Share

BAB 05 - SIKAP RISSA

Penulis: Clovy
last update Terakhir Diperbarui: 2022-08-01 13:29:44

"Aku enggak mau ke dokter, Kak!" sergah Nissa. 

"Kenapa? Kamu kan lagi sakit." ucap Rissa, mengelus puncak kepala sang adik dengan lembut. Ternyata ayahnya sudah lama meninggalkan mereka, kini Nissa sudah beranjak remaja dan Rissa merasa dia belum bisa menjadi kakak yang terbaik. 

"Nissa sekarang baik-baik aja kok, Kak." 

"Beneran?" tanya Rissa, menaikkan alisnya sebelah mencoba memastikan kebenaran dari ucapan adiknya. 

Dia mengangguk pelan, lalu sudut bibirnya ditarik ke atas membentuk senyuman yang manis. Bingkai wajahnya kini terlihat kembali sumringah meski sepertinya gadis itu memaksakan senyumnya. 

"Beneran, Kak."

"Kalau gitu kamu makan aja dulu ya. Kakak bawain makanan buat kamu, Sayang." Rissa memperlihatkan makanan yang kini dia letakkan di atas nakas dekat petidurannya. 

Gadis berambut panjang yang dibiarkan terurai itu menganggukkan kepalanya pelan. Kalau pun memang sudah lapar pasti dia juga akan makan, tapi akhir-akhir ini Nissa tidak merasakannya mungkin karena banyaknya permasalahan yang membuatnya menjadi kenyang. 

"Makasih ya, Kak."

"Oh iya kakak mau nanya, tadi sebelum masuk ke kamar kamu. Kakak dengar kamu sedang bicara sama seseorang, apa yang kamu takutkan, Sayang?" tanya Rissa, membelai rambut sang adik. 

"Eng ... itu enggak bukan apa-apa," jawab Nissa gelagapan. "Aku ngobrol sama temen, dia ajakin nobar film horor, tapi aku tolak karena takut."

Keningnya mengernyit, Rissa seolah tidak paham dengan ucapan sang adik. "Bukannya kamu suka banget film horor, Nis?" tanyanya, membuat gadis itu memijat pelipisnya pelan. Batinnya menggerutu karena dia terlalu bodoh berbohong. 

"Kalau sekarang, kata teman aku filmnya lebih serem banget, Kak."

"Kalau gitu kamu jangan ke mana-mana dulu, lagian Nissa kan lagi sakit." 

Anggukkan pelan menjadi jawaban dari Nissa. Lagipula dia memang sedang malas ke mana pun, jika bisa hidupnya terus mengurung saja di dalam kamar. 

Setelah banyak berbincang dengan sang adik, Rissa memutuskan pergi ke dapur untuk memasak makanan untuk suaminya saat nanti dia pulang. 

Langkah Rissa terhenti begitu melihat Bi Ratih yang sudah berada di dalam dapur. Dia tengah memotong beberapa sayuran juga daging. 

"Bi ... lagi apa?" tanya Rissa ketus. Dia menghampiri Bi Ratih yang sedari memfokuskan dirinya pada pisau tajam yang memotong sayuran. 

"Masak buat Tuan, Nyonya." 

Rissa mengepalkan tangannya, dia merasa tidak suka dengan perlakuan pembantunya yang begitu perhatian terhadap suaminya. Seharusnya dia yang kini melayani Kang Alvin, bukan lagi Bi Ratih. 

"Biar sama saya saja, Bi." Rissa mengambil alih pisau itu dari pembantunya. "Kamu urus Zidan aja."

"Bantu Nyonya saja. Soalnya Zidan sedang tidur," jawabnya. "Jadi kalau saya bantu ibu, kan bisa kasih tahu apa saja kesukaannya Tuan."

Rissa menoleh ke arah Bi Ratih, menatapnya dengan tatapan tajam. Dia tidak bisa menerima perkataan pembantunya yang seperti mengagungkan dirinya karena mengetahui segala apa yang disukai dan tidak oleh suaminya. 

"Memangnya cuma kamu yang tahu tentang suami saya? Saya lebih mengenalnya dan pastinya tahu apa pun tentang dia."

Bi Ratih membatin. "Nyonya belum mengetahui lebih dalam tentang Tuan."

