San Ook dan Chung Cha bergandengan tangan. Mereka memandang ke sekeliling mereka. Pemandangan begitu indah, namun entah di mana mereka kini berada.
Tiba-tiba, dari kejauhan mereka melihat Kim Yoona berlari menghampiri mereka."Ayah... Ibu...!"San Ook dan Chung Cha memeluk putri mereka dengan perasaan hancur.
"Yoona, maafkan ayah. Seharusnya ayah tidak membiarkan kau pergi. Seharusnya ayah tidak menjadi lemah hanya karena isak tangismu. Maafkan ayah, nak," ujar San Ook. Kim Yoona menggelengkan kepalanya."Jangan pernah menyalahkan diri ayah sendiri. Ayah dan ibu tidak bersalah. Yang terjadi malam itu karena kecerobohan kami sendiri. Kami terlalu abai pada keselamatan diri kami. Dan, kami lebih mementingkan untuk bersenang- senang dan mencoba sesuatu yang baru. Kami terlalu penasaran untuk mencoba sesuatu yang sebenarnya kami tau bahwa itu tidak baik. Tapi, kami tetap melakukannya. Maafkan kesalahanku, ayah, ibu," ujar Kim Yoona.Chung Cha tak ma
San Ook dan Chung Cha bergandengan tangan. Mereka memandang ke sekeliling mereka. Pemandangan begitu indah, namun entah di mana mereka kini berada. Tiba-tiba, dari kejauhan mereka melihat Kim Yoona berlari menghampiri mereka. "Ayah... Ibu...!"San Ook dan Chung Cha memeluk putri mereka dengan perasaan hancur. "Yoona, maafkan ayah. Seharusnya ayah tidak membiarkan kau pergi. Seharusnya ayah tidak menjadi lemah hanya karena isak tangismu. Maafkan ayah, nak," ujar San Ook. Kim Yoona menggelengkan kepalanya. "Jangan pernah menyalahkan diri ayah sendiri. Ayah dan ibu tidak bersalah. Yang terjadi malam itu karena kecerobohan kami sendiri. Kami terlalu abai pada keselamatan diri kami. Dan, kami lebih mementingkan untuk bersenang- senang dan mencoba sesuatu yang baru. Kami terlalu penasaran untuk mencoba sesuatu yang sebenarnya kami tau bahwa itu tidak baik. Tapi, kami tetap melakukannya. Maafkan kesalahanku, ayah, ibu," ujar Kim Yoona.Chung Cha tak ma
Ye Jin dan Daek Wo berangkat lebih dulu ke rumah sakit , tentu saja tanpa terlihat karena kali ini mereka sedang dalam tugas. Sementara itu Kim Young Jo menjemput Hyun Jae di rumahnya.Hyun Jae yang baru saja hendak berangkat tentu merasa heran melihat Kim Young Jo sedang duduk di halaman rumahnya. "Young Jo. Kau sudah sejak tadi di sini?" tanya Hyun Jae."Aku menunggumu keluar. Mau membangunkan , aku kasihan. Tidurmu nampak pulas sekali.""Kau diam- diam menyusup ke kamarku? Bagaimana bisa?"tanya Hyun Jae dengan ekspresi wajahnya yang menggemaskan."Kau lupa kalau aku ini malaikat maut? Aku bisa berada di mana saja dan kemana saja semauku. Termasuk juga ke kamarmu, dan mengintipmu kapan pun aku mau," sahut Kim Young Jo menggoda.Wajah Hyun Jae bersemu merah seketika. Ia pun langsung mencubit pinggang Kim Young Jo. Namun, saat ia menyentuh pakaian Kim Young Jo ekspresi wajahnya berubah seketika. Air matanya langsung menetes. Ia pun mulai terisak dan
_350 tahun lalu__150 tahun yang lalu_Kedua gadis cantik itu sedang duduk sambil belajar bersama. Keduanya sama-sama cantik dan baik hati. Munjeong dan Eun Jeong sejak kecil sudah bermain bersama, dan tumbuh bersama dengan baik. Ayah Eun Jeong adalah seorang panglima tinggi kerajaan. Kaisar Gong Chao sudah melamar Eun Jeong. Namun, Eun Jeong mengajukan syarat agar Munjeong di jadikan selir. Awalnya Kaisar Chou menolak, namun setelah beberapa pertimbangan akhirnya Kaisar Gong Chou menyetujui persyaratan yang di ajukan oleh Eun Jeong."Kenapa aku harus menikah juga dengan Kaisar, Eun Jeong? Aku tidak mau!" seru Munjeong. Eun Jeong menatap sahabat yang sudah seperti adiknya itu."Seorang Kaisar pasti akan memiliki selir. Dan, aku tidak akan rela Kaisar berbagi dengan wanita yang tidak aku kenal. Aku memilihmu karena aku percaya kepadamu. Kau tidak akan pernah mengkhianati persahabatan dan persaudaraan kita. Aku mohon, Munjeong. Aku tidak t
Seminggu sejak kepergian Eun Tak, Kim selalu saja murung. Hal ini tentu saja membuat Hyun Jae merasa sangat sedih. Beberapa kali ini meminta Kim Young Jo untuk meminta bantuan Dewa Lu agar bibinya berkunjung dalam mimpi. Namun, bagi Kim kehadiran Eun tak cukup hanya dalam mimpi. "Ibu tidak bisa di biarkan terus begini. Jika begini terus, aku bisa tidak tenang saat aku bekerja," ujar Hyun Jae pada Kim Young Jo malam itu. "Beberapa hari ini bukanlah bibimu datang berkunjung dalam mimpi?" "Memang, tapi bagi ibu itu tidak cukup. Entahlah, aku sendiri bingung menghadapinya."Kim Young Jo mengelus rambut Hyun Jae dan membawa gadis itu ke dalam pelukannya. "Bersabarlah, sayangku. Terkadang, kita memang memerlukan waktu untuk bisa menerima kehilangan. Sama seperti ketika aku dulu kehilangan dirimu." "Kau pernah kehilangan diriku?" "Malam itu, kau bersamaku. Namun, saat aku terbangun di pagi hari, kau menghilang entah kemana. Dan, siang harinya aku
Kim Min Jae terkejut saat melihat Hyun Jae pulang ke rumah di siang hari. Dan, ia tidak sendiri. Kim Min Jae menatap bocah lelaki yang berjalan bersama Hyun Jae. "Hyun, siapa anak ini?" tanya Kim. Hyun Jae tersenyum, "Kita bicara di dalam saja ya, bu," ujarnya. Kim hanya menurut, ia pun segera melangkah masuk. "Bu, dia adalah Yukio Kang Dae. Kedua orang tuanya baru saja meninggal akibat kecelakaan mobil. Dan, Yukio tidak memiliki siapapun kecuali ayah dan ibunya. Dia juga menolak untuk tinggal di panti asuhan. Aku berpikir, bagaimana jika dia tinggal bersama kita? Apakah ibu merasa keberatan? Jika ibu merasa keberatan ya, aku dengan berat hati akan meminta Ye Jin dan Kim Young Jo merawat Yukio."Kim Min Jae langsung tersenyum dengan ceria. "Kau ini bicara apa, Hyun? Tentu saja ibu mengizinkan, ibu tidak akan merasa kesepian lagi. Dan, ada yang bisa ibu lakukan selain berdiam diri sekarang. Yaitu, mengurus adikmu," sahut Kim Min Jae. Hyun Jae langsung memeluk
Saat Hyun Jae kembali masuk ke ruangan,ia melihat kapten Jo sedang memijit- mijit dahinya. Wajah- wajah dalam ruangan itu nampak tegang."Ada apa ini?" tanya Hyun Jae. Kapten Jo menoleh ke arah Hyun Jae lalu menghela napas panjang."Beberapa waktu lalu, sebelum kau bergabung bersama kami. Terjadi sebuah perampokan sebuah toko permata. Ada 4 pelaku yang di tangkap. Tapi, bukan tim ini yang menangkap mereka. Mereka di tangkap di 4 tempat yang berbeda. Namun, satu dari pelaku ini selalu berteriak dan menyangkal bahwa bukan dia pelaku perampokan itu. Dan, menurut Komisaris Chun Eun. Semalam, pelaku itu kabur. Beberapa tim sudah di kerahkan untuk mengejarnya. Tapi, dia tiba-tiba menghilang begitu saja di sebuah bukit. Beberapa orang petugas melihat dia berlari ke sebuah bukit kecil. Tapi, anehnya saat tim mendekat, tidak ada bukit. Tidak mungkin kan, sebuah bukit tiba-tiba menghilang. Komisaris menyuruh kita untuk mencari buronan ini."Hyun Jae mengerutkan
Yukio nampak gembira saat Hyun Jae menurunkan alat- alat lukis dan juga semua lukisan hasil karyanya. "Kakak membawa semuanya?!" pekiknya gembira. Hyun Jae hanya tertawa kecil melihat Yukio dengan semangat menurunkan semua barang yang Hyun Jae bawa dan langsung menata barang- barang itu di kamarnya. Setelah semua selesai ia pun menghambur memeluk Hyun Jae. "Terimakasih banyak, kak. Kakak baik sekali," ujar Yukio. Hyun Jae mengacak rambut bocah berusia 9 tahun itu penuh rasa sayang."Sama-sama, aku senang kalau kau gembira. Ah, besok ibu akan mengantar ke sekolah barumu. Sekolah lamamu terlalu jauh dari sini. Dan, kakak sudah mendaftarkanmu untuk masuk sekolah di dekat sini.""Baik, kak. Aku janji akan sekolah yang rajin. Dan, belajar dengan giat, serta beradaptasi dengan baik di sekolah baruku nanti.""Bagus, memang seharusnya begitu."Hyun Jae menatap wajah Kim Min Jae. Wajah itu nampak lebih ceria sekarang. Padahal, Yukio belum 24 jam tinggal bers
Dan, dua malam kemudian, keempat orang suruhan itu membuka toko permata itu dengan mudah. Karena mereka memiliki kunci yang di berikan oleh Luxun. Mereka langsung mengambil permata- permata yang termahal. Kemudian tiga orang di antara mereka dengan sengaja membuka penutup wajahnya. Mereka tau, ada CCTV dalam toko itu. Setelah itu mereka pun langsung menyetor semua permata itu kepada Luxun dan Siaw Mei..Pada hari ke -3 setelah izinnya selesai, Bae Man Ju seperti biasa kembali bekerja. Ia sama sekali tidak curiga karena pintu tertutup dengan rapat. Namun, betapa terkejutnya ia saat melihat permata- permata yang paling mahal telah hilang. Bae Man Ju dengan segera melaporkan kepada Guang Mi. Guang Mi langsung menuju ke tokonya."Kau yakin saat terakhir kali kau menguncinya?""Bahkan, pintu ini masih dalam keadaan terkunci pada saat saya datang tadi, paman. Tapi, permata- permata itu hilang.""Hanya aku dan kau yang memiliki kunci toko ini, Baek Man Ju. Kita li