Pov AriniTinggal di apartemen ternyata sama sekali tidak nyaman. Berbanding terbalik dengan dugaanku sebelumnya. Karena semua orang tinggal di dalam rumah yang sama di satu gedung. Suaranya menggema dari rumah samping. Bahkan dari rumah yang ada di atas dan di bawah juga kadang berisik. Apalagi jika rumah itu ada anak kecil. Bahkan aku sering kali melihat petugas apartemen menegur beberapa tetanggaku jika ada yang berisik.Aku kira apartemen itu berbeda dengan rumah susun. Walaupun aku tidak pernah tinggal disana, tapi dari segi suara di antara rumah aku kira akan berbeda. Tapi, ternyata entahlah. Bagiku lebih nyaman tinggal di rumah sendiri. Belum lagi para tetangga rumah yang tidak mau saling mengenal. Membuat aku sering kali kesepian. Karena aku tidak bisa mendengar sapaan para tetangga seperti saat masih tinggal di rumah kontrakan itu. Walaupun aku tidak banyak bicara karena tidak fasih bahasa Inggris. Setidaknya disana aku bisa merasakan suasana hangat yang semestinya.Aku begit
POV Orang KetigaMeskipun tengah sibuk bekerja, Eko masih pergi ke rumah kontrakan yang pernah di tinggali Arini, Dinda dan Anita. Padahal di rumah itu sudah di tinggali oleh oranng lain. Yaitu dua karyawan Rania yang berjenis kelamin pria. “Kenapa Arini dan Dinda tidak pernah keluar dari rumah itu?” Gumam Eko pelan.Malam itu Eko menjalankan rencana keduanya. Satu hari setelah aksi pertamanya gagal. Tidak ada satpam yang memergoki aksi Eko seperti terakhir kali. Namun, begitu Eko masuk ke dalam rumah dia menghadapi dua pria berbada besar dengan tangan beroto kekar.“Si, siapa kalian?” Cicit Eko ketakutan.“Siapa kami? Seharusnya kami yang menanyakan hal itu padamu pencuri. Apa yang tengah kamu lakukan di rumah kami?” Bentak salah satu pria berkepala botak.“Rumah kalian? Rumah ini adalah rumah mantan istri dan anakku. Dimana mereka? Apa Kak Rania dan Kak Arif menyembunyikan mereka lagi?” Sergah Eko segera menyadari jika ia kembali terlambat. Karena Arini dan Dinda sudah pergi lebih d
“Apa? Saya tidak bersalah Pak. Jangan asal main tangkap seperti ini.” Seru Parti tidak terima. Siapa sangka jika saat membuka pintu sudah ada polisi yang menantinya. Keributan yang terjadi di depan pintu membuat pria yang datang bersama dengan Parti akhirnya terbangun. Dengan cepat pria itu memaka semua pakaiannya yang tercecer di lantai.“Pihak kepolisian di kota anda sudah mengantongi bukti. Kami bekerja sama untuk membawa anda kesana sekarang juga.” Kata salah satu polisi itu lalu memasang borgol untuk menahan kedua tangan wanita itu yang terus berontak.“Kalian salah orang. Bukan saya pelakunya. Saya tidak pernah melakukan kesalahan yang berkaitan dengan hukum di kota ini.” Ucapnya tanpa sadar. Parti berusaha menahan diri saat tubuhnya di seret paksa melintasi lorong gedung apartemen itu. Walaupun tentu saja ia akan kalah tenaga.“Ada apa ini? Kenapa anda memborgol pacar saya seperti itu? Apa salahnya?” Teriak pria itu menghampiri mereka. “Bu Parti sudah bersengkongkol dengan kel
Bus milik pihak kepolisian sudah memasuki rumah tahanan khusus wanita yang akan di tinggali oleh Bu Lasmi dan Parti. Ibu dan anak itu di paksa turun dari mobil saat itu juga. Pak Hakim dan Eko harus menunggu di dalam mobil."Jangan takut Bu. Tetap bersikap biasa saja dan janhan sampai kalah dengan para tahanan yang lain." Eko menggenggam tangan sang Ibu sejenak untuk menenangkan.Bu Lasmi menganggukan kepala dengan air mata yang sudag menetes di pipi. Kini pandangan Eko beralih pada Parti yang sudah berdiri di belakang Ibu mereka. "Tolong jaga Ibu dengan baik mbak.""Iya." Jawab Parti pendek. Pak Hakim hanya diam saja mendengar percakapan keluarganya. Pria paruh baya itu kini sudah pasrah baginya. Yang ada dalam pikiran Pak Hakim, ia harus berperilaku baik agar bisa mendapatkan remisi. Eko menatap Bu Lasmi dan Parti yang turun dari bus. Tangan kedua wanita itu di borgol di depan. Ada seorang polisi wanita yang mengiringi langkah Bu Lasmi dan Parti masuk ke dalam gerbang yang akan me
Kehidupan Arini yang bebas sangat berbanding terbalik dengan kehidupan Eko di penjara. Untunglah para napi yang tidur di sel tahanan yang sama dengannya tidak memukuli Eko hingga babak belur karena sudah meracuni anaknya sendiri. Karena Eko sering mendengar cerita mengerikan tentang napi yang di siksa jika kejahatannya berkaitan dengan anak-anak. Semua berjalan baik-baik saja karena Eko beralasan dia di paksa oleh Ibunya. ‘Maafkan aku Bu. Aku harus berbohong dengan menggunakan namamu.’ Batin Eko di hari pertamanya masuk ke dalam penjara. Ia seperti calon karyawan yang sedang di wawancara oleh teman-teman selnya. Melihat jika tidak ada yang marah lagi setelah Eko menyebutkan jika Bu Lasmi adalah dalang kejahatan yang ia lakukan pada DInda, membuat Eko merasa lega.Sembari menunggu persidangannya akan di gelar, Eko menjalani hari-harinya tidak hanya di dalam jeruji sel saja. Dia juga mendapat pelatihan kerja bersama napi lain. Selain itu, Eko dan Pak Hakim di ijinkan untuk makan di kan
"Kamu mau mampir makan duli nggak Rin?" Arini yang tengah melihat keluar jendela mobil mengalihkan pandangannya pada Rania yang tengah menyetir.Mobil yang mereka tumpangi baru saja keluar dari rumah tahanan tempat Eko di tahan. Sejak keluar dari sana, wajah Arini tampak sedih. Rania menduga itu semua karena perkataan Eko tadi."Terserah kakak saja. Aku ikut.""Oke." Rania menganggukan kepalanya."Kamu bisa sedih sekarang. Mudah-mudahan itu bisa membuat kamu merasa lega. Karena itulah kamu dan Dinda tidak perlu untuk menemui Eko lagu ke depannya." Arini terkekeh pelan "Aku juga berpikir seperti itu kak. Tapi, yang mengganggu pikiranku adalah jika Dinda sudah besar lalu menikah. Kita wajib mencari Mas Eko untuk menjadi wali nikah Dinda. Aku berpikir jika Mas Eko bisa berubah, setidaknya kami bisa membicarakan tentang masa depan Dinda ke depannya."Rania terdiam. Ia belum berpikir sampai sejauh itu karena kedua anak Rania adalah laki-laki. Wajar saja jika Arini berpikir seperti itu. Be
Keesokan harinya Arini sudah pergi lagi ke Bantul dengan menaiki mobil Anita. Mereka akan pergi ke toko bangunan yang ada di Bantul untuk membeli bahan material bangunan guna membangun rumah impian Arini yang akan di tempatinya dengan Dinda suatu saat nanti. Meskipun baru kemarin Arini dan Hadi mengesahkan proses jual beli tanah itu dan belum ada sertifikat resmi yang keluar, tapi Rania sudah menyuruh Arini untuk membeli material bangunan.Untuk masalah tukang sudah di urus oleh Rania. Kakak iparnya