Akhirnya Bi Ratih memutuskan untuk keluar dari dapur, membiarkan Rissa mengolah masakan itu sendirian. Dia juga tidak tahu apa yang membuat wanita itu selalu bersikap ketus seolah tidak suka terhadapnya. 

Rissa membuka ponselnya lalu membuka aplikasi jutaan video yang bisa dia lihat, termasuk tutorial memasak. Sebenarnya, wanita itu belum bisa mengolah sajian makanan karena biasanya dia selalu saja membelinya dari luar. 

Akan tetapi, dikarenakan dia kini sudah mempunyai suami sudah menjadi kewajibannya untuk memasak. 

Banyak sekali masakan yang hari ini harus diolahnya. Berulang kali menyerah karena tidak bisa menakar bumbu penyedap rasa hingga akhirnya dia memasukkan semua yang ada di dalam tempatnya. Bahkan wanita itu pun tidak mencicipi lebih dulu, dia sudah yakin jika makanan buatannya akan membuat suaminya semangat memakannya. 

Tiga jam bergelut di dalam dapur, kini Rissa bisa bernapas lega karena masakan buatannya sudah selesai dia sajikan. Dia segera menyambar ponselnya untuk menghubungi suaminya agar cepat pulang. 

"Assalamu'alaikum, Kang."

"Waalaikumsalam, Sayang." Suaranya begitu lembut terdengar, Rissa melupakan permasalahan mengenai noda serta kedekatan suaminya dengan Bi Ratih sejenak. 

"Kamu cepet pulang ya, Kang. Aku udah masakin makanan yang banyak buat kamu." Rissa mengulum senyumnya, maklum saja mereka pengantin baru. 

"Oh kamu yang masak, Sayang? Ke mana Bi Ratih?" tanyanya. 

Pertanyaan membuat hati Rissa terasa terbakar, justru dia tidak ingin mendengar nama pembantunya, tapi suaminya yang lebih dulu menanyakan keberadaannya. 

"Iya aku yang masak. Kenapa kamu cari Bi Ratih sih, Mas? Sekarang kan aku istri kamu, jadi mulai hari ini dan seterusnya aku yang akan melayani kamu sepenuh hati, termasuk menyajikan masakan."

Untuk beberapa saat Kang Alvin terdiam, dia mungkin merasa dirinya bersalah karena sudah membuat istrinya kesal. Dia bisa merasakan kejanggalan itu, sepertinya Rissa cemburu karena suaminya terlalu dekat dengan pembantunya yang merupakan janda beranak satu. 

"Maaf ya, Sayang. Aku sekarang pulang ya. Tunggu ya, Sayang." 

Sambungan telepon pun terputus, Rissa menatap layar ponselnya geram yang menampilkan fotonya dengan Kang Alvin. 

***

"Ini semuanya kamu yang masak, Sayang?" tanya Kang Alvin. 

Rissa mengangguk membenarkan pertanyaan suaminya. Bi Ratih cepat menghampiri Kang Alvin, mengambil alih kantong yang dibawa sang Tuan. Lalu, kini dia meraih piring, dan juga telaten mengambil sebagian sajian makanan. 

"Biar sama saya saja!" Rissa merebut sendok dari tangan Bi Ratih, dia menambah menu makanan yang lain. 

"Tuan tidak suka omelette, Nyonya."

"Diam! Kamu jangan banyak protes!"

Kang Alvin memijat pelipisnya pelan, kepalanya terasa pening jika dia terus dihadapkan dengan dua wanita seperti ini. Bi Ratih mundur ke belakang, membiarkan Rissa untuk menyuguhi suaminya sendiri. 

"Sekarang yang melayani Kang Alvin hanya aku! Kamu jangan, Bi Ratih!"

Bab terkait

  • NODA DI MALAM PERTAMA    BAB 06 - DARAH SIAPA?

