Hyun Jae menatap kepergian Choi Tae Seok dengan tatapan penuh kecurigaan. Ia menghela napas panjang. "Hasil suara sementara yang aku lihat, tuan Choi unggul dari tuan Lee Jun Sung. Berita tentang putri mereka yang hilang itu sudah di umumkan dua hari yang lalu. Tapi, mengapa baru hari ini mereka datang untuk melaporkan kehilangan putri mereka itu?" gumam Hyun Jae.
"Aku pikir, mereka sudah melaporkan ke tim detektif Zhou," celetuk Sanchez.Myeong Na Ri mengeluarkan foto seorang gadis remaja berusia 15 tahun. Dan meletakkan di atas meja. Hyun Jae meraihnya, "Cantik sekali, mungkin saja putri mereka di culik oleh pesaing ayahnya."
"Kemungkinan seperti itu bisa saja terjadi. Atau, bahkan tim sukses dari ayahnya sendiri yang ada di belakang penculikan ini," ujar Chan Seong."Jika dia di culik, maka penculiknya pasti sudah meminta uang tebusan, atau meminta hal yang lain. Sementara, tadi tuan Choi dan istrinya tidak mengatakan ada pemerasan atau apapun," ujar MyeonSetelah mencari petunjuk di kamar Choi Jang Geun, Hyun Jae dan Sanchez pun menemui nyonya Han Cae Young yang menunggu di luar. Hyun Jae langsung mengajukan pertanyaan kepada Nyonya Han Cae Young. "Nyonya Han, anda mengenal Jan Mi Aeri?" Nyonya Han langsung mengangguk, "Tentu saja, dia adalah sahabat baikku sekaligus wali kelas putriku di sekolah. Ada apa?""Aku melihat percakapan pribadi yang begitu intens dengan Jan Mi Aeri," dusta Hyun Jae."Tentu saja mereka memiliki hubungan yang dekat. Aeri adalah sahabat baikku. Dan, di sekolah dia adalah wali kelas Jang Geun. Mereka pasti sering berkomunikasi dan juga Aeri sering memberi pelajar tambahan pada Jang Geun. Dia sangat peduli dengan nilai- nilai pelajaran Jang Geun di sekolah.""Apa anda sempat menanyakan tentang Jang Geun kepada nyonya Aeri?""Nona, dia belum menikah. Aeri mengatakan bahwa hari itu ia tidak bertemu dengan Jang Geun karena dia sakit dan tidak dapat mengajar. Jadi, dia tidak memperhatikan
Berita tentang sang putri semata wayang yang hilang menjadi simpati masyarakat. Sehingga dukungan suara pun mengalir kepada Choi Tae Seok. Suara yang tadinya terpaut jauh pun sekarang hanya berbeda tipis. Juru kampanye dari tim sukses Choi Tae Seok pun bertambah gencar melakukan kampanye. Hal ini jelas membuat amarah sang istri Han Ceo Young meledak seketika. "Apa tim suksesmu tidak memiliki hati?! Mereka tidak memiliki anak hah?! Apa jangan- jangan kalian sengaja menculik anakku untuk memperoleh simpati masyarakat demi sebuah kemenangan?!" pekik nyonya Han pagi itu.Beberapa anggota tim sukses Choi Tae Seok saling pandang. Mereka tidak ada yang berani menginterupsi pertengkaran suami istri di hadapan mereka. "Kau ini bicara apa, sayang? Tidak ada yang rela kehilangan anak. Aku juga memikirkan nasib Jang Geun.""Bicaramu dan sikapmu berbanding terbalik. Kau bilang peduli tapi, sikapmu tidak! Kau lebih mementingkan pemilihan ini daripada mencari anak kita?!"
Miok Si menatap layar ponsel di tangannya. Ia bersorak gembira saat akhirnya bisa membuka pola kuncinya. "Aku akan membalas orang itu, Jang Geun. Aku tidak akan membiarkan orang itu bernapas dengan lega dan tidur dengan nyenyak," gumam Miok Si. Miok Si memeriksa ponsel yang tak lain adalah ponsel milik Choi Jang Geun. Dan, ternyata apa yang ia cari masih tersimpan rapi di ponselnya. Miok So memeriksa daftar panggilan terakhir yang ada di ponsel itu. Dan ia mencatat panggilan terakhir dari sebuah nomor.****Kapten Jo dan detektif Park langsung meluncur ke TKP saat menerima telepon tentang penemuan jenazah seorang pria. Jenazah itu di temukan tak jauh dari hutan kecil di dekat Seon Two High School. Namun, kondisi jenazah itu seperti habis di seret dari jarak yang cukup jauh. Dan jenazah dengan sengaja di letakkan dalam sebuah lubang yang tidak terlalu dalam.Hyun Jae yang ikut ke TKP lebih tertarik dengan benda yang ditemukan tak jauh dari jenazah. Se