otu menyewa kontraktor yang dapat di percaya bisa membangun rumah dengan sangat baik. Reputasi kontraktor kenalan Rania juga terbukti bagus. Belum lagi Arini juga harus membeli stok bahan makanan yang akan di berikan sebagai jaminan untuk para tukang. Mungkin Arini akan meminta tenda khusus untuk meletakan jajanan dan makanan serta tempat para tukang bisa beristirahat.Setelah menyelesaikan semua urusannya, Arini kembali pulang ke rumah. Hari ini ia ingin memasak makanan kesukaan Dinda. An
Arini terus mengusap punggung Dinda hingga mereka keluar dari wilayah pengadilan negeri bersama dengan Pak Hendra. Pengacara yang dulu mewakili Arini dalam sidang perceraiannya. Kini juga menjadi pengacara untuk membantu Arini dan Dinda dalam perisdangan melawan Eko. “Terima kasih banyak Pak. Untuk sidang selanjutnya akan kami serahkan pada Pak Hendra.” Arini mengulurkan tangannya yang di jabat oleh Pak Hendra. Pria itu menganggukan kepalanya sambil tersenyum.“Sama-sama Bu Arini. Serahkan persidangan selanjutnya pada saya. Karena saya akan pastikan Pak Eko dan keluarganya mendapat hukuman pidana yang sangat lama di dalam penjara. Kalau begitu saya pulang dulu. Permisi.” Pak Hendra masuk ke dalam mobilnya. Begitu juga dengan Arini dan dan Dinda yang masuk ke dalam mobil Gilang. Tapi, mobil yang di kemudikan pria itu kali ini adalah mobil milik Rania. Bukan mobilnya sendiri.Jika tugas Anita untuk mendampingi Arini dan Dinda sudah selesai, maka tugas pria itu untuk masih untuk menganta
Setelah tangis Gilang reda, Anita baru menceritakan kemungkinan besar alasan Radit adn Dina berselingkuh. Karena mereka berdua sama-sama bohong. Kening Gilang berkerut tidak mengerti mendengar awal mula penjelasan dari kakak sepupunya itu. “Maksud kamu apa Nit? Kenapa Dina bisa selingkuh sama Mas Radit karena mereka sama-sama berbohong.” Tanya Gilang heran sama sekali tidak mengerti dengan apa maksud Anita tadi.“Ya karena mereka sudah berbohong satu sama lain Lang. Mas Radit sudah berbohong pada Dina jika dia adalah pengusaha online yang sukses. Lewat pesannya, Mas Radit membual jika dia mendapat omset yang sangat banyak hanya dari toko online saja. Sayangnya, saat sedang berpacaran dengan Dina, dia sudah menginvestasikan hampir semua uangnya untuk membeli saham. Sedangkan sisanya untuk biaya kebutuhan makanku dan keluarganya.” Belum selesai Anita becerita, Gilang sudah tertawa terbahak-bahak hingga air matanya kembali menetes.Berbanding terbalik dengan tadi saat pria itu terlihat s
Setelah berhasil meredakan amarahnya karena membaca beberapa status Radit di hp milik Sania, Anita menghela nafasnya berulang kali. Ia tidak boleh marah disini. Apalagi marah pada Anita yang sudah berbaik hati menunjukkan tentang status Radit padanya. Itu sama sekali tidak baik dan bisa merusak hubungan mereka.“Aku kirim ke hpku ya San. Nanti akan aku buka blokiran khusus untuk Mas Radit.” Kata Anita setelah amarahnya reda. Sania menganggukan kepalanya setuju.“Iya buka saja Nit. Kamu balas status Radit di sosial media sekalian sertakan bukti yang bisa menguatkan perlakuan Radit padamu. Karena kamu bekerja di perusahaan terkenal, nama baik kamu bisa tercoreng kalau sampai ada yang tahu orang yang di maksud Radit di postingannya adalah kamu. Apalagi kamu juga asisten pribadi Bu Rania.” Anita menghela nafas berat karena masalahnya belum selesai-selesai. “Padahal dia yang melakukan kesalahan selama ini hingga selingkuh. Para warga juga sudah tahu jika Mas Radit berselingkuh dengan Dina
Ada banyak rutinitas yang Anita lakukan seperti biasa sejak pulang ke rumah orang tuanya. Rutinitas yang dulu selalu Anita lakukan sebelum menikah dengan Radit. Bedanya dulu orang tua Anita bekerja di sawah. Sekarang orang tua Anita berjualan bahan makanan di mereka serta keliling kampung dengan menggunakan mobil pick up. Sejak pagi ia bangun saat kedua orang tuanya sudah bersiap pergi ke pasar. Bapak dan Ibu Anita pergi jam setengah empat pagi sebelum adzan subuh berkumandang. Kedua orang tua Anita akan sholat subuh di musola pasar bersama pedagang yang lain. Sedangkan Anita yang juga sudah bangun saat mendengar suara orang tuanya berbincang di ruang tamu segera keluar menuju dapur untuk membuatkan dua teh hangat lalu di bungkus untuk kedua orang tuanya agar bisa di bawa pergi.Setelah itu, ia akan sholat tahajjud dulu sambil mengaji untuk menunggu datangnya waktu subuh. Baru setelah sholat subuh Anita akan mulai membersihkan rumah. Mulai dari meyapu halaman, menyapu seisi rumah, men
“Kenapa besan? Apa anda mau menghajar saya di rumah saya sendiri? Cepat hajar saya sekarang juga karena saya sama sekali tidak takut.” Tantang Bapak Anita tidak merasa takut sama sekali melihat wajah besannya yang sudah semerah tomat. Rasanya Bapak Anita ingin kembali melontarkan hinaan pada Radit dan kedua orang tuanya lagi atas semua penderitaan yang sudah di lalui Anita selama ini.“Itu kenyataannyakan. Semua hal yang saya bicarakan adalah fakta." Ibu Anita segera memegang tangan sang suami agar tidak terjadi perkelahian di antara dua pria paruh baya itu. Anita juga menggelengkan kepalanya pada sang Bapak karena ada hal lain yang ingin ia bicarakan dengan Radit.“Silahkan duduk dulu Bapak mertua karena ada hal yang ingin saya bicarakan dengan kalian. Ini terkait dengan urusan harta gono gini yang kalian ributkan dan nasib rumah tangga saya dan Mas Radit ke depannya.” Bapak Anita sudah duduk lebih dulu sambil terus mengangkat dagunya tinggi. Membuat Anita dan sang Ibu hanya bisa men
Malam itu juga sesuai rencana Radit dan orang tuanya datang ke rumah orang tua Anita dengan mengendarai dua sepeda motor yang berbeda. Radit mengendarai motornya sendiri sedangkan Bapak dan Ibunya naik motor yang berbeda. Sepanjang perjalanan entah kenapa Radit begitu gugup jika ia akan di pukuli kali ini. Mengingat jika masalah tentang perselingkuhanya dengan Dina sudah terbongkar dan jadi konsusmi di sosial media. Sudah pasti orang tua Anita dan keluarganya yang lain sudah tahu masalah ini walaupun Anita tidak pernah menceritakannya pada mereka.Suara kedua motor itu terdengar cukup keras saat berhenti samping mobil pick up kecil yang terparkir di halaman rumah orang tua Anita. Mobil pick up yang sering di gunakan untuk orang tua Anita untuk membeli sayur di pasar lalu menjakannya saat hari sudah beranjak siang. Radit lebih dulu turun dari motor lalu di susul oleh kedua orang tuanya. Mereka bertiga sudah berdiri di depan pintu rumah orang tua Anita."Cepat kamu ketuk pintunya Dit."