    "Nissa kamu sebentar lagi masuk perkuliahan ya?" tanya Kang Alvin, lelaki itu tengah memainkan garpu dan sendok. Mereka berada di meja makan, kini Nissa juga ikut bergabung mungkin dia sudah sehat mendadak setelah kemarin dipaksa untuk diperiksa ke dokter. "Iya, Kak." Gadis bertubuh kurus itu menjawabnya dengan sangat pelan, kepalanya terus menunduk tidak berani menatap ke arah iparnya. "Mulai sekarang Kak Alvin yang tanggung. Jangan sungkan, Niss. Kamu kan adeknya Kak Rissa, berarti adek Kak Alvin juga." Seulas senyum terbingkai di wajahnya, begitu juga Rissa yang ikut bahagia karena memiliki suami sangat menyayangi keluarganya. Bukan hanya kepada Nissa yang merupakan adik tiri istrinya, dia juga sangat memperhatikan kebutuhan mertuanya. Selalu menanyakan keinginan Nina dengan mudahnya dia memenuhinya. "Makasih ya, Kang." Rissa mengusap lengan suaminya, senyumannya tidak pernah pudar dari wajahnya. Kang Alvin mengangguk pelan, dia pula menyunggingkan bibirnya membentuk senyuman

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-01
  • NODA DI MALAM PERTAMA    BAB 07 - RENCANA RISSA

    Seprai bernoda darah saat di malam pertamanya, kini sudah memudar tidak terlihat lagi. Bahkan sekarang sudah kering setelah dicuci. Rissa memandangi seprai itu dengan pandangan nanar, entah kenapa melihat kain berwarna putih yang kini masih menggantung berjemur membuat hatinya terasa sakit. Bayangan suaminya memenuhi kepalanya, mana mungkin Kang Alvin berbuat yang tidak senonoh di belakangnya. Bahkan di malam pertama mereka dia sudah lebih dulu menyakiti hatinya. Wanita itu menggeleng pelan berusaha menjauhkan pemikiran yang seharusnya tidak dipikirkan. "Mana mungkin Kang Alvin sejahat itu." Dia menyeka air matanya yang membasahi permukaan wajahnya. Dikarenakan tidak ada bukti yang meyakinkan hatinya jika Kang Alvin berselingkuh dengan pembantunya sendiri. Untuk saat ini dia mencoba untuk berpikir positif selama dirinya mencari bukti mengenai perselingkuhan mereka. Mengingat perlakuan manis dari Kang Alvin membuatnya tidak mempercayai jika suaminya mengkhianati dirinya. Meski rasa

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-01
  • NODA DI MALAM PERTAMA    BAB 08 - CEMBURU

    "Bisa pijitin bahu Kakang enggak, Neng?" tanya Kang Alvin pada Rissa yang tengah mengoleskan krim malam. Dia terduduk di depan cermin sehingga pantulan paras ayunya terlibat dengan jelas. Rissa tidak memedulikan ucapan suaminya, dia terlalu kesal dengan sikap Kang Alvin pada anak si janda. Jika bisa berteriak sepertinya wanita itu akan bertanya, sebenarnya hubungan kalian apa? Namun, Rissa belum memiliki keberanian untuk menanyakannya. Lebih baik dia merayap perlahan demi mencari bukti-bukti mengenai suaminya. Apakah darah itu bukti perselingkuhannya, atau memang noda nyamuk yang tewas saat terbang. "Neng ... disuruh suami kok enggak nurut?" tanya Kang Alvin, dia mulai beringsut dari petidurannya menghampiri istrinya yang masih terduduk di kursi depan cermin. Wanita itu terus mengoleskan krim malam pada wajahnya, padahal sudah dua kali putaran dia selesai memakainya. Mungkin Rissa melimpahkan kekesalannya pada skincare yang seharusnya cukup untuk sebula

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-02
  • NODA DI MALAM PERTAMA    BAB 09 - TEKA-TEKI

    "Kamu harus makan yang banyak, Kang." Rissa terus menambahkan makanan di piring suaminya. Makanan yang tersaji di atas meja masih masakan buatannya. Entah sudah berapa hari Bi Ratih tidak memasak, karena Rissa yang mencegahnya. Dia mengatakan bisa mengolah makanan apa pun tanpa bantuan dari siapa pun, apalagi pembantunya. Kang Alvin mulai mencicipi makanannya, tapi dia cepat minum air putih yang juga sudah disediakan. "Ini kamu yang masak lagi ya, Sayang?" tanya Kang Alvin pada Rissa yang terus menatap suaminya dengan lekat. Rissa menganggukkan kepalanya pelan. "Iya. Kenapa memang, Kang?""Masakan kamu ada ciri khasnya." Kang Alvin menyunggingkan bibirnya berusaha untuk tetap tersenyum meski sebenarnya dia sudah tidak tahan lagi dengan masakan istrinya yang bisa dibilang berciri khas garam semua. "Iya dong beda sama yang lain. Kamu harus makan yang banyak kalau suka." Rissa kembali menambahkan nasi serta lauk pauknya di piring Kang Alvin. Nina baru keluar dari kamarnya, dia ikut

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-03
  • NODA DI MALAM PERTAMA    BAB 10 - BI RATIH

    "Kang ...," panggil Rissa pelan. "Iya, kenapa, Sayang?" Kang Alvin memang menjawabnya, tapi dia tidak mengindahkan pandangannya ke arah sang istri. Kedua matanya masih terfokus pada layar monitor, pria itu tengah mengerjakan pekerjaan kantornya. Istrinya meletakkan secangkir kopi masih mengepul yang kini disimpan di atas nakas. Dia pula membuat teh hangat teruntuk dirinya, tidak lupa menyuguhkan cemilan ringan beberapa macam di hadapan suaminya. "Aku cuman mau tanya aja sih. Pengin tahu gitu. Boleh?" Alisnya terangkat sebelah mencoba untuk memastikan suaminya. Kali ini Kang Alvin menutup laptopnya, dia mengubah posisinya yang samua mengarah ke depan layar monitor kini menghadap istrinya. "Boleh. Kenapa, Sayang? Tanya apa?" tanya Kang Alvin, dia mengelus lembut kepala sang istri yang tertutupi dengan hijab. Betapa beruntungnya Alvin mendapatkan istri sebaik Rissa, meski kekurangannya tidak bisa memasak dan mempunyai kadar kecemburuan di atas rata-rata. "Pertama kali ketemu sama

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-04
  • NODA DI MALAM PERTAMA    BAB 11 - Cobaan Kesekian

    "Kalian harus segera mempunyai anak, Rissa." Pandangan Nina tidak terlepas mengarah pada album foto yang kini sudah mulai usang. Gambar yang tercetak jelas di sana kenangan bersama almarhum suaminya yang sudah beberapa tahun ini meninggalkannya. Meski pun begitu, Nina tidak menghilangkan statusnya sebagai ibu dari Rissa. Dia menganggap wanita itu sudah seperti anak kandungnya, karena dari kecil dia menjaganya dengan sepenuh hati. Maka, tidak aneh lagi jika ada seorang ibu tiri yang menyayangi anak dari istri pertama suaminya. "Iya, Mah. Hari ini aku mau coba bicara sama Kang Alvin.""Nah iya. Alvin suka sama anak kecil, kalau kalian punya anak kan jadinya dia enggak terus dekat sama anak orang lain." Nina membalik lembar album yang lain, di sana ada gambar seorang anak perempuan yang tengah merangkak. Terlihat dari wajahnya tampak sumringah, mungkin karena dibuat senang oleh ayahnya yang berada di balik kamera. Sudut bibir Rissa tertarik ke atas membentuk senyuman, dia tahu siapa o

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-05
  • NODA DI MALAM PERTAMA    BAB 12 - DUA GARIS MERAH

    Nissa memuntahkan segala makanan yang sudah masuk ke dalam mulutnya, Nina sangat khawatir saat melihat putrinya bolak-balik ke kamar mandi bahkan dengan wajah yang begitu pucat pasi. "Kamu kenapa sih, Sayang?" tanya Nina mengelus puncak kepala gadis itu dengan lembut. Jawabannya hanya dengan gelengan pelan. Seingat ibunya Nissa memang memiliki penyakit lambung, dia selalu saja kambuh setiap kali telat makan. Mungkin saja kali ini juga seperti itu karena akhir-akhir ini putrinya tidak nafsu makan, dia seringkali mengakhirkannya. "Kamu enggak enak badan ya?" tanya ibunya, sambil mengurut punggung putrinya. Gadis berusia tujuh belas tahun itu mendudukkan dirinya di sofa sambil memijat pelipisnya yang terasa pening. Bulir bening yang sedari tadi menggenang di pelupuk matanya kini luruh begitu saja membasahi permukaannya. "Kamu pusing, Sayang?" tanya Nina, dia cepat membawa minyak kayu putih lalu dibalurkan pada leher putrinya. "Mau muntah lagi?" Nina begitu telaten mempertanyakan k

