Beranda / Romansa / NODA / 12. Dokter kandungan baru 3

Share

12. Dokter kandungan baru 3

Penulis: Novita Sadewa
last update Terakhir Diperbarui: 2022-09-18 07:56:28

"Loh, nggak bisa gitu dong, Dok. Kita maunya sama dokter," protes Mbak Mayang tak terima.

"Oke, tunggu. Saya segera kembali." Dokter Megan terlihat sangat tergesa keluar dari ruangan, mungkin sudah tak tahan lagi menahan, pantas saja dari tadi berkeringat.

"Kenapa coba Dokter Megan? Aneh, nggak biasanya seperti itu?" tanya Mbak Mayang.

"Kebelet kali, Mbak, udah tunggu aja," jawabku, Mbak Mayang pun mencebikkan bibirnya bingung.

Lama kami menunggu, akhirnya Dokter Megan kembali dan mengulangi USG dari awal. Kali ini dia terlihat lebih tenang dan lembut.

"Bisa dilihat ya, jadi posisinya sudah mau masuk ke panggul, bayinya sehat, tinggal kondisi Ibunya saja yang menjadi PR. Kemungkinan besar anaknya laki-laki."

"Apa ada yang mau ditanyakan?"

"Kapan kira-kira saya melahirkan?"

"Sesuai USG tanggal 25 bulan Maret, 6 minggu dari sekarang. Namun, kelahiran bisa maju atau mundur dari tanggal prediksi, tidak pasti sama, ya, Mbak," terangnya.

Usai USG, Dokter Megan menuliskan resep yang haru
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • NODA   13. Sedang tidak baik-baik saja

    POV MegantaraDadaku berdebar saat kudengar nama itu, nama yang dipanggil oleh Suster Yeni, asistenku, adalah nama gadis yang sama. Anyelir Prabandari Nugroho, anak dari salah seorang kepala sekolah sebuah sekolah menengah atas dan pemilik Lembaga Bimbingan Belajar Nugraha Course yang sedang happening saat itu, namun sekarang dikabarkan sudah pindah tangan.Gadis yang kulihat pertama kali di halte bis tujuh tahun lalu itu, aku menyukainya, hatiku selalu berdebar kala melihatnya. Gadis dengan seragam putih abu-abu dan ciri khas headset warna pink yang selalu dikalungkan pada leher tiap kali menunggu bis saat hendak ke sekolah itu benar-benar cantik rupawan. Saat itu juga aku merasakan jatuh cinta pada pandangan pertama.Aku melihatnya setiap pagi. Setiap kali hendak berangkat ke kampus, aku melewati halte itu. Aku pun menyempatkan diri menghentikan mobil di bahu jalan untuk sekedar melihat wajahnya sebagai penentram jiwa yang selalu merasa gundah jika sehari saja tidak melihat wajah

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-19
  • NODA   14. Sedang tidak baik-baik saja

    Kuhempaskan tubuhku di sofa tamu begitu aku tiba di rumah. Siang ini aku langsung pulang setelah jam kunjungan pasien. "Astaghfirullahaladhim. Pergi, pergi, pergi, hush, hush." Kutepis segala sesuatu tentang Anyelir, namun wajah Anyelir tak henti-hentinya mengganggu dan berkeliaran di benakku."Megan, sudah pulang?" Aku terperanjat saat mendengar suara Mama yang tiba-tiba datang dari arah dapur."Mama? Kapan datang, masuk dari mana?" tanyaku bingung, kami adalah orang Bali dan aku tinggal seorang diri di Jakarta sejak memutuskan untuk mengambil kuliah kedokteran di Jakarta."Lupa kamu? Ini rumah Mama, Sayang," ucapnya mengejek. Aku tahu Mama ke sini untuk memperingatkan tentang kepulanganku ke Bali lagi.Aku berdecak setiap Mama mengatakan ini rumahnya, perasaanku merasa dia meremehkan, seolah aku tidak bisa cari rumah sendiri. "Ya, ya, apa aku perlu cari kontrakan supaya Mama tidak terus menghina?" "Cukup pulang saja ke Bali, nggak perlu ngontrak segala," tegasnya. Aku menelan lud