Setelah beberapa hari merasakan emosi yang meledak di dadanya, pagi itu Han Cae Young melemparkan semua barang yang dapat ia jangkau dan melemparkannya ke arah suaminya. "Pengkhianat...!!! Teganya kau menusukku dari belakang dengan sahabatku sendiri?! Apa kau tau Jan Mi Aeri itu adalah sahabatku sejak sekolah. Karena itu aku mempercayakan putriku kepadanya. Ternyata, kalian menodai kepercayaan yang telah aku berikan selama ini!" pekik Cae Young. "Apa ada bukti bahwa aku berselingkuh dengan Aeri?!" hardik Tae Seok tak mau kalah. "Ah, kau mau bukti? Baik, tunggu di sini sebentar."Han Cae Young mengambil sebuah flash disk dari dalam kamarnya. Lalu menyambungkan ke televisi dan menyalakannya. Ia sengaja membesarkan volumenya. Dan, saat video diputar, wajah Choi Tae Seok pucat pasi Seketika. Betapa tidak, dalam video itu pemeran utamanya adalah dirinya dan Aeri. Bukan video biasa, melainkan video yang memperlihatkan mereka sedang melakukan hubungan suami istri d
Hyun Jae dan Chan Seong baru saja akan berangkat untuk menuju rumah Miok So. Hyun Jae tetap pada instingnya yang mengatakan bahwa Miok So mengetahui sesuatu. Namun, saat mereka baru saja hendak berangkat , Miok So masuk dengan di temani seorang polisi yang bertugas di depan. "Gadis ini mencari Letnan Hyun Jae." Hyun Jae dan seisi ruangan itu pun saling berpandangan. Namun, Myeong Na Ri langsung menarik tangan gadis berusia 15 tahun itu untuk duduk.Suasana hening selama beberapa saat. Miok So memandang satu persatu orang yang berada di ruangan itu. Kemudian ia menghela napas panjang. "Aku mau menyerahkan diri. Aku bertanggung jawab atas pembunuhan terhadap Kang Cha Cheol. Aku lah yang telah menabraknya, kemudian aku mengikat tubuhnya dan membawanya ke hutan kecil di belakang sekolah."*****Seperti biasa setiap hari saat pulang sekolah, Miok So dan Choi Jang Geun melewatkan waktu di pondok belakang di tepi hutan. Hanya ada mereka berdua.
Berkat kesaksian dari Miok So dan juga semua bukti yang ada, Choi Tae Seok di dakwa dengan hukuman 12 tahun penjara. Hal ini jelas membuat semua partai politik yang mendukungnya pusing sekaligus kecewa. Karena mereka sudah mengeluarkan banyak dana untuk kampanyenya dan lain-lain. Sementara Miok So hanya mendapatkan hukuman dalam kota. Hal itu karena usia nya yang masih di bawah umur dan juga nyonya Han Cae Young bersedia menjadi penjamin bagi Miok So sehingga Jaksa pun mempertimbangkan lagi hal ini.Sementara itu, Han Cae Young juga melayangkan gugatan cerai kepada suaminya. Dia tak bisa lagi bertahan apalagi memaafkan suami yang sudah merenggut nyawa putri mereka sendiri. Apapun alasannya, Cae Young sudah terlanjur sakit hati.Dan, pagi ini Han Cae Young sengaja mengunjungi apartemen milik Jan Mi Aeri. Ia memencet belum beberapa kali sebelum pintu terbuka dari dalam. Melihat kedatangan Cae Young tentu membuat Cae Young terkejut. "Kau...?""Ya, aku. Kenapa t
Han Cae Young tersenyum sinis sambil memicingkan mata menatap Aeri."Jika aku di posisimu. Aku akan menjauh dari rumah tangga sahabatku dan mencari kebahagiaan yang lain. Karena, aku akan lebih memilih persahabatan di bandingkan dengan menjadi seorang perebut suami orang. Apa kau lupa, siapa yang menolong saat kau hampir mati akibat kau dengan ceroboh mengugurkan kandunganmu? Aku... Aku yang menolongmu. Dan, sekarang kau bahkan berhutang satu nyawa kepadaku. Kau sudah memiliki dua hutang nyawa kepadaku, Aeri! seru Han Cae Young sambil meraih tas miliknya dan melangkah pergi meninggalkan apartemen itu.Jan Mi Aeri menatap punggung Han Cae Young dengan tatapan nanar. Perlahan, ingatannya melayang ke masa di mana ia dan Cae Young selalu bersama. Han Cae Young adalah sahabatnya sejak ia kecil. Mereka tumbuh bersama. Saat itu, Aeri ingat ia seringkali mendapat ledekan dari kawan- kawannya karena ia memakai kawat gigi dan juga rambutnya yang ikal selalu menjadi bahan ledekan.
Hyun Jae menatap Jan Mi Aeri dengan tajam. Namun, ia juga merasa lega karena berhasil menyelamatkan Aeri. Aeri menelan salivanya. "Terimakasih, letnan Hyun. Jika anda tidak mendobrak pintu, saya sudah....""Kau berhutang nyawa padaku, nona Aeri. Jika kau ingin membayarnya, maka tolong hargai hidupmu. Semua pernah berbuat kesalahan dalam hidupnya. Tapi, mengakhiri hidup dengan cara bunuh diri, bukan jalan keluar.""Maafkan sudah merepotkan anda, letnan Hyun."Hyun Jae hanya mengangguk. Ia berpaling dan menatap ke arah tiga malaikat maut yang saat ini ada di ruangan itu. Kim Young Jo nampak mengeluarkan amplop dari saku bajunya. Ia membukanya dan ternyata nama Jan Mi Aeri sudah tidak tertera lagi di sana. Merasa semua sudah aman, Hyun Jae pun langsung bangkit berdiri. "Aku harus kembali ke kantor, masih ada yang harus ku kerjakan. Lebih baik kau panggil petugas untuk membetulkan pintu mu yang telah aku rusak.""Baik, sekali lagi terimakasih, letnan Hy