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-06
  • NODA DI MALAM PERTAMA    BAB 13 - PERTENGKARAN RISSA

    "Aku hamil?" Nissa mengulang pertanyaan itu dengan nada ragu. Tangannya gemetar memegang benda test kehamilan yang menunjukkan dua garis merah. Kehidupannya seolah berjungkir balik meniadakan masa depan. Perjuangannya masih panjang, dia belum mencapai keinginannya. Namun, apa yang terjadi sekarang? Dia tengah berbadan dua saat dirinya masih terduduk di bangku SMA. Apa yang akan terjadi jika saja Nina dan Rissa mengetahui perihal kehamilannya? Mereka pasti akan kecewa karena Nissa satu-satunya harapan keluarga. Gadis itu terus memukuli perutnya yang masih rata, dalam rahimnya kini terdapat darah dagingnya yang menggumpal akan tumbuh berkembang menjadi seorang malaikat kecil. Kebanyakan pasangan menunggu kehadiran bayi mungil dalam bahtera rumah tangganya seperti halnya Rissa dan Kang Alvin yang begitu menginginkan keturunan. Akan tetapi, berbeda lagi dengan Nissa yang masih anak sekolah. Bahkan dia belum mempunyai suami. Hal itu yang membuat kepalanya nyaris membludak. "Apa yang

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-07

Bab terbaru

  • NODA DI MALAM PERTAMA    Bab 74 - Hubungan Apa?

    Keberadaan Clarissa memang berada di tangan Fatma, alasannya membawa bayi mungil itu karena dia ingin memiliki Alvin sepenuhnya. Dirinya sudah sangat terobsesi dengan sosok pri atersebut yang tidak bisa pergi dalam pikirannya. Makanya, dia memutuskan untuk membawa bayi tersebut diam-diam pada malam hari saat kedua matanya terlelap.Bayi mungil yang kini tengah berada di pangkuannya tampak gelisah, sepertinya dia ingin sesuatu, tapi hanya bisa merengek membuat Fatma kesal sendiri.“Aduh, jangan nangis terus dong, pusing deh dengernya.” Begitu yang disampaikannya, dia benar-benar tidak bisa habis pikir pada Clarissa yang tidak bisa diam.“Kamu mau apa sih? Mimi?” tanya Fatma. Dia mencoba menanyakannya pada bayi mungil nan menggemaskan itu .Akan tetapi, justru tidak ada jawaban yang didapatkannya. Hal itu membuatnya mendengus kasar karena dirinya tidak tahu harus bagaimana lagi.“Tapi aku bukan ibu kamu.” Dia mengatakannya dengan tegas, Fatma pikir jika bayi dalam pangkuannya itu akan s

  • NODA DI MALAM PERTAMA    Bab 73 - Pencarian Clarissa

    Kehilangan Clarissa yang entah berada di mana, membuat Alvin benar-benar tidak tenang. Bahkan dia tak tahu harus mencarinya ke mana, tapi meski begitu, lelaki itu akan terus mencarinya.Rissa sedari tadi menangis tiada henti, dia tidak tahu apa yang harus dilakukannya, terlebih lagi sebelumnya Clarissa itu Bersama dengannya. Tentunya hal itu membuatnya sangat terpukul sekali.“Aku enggak tahu harus cari Clarissa ke mana lagi.” Rissa menundukkan pandangannya, dia benar-benar terpukul sekali atas kehilangan putrinya yang sampai saat ini entah berada di mana.“Kamu malah nyerah gitu aja?” tanya Alvin, dia menggeleng pelan seolah kebingungan sendiri dengan apa yang dikatakan istrinya.“Aku bukannya nyerah, Kang. Tapi, aku cuman berada di fase yang enggak tahu lagi harus kayak gimana ngadepin ini semua.” Perempuan itu menangis tiada henti. Mana ada seorang Ibu yang tidak menangis sama sekali saat anaknya hilang begitu saja.“Ini juga gara-gara kamu!” sergah Alvin, dia mengatakannya dengan