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-19
  • NODA   15. Group WA Ibu bandel

    POV Anyelir.Ibu menyambut begitu aku turun dari taksi. Aku pulang tanpa Mbak Mayang karena Mbak Mayang langsung masuk kerja tadi, tapi Mbak Mayang terlebih dahulu memesan taksi untukku."Assalamualaikum, Bu.""Waalaikumsalam, Nye. Gimana hasilnya, apa kata dokter?" tanya Ibu begitu aku sampai di depan pintu."Sehat kok, bayinya sehat," jawabku."Lalu kamu sendiri? Sudah turun tensinya, Nye?" "Sudah, kok, Bu. Ibu jangan khawatir." Tak mungkin membuat Ibu khawatir dengan mengatakan tensiku belum turun. Ibu sudah lelah mengurus toko yang semakin hari semakin banyak pesanan bahkan dari sekolah hingga perkantoran banyak yang memesan kue dari toko Ibu. Alhamdulillah, setelah kami banyak kehilangan, nyatanya Tuhan masih sayang dengan mempermudah usaha kue basah Ibu."Alhamdulillah, Ibu seneng dengernya. Makan dulu, setelah itu istirahat," perintah Ibu. "Iya, Bu," jawabku menuju kamar untuk segera mengganti baju dengan daster karena badanku sudah terasa engap dengan gamis ini."Nye." Kemb

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-19
  • NODA   16. Group WA Ibu bandel 2

    Usai kulipat mukena dan sajadah, ponsel yang aku letakkan di atas nakas pun kembali berpendar dan bersuara. Sebuah pesan dan video masuk di group WA baruku.[Selamat siang para calon ibu. Sudah makan dan minum obat? Harus sudah, ya. Jadi saya mau menyampaikan, olahraga sangat baik untuk membantu proses persalinan nanti. Video ini adalah contoh dari olahraga yang baik. Mohon dipraktekkan setiap hari, tak perlu lama cukup beberapa menit saja.]Begitulah pesan dari Dokter Megantara di group WA kami, dokter baru yang menurutku sedikit berbeda ini membuatku seperti masa sekolah, ada tugas segala.[Untuk Anyelir, kenapa tidak menjawab sendiri? Anda ada di sana bukan?]Pesan kembali masuk. Dokter Megan menyebut namaku. Orang ini tidak sabaran sekali. Keempat anggota memang sudah mengirim balasan, ada yang membalas: Siap, Dok. ya, Dok, siap laksanakan dokter tampan, baik, Dokter. Dan aku memang belum membalas, karena aku pikir itu tidak begitu penting, yang penting pesan sudah terbaca dan akan

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-19
  • NODA   17. Pertemuan tak sengaja

    POV MegantaraApa aku sedang memuji diriku sendiri dengan menyebut dokter tampan? Narsisisme kah aku? Ah, sudah lah, setidaknya Anyelir tahu kalau aku memang tampan. Tapi untuk apa coba?"Megan, ini ponsel kok ada 3, kamu dagang online?" tanya Mama keluar dari kamar. Memeriksa ponsel yang aku gunakan untuk membuat group abal-abal. Ya, mana mungkin dokter buat group seperti ini. Aku hanya ingin memastikan kondisi Anyelir. Aku tahu kondisinya tidak baik. Yang aku harapkan adalah Anyelir dan bayinya selamat. Entah apa yang mengisi otakku, aku masih saja tidak bisa mengabaikannya meski sekarang keadaannya tidak lagi sama. "Ini ponsel untuk kerjaan aja, Ma, satu untuk rumah sakit. Satu untuk kampus.""Kampus?""Iya, Ma.""Maksudnya?""Iya, gitu.""Jangan bilang kamu ngajar?""Emang boleh?" "Nggak.""Ya udah, berarti enggak." "Megan! jangan bikin mama bingung, deh." "Enggak ... Mama dandan cantik mau kemana?" ucapku mengalihkan pembicaraan. "Eh, mama mau beli kue, besok mama mau pulang

