Sun Qian mengangkat ponselnya. Waktu menunjukkan pukul 3 dini hari. Dan, telepon itu berasal dari rumah sakit.
"Mengapa kau tidak mengangkatnya?" tanya Hua Jun. Ya, malam ini ia memang meminta lembur pada Hua Jun karena rencananya esok harinya ia ingin berada di rumah sakit menemani ibunya."Dari rumah sakit," jawab Sun Qian."Angkat kalau begitu!"Sun Qian menurut. Ia langsung mengangkat ponselnya. Dan, saat mendengar kabar dari rumah sakit, ia merasa lega yang luar biasa.
"Ibuku...dia...""Ada apa?" tanya Hua Jun sedikit panik. Bagaimanapun juga, ibu Sun Qian adalah ibunya juga."Ibu sudah sadar, bo- bolehkan aku ke rumah sakit, bos?" tanya Sun Qian.Tanpa menjawab pertanyaan Sun Qian, Hua Jun langsung meraih tas kerja dan kunci mobilnya lalu menarik tangan Sun Qian.
"Aku akan mengantarkan dirimu."Sun Qian merasakan kebahagiaan yang luar biasa. Setelah sekian lama akhirnya ia dapat melihat ibunya sadar kembali. Saat m
"Entah kalian percaya atau tidak. Tapi, selama ini aku mendengar dan melihat apa yang terjadi. Karena memang roh ku berada di kamar ini. Hanya saja, aku tidak memiliki keberanian yang cukup untuk mengakui kepada kalian semua kesalahan yang aku lakukan. Maafkan aku," ujar Li Zia lirih. Hua Jun dan Sun Qian saling tatap. Bagi Hua Jun mungkin hal ini biasa saja. Karena ia sudah mengetahui kebenaran ini dari jauh hari. Tapi, bagi Sun Qian. Ia merasa sedikit syok dan benar-benar tidak percaya. "Kau mau tidak percaya pun tidak apa, Qian. Tapi, itu adalah kebenaran. Jika kau ingin menghukum ibu rasanya tidak adil. Selama ini, kau mendapatkan kasih sayang yang melimpah, bukan? Sementara aku? Terbuang begitu saja. Bahkan ayahmu pernah dengan tega membuat kedua orang tua angkatku bangkrut, jadi..."Belum sempat Hua Jun melanjutkan ucapannya Sun Qian sudah memeluknnya dengan begitu erat. "Terimakasih, kak." Hua Juna terdiam, ia tak menyangka bahwa Sun Qian
Kim Young Jo menatap Dewa Juga Eun dan Raja langit yang saat ini ada di hadapannya. Mendadak saja beberapa prajurit kerajaan langit menjemput dan membawanya ke Jeongwol. Situasi seperti ini benar-benar mengingatkan dirinya saat pertama ia menghadapi sidang dari raja langit."Maaf, paduka apakah hamba melakukan kesalahan?" tanya Kim Young Jo memecah kesunyian. Dewi Xiang dan Dewa Jug Eun saling pandang."Jenderal Gong Ming Hae, malaikat maut 888 Kim Young Jo apakah kau siap untuk tugas terakhirmu?" tanya Raja Langit. Kim Young Jo terkesiap."Bukankah masih beberapa tahun?""Ada kejadian yang membuat hal itu terjadi lebih cepat. Dan, apakah kau tidak ingin mengetahui siapa jiwa terakhir yang akan kau jemput?" Tanya Raja Langit.Kim Young Jo merasa dadanya sedikit berdebar."Apakah dia adalah orang yang saya pikirkan?" tanya Kim Young Jo. Raja langit menatap Kim Young Jo, seulas senyum tersungging di bibirnya.
Yukio benar-benar merasakan kesesakan yang luar biasa. Ia tidak bisa berhenti memikirkan Hyun Jae. Bahkan, ia mulai menggali segala ingatannya sejak kehidupan meraka dulu. "Dulu aku tidak mampu menjaga mu dari ayahku. Sehingga semua terjadi begitu cepat. Apakah sebagai adik, aku juga tidak dapat menjagamu? Lantas, apa yang harus aku lakukan agar aku dapat menjagamu dengan baik, kak Hyun Jae?" gumam Yukio lirih."Selama kau bahagia dengan kakak dan ibumu, artinya mereka lebih dari keluarga kandungmu bukan?" tanya Sun Xia."Percayakah kau dengan reinkarnasi dan kehidupan sebelumnya?""Aku percaya sekali. Kenapa?""Aku ingin mengatakan sesuatu kepadamu, Xia. Aku masih ingat bagaimana kehidupanku yang sebelumnya. Bahkan, di kehidupan itu, aku hanya berusia 18 tahun. Dan aku meninggal di ujung pedang.""Maksudmu?""Di kehidupan sebelumnya aku mati di ujung pedang," jawab Yukio lirih.*** Vil
Myeong Na Ri tersentak kaget mendengar cerita Hyun Jae. Ia sama sekali tidak menyangka bahwa ia akan menghadapi kasus di luar akal dan pikiran secara logika."Astaga, kenapa kau tidak pernah bercerita kepadaku selama ini?" tanya Myeong Na Ri."Apa aku harus membahayakan teman- temanku pada akhirnya?""Jika saja aku tau aku akan menjaga dirimu juga, Hyun. Kita ini sahabat sekaligus tekan kerja.""Percayalah kepadaku Na Ri.""Hyun, aku percaya. Tapi, aku khawatir padamu." ***Hyun Jae menatap Yukio. Ia begitu menyayangi adiknya itu. Jika dalam kehidupan sebelumnya Yukio adalah keponakannya yang paling dekat dengannya. Kini, ia adalah adiknya. Satu-satunya keluarga yang ia miliki."Jadi, bisa di katakan kali ini tugasku agak sedikit berat. Jadi, kau harus menjaga baik- baik rumah. Dan, juga jagalah Sun Xia baik- baik."Pesanmu seperti hendak berangkat jauh saja," ujar Yukio."Aku memang akan pergi bertugas, ak
Hyun Jae menghela napas panjang. Kemarin, Yukio juga sangat mengkhawatirkan dirinya."Kau ini seperti Yukio saja.""Jelas saja, Hyun. Jika aku yang berada di posisi Yukio aku sudah pasti akan sangat mengkhawatirkan dirimu." Tiba-tiba saja Hyun Jae mendengar Kim Young Jo memanggilnya"Aku.ada di luar villa. Apa kau sudah coba membuka kamar pribadi itu?""Belum, tapi aku bertemu dengan Liu Jin. Dan, dia benar-benar sudah tua. Hanya saja, ada iblis yang mengikutinya kemanapun dia pergi. Dan, iblis itu mengerikan sekali. Dia bertubuh tinggi berbulu, besar dengan empat kepala dan juga membawa tombak bermata 5. Matanya merah menyala. Jujur seumur hidup baru kali ini aku merasakan takut melihat makhluk gaib," kata Hyun Jae. . Kim Young Jo menghela napas. Ia menatap pada Guan Si dan para dewa. Lalu mengatakan apa yang Hyun Jae katakan padanya."Kita akan masuk, Young Jo. Iblis itu terlebih dahulu harus kita tangkap dan mu
Mlok So menatap dewi Xiang tak percaya."Maksudnya paduka? Hyun Jae meninggal dunia? Dan untuk beberapa bulan ia akan tinggal di Jeongwol?" tanyanya memastikan. Dewi Xiang mengangguk"Ya, Miok So. Dia akan segera reinkarnasi juga. Kau bisa menyuruh para pegawai untuk membersihkan kamar no 1888 untuk Hyun Jae."Miok So menatap punggung Dewi Xiang yang berjalan menjauh. Rasanya tak percaya mendengar kabar itu. Hyun Jae ingat bagaimana dulu pertama kalinya ia bertemu dengan Hyun Jae.***Setelah mengurus dan menangkap para penjahat dan juga memberikan instruksi pada anak buahnya yang lain, kapten Jo Young segera menuju rumah sakit Seon. Di sana nampak Myeong Na Ri, Yukio dan juga seorang gadis. Kapten Jo langsung menghampiri mereka."Bagaimana Hyun Jae?" tanyanya."Masih di ruang operasi, kapten," jawab Myeong Na Ri dengan lirih. Sementara itu Yukio nampak duduk dengan tatapan mata yang kosong dan hampa. Sement
Hampir semua rekan- rekan Hyun Jae dari kepolisian hadir di rumah duka, bahkan beberapa orang yang pernah Hyun Jae tolong pun datang. Dia adalah Luna. Dengan menggandeng seorang bocah yang cantik."Yukio, aku turut berdukacita ya. Kakakmu dulu pernah menolongku. Jika tidak ada kakakmu aku mungkin sudah tidak ada di sini. Dan juga tidak akan ada Jia Li. Aku juga tidak akan mendapatkan pekerjaan yang baik. Semua ini berkat pertolongan kakakmu. Aku dan keluargaku berhutang nyawa pada letnan Hyun Jae. Semoga saja, letnan Hyun bisa reinkarnasi dengan baik dan kelak hidup dengan bahagia." Luka berkata dengan lirih sambil menepuk baju Yukio perlahan."Terimakasih sudah datang kemari, kak...""Luna. Namaku Luna.""Kalau boleh tau, apa yang kakakku lakukan dulu kepadamu?" tanya Yukio. Luna tersenyum...***_12 tahun yang lalu_Sementara itu, Luna nampak begitu putus asa. Ia menatap Choi yang sedang tertawa licik di
Yukio tersenyum pada Luna."Terimakasih kak, kakak mau datang dan mendoakan kakakku. Aku senang, kalau dulu kak Hyun ternyata pernah membantu kakak. Dan aku senang apa yang kakakku lakukan ternyata sangat membantu kehidupan kakak.""Kau tidak boleh bersedih ya, kakakmu adalah orang yang sangat baik.""Iya kak. Aku bahkan merasa bahagia dan bangga pada almarhum kak Hyun karena beliau sudah membantu orang lain dengan sangat baik.""Iya, aku percaya kakakmu akan segera reinkarnasi dengan baik. Dan pasti dengan kehidupan yang jauh lebih baik lagi, dan kau harus kuat dan tetap tersenyum. Apalagi yang aku dengar kakakmu meninggal saat menjalankan tugasnya menyelamatkan orang lain. Itu adalah karma baik yang sangat luar biasa. Satu nyawa berkorban untuk menyelamatkan beberapa nyawa. Itu adalah perbuatan yang sangat mulia," Ujar Luna. Yukio tersenyum dan membungkuk memberi hormat."Sekali lagi, terimakasih kak."Luna menganggukkan kepalanya dan berl