  • NODA DI MALAM PERTAMA    Bab 72 - Clarissa Hilang

    Gambar yang memperlihatkan sosok Alvin, membuat Rissa bertanya-tanya, siapa pengirimnya? Akan tetapi, dia juga mempunyai firasat jika orang yang mengirimkannya adalah Fatma. Pemikirannya itu ditanggapi dengan cepat olehnya sendiri. Namun, untuk apa dirinya mengirimkan terhadapnya? Atau mungkin hal itu seolah menunjukkan bahwa dia tengah berada di tempat yang sama seperti suaminya.“Padahal enggak usah kirim-kirim foto segala, lagipula aku udah tahu kalau dia itu satu tempat kerja sama suamiku.” Rissa menggeleng pelan, karena dirinya tidak habis pikir pada si pengirim. Hal itu membuatnya merasa cemas sendiri karena takut terjadi hal-hal yang tidak diinginkan pada suaminya.Maka dari itu, Rissa mencoba untuk menghubungi suaminya memintanya agar segera pulang. Namun, justru sambungan telepon darinya tidak saja diterima Alvin. Setelah banyaknya kejadian yang membuat Rissa semakin tidak tenang dalam menjalani kehidupannya, bahkan dia juga jadi lebih banyak memberikan Batasan terhadap suami

  • NODA DI MALAM PERTAMA    Bab 71 - Nomer Tak Dikenal

    Alvin pergi ke tempatnya bekerja, dia berharap jika Fatma tidak lagi mengejarnya, karena wanita itu juga sudah tahu jika dirinya mempunyai keluarga. Mana mungkin dia terus berlaku seperti itu saja. Kesannya seperti tidak mengenakkan.“Selamat pagi, Pak.” Salah satu karyawan menghampiri Alvin, dia menyapanya dengan sangat ramah. Tentu saja, lelaki itu pula membalasnya dengan senyuman pula yang merekah.“Iya.” Alvin menyunggingkan senyumannya.Tidak lama kemudian, Fatma berjalan ke arahnya, senyumannya terlihat merekah. Wanita itu bahagia sekali saat kedua matanya beradu pandang dengan lelaki satu anak itu.Alvin berusaha untuk menghindarinya, dia segera melangkahkan kakinya ke arah ruangannya, tapi justru Fatma mengikutinya begitu saja seolah enggan ditinggalkan. Bahkan, saat lelaki itu hendak memasuki ruang kerjanya pun wanita itu mencekal pergelangan tangannya seolah menghentikannya begitu saja.Sikap Fatma membuat Alvin semakin tidak nyaman, bagaimana tidak seperti itu? Bahkan kala

  • NODA DI MALAM PERTAMA    Bab 70 - Protektif

    Kali ini Rissa jauh lebih posesif pada Alvin, karena bagaimana pun juga suaminya itu pernah melakukan hal yang tidak seharusnya, membohonginya begitu saja. Tentu saja, hal itu justru membuatnya tidak suka atas perlakuannya. Seperti saat ini keduanya tengah berhadapan di meja makan, Rissa seolah tidak nafsu makan, karena segala hal yang terjadi begitu sangat melelahkan baginya. Wanita itu merasa jika Alvin sudah memberinya terlalu banyak luka, tapi justru dirinya semakin cinta terhadapnya. Dia juga bahkan tidak tahu harus bagaimana lagi menyikapi persoalan tersebut. Rissa memang selalu melakukan yang terbaik untuk rumah tangganya, tapi namanya juga hubungan percintaan yang sudah dijalin dengan kesucian memang selalu saja tidak bisa terlepas dari masalah. Munkin hal itu juga disebabkan dari traumanya di masa lalu yang membuatnya tidak bisa melepaskan Alvin begitu saja. Persembunyian mengenai Bi Ratih juga membuat Rissa seolah tidak bisa mempercayai sang suami sepenuhnya, meskipun Alv

  • NODA DI MALAM PERTAMA    Bab 69 - Istri Sah

    Fatma masih saja terus mengusik Alvin, bahkan dia kali ini seringkali memberikan makanan buatannya. Namun, hal itu tidak membuat Kang Alvin luluh untuk memakannya. Fatma memberikannya untuknya, lalu dia akan menyerahkannya pada pekerjanya yang memang sedang bertugas ke ruangannya, entah itu cleaning service atau yang lainnya. Kang Alvin enggan menerimanya karena merasa takut akan terjadi seperti kejadian sebelumnya, bagaimana jika istrinya tahu kalau di kantor ada perempuan genit yang sedang berusaha menggodanya. Mungkin saja dia akan menggamparnya atau bisa lebih parah lagi enggan untuk memaafkannya. Meski sebelumnya pun Kang Alvin tidak berselingkuh, tapi dia merasa banyak bersalah bahkan seolah mengkhianati istrinya begitu saja, dia enggan melakukan hal seperti itu lagi. Sudah cukup baginya membohongi sampai dirinya nyaris kehilangan istrinya. "Ini untuk Bapak." Fatma tidak akan pernah menyerah memberikan makanan buatannya pada Alvin. Seperti biasanya, Alvin akan menolaknya se

  • NODA DI MALAM PERTAMA    Bab 68 - Fatma

    "Pak Alvin, ini berkasnya." Wanita berambut panjang itu menyodorkan beberapa lembar dalam sebuah map pada pria di hadapannya yang sebelumnya tengah memainkan laptop miliknya. "Terima kasih." Alvin segera menerimanya, tapi wanita itu tidak segera mengindahkan langkahnya. Dia tetap berdiri mematung di tempatnya. Menyadari hal itu, Alvin melirik ke arahnya. Tampaknya dia memandangi beberapa saat, pria itu memahami jika wanita di hadapannya seolah belum paham jika dirinya belum memintanya pergi. "Kamu boleh kembali ke ruangan lagi." Alvin pun berkutat pada laptopnya, karena dia rasa kalimat tersebut sudah bisa mewakili bahwa dirinya tidak lagi membutuhkannya. Namun, wanita itu masih saja berdiri di sana seolah belum mengerti dengan kalimat yang disampaikan direkturnya. "Pak. Apakah ada yang bisa saya bantu?" tanyanya. Mendapatkan pertanyaan seperti itu dari karyawannya membuat Alvin tersenyum samar, lalu dia pun menggeleng dengan pasti. "Tidak ada. Kamu kerjakan saja tugasmu yang l

  • NODA DI MALAM PERTAMA    Bab 67 - Suasana Baru

    Alvin membondong istri dan anaknya ke tempat baru, dia hanya ingin membangun rumah tangganya dengan tentram, seperti halnya saat pertama kali mereka bertemu. Pria itu hanya ingin melupakan semua masalah yang pernah ada dalam kehidupannya. Mungkin, dengan cara seperti ini semuanya menjadi lebih menyenangkan dan membahagiakan keluarga kecil tersebut. Bayi mungil perempuan yang pada akhirnya diberi nama Clarissa, diberi janji oleh kedua orang tuanya bahwa mereka akan memberikannya kasih sayang secara penuh, tidak peduli apa yang terjadi di masa mendatang pada keduanya. Nissa sempat merasa bersedih atas kepergian kakaknya ke kota berbeda. Meski begitu, dia juga tahu bahwa semuanya sudah menjadi rencana pasangan suami-istri tersebut, mereka hanya ingin tenang dan menjalankan perannya masing-masing.Suasana di tempat kali ini lebih menyenangkan, dan jauh bersih. Alvin tersenyum begitu menilik istrinya yang tengah menggendong putrinya sembari berdiri memandangi pemandangan asri di hadapan

  • NODA DI MALAM PERTAMA    Bab 66 - Resah

    "Cantik ya seperti kamu, Sayang." Kang Alvin memberikan rayuan pada istrinya, hal itu tentu saja membuat wanita di sampingnya tampak tersipu malu. Rissa mengulum senyumnya, tambah cantik saja. Benar kata suaminya jika sang istri selalu menambah pesonanya dengan seulas senyuman. Dari dulu Kang Alvin memang seringkali merayunya, apa pun yang dilihatnya dari sang istri. Dia akan selalu memberikannya ucapan manis yang tidak pernah terlepas dari mulutnya. Hanya saja, kali ini istrinya tidak tersipu malu seperti sebelumnya. Dia lebih banyak diam setelah mengingat apa yang terjadi. Alvin terlalu banyak menyimpan misteri yang membuatnya sulit saat mencari tahu. Meski begitu, Rissa berusaha untuk memaafkan. "Kang." Rissa mencoba untuk mengatakannya pada sang suami. "Iya, Sayang?" tanya Kang Alvin mencoba untuk memastikannya. Kedua matanya memandangi istrinya dengan sangat lekat. Hal itu membuat Rissa ikut tersenyum pula, dia seperti merasa senang sekali saat dipandangi seperti itu oleh s

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status