Saat Gilang menganggukan kepalanya, seketika tangis Bu Surti menjadi semakin keras. Pak Andi mengusap setitik air mata yang jatuh ke pipinya. Dalam benak Bu Surti pantas saja sejak Gilang keluar dari kamarnya untuk mengambil wudhu untuk menunaikan sholat subuh, sang putra sudah terlihat sangat lemas. Belum lagi keanehan yang lain dari pria itu dimana Gilang memilih untuk cuti kerja dengan alasan tidak enak badan. Saat Bu Surti mengukur suhu tubuh sang putra dengan telapak tangannya, tubuh Gilang sama sekali tidak terasa panas.“Biarkan saja Gilang cuti hari ini Bu. Mungkin tubuhnya yang terlalu pegal.” Begitu kata Pak Andi setelah sang istri mengatakan tentang rasa khawatirnya karena sikap Gilang yang tiba-tiba berubah.“Lagian Gilang juga belum pernah libur kerjakan?” Tanya Pak Andi lagi untuk mengusir rasa khawatir sang istri pada putra mereka.“Benar juga sih Pak.” Bu Surti menganggukan kepalanya setuju.Tanpa mereka sangka penyebab Gilang terlihat sangat sedih karena pria itu suda
Bersamaan dengan keributan yang terjadi di rumah keluarga Radit, pagi itu Ibu Anita pergi mengendarai motor menuju rumah adiknya yang bernama Bu Surti yang merupakan Ibu Gilang. Hari ini Ibu dan Bapak Anita juga tidak mengambil barangan dagangan dari pasar, sehingga hanya ada sedikri pembeli hari ini. Pekerjaan rumah juga sudah di kerjakan oleh Anita. Jadi, Ibu Anita bisa langsung pergi ke rumah adik dan adik iparnya itu tepat setelah sarapan.Meskipun sudah memakai helm dan masker, sepanjang jalan banyak orang yang menyapa Ibu Anita dengan ramah seperti biasa lalu berbisik di belakang wanita paruh baya itu. Setelah motor yang di kendarai Ibu Anita sudah berlalu dengan hadapan mereka. Seperti yang di takutkan oleh Anita jika perceraiannya dengan Radit akan menjadi bahan gunjingan pada tetangga satu desa bahkan sampai desa sebelah. Tapi, untungnya orang-orang yang membicarakan mereka karena kasihan pada Anita telah di selingkuhi dengan tunangan adik sepupunya sendiri. Setelah menjadi t
“Kenapa kamu bisa ketahuan sampai seperti ini Radit?” Teriak sang Bapak galak setelah menyerahkan hp milik Rina pada pemiliknya. Kening Bapak Radit suydah berkerut dalam tanda jika pria paruh baya itu marah besar. Kedua mata tuanya menatap sang putra dengan tatapan nyalang.“Sudahlah Pak. Mau bagaimana lagi. Yang penting untuk saat ini kita harus membujuk Anita agar tidak melaporkan Radit ke polisi.” Ibu Radit berusaha memberanikan diri untuk membela sang putra. Ini semua juga salahnya karena sudah mendukung hubungan terlarang Radit dengan Dina. Hanya karena hidup mereka masih bergantung pada gaji Anita.“Kan sudah Bapak bilang dulu. Kalau berhubungan dengan Dina yang lelbh kaya dari Anita, ceraikan dulu istrimu itu agar kalian bisa memulai hubungan di saat sudah sama-sama sendiri. Tidak perlu menuntut soal harta karena Anita sudah tidak punya apapun lagi. Waktu tahu Dina sudah punya tunangan, minta saja Dina putus dar tunangannya dengan embel-embel harta. Kenapa kalian nggak bisa mik
Perkataan Pakde Herman itu tentu saja membuat Ibu Radit merasa sangat bingung. Apa yang sebenarnya terjadi hingga Anita memulangkan koper radit ke rumah ini? Belum lagi pria yang tidak mereka kenal dengan seenak hati bisa bicara dengan bebas tentang permasalahan rumah tangga di antara Anita dan Radit.“Apa maksud semua ini Dit?” Tiba-tiba saja Ibu Radit itu teringat pada Dina yang baru saja berkunjung ke rumah ini lalu pergi dengan Radit sambil berboncengan motor. Ia sama sekali tidak tahu alasan Radit pulang ke rumah karena apa. Selain itu, Ibu Radit juga sama sekali tidak curiga saat kemarin malam Radit pulang ke rumahnya dengan berjalan kaki. Karena sang putra langsung masuk ke dalam kamar untuk tidur. Bukannya menonton TV bersama keluarga di ruang tengah.“Anita pulang bersamaan dengan Radit ke rumah saat sedang membonceng selingkuhannya itu. Belum sempat Anita bertanya siapa wanita itu dia sudah kabur. Ternyata wanita selingkuhan anakmu ini adalah Dina yang merupakan tunangannya