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-20
  • NODA   18. Pertemuan tak sengaja 2

    "Oh, maksud saya ini, lo. Kue klepon. Ya, ini." Kutunjuk satu kue yang ada pada contoh gambar."Oh, iya, berapa, Dok?""Dua box besar. Ya kan, Ma?"Mama menghembuskan napas kasar. "Kamu lupa, Papa nggak suka gula jawa?" "Hah?""Jadi, Mbak, anak saya pesen klepon dua box. Saya pesen kue lemper sama talam, masing-masing dua box sedang saja, tolong ditotal sekalian," kata Mama mengambil alih, Anyelir dengan sigap mencatat. Kemudian mengambil kalkulator yang ada di meja kasir."Megan, jangan bikin malu Mama, kamu salah tingkah. Katanya mau move on!" "Maaf." "Jadi semua total 500 ribu. Bisa dibayar waktu pengambilan atau DP dulu juga nggak papa." Anyelir kembali dengan tagihan ditangannya, aku pun mengambilnya dengan cepat. Lalu kuberikan 5 lembar uang kertas seratus ribuan."Saya bayar saja, besok saya ambil jam 9, bisa? Karena pesawat Mama saya pagi," ujarku menentukan waktu."Pagi sekali, sebentar saya tanya ....""Anye, Via menghubungi." Seorang wanita paruh baya datang dari pintu b

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-20
  • NODA   19. Sadar diri

    Pagi ini sebelum aku pergi ke rumah sakit, aku terlebih dahulu mengambil pesanan kue di tempat Anyelir. Sedang Mama sudah mulai siap-siap."Ma, Megan ambil kue," pamitku mengetuk pintu kamar Mama."Ya, langsung pulang, jangan godain istri orang," teriak Mama dari dalam kamar tanpa membuka pintu memberi peringatan. Aku berdecak, seperti itukah aku di mata Mama? Aku masih waras. Tak mungkin merusak rumah tangga orang, meski hatiku benar-benar ingin bersamanya. Sekitar pukul setengah 9 aku sudah sampai di toko kue Lestari. Pembeli terlihat sudah memadati toko tersebut. Benar, toko ini memang sangat ramai, bahkan sudah antri sepagi ini. Sampai aku pun harus mengantri di barisan para pembeli. Kuedarkan pandangan, tak kulihat Anyelir ada di barisan karyawan atau meja kasir. Hanya ada beberapa karyawan yang melayani pembeli dan satu orang kasir. Ibunya pun tak terlihat.Beberapa orang ada yang langsung saja masuk ke belakang dan pulang membawa kotak kue. Aku semakin bingung."Mas, mas yang

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-22
  • NODA   20. Sadar Diri 2

    POV ANYELIRVia menghubungi, mengatakan bahwa Papa masuk rumah sakit lahi akibat gula darah dan tensinya kembali tinggi. Aku sudah mengatakan tidak bisa datang, aku sudah menutup segala sesuatu yang berhubungan dengan mereka. Tapi Via terus memaksa karena Papa terus menanyakan aku. Via bingung harus menjawab apa. Via berharap dengan kedatanganku akan membuat Papa lebih cepat membaik dan pulih. Sekuat tenaga aku menolak, akhirnya aku harus mengalah karena Mama memohon, menangis tersedu di seberang sana. Mana aku tega, akhirnya aku dengan ditemani Mbak Mei harus datang. Ya, mereka membawa ke rumah sakit tempat Mbak Mei bekerja. Dengan membawa Papa ke rumah sakit yang lebih besar mereka berharap Papa akan lebih cepat sembuh. Aku tegaskan pada hatiku, aku melakukan ini hanya karena rasa sosial dan tak ada hubungannya dengan Mas Bian.Mbak Mayang aku suruh pulang saja setelah mengantar karena besok dia shift pagi. Kalau menginap di sini pasti tak bisa istirahat, sama halnya denganku. Pa

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-22

Bab terbaru

  • NODA   197. Ending

    Besoknya mereka benar-benar kembali ke Bali tentu saja rumah kembali sepi. Sebelum pergi, mereka mempersiapkan seorang asisten rumah tangga baru dari agensi resmi untuk membantu Anyelir mengurus rumah dan Nizam. Malam harinya, aku memenuhi janji. Datang ke tempat yang sudah Anyelir beritahu sore tadi. Sepulang dari rumah sakit, aku meluncur ke sana karena Anyelir sudah menunggu katanya. Aku senang, sedikit demi sedikit dia mulai kembali mengenal dunia luar. Tidak lagi acuh dan enggan. Bahkan malam ini begitu mengejutkan. Dia sendiri yang menginginkan untuk makan di luar. Sungguh mencengangkan dan juga di luar dugaan.Setelah mobil terparkir di halaman restoran. Aku bergegas masuk, kucari keberadaan Anyelir dan kutemukan dia di meja paling ujung dekat jendela. Kulangkahkan kaki mendekatinya. Dia menoleh ke arahku dan berdebar lah jantungku saat melihat wajah dengan polesan yang membuatnya tampak begitu berbeda, sangat cantik. Penampilannya semakin sempurna dengan balutan gamis indah

  • NODA   196. 1 Bab menuju Ending

    POV Megantara[Bang, aku baik-baik saja. Aku akan mengantar Renata ke Bali. Thanks atas kesempatan dan aku tahu semua adalah siasatmu.]Kusunggingkan senyum setelah membaca pesan dari Denis yang entah sudah berapa hari menghilang dan sempat membuat kami sekeluarga kelimpungan. Sengaja, aku tidak ikut menemuinya, memberi waktu untuknya agar bisa bersama Renata yang entah kenapa tidak pernah bisa melihat cinta yang begitu besar dari Denis untuknya sejak dulu sampai sekarang, sedangkan Denis yang malang justru memilih diam dan tidak tahu bagaimana cara mengungkapkan perasaan.Aku tahu, meski telah bersama Tita, Denis belum sepenuhnya melupakan Renata. Keputusannya yang tiba-tiba, degan mudah menerima Tita tanpa pikir panjang pun aku yakin hanya karena pada saat itu dia sedang putus asa. Awalanya aku mengira dia juga sudah mati rasa. Tapi, ketika kami kembali dipertemukan di tempat yang sama, aku menangkap tatapannya pada Renata tidak berubah, tetap sama, penuh cinta. Namun, aku juga tah

  • NODA   195. Mengagumi atau mencintai 2

    Tepuk tangan menyambut begitu kami turun. "Hebat, Mas, keren," ucap mereka yang ada di lokasi pada Denis."Sip," kata Denis menunjukkan jari jempol.Keren? Apa yang keren? Menurutku justru sangat menyedihkan, tak ada teriak kebahagiaan yang harusnya aku lakukan di atas sana apa lagi perasaan bebas seperti elang, melainkan beban berat menghimpit dadaku karena sikap Denis yang terkesan acuh dan berubah, tenggelam memikirkan Tita.Aku bergegas meninggalkan mereka yang masih terlihat sibuk dengan parasut dan sabuk pengaman. Hari sudah mulai petang, sudah saatnya untuk pulang. Hari ini sudah cukup untuk menjadi kenangan."Ren, mau ke mana?" Denis berlari mengikuti langkahku."Pulang, kamu bilang kan setelah terbang cepetan pulang. Lagi pula tiket penerbanganku ke New York tinggal beberapa hari lagi, aku harus ke Bali dulu, ketemu mama sama papa. Setidaknya aku sudah memastikan kalau kamu baik-baik saja, masih sehat," jawabku melanjutkan langkah. Namun, langkahku harus terhenti karena tan

  • NODA   194. Mengagumi atau mencintai?

    POV RenataSudah hampir satu minggu aku mencarinya dan baru bisa menemukannya di sini, tempat yang sam sekali tidak ada dalam pemikiran kami sebelumnya. Sebuah tempat yang lumayan jauh dari keramaian. Entah, sudah berapa tempat di Jakarta hingga Bandung yang aku, Megantara, dan Om Hakam datangi hanya untuk menemukan pria yang saat ini sedang berada di atas sana, menikmati alam merayakan kebebasan atau mungkin juga sedang menghibur diri. Kami menemukan keberadaannya dari unggahan Instagram yang dia unggah, yang memperlihatkan pemandangan perbukitan dengan caption-nya 'Bebas'. Kemudian kami mencari tahu detail dari gambar tersebut. Di sinilah aku, di gunung Banyak kota Batu Malang. Megantara tidak ikut hari ini karena istrinya sedang kurang enak badan. Tapi dia tetap mau aku menemui Denis. Ya, kami bertiga memang sangat dekat, dia sangat khawatir dengan adiknya mungkin. Sehingga memaksaku untuk datang ke tempat yang menurutku lumayan jauh.Aku tahu ini tidak mudah. Kehilangan dua h

  • NODA   193. Menikmati karma

    POV BiantaraDengan berakhirnya sidang berarti kewajibanku pun telah berakhir. Aku bisa lebih tenang sekarang, karena Megantara selamat dari ancaman atas tuduhan pencemaran nama baik termasuk aku, karena pada kenyataanya aku juga lah yang melaporkan atas tindakan penculikan Anyelir, sebab, pada saat itu Megantara tidak ada di tempat, jadi jikalau Megantara masuk penjara aku pun sama.Hari ini akta ceraiku dengan Luna sudah dikirim melalui kuasa hukum yang aku tunjuk. Semua sudah berakhir, tak ada lagi yang tersisa. Kami benar-benar sudah berakhir dan ini aku nikmati sebagai bentuk dari segala karma atas perbuatan dan status yang sempat aku sematkan pada wanita yang tanpa aku sadari mampu membuat hatiku berdenyut sakit setiap melihatnya bersama laki-laki lain. Wanita yang membuat hatiku teriris setiap melihatnya menangis. Aku telah menjanda kan Anyelir dan sekarang aku didudakan oleh Luna. Apa lagi kalau bukan karma yang dibayar tunai?Kuketuk pintu bercat putih setelah penjaga memberi

  • NODA   192. Permintaan Maaf

    Pintu kamar ditutup dengan kasar menimbulkan debar di dalam dada karena keterkejutan. Aku memutar badan sambil mengusap dada pelan, setelah sebelumnya melangkah masuk kamar terlebih dahulu. Kemudian memutar bola mata mencari jawaban apa yang terjadi pada wanita yang saat ini menatap nyalang ke arahku. Kuangkat dagu seraya menyipitkan mata bertanya. "Kenapa?""Kenapa? Tadi kamu bilang apa? Mas Bian kucing? Kalau Mas Bian kucing terus kamu apa? Buaya?" tanyanya sambil marah-marah."Buaya? Buaya apa, sih?!" Aku balik bertanya karena merasa kurang begitu paham. Bukan kurang tapi memang tidak paham."Kalau bukan buaya apa namanya lelaki yang suka deketin wanita lain begitu ada kesempatan? Nggak mau rugi," ucapnya penuh penekanan."Apa sih, Anye? Kamu kalau Biantara ngomong langsung aja masuk otak kiri nggak keluar-keluar, klop banget.""Mau balik melempar kesalahan, ni, romannya," sindirnya."Enggak, orang aku ngga deketin ngapain? Jangan cemburu gitu, ah," candaku."Bukan cemburu, tapi m

  • NODA   191. Senyuman

    Sekarang yang menjadi pertanyaanku adalah bagaimana mungkin hasil tes DNA itu tidak cocok? Siapa yang mereka bayar untuk mengotak-atik hasil tes itu?Ruang sidang kembali riuh. Jeritan, tangisan terdengar begitu menyedihkan. Tangis orang tua Ervan, istri yang kemudian memilih meninggalkan ruangan, dan juga tangis Renata yang pecah begitu hakim meninggalkan ruang sidang disusul Ervan yang dibawa keluar dari ruang sidang menuju tahanan. Denis dan Nando berusaha menenangkan Renata yang terlihat begitu terpukul atau bahkan menyesal atas keputusannya menjadi saksi. Entah.Tapi, aku tahu, bagaimana perasaan ketiganya. Wanita paruh baya itu melangkah maju ke arah kami dengan derai air mata setelah sang suami digelandang petugas untuk dimintai keterangan. Biantara bangkit kemudian menghadang. Langkah wanita itu pun terhenti, menatap ke arah Biantara dengan tatapan sendu kemudian tatapan itu berubah menjadi permohonan dalam bisu."Kita pulang," Papa datang setelah melepas seragam hitam khas

  • NODA   190. Fakta baru 2

    "Ambil anak itu diam-diam, jangan sampai ketahuan. Kirim ke luar negeri, bawa kembali kalau dia sudah dewasa dengan identitas baru."Terdengar isakan dari bangku keluarga terdakwa. Selain Anyelir, wanita lain yang sudah pasti sangat terluka pada bagian ini adalah istri Ervan, Alana. Bagaimana tidak? Seorang wanita yang sudah menemani bahkan memberikan buah hati seakan tidak ada nilainya hanya karena anak yang dilahirkan perempuan. Di mana nurani mereka sebagai suami dan kakek? Bukankah bisa mencobanya lagi untuk kembali mendapatkan anak laki-laki, mereka masih muda. Lagi pula bukankah wanita atau laki-laki itu sama saja? Banyak di luar sana wanita-wanita hebat yang sukses melebihi kesuksesan laki-laki dan bukankah laki-laki juga terlahir diri rahim seorang wanita? Lalu kenapa mereka menganggap remeh wanita?Suara gemerisik kembali terdengar, kali ini rekaman diganti dengan rekaman yang dipasang oleh Renata di kantor Om Winata. Awalnya hanya terdengar suara sepatu dan gesekan kerta

  • NODA   189. Fakta baru

    Di kursi saksi, Renata mulai berbicara, sesekali ia menghela napas. Mengurangi ketegangan, mungkin. Aku sangat mengerti apa yang dia rasakan. Biar bagaimana pun mereka adalah keluarga, memilih antara keluarga dan keadilan tentu sangat sulit sekaligus membuatnya dilema."Beberapa bulan lalu setelah acara pernikahannya di Bali. Megantara menemui saya. Menceritakan tentang istrinya. Awalnya saya sangat tersentuh dan iba. Hingga pada akhirnya, dia mengatakan bahwa dia mencurigai saudara saya, Ervan. Meminta bantuan saya untuk menyelidiki Ervan diam-diam. Saya sempat marah. Biar bagaimana pun juga, Ervan adalah sepupu saya, tentu saya tidak terima. Akhirnya saya mengiyakan, tapi dengan niat agar Megantara tau bahwa saudara saya tidak demikian. Pada saat itu saya benar-benar yakin bahwa Ervan orang baik. Dengan percaya diri saya menyelidiki Ervan dengan berbagai cara." ucap Renata sambil sesekali menghapus sudut matanya. Sedangkan Ervan menunduk dalam. Mungkin dia tidak menyangka Renata

DMCA.com Protection Status