Share

ngamar 22 A

Penulis: ananda zhia
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-28 06:25:38

Mbok Siti mendekat ke arah Ratna yang kini sudah berbaring kembali.

"Non, apa perlu simbok teleponkan Bapak dan ibuk?" tawar Mbok Siti.

Ratna menggeleng.

"Tidak usah repot- repot, Mbok. Saya baik - baik saja. Saya cuma istirahat," sahut Ratna.

Mbok Ratna menatap dengan prihatin.

"Ya sudah, Non. Tapi kalau non Ratna merasa nggak enak badan atau ingin dipijat, bilang sama mbok ya?" tawar mbok Siti sekali lagi.

Ratna tersenyum dan mengangguk. "Iya, Mbok. Simbok tidur saja di sofa itu. Mbok pasti juga ngantuk dan lelah," ujar Ratna sambil menunjuk ke arah sofa dengan sorot matanya.

Mbok Siti mengangguk lalu beranjak dari samping tempat tidur Ratna.

"Oh ya Mbok, tolong ganti lampu kamar ya. Tombolnya di dekat sofa samping pintu," pinta Ratna sambil menunjuk tombol lampu yang menempel di dinding ruang rawat inapnya.

"Iya, Non."

Setelah mbok Siti mengganti lampu kamar dengan lampu yang lebih redup, Ratna memejamkan matanya. Tapi sayangnya sampai terdengar dengkuran halus mbok Siti,
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • NGAMAR ATAU BAYAR   ngamar 22 B

    Dengan mengucap basmallah dalam hati dan menghela napas panjang, Randi mengetuk pintu ruang rawat inap lalu membukanya seraya mengucap salam. Randi terperanjat karena di dalam ruangan tampak orang tua Ratna dan Agung yang baru saja dinas malam. "Eh, Nak Randi, mau dinas?" tanya Agus yang tersenyum melihat kedatangan Randi. Sementara itu Agung dan Ratna bertatapan karena teringat kisah Dedi semalam. "Selamat pagi, om dan tante. Saat berangkat ke sini tadi, saya melihat bubur ayam dan teringat jika mbak Ratna suka bubur ayam. Jadi saya membelikannya," sapa Randi sambil menciun punggung tangan orang tua Ratna. "Wah, terimakasih, Nak. Kamu masih ingat saja tentang mbak mu ini," sahut Nita sambil menerima bubur ayam pemberian Randi. "Iyalah, Randi pasti ingat pada mbak Ratna, kan Randi ... awww! Apaan sih, Mbak kok dicubit?!" tanya Agung saat Ratna mencubit lengannya. Orang tua Ratna terlihat bingung. "Hm, maksud Agung, tentu saja Randi ingat sama aku, kan dia perawat di sini," ujar R

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-28
  • NGAMAR ATAU BAYAR   ngamar 23 A

    Beberapa hari yang lalu, "Apa keluhannya hari ini, Bu?" tanya dokter kandungan berjilbab putih yang memeriksa kondisi Ratna. Ratna menggelengkan kepalanya. "Saya sudah tidak ada keluhan, Dok. Mau pulang saja," sahut Ratna tersenyum. Dokter itu menatap ke arah layar monitor USGnya. "Perut nya sudah tidak nyeri dan tidak mengeluarkan flek?" tanya dokter kandungan itu sekali lagi. Sekali lagi Ratna hanya menggeleng kan kepalanya. "Aman, Dok. Saya hanya ingin pulang karena perut saya sudah tidak nyeri lagi dan tidak keluar flek," sahut Ratna. Dokter itu mengembalikan tranducer ke tempatnya, lalu menatap ke arah Ratna. "Baik lah, Bu. Kondisi kehamilan ibu baik. Ibu bisa pulang dan saya resepkan vitamin. Ibu bisa kontrol sebulan lagi atau sewaktu - waktu jika ibu ada keluhan. Tapi jangan sampai terlalu lelah atau kecapean, jangan jatuh, jangan stres, ya Bu," ujar dokter berjilbab itu sambil menuliskan resep. "Iya, Dok," ujar Ratna sambil turun dari bed pemeriksaan di poli. "Hm, s

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-28
  • NGAMAR ATAU BAYAR   ngamar 23 B

    Wajah Agus memerah. "Bunda, ayah sudah meminta maaf ratusan kali lho. Tolong jangan dibahas lagi tentang hal itu. Apalagi di depan anak - anak. Dan yang terpenting sekarang bukan membahas tentang kesalahan masa lalu ayah lagi, tapi bagaimana melindungi anak - anak kita dari tindakan Agustina yang mungkin merugikan mereka dan kita lagi," ujar Agus memelas. Nita pun hanya terdiam melihat penyesalan sang suaminya. Beberapa hari belakangan, dia selalu berusaha menahan perasaan nya dari marah dan kesal pada masa lalu yang telah disembunyikan oleh suaminya. "Hm, oh, ya besok Ratna mau belanja ke mall saja. Mungkin ayah dan bunda mau menemani?!" tanya Ratna berusaha mencair kan suasana. "Wah, Bunda besok setelah memeriksa stok di toko, mau arisan sama teman - teman Mama. Mungkin ayah atau Agung bisa menemani?" "Ayah juga sudah janjian dengan teman ayah untuk memperbaiki alat di gym yang eror." "Aku juga dinas pagi nerus sore. Temanku ada yang cuti melahirkan, Mbak. Jadi aku dinesnya

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-28
  • NGAMAR ATAU BAYAR   ngamar 24 A

    Pengendara motor yang telah melepas plat nomor motornya itu melajukan motor yang dikendarai nya dengan kecepatan tinggi dan beberapa kali melirik ke spion untuk memastikan dia tidak dikejar oleh massa. Akhirnya pengendara motor itu masuk ke sebuah gang sempit dan melewati beberapa trabasan, akhirnya dia sampai di rumah petak sederhana dua kamar. Pengendara itu pun melepas helm teropong dan jaket tebalnya lalu membawanya masuk ke dalam rumah. Kaki nya membawanya ke belakang rumah, dan mengambil cangkul lalu menguburkan helm teropong dan jaket tebalnya. Setelah itu, pengendara motor itu pun mencuci tangan dan kembali ke ruang depan rumah nya seolah tidak terjadi apa - apa. Dia lalu duduk di kursi bambu yang terpasang di teras depan rumah. "Bagaimana? Sudah kamu bereskan belum si Ratna, Nduk?" tanya Tina sambil duduk di sebelah anaknya. Agustina mengangguk dan mengacungkan dua jempolnya. "Sip, Bu! Aku sengaja memilih kafe kecil yang tidak banyak pengunjung agar tidak banyak saksi m

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-28
  • NGAMAR ATAU BAYAR   ngamar 24 B

    "Tapi kita tidak punya bukti untuk membenarkan semua dugaan kamu, Gung," ujar Ratna. Agung mendesah kasar. "Bisa! Kalau kita meminta rekaman CCTV dari kafe itu, biar aku yang ke kafe itu dan mencari tahu kejadian yang sebenarnya! Mbak di sini saja menunggu waktunya kuret dengan tenang," ujar Agung. Dia lalu melesat pergi meninggalkan Ratna yang berbaring sendirian di ruang kelas satu, menunggu persiapan kuret. Ratna meraih ponselnya dan mencoba menelepon orang tuanya. Tapi ponsel orang tuanya ternyata tidak aktif, akhirnya Ratna mengirimkan pesan WA untuk ayah dan bundanya. [Ayah, bunda dimana? Aku tertabrak motor dan sekarang cuma sama mbok Siti di rumah sakit mitra sehat. Agung ke kafe untuk mencari tahu orang yang menabrakku. Kalau ayah dan bunda melihat pesan ini, segera ke rumah sakit ya.]Centang satu. "Kayaknya ayah dan bunda sedang sibuk masalah pekerjaan nya masing - masing. Yah, sudahlah. Mending aku istirahat saja, lagipula badan ku terasa sakit semua setelah ditabrak,

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-28
  • NGAMAR ATAU BAYAR   ngamar 25 A

    Terdengar suara dari arah belakang tempat duduk Randi dan Agung. Seketika wajah Randi dan Agung terkejut setelah menoleh ke asal suara. "Bunda?!""Tante?!"Nita dan Agus mendekat ke arah Randi dan Agung duduk. "Maaf kalau ayah dan bunda baru bisa datang ke rumah sakit. Tadi baru ketemu teman - teman ayah dan bunda. Lalu apa maksud nya dengan Randi yang mencintai Ratna!?" tanya Nita menatap tajam ke arah Agung dan temannya itu. Agung menghela napas panjang. Dia menatap ke arah Randi, seolah meminta pendapat siapa yang akan menjelaskan pada orang tuanya tentang hal itu. "Baik lah, saya jelaskan dulu, Om dan Tante," sahut Randi sopan. Dia menjeda kalimat nya, mempersilahkan orang tua Ratna untuk duduk di kursi kayu depan ruang tindakan. 'Duh, astaga, akhirnya sampai juga waktunya aku harus menceritakan dan jujur tentang perasaan ku tentang mbak Ratna pada orang tuanya. Tapi demi masa depanku dan mbak Ratna, aku harus jujur. Tak masalah dengan respon setelah nya. Yang penting sekaran

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-28
  • NGAMAR ATAU BAYAR   ngamar 25 A

    Keesokan harinya, Randi yang dinas pagi tampak lesu. Susi yang baru saja datang lebih awal dari jam kerja untuk dinas siang, akhirnya memberanikan diri untuk mengajak bicara teman sejawat nya itu. "Randi, kamu kenapa? Kayak orang susah?" tanya Susi seraya duduk di samping Randi yang sedang mengerjakan laporan pasien. Aroma parfum Randi yang maskulin membuat Susi ingin memeluk nya. Tapi tentu saja ditahannya keinginan itu. Dia ingin Randi juga mencintai nya, dan Susi masih berusaha untuk hal itu. "Iya nih, Sus. Aku memang susah. Kok kamu tahu?" tanya Randi tanpa menghentikan kegiatannya menulis. "Iya, kamu memang susah Ran, susah untuk dilupain," ujar Susi lalu tertawa terkekeh. Randi pun tersenyum lebar. "Kamu bisa saja, Sus.""Eh, aku serius deh. Kamu lagi mikirin apa? Mungkin aja aku bisa bantu kan?" "Hm, aku mikirin kakak iparku... Eh, maksudnya kakak kandung ku. Dia kan mau cerai sama istri nya, dan mau jual rumah. Ada nggak ya orang yang membutuhkan rumah. Ada sertifikat nya

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-28
  • NGAMAR ATAU BAYAR   ngamar 26 A

    "Hah? Astaga! Jadi kamu mencintai calon mantan kakak iparmu sendiri, Randi?!" tanya Susi yang mendadak muncul dari arah pintu depan rumah. Randi yang sedang berdiri di hadapan Dedi dan Ratna, menoleh ke arah Susi. "Yah, benar," sahut Randi pendek. Susi terperangah dan wajahnya terlihat kecewa. "Kok bisa sih? Padahal masih banyak gadis dan janda lho? Kenapa harus mencintai istri orang? Istri kakak kamu sendiri lagi?! Jangan - jangan kamu yang menyebabkan hubungan antara kakak kamu dan istri nya renggang sehingga akhirnya bercerai?!" tanya Susi menatap Randi penuh selidik. Randi menghela napas panjang. Sebenernya malas sekali untuk menceritakan apa yang sebenarnya terjadi dalam hubungan nya dengan Ratna. Suasana terlihat tegang. "Kamu kenapa kembali kemari? Tadi bukannya sudah pulang dengan paman kamu ya!?" tanya Agung mencoba mencairkan suasana. Susi menatap Agung. "Iya, ponsel aku yang tertinggal saat aku ke kamar mandi tadi. Dan untung saja ponsel aku tertinggal di sini, sehi

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-28

Bab terbaru

  • NGAMAR ATAU BAYAR   bab 48 B

    "Boleh, aku akan memberikan infus padamu yang berisi seluruh rasa di hatiku, sehingga kamu tidak akan mengalami dehidrasi cinta dan kasih sayang seumur hidup dan kupastikan jika semua perasaan ku yang ku berikan padamu steril tanpa kuman pihak ketiga atau CLBK," ujar Susi, membuat semua teman - temannya melongo."Astaga, kalian berdua so sweet banget! Bagaimana para saksi? SAH?" tanya salah seorang teman Agung dan Susi. "Sah!""Sah!""Alhamdulillah!" Ruang perawat kelas satu pun sejenak riuh dengan gurauan tenakesnya. Susi dan Agung bertatapan, tanpa saling berbicara, mereka tahu bahwa mereka saling mencintai satu sama lain. Dedi pulang dari kantor polisi dengan wajah gusar. "Ck, nggak ada bukti dan aku diminta tenang dulu sampai ada bukti kuat baru bisa melapor ke polisi? Ck, apa - apaan ini? Bagaimana kalau aku keburu mati? Tampaknya suami tante itu berbahaya," gerutu Dedi. Dia lalu melajukan motor nya menuju ke arah hotel bintang tiga yang mempunyai satpam yang sedang berjaga

  • NGAMAR ATAU BAYAR   bab 48 A

    Dedi terkejut dengan kata - kata penelepon nya. "Hutang mata dibalas mata, hutang istri dibalas istri. Sekarang selamat menikmati rasanya kehilangan istri," ujar laki - laki yang menelepon Dedi. Dedi terhenyak. 'Astaga! Jadi tante sudah meninggal bunuh diri karena terkena HIV? Dan lelaki yang mengaku suaminya tante sudah membunuh Agustina?' batin Dedi. 'Wah, jangan - jangan sebentar lagi, dia juga akan menuntut pertanggungjawaban ku! Padahal aku tidak tahu siapa yang menulari siapa.'"Heh, enak saja kamu menuduhku! Aku tidak kenal siapa kamu dan siapa istrimu! Jangan sembarangan memfitnah ya! Bisa jadi istri kamu ada main dengan orang lain, bukan dengan aku! Jangan asal tuduh!!" ujar Dedi memberanikan diri. Lelaki di seberangnya menggeram. "Jangan mengelak! Hari ini kamu dan istrimu harus mati, Dedi!" ujar suara seberang dengan nada marah. Tubuh Dedi gemetaran. Lelaki itu segera mengakhiri panggilan teleponnya. "Aku harus kabur kemana ini? Apa aku harus lapor polisi atas ancaman

  • NGAMAR ATAU BAYAR   bab 47 B

    Agung terdiam sejenak. "Kok sepi, Mama mana?" tanya Agung. "Mama tidur. Tadi seharian mama mengajakku nonton telenovela marathon kesukaan nya saat masih muda dulu dari Hp. Setelah itu mama ketiduran, padahal masih belum tamat filmnya," sahut Susi. "Apa perlu kubangunkan?" sambung Susi lagi. Agung buru- buru menggeleng. "Jangan! Kasihan mama kamu! Biar mama kamu tidur saja," sahut Agung cepat. Susi manggut- manggut. "Oke, tunggu di sini. Aku tadi bikin martabak manis tevlon. Semoga bisa dimakan," ujar Susi sambil berlalu meninggalkan ruang tamu, dan tak lama kemudian kembali dengan membawa sepiring martabak manis yang beraroma wangi. Susi meletakkan martabak manis itu di hadapan Agung. "Hm, kayaknya enak nih!" celetuk Agung tersenyum. "Enak! Ayo kita coba sama-sama! Kamu jangan ragu dengan masakan aku ya!" ujar Susi. Agung tertawa. "Asalkan tidak beracun dan tidak mentah saja, aku bisa nelen makanan, Yang," ujar Agung seraya mencomot martabak di hadapan nya. "Hm, enak kok, S

  • NGAMAR ATAU BAYAR   bab 47 A

    "Alhamdulillah, lancar ya acara lamaran mbak Ratna," ujar Agung sambil mengambil makanan di meja prasmanan. Di sebelah Agung, Ratna mengambil es buah dan tersenyum. "Iya, alhamdulillah, Gung. Semoga kamu cepet nyusul ya?!" sahut Ratna. Agung tersenyum dan mengangguk. "Aamiin, Mbak, makasih doanya. Semoga mbak Ratna juga dilancarkan sampai pernikahan," ujar Agung yang langsung diamini oleh Ratna. Ratna celingukan ke sekeliling taman tengah rumahnya. "Lho, Susi tidak kamu ajak kesini?" tanya Ratna."Hm, sudah. Tapi dia nggak bisa. Dia bilang mau nganter mamanya kontrol saja," sahut Agung, lalu menuju tempat duduk yang telah disediakan oleh pihak EO yang disewa oleh keluarga nya. Ratna mengerut kan kening nya. "Kok kamu biarkan Susi mengantarkan ibunya kontrol sendiri ke rumah sakit sih? Kenapa kamu nggak mengantarkan Susi dan ibunya, Gung?" tanya Ratna. "Kata Susi, ada saudara nya yang akan mengantarkan mereka kontrol. Jadi aku tidak diperlukan dulu," ujar Agung tertawa. "Hahaha,

  • NGAMAR ATAU BAYAR   bab 46 B

    "Kita akan melihat hal itu nanti, Bu. Jadi bapak dan ibu harus saya ke kantor polisi dulu untuk dimintai keterangan," ujar polisi itu tegas. Agustina melirik ke arah Dedi yang juga terlihat gamang. "Pak, saya tidak mungkin membunuh ibu saya sendiri, meskipun ibu saya selingkuh dengan suami saya. Saya hanya mengusir nya keluar dari rumah karena saya sangat sakit hati," ujar Agustina mencari aman dengan mengatakan permasalahan nya. Dedi mendelik mendengar ucapan Agustina. Sementara itu polisi semakin antusias melihat ke arah Agustina dan Dedi secara bergantian. "Kalau begitu kalian berdua segera ikut kami untuk penyelidikan lebih lanjut! Silakan ikut kami ke kantor polisi!" ujar polisi itu tegas. ***Agustina yang sudah selesai diinterogasi di kantor polisi, memutuskan untuk pulang ke rumahnya dulu. "Ck, sialan! Ini semua gara- gara mas Dedi! Mending aku jadi janda lagi aja deh. Aku nggak peduli dengan balas dendam mas Dedi pada Ratna, aku nggak mau lagi pura - pura kaya dan bahag

  • NGAMAR ATAU BAYAR   bab 46 A

    "Selamat malam, kami dari kepolisian, ibu anda tertabrak mobil dan meninggal seketika di jalan pahlawan. Dimohon anda segera kemari," sahut polisi itu membuat Agustina gemetaran seketika. "Hah, apa? Tidak mungkin, Pak!" desis Agustina tidak percaya. 'Jangan - jangan ibuk bun*h diri. Atau ibu sudah ada firasat kematian, jadi ibu menelepon ku dari tadi pagi untuk berpamitan,' batin Agustina dengan perasaan menyesal. "Kami dari kepolisian satlantas telah mengevakuasi korban dengan membawa korban kecelakaan ke rumah sakit terdekat. Kami juga melakukan olah tkp dan penyelidikan terhadap identitas korban. Hasilnya, kami menemukan KTP dan ponsel korban. Kontak paling atas di panggilan keluar yang dihubungi oleh korban, adalah nomor ibu. Jadi bisa kah ibu datang ke rumah sakit Sumber Sehat sekarang untuk memastikan tentang identitas korban kecelakaan?" tanya Polisi itu lagi. "Baiklah saya akan datang di Rumah Sakit Sumber Sehat. Bagaimana dengan orang yang menabrak ibu saya? Apakah orang

  • NGAMAR ATAU BAYAR   bab 45 B

    Suasana hening sejenak. Tina menunduk dan berjongkok membereskan cangkir yang dilemparkan sang anak. "Pergi dari sini, Bu!" usir Agustina dengan suara dingin. Dedi dan Tina menatap ke arah Agustina dengan terkejut. "Nak, tapi...""Pergi dari sini atau kuadukan pada warga bahwa kalian telah melakukan hal yang paling memalukan!" seru Agustina lagi. Dia menatap ke arah ibunya dengan mata berkaca. Tina menoleh ke arah Dedi. Berharap sang menantu membelanya. Namun sayang sekali, bukannya membela Tina, Dedi justru menatap ke arah pintu ruang tamunya, seolah mengisyaratkan dan menyetujui sang mertua untuk pergi dari rumah itu. Tina berdiri perlahan dan meletakan pecahan kaca di meja tamu, lalu menatap ke arah sang anak. "Baiklah, ibu akan pergi dari sini agar kamu memaafkan ibu, meskipun ibu tidak tahu akan pergi kemana," ujar Tina dengan nada putus asa sambil masuk ke dalam kamarnya dan membereskan semua pakaiannya kedalam tas nya. Dedi mendekati Agustina dan berusaha merayunya, tapi

  • NGAMAR ATAU BAYAR   bab 45 A

    "Astaga! Apa- apaan ini, Mas Dedi?! Ibuk!? Jadi begini kelakuan kalian saat aku tidak ada di rumah? B@jing*n kalian!" seru Agustina sambil menutup mata anaknya yang berdiri kebingungan di samping ibunya yang tengah mengumpat. Dedi segera menurunkan Tina dan melangkah mendekat sang istri. "Yang, aku bisa jelasin. Kamu bawa masuk dulu anak kamu ke kamar, dan aku akan menjelaskan nya," ujar Dedi meremas pelan bahu sang istri. Agustina mencebik. "Tidak ada yang perlu dijelaskan lagi. Semua sudah jelas. Kamu menjijikkan, Mas. Masa mertua sendiri pun diembat!" omel Agustina. Dia lalu menoleh pada ibunya. "Ibu juga malu - maluin! Bisa - bisanya tertarik dengan mantu sendiri. Ck, kayak enggak ada orang lain saja!" seru Agustina. "Agustina, maafkan ibu. Ibu khilaf, Nak!" ujar Tina sambil mendekat ke arah sang anak. Perempuan itu merentang kan tangannya dan bermaksud memeluk Agustina, tapi anaknya lebih dulu menepis tangan ibunya. "Aku nggak bakal maafin ibu! Ibu sudah mengkhianati dan m

  • NGAMAR ATAU BAYAR   bab 44 B

    "Hm, sepertinya buah saja. Buah dalam bentuk parcel yang mewah dan cantik."Paman Dedi menghela napas dan menjeda kalimat nya sejenak. "Oh ya, apa kamu tidak merasakan cemburu dan marah saat adik kamu akan menikah dengan mantan istri kamu? Om sendiri juga tidak menyangka bahwa Randi memilih mantan istri kamu sebagai istri nya. Padahal gadis dan lajang banyak," ujar paman Dedi. Dedi tertawa. "Enggak. Biarlah saja, Paman. Lagi pula saya sudah menikah dengan istri saya yang sekarang," ujar Dedi dengan mata menerawang. Sebenarnya perasaan nya campur aduk.'Seandainya saja aku tidak selingkuh, seandainya saja aku setia dan tidak bekerja sebagai debt collector, mungkin aku masih mempunyai keluarga, bahkan aku masih mempunyai anak. Dan... aku tidak perlu mengidap penyakit sialan ini!' batin Dedi menyesal. Dedi berjalan memasuki rumahnya dengan gontai. Di dalam pikiran nya masih tersisa berjuta tanda tanya, siapa yang menulari nya. Dedi masuk ke dalam rumah dan duduk di ruang tamu dengan

DMCA.com Protection Status