengarkan dengan sabar. Sesekali menimpali curahan hati adik bungsunya."O iya, Mas Mirza kok, nggak ikut, Mbak?" celetuk Rahmi tiba-tiba."Eh, lagi ada perlu, Dek," jawab Lisa apa adanya.Ibu tiga anak itu pun membiarkan adiknya istirahat saat Rahmi mulai menguap.Kini Lisa duduk di hadapan sang ibu, sementara ketiga anaknya diajak bermain oleh Dirga. Meski wajahnya tersenyum, tapi, kegelisahan hati sang ana

  • Nafkah yang Disunat Suamiku   Bab 128. Penasaran

    Beberapa hari lagi pesta pernikahan Mawar akan digelar. Akan tetapi, agenda itu terlupakan oleh Lisa, karena sibuk dengan adiknya yang baru bersalin dan butuh donor ASI.Istri dari Mirza itu justru harus merelakan kepergian sang suami ke luar kota selama dua hari di akhir pekan ini."Hanya sebentar. Nanti kalau sudah selesai, secepatnya bakalan pulang, kok," pamit Mirza, menyisakan cemas di hati sang istri.Pasalnya, lelaki bermata elang itu terlihat kurang sehat saat berangkat. Dan lagi, kenapa akhir pekan yang dipilih untuk pergi?Namun, setelah diyakinkan berulang kali kalau semua akan baik-baik saja, akhirnya Lisa merelakan juga kepergian ayah dari anak-anaknya. Ia hanya berharap kalau semua akan baik-baik saja..Sebuah alarm di ponselnya lah yang kemudian menjadikan pengingat hari istimewa Mawar keesokan harinya."Bagaimana ini, datang apa enggak, ya? Mas Mirza belum pulang lagi," gumam Lisa gelisah.Ibu tiga anak itu kemudian menghubungi ponsel sang suami, hendak meminta pendapa

  • Nafkah yang Disunat Suamiku   Bab 127. Bukan Kebetulan

    Waktu sudah mulai malam. Kediaman Lisa mulai senyap setelah semua penghuni berada di kamar masing-masing.Istri dari Mirza itu sudah mencoba memejamkan mata, tapi belum berhasil juga. Ada banyak hal yang memenuhi pikirannya. Wajah keponakan barunya mendominasi ingatannya kali ini.Sebuah tangan melingkar di pinggangnya, membuat ia menoleh pada pemiliknya. Lalu wajah tampan suaminya, segera memenuhi ruang pandangnya."Sudah malam, masih terjaga aja kamu, Sayang," ucap Mirza masih dengan mata terpejam.Lisa sedikit terkejut saat mendapati sang suami masih terjaga. Ia pun menghela napas, lalu berkata, "Aku kepikiran Wahyu, Mas. Kasihan dia. Sudah dapat donor ASI apa belum, ya?" Lisa berucap pelan."Coba aku masih mengASIhi Najwa, ya, kurasa mereka tak akan sibuk mencari donor ASI. Aku dengan senang hati membagi ASI untuk keponakanku," ucap Lisa dengan menatap tirai jendela yang bergerak-gerak. Rupanya angin malam menyelusup masuk, hingga membuat tirai putih itu meliuk perlahan. Ada sesal

  • Nafkah yang Disunat Suamiku   Bab 126. Yang Kedua

    Lisa bergegas kembali ke butik. Masih banyak pekerjaan yang perlu ia selesaikan. Meski dengan rindu pada anak-anak yang terus menumpuk jika ia bepergian seorang diri seperti sekarang, tapi, ia merasa tenang sebab memiliki asisten yang bisa dipercaya.Mbak Asih meski masih muda, tapi sangat telaten menghadapi anak-anak. Pun Bu Marni, ikut andil juga dalam tumbuh kembang ketiga anaknya.Memasuki ruangan untuk beristirahat sejenak, Lisa pun membaur ke depan bersama karyawannya. Saat meneliti sebuah gaun berwarna merah marun, tiba-tiba saja Maya memberikan kode, kalau ia harus melihat ke suatu tempat.Kepala itu pun menoleh, lantas melebarkan mata sejenak, saat melihat seseorang yang sangat ia kenal berada di balik pintu kaca. Tepatnya di seberang tokonya."Itu adik Mbak Lisa, bukan?" tanya Maya dengan berbisik. Lisa mengangguk, tapi ada sedikit keraguan. Alih-alih menjawab, sosok dengan tinggi seratus enam puluh centimeter itu justru mengajukan tanya."Boleh Mbak minta tolong?" pinta Lisa

  • Nafkah yang Disunat Suamiku   Bab 125. Sabar Adikku

    Lisa sedang memeriksa stok pakaian serta beberapa desain yang baru masuk di butiknya, saat ponselnya berdering."Mbak Lisa, keponakan kamu sudah lahir."Itulah kalimat yang pertama menyapa saat sambungan telepon tersambung. Suara yang dikenali sebagai suara Rahmi."Cowok, Mbak. Lahir normal dua jam lalu. Maaf, baru kasih kabar," sambung Rahmi lagi sebelum Lisa sempat berucap sepatah kata. Kedua sudut bibir Lisa langsung membentuk lengkungan senyum menerima kabar itu."Alhamdulillah, selamat ya, Dek. Selamat menjadi ibu," ucap Lisa dengan suara tercekat. Ia teringat perjuangan adiknya selama menjalani kehamilan. Beberapa kali harus dirawat di rumah sakit sebab lemahnya kondisi.Usai mengucapkan selamat, ia pun berjanji akan segera berkunjung setelah pekerjaannya selesai.Dan rasa bahagia sebab bertambahnya anggota keluarga baru, membuat Lisa menyelesaikan pekerjaan lebih cepat. Pucuk pimpinan Lisa Boutique itu pun segera mene

DMCA.com Protection Status