"Kamu yang sabar, Gina. Keputusan kamu sudah tepat untuk menjauhi teman kamu yang bernama David itu. Sudah, jangan sedih. Cucu Oma yang cantik ini harus tetap semangat," ujar oma Wulan, setelah Gina menceritakan semua tentang David.Kini, Gina dan oma Wulan tengah berada di taman belakang dekat kolam.Awalnya Gina enggan untuk bercerita. Namun, masukan dari orang lebih tua adalah solusi terbaik. Gina harus banyak belajar tentang kehidupan, pergaulan dan sebagainya dari orang yang lebih tua darinya. Tentu saja oma Wulan telah banyak melalui yang namanya asam garam kehidupan."Ibu kamu belum pulang juga, Oma sudah dari tadi menunggu. Oma juga sudah lapar, belum makan dari rumah," ujar oma Wulan."Oma lapar?" Oma Wulan mengangguk."Biar aku masakin makanan buat Oma. Kita makan bersama-sama. Oh iya, Andres mana, Oma?" tanya Gina."Andres sedang mengerjakan tugas kelompok bersama teman-temannya. Sebentar lagi sepertinya dia pulang. Tidak usah, biar mbok Sum saja yang masak. Kamu di sini sa
Keesokan harinya, Ratri dan Gina tengah bersiap untuk pergi. Dengan barang bawaan yang cukup banyak. Seperti 2 karung beras, 3 kotak mie instan, telur, beras, gula, dan makanan lainnya. Semua sembako itu akan dibawa ke rumah Rianti.Kebetulan, hari ini adalah hari libur. Maka, Saga pun akan ikut serta dengan mereka."Bu, apa Rianti tidak akan tersinggung ya, dengan pemberian kita ini? Secara kan, dia tidak mau menerima apa pun kalau dia tidak bekerja terlebih dahulu," ujar Andres, yang baru saja keluar dari kamarnya.Ratri tersenyum lantas mengusap kepala anak bungsunya itu."Tersinggung? Ibu tidak akan memberi semua ini secara gratis, Sayang. Tentu Rianti harus bekerja dulu, baru bisa mendapatkan semua ini," sahut Ratri.Andres tidak mengerti, pekerjaan apa yang hendak diberikan oleh ibunya? Namun, ia hanya menurut saja. Toh, apa pun yang akan dilakukan ibunya, tentunya semua untuk kebaikan."Semua sudah siap?" tanya Saga, yang disambut oleh anggukan semua orang di sana."Siap, Ayah.
"Bu Manah!" Ratri membekap mulutnya sendiri, saat melihat wanita tua yang terbaring lemah itu.Bu Manah yang juga melihat ada Ratri di tempat itu, terkejut dengan mulut menganga tak percaya."Neng Ratri," ucap bu Manah dengan suara lirih.Ratri tidak menyangka, jika Tuhan akan mempertemukan kembali dirinya dengan wanita tua yang dulu pernah menolongnya dari kejahatan Rumiah.Keadaan bu Manah tampak mengkhawatirkan. Tubuh kurus, mata cekung, seperti tulang belulang bernafas.Ratri masih bisa mengingat wajah itu, walau pun penyakit dan usia mengubahnya sedikit berbeda.Ratri kemudian menoleh ke arah Rianti. Begitu pun dengan Rianti, ia menatap bingung ke arah Ratri."Tante kenal sama Nenek aku?" tanya Rianti.Ratri bergeming, memikirkan sesuatu yang membuatnya kembali teringat akan masa lalu."Bu, ja-jadi Rianti-"Bu Manah memotong ucapan Ratri dengan isyarat tangan. Membuat Ratri diam, tidak meneruskan ucapannya."Rianti, kamu tolong keluar dulu. Nenek mau bicara sama dia," ujar bu Man
Saga sekeluarga tengah menunggu hasil pemeriksaan bu Manah. Rianti pun tak sabar ingin segera mengetahui hasilnya. Ia berharap, sang nenek segera sembuh dan tidak tersiksa lagi atas penyakit yang dideritanya.Tak berselang lama, dokter yang menangani bu Manah pun keluar dari ruangan tempat bu Manah ditangani.Saga dan semuanya serempak berdiri kemudian berjalan mendekati dokter tersebut."Bagaimana keadaan bu Manah, Dok? Apakah ada penyakit serius?" tanya Saga.Seorang dokter pria bertubuh tinggi berkacama itu tersenyum dan segera menjelaskan, "Penyakit pasien tidak terlalu berbahaya. Hanya saja, sepertinya gaya hidup di lingkungannya kurang sehat. Sehingga membuat tubuhnya rentan akan penyakit. Saran saya, pasien harus dijaga kebersihannya. Terutama dalam makanan, pasien harus makan makanan yang higienis dan sehat. Usia tua sepertinya harus ada asupan makanan yang sehat berikut vitamin. Supaya sistem kekebalan tubuhnya kuat, dan tidak rentan akan penyakit."Saga dan Ratri mengangguk
"Ada apa, Yah?" tanya Gina, setelah panggilan telepon dari oma Wulan diakhiri."Tidak tahu, Oma nyuruh Ayah dan Ibu untuk datang ke rumahnya. Ada apa ya, kira-kira? Sepertinya Oma kamu ingin membicarakan suatu hal yang serius," sahut Saga, ia pun merasa penasaran."Ya sudah kalau begitu, kita siap-siap dulu lalu ke sana sekarang. Takut itu hal penting, jangan buat Mama nunggu kita terlalu lama," timpal Ratri, ia berdiri kemudian masuk ke dalam kamarnya, lalu mandi dan berganti pakaian, yang disusul oleh Saga kemudian.Saga dan Ratri segera bersