Bab 72. Andre Menyiapkan Body Guard Buat Amelia “Ma, Pak Anwar sangat membutuhkan Mama. Jangan khawatir, Ma! Andre setuju dan sangat mendukung hubungan kalian,” ucap Andre seraya tersenyum penuh dukungan. “Gak usah bahas Mama. Hingga detik ini, hubungan Mama dan Pak Anwar tak lebih dari seorang pengusaha ternak dan pemasok pakan ternak. Tidak lebih! Tetapi, melindungi Amelia adalah kewajiabn bagimu, karena ada kaitannya dengan masa lalu kamu, yaitu Dinda! Jangan sampai Dinda menyakiti apalagi merong-rong ketentraman hidup Amelia!” Andre tercekat. Mengapa sang Mama sepertinya begitu mengkhawatirkan ketentraman hidup calon anak tirinya itu? Tapi kalau dibahas masalah Anwar, dia malah menghindar. Kenapa pula sang Mama begitu mengkhawatirkan Amelia dari sikap kurang ajar Dinda? Benarkah Dinda dan keluarganya adalah ancman bagi Amelia seperti dugaan ibunya?? Kalau iya, maka Andre harus melindunginya. Lampu hijau menyala, Andre melajukan mobilnya. Lima menit kemudian, mobil itu
Bab 73. Tiga Orang Asing di Depan Rumah Amelia “Mela dan kamu?” sergah Amelia kaget. “Ya, kami sudah ketuk palu. Bilqis ikut aku. Pengadilan memenangkan aku. Aku sangat bersyukur, Mel. Sejuta kali berpisah dengan Mela aku pasti sanggup, asal jangan berpisah dengan putriku.” “Aku turut prihatin dengan nasip pernikahan kamu, Vito. Selamat karena putrimu ikut kamu.” “Ya, Mel. Terima kasih. Aku mau ke administrasi dulu, mau ngajuin cuti aku. Yang penting kamu udah tahu, kalau papa kamu akan kubawa bersamaku terapi di desa ibuku itu!” “Tapi!” “Aku mau pinjam papa kamu, Mel! Akan kukembalikan jika dia sudah normal berjalan dan berbicara lagi nanti. Kamu boleh ikut mengantar, kok! Kau juga bebas kalau mau berkunjung, ok! Permisi!” Dr. Vito berjalan pergi. Amelia hanya melongo. Entah apa maksud Dokter muda itu yang sesungguhnya. Benarkah perbuatannya ini hanya untuk menebus kesalahan di masa lalu? Begitu merasa bersalahkah dia akan peristiwa itu, sampai-sampai dia mengira kegagalan
Bab 74. Benalu Tak Tahu Malu “Oh, begitu anggapan kamu? Apakah kamu lupa, Mas? Kita hanya nikah secara siri! Kau dan seluruh keluargamu, yang disutradari oleh mertuamu, telah menipuku juga papaku. Bahkan sebagai akibat penipuan yang kalian lakukan, papaku hingga detik ini masih terancam jiwanya! Papaku semapt koma, bahkan sekarang meskipun dia sudah sadar, tetapi dia masih lumpuh! Itu karena perbuatan kalian! Perbuatan kau, mertuamu dan seluruh keluargamu itu!” “Iya, Sayang. Aku mengaku, aku salah. Dan bukankah aku sudah minta maaf!” “Baik, aku dan akan mencoba memaafkan kamu. Aku dan papa aku akan berjuang untuk membenahi segalanya dari awal lagi. Aku akan berjuang untuk kesembuhan papa aku! Jadi, kumohon kau segera enyah dari kehidupanku dan bawa seluruh keluargamu dari sini! Detik ini juga! Bisa!?” “Aku akan membujuk mereka untuk pergi dari sini! Kunci rumah kita yang di Medan Tuntungan kamu serahkan aja pada Mama agar mereka balik sana, ya!” “Enyah dari kehidupanku, Mas! Itu
Bab 75. Ancaman Transfer Sepuluh Juta tiap Bulan“Eh, gak usah teriak, dong! Biasa aja! Kami juga masih punya telinga! Ok, kami akan pergi dari rumah papa kamu ini, tapi setelah kamu buat perjanjian!” Dinda mendorong kasar bahu Amelia.Amelia tersentak kaget. Apa lagi maksud mereka kali ini?“Kamu buat perjanjian di atas kertas bermaterai, bahwa kamu akan transfer sepuluh juta tiap bulan untuk belanja mama! Belanja mama, lho! Jangan salah paham. Bukan untuk kami, lho, ya! Sebab, sebagai anak laki-laki, Darfan itu bertanggung jawab atas kehidupan Mama. Dan kau sebagai istri Darfan harus memenuhinya, jelas! Kamu transfer bulan pertama sekarang juga, baru kami mau keluar dari sini dan kembali ke rumah yang di Medan Tuntungan. Kalau tidak, jangan harap kami mau pergi dari sini! Biar aja papa kamu sekarat lagi karena stres melihat tingkah polah kami, ok! Yuk, Din, renang lagi!” ucap Dina menarik lengan Dinda dan bersiap-siap untuk melompat kembali ke dalam kolam.“Berhenti!” teriak
Bab 76. Para Benalu Terusir Secara Hina“Amel! Hapus, Mel! Bangsat kau! Cepat hapus kirimanmu itu, Kribooooo ….” Dinda berteriak semakin histeris.Penasaran, serentak Andy, darfan dan Dina membuka ponsel masing-masing. Membuka grup WA keluarga, dan seretak ketiga terngaga bagai orang bodoh. Andy meremas ponselnya tanpa sadar. Remasan yang menyakiti telapak tangannya sendiri! Pria itu mendesis dengan wajah merah padam.Suasana seketika hening. Tak ada yang berani berkata-kata. Sang Mama meraih ponsel milik Dina, lalu menatap nanar ke arah layar benda pintar itu. Wanita itu terduduk lemas, terkejut tanpa suara. Bagai orang linglung, Andy mendekati istrinya yang kini sudah dilepas oleh pria sangar.“Pelacur!” gumamnya pelan, namun jelas terdengar.“Maafin aku, Mas! Itu kejadian lima tahun yang lalu, sebelum kita menikah,” lirih Dinda memohon.“Kau kutalak! Hey perempuan pelacur! Kau kutalak! Kubebaskan dirimu dari segala hak dan kewajibanmu terhadap aku, dan akupun telah bebas dari
Bab 77. Ancaman keluarga Benalu Pada Andre ======= “Wak, saya minta tolong, boleh, ya? Ini bukan tugas Wawak, sih,” pinta Amelia hati-hati sesaat setelah para benalu terusir dari rumah megah itu. “Apa, Non? Bilang saja! Wawak pasti akan laksanakan apapun perintah Non Amel.” “Tolong sterilkan kembali kolam renang itu, ya!” “Baik, Non. Wawak akan segera kerjakan.” “Makasih banyak, Wak! Soalnya Bik Jum juga pasti repot banget membersihkan semua rumah terutama kamar yang bekas mereka tempati tadi.” “Iya, Non, enggak apa-apa. Lagian, Wawak juga nganggur, kan?” “Iya, Wak. Saya janji bonus bulan ini akan saya tambahi karena pekerjaan Wawak dan Bik Jum bertambah gara-gara ulah mereka.” “Gak usah, Non! Gak usah ditambah. Saya ikhlas!” “Gak apa-apa, Wak. Saya mau langsung balik ke rumah sakit, ya! Ya, Bik jum!” “Iya, Non, hati-hati nyetirnya,” sahut Dadang. Amelia bergegas pergi. “Tunggu, Non!” panggil Bik Jum menghentikan langkahnya. “Ya, Bik?” jawab Amelia berbalik. “Na
Bab 78. Sasaran Baru Keluarga Benalu “Dinda! Ada apa kamu nelpon aku? Bukankah aku sudah bilang bahwa aku tidak bisa balikan lagi? Jadi, tolong jangan pernah telpon-telpon lagi, ok! Terserah kamu mau menyebarkan video itu, aku tidak peduli! Maaf, telponnya aku matiin!” ketus Andre setengah berteriak. “Tinggu … tunggu … tunggu, Mas!” cegah Dinda dengan suara memelas. Meskipun Andre berteriak-teriak seperti itu, namun dalam hati Dinda bersorak senang. Benar dugaannya, Amelia belum melaporkan pada Andre tentang video itu. Artinya, si Kribo tak peduli tentang Andre. Dan kejutannya adalah gadis itu sedikitpun tak punya rasa pada Andre. Jelas Andre bertepuk sebelah tangan. Untuk pertama kalinya, Dinda merasa begitu beruntung mengenal Amelia. “Maaf, Din! Aku sedang sangat sibuk di proyek! Tak ada yang perlu dibicarakan lagi, bay!” Andre semaki ketus. “Dengar dulu, Mas!” tukas Dinda cepat. “Waktu itu alasan kamu menolak kalau kita balikan karena aku sudah bersuami, iyakan? Ak
Bab 79. Keputusan Andre Buat DindaSuara menggelegar itu memancing perhatian seluruh pekerjanya. Namun semua diam, tak ada yang berani menghampiri apalagi bertanya ada apa. Kusut masai wajah sang Bos, membuat mereka makin serius melakukan pekerjaannya.Kecuali Leo. Pria itu yakin, kemarahan Andre pasti ada kaitannya dengan video kiriman Amelia di grup WA keluarga tadi siang. Meskipun Leo telah menalak Dina, tetapi dia belum keluar dari grup WA keluarga. Pria itu sangat yakin kalau video itu yang menjadi penyebab kemarahan Andre. Leo tidak tahu darimana Amelia mendapat video itu. Yang jelas Amelia pasti mempunyai maksud dan tujuan, entah itu apa. Bukan sekedar meyebarkan aib.Sang mandor tak bisa tinggal diam. Memberanikan diri pria itu berjalan ke arah gubuk, melangkah masuk meski takut-takut.“Maaf, Pak Andre? Apakah pekerjaan anak-anak mengecewakan?” tanyanya dengan nada pelan.Andre mendongak, menatap tajam wajah Leo. Seketika emosinya meledak.“Keluarga istri Abang itu yang
Bab 200. Tamat (Malam Pertama Amelia)Amelia bersimpuh di pangkuan sang Papa. Memohon doa restu dengan derai air mata haru. Daffin mengikuti berbuat yang sama.Amelia bergeser ke bangku Rahayu. Andy ada di sampingnya. Wanita itu memeluk gadis bergaun pengantin itu. Membisikkan kalimat restu dan menguntai doa sakral. Semoga pernikahan putra semata wayangnya dengan gadis ini penuh keberkahan, abadi, tanpa pernah ada lagi perpisahan.“Terima kasih Tante,” ucap Amelia surut masih dengan berjongkok. Lalu berbisik pada Daffin, pria yang baru saja menghalalkannya. “Mas, minta restu pada Tante Rahayu, ya! Juga kepada Pak Andy, papa kandung Mas Daffin. Lakukan itu, seperti Mas meminta restu pada papaku! Agar pernikahan kita ini berkah, Mas!”Daffin menatap mata wanitanya, lembut. Lalu mengangguk. Pria itu melakukan seperti yang Amelia ucapkan. Untuk pertama kalinya, Rahayu memeluk tubuh putranya. Air mata haru tak henti mengalir deras membasahi kedua pipi kurusnya. Sama harunya sepert
Bab 199. Sentuhan Karena Cemburu Daffin Di Dalam Lif“Ada apa dengan Mas Andre? Aku tahu, kok, dia dirawat di sini,” tanya Amelia penasaran.“Dia ingin bertemu kamu, tanpa Pak Daffin. Mungkin kamu bisa luangkan waktu kamu menjenguknya sebentar.” Dr. Vito mengusulkan.“Waw, Andre ingin bertemu Amelia tanpa aku? Hebat! Apa yang kalian rahasiakan dariku?” Daffin mendelik pada Amelia, pria itu kembali terbakar.“Amelia juga belum tahu, Pak Daffin. Tak ada rahasia. Tapi, Andre memang takut kalau Pak Daffin ikut,” sela Dr. Vito.“Takut apa? Dia mau mengambil Amelia lagi dariku, begitu?” sergah Daffin dengan wajah mengetat.“Bukan tentang Amelia, Pak, tapi … wah, saya tak enak mengatakannya. Tapi, alangkah lebih baiknya kalau Amelia menemuinya!”“Baik, terima kasih, Vito! Aku dan Mas Daffin akan menemuinya! Antara aku dan Mas Daffin tak pernah ada rahasia. Terserah, Mas Andre setuju, takut, dan sebagainya! Ayo, Mas kita ke rungannya! Ayo, Mela! Kami duluan, ya! Dadaah, Bilqis!”Amelia me
Bab 198. Daffin Cemburu Buta“Jangan seperti anak kecil, dong, Mas! Enggak ada angin, enggak ada badai, tiba-tiba aja, Mas Daffin sewot, aku gak paham, ada apa, sih?” Amelia menahan lengan Daffin.“Gak ada! Maaf aku buru-buru!” Pria itu menepis dengan sedikit kasar. Hampir saja gadis itu tersungkur. Sebuah tangan menahan tubuhnya.“Ati-ati, dong, Om! Kacian Antenya!” Seorang anak kecil berteriak dengan lantang. “Untung dipegangi mama Iqis, kalau enggak Antenya udah jatuh! Oom dahat!” sungut bocah perempuan itu lagi. Daffin dan Amelia tersentak kaget. Keduanya menoleh ke sumber suara. Suara itu sepertinya tak asing di telinga Amelia.“Ante Amel?” sang bocah malah lebih dulu mengenalinya. “Ini Ante Amel, kan? Mama, ini Ante Amel!” teriak bocah lincah itu kepada wanita yang bersamanya.“Bilqis?” gumam Amelia seraya merunduk lalu memeluk gadis kecil itu. Daffin terpana. “Ini Mama Iqis, Ante! Mama, ini Ante Amel, temannya Papa! Iqis mau Ante Amel jadi mama Iqis, tapi kata Papa, A
Bab 197. Telepon Dari Dr. Vito“Kalau memang Om Andy dengan Tante Ayu udah ada niat menikah, gak boleh ditunda lagi! Kalau saya dan Mas Daffin, bisa kok, nunggu dulu. Pokoknya Om dan Tante aja duluan! Mas Daffin enggak suka kalau Om Andy menunda lagi, ya, Om, Tante!” kata Amelia menekankan.Kedua calon mertuanya itu saling tatap. Lalu menghela napas kasar.“Mama cepat sembuh, pokoknya! Pak Andy jangan banyak pikiran lagi! Ini, pakai untuk keperluan Bapak! Tentang biaya sekolah Klara dan Indah, jangan pikirkan lagi, sudah diurus oleh anggota saya!” tukas Daffin sembari menyerahkan sebuah kartu kredit kepada Andy.“I-ini apa, Nak?” Andy tergagap. “Ti-tidak usah, Nak Daffin, tidak usah! Bapak akan burusaha bekerja semaksimal mungkin untuk mengumpulkan biaya pernikahan. Bapak tidak mau membebani Nak Daffin!” tolaknya mendorong dengan halus di tangan Daffin.“Pakailah, mulai sekarang Bapak akan saya anggap papa saya. Setelah menikahi Mama, Bapak akan saya bawa ke kantor, bantu saya m
Bab 196. Suasana Tegang Di Rumah Sakit“Tidak perlu sungkan, Ma! Pak Andy, saya terima lamaran Anda terhadap Mama saya, kapan rencana pernikahan kalian, kalau bisa secepatnya, ya!”Tiba-tiba Daffin muncul di ambang pintu.“Daff-daffin …!” Rahayu dan Andy serentak menoleh. Wajah keduanya memucat sesaat. Tetapi langsung terang benderang begitu Daffin menyelesaikan kalimatnya.“Terima kasih, Bapak sudah menjaga mama saya sepanjang malam ini?” ucap Daffin melangkah masuk.Andy langsung bangkit, memberi ruang kepada Daffin untuk mendekati Rahayu. Daffin segera menyalam ibunya, lalu duduk di kursi itu. Senyum semringah mekar di wajah tampannya.Rahayu sadar, hari ini putranya terlihat berbunga-bunga. Ada binar di wajahnya. Bukan karena lamaran Andy pada dirinya. Ada sesuatu, entah itu apa. Apakah ada hubungannya dengan Amelia? Rahayu menerka-nerka.“Jadi bagaimana Pak Andy, kapan rencana Bapak menikahi mama? Saya mau secepatnya. Kalau bisa begitu Mama boleh pulang kata dokter, esoknya
Bab 195. Daffin Menerima Lamaran Andy Untuk Ibunya Pagi ini Andy terjaga karena gerakan di atas ranjang pasien. Rahayu menggeliat di sana. Pria itu perlahan mengangkat kepala yang dia letakkan di tepi ranjang. Persis di sisi sang pasien. “Hey, kamu sudah bangun, Sayang?” sapanya sembari mengucek mata. “Maaf, gerakanku membuat Mas terganggu. Pindah saja tidurnya ke sofa sana, Mas! Kasihan, sepertinya Mas kurang tidur beberapa malam ini,” usul Rahayu menatap iba pria yang sangat dia cintai itu. “Tidak, aku juga sudah bangun. Gimana, kamu mau ke kamar mandi, ayo, aku bantu!” “Tidak usah, Mas. Itu terlalu merepotkan kamu. Aku tunggu perawat saja.” “Tidak Rahayu, kenapa kau masih sungkan. Tolonglah, jangan perlakukan aku seperti orang asing!” “Tapi, kamu memang orang lain, kan, Mas? Kita bukan muhrim, kamu juga bukan suamiku. Aku sungkan kamu membantuku ke kamar mandi. Aku akan minta tolong perawat saja nanti.” “Aku sangat sayang padamu, Yu. Aku sangat sedih kau bicara seperti
Bab 194. Papa Amelia Batal Melamar Regina “Hem.” “Terima kasih, Mel!” Tanpa ragu, Daffin meraih tubuh kekasihnya, membenamkan di dalam pelukan erat. “Aku akan minta pada Papa kamu, agar mau mengalah. Dia boleh melamar Bu Regina, tapi pernikahannya ditunda dulu. Aku mau, kita duluan, Sayang.” “Ya, Papa setuju!” Sontak Daffin melepas pelukan. Anwar telah berdiri tak jauh dari meja makan itu. Suster Ayu dan Bik Jum mengiring di belakangnya. Entah sejak kapan mereka ada di sana. Sedikitpun kedua insan yang sedang dimabuk asmara itu menyadarinya. “Maaf, Non. Bibik udah berusaha menghalangi agar Bapak jangan masuk ke ruang makan ini, tapi makin dihalangi, Bapak makin maksa masuk,” lirih Bik Jum merasa bersalah. “Papa khawatir, papa minta maaf. Papa kira putri papa sedang ada masalah lagi. Ternyata, papa salah duga. Anak gadis papa rupanya sedang dilamar oleh seorang pria hebat. Papa sangat bahagia. Jangankan menunda pernikahan papa, membatalkan lamaran esok pun, papa bersedia, Nak.”
Bab 193. Lamaran Daffin Di Meja Makan “Apa?” Amelia tersentak kaget. Salah dengarkah dia? Daffin memintanya menyuapi. “Ya, sudah, enggak jadi. Maaf!” ucap daffin dengan wajah sedikit memerah. Telunjuk pria itu langsung mengusap symbol hijau di layar ponselnya. “Ada apa lagi Pak Sastro?” sergahnya meninggikan suara melalui benda pipih itu. “Bu Lidya sudah kami tahan di pos depan, Pak. Tapi, dia tidak berhenti menjerit-jerit. Itu memancing perhatian semua orang yang kebetulan melintas juga warga sekitar. Mohon petunjuk, apa yang harus kami lakukan?” lapor Sastro dari ujung sana. “Hem, perempuan sial! Tidak usah menungguku, bawa ke kantor polisi! Lalu telepon pengacaraku, minta dia mengurus semuanya! Bukti-bukti kejahatan perempuan itu sudah ada di tangan pengacara itu! Sekaligus Bik Rum jadikan sebagai saksi!” kata Daffin menjelaskan. “Siaap, baik, Pak!” Daffin mematikan ponsel, lalu menghela napas panjang seraya menyenderkan tubuh lelahnya ke sandaran kursi. Matanya terpeja
Bab 192. Lidya mengamuk“Tolong jangan seperti anak kecil, Mas! Mas Daffin itu udah dewasa! Tolong bijaklah dalam berpikir, bijaklah dalam berbicara dan juga dalam memutuskan segala sesuatunya!”“Aku masih kurang bijak, ya?”“Ya!”“Baik, aku minta maaf!”“Aku mencintaimu, Mas! Tolong jangan pernah kamu ragukan! Jangan pula kamu kaitkan dengan hal lain!”“Boleh aku bertanya?”“Ya.”“Kenapa istri Papa yang bernama Tina itu mau bermesraan dengan pria selingkuhannya itu, bahkan mereka tak peduli itu di tempat umum? Karena cinta, bukan? Lalu kamu?”“Bukan. Yang mereka lakukan bukan karena cinta. Tapi karena napsu!”“Begitukah? Lalu kamu mengira aku …?”“Tolong jangan tersinggung! Aku hanya merasa ini terlalu cepat! Satu hal yang perlu Mas Daffin ketahui. Meskipun aku sudah pernah menikah, sudah juga pernah menjalin hubungan dengan Mas Andre. Tetapi hingga detik ini aku masih perawan.”“Mel?” sergah Daffin tersentak kaget. Perempuan yang sangat dia cintai ini ternyata begitu sempurna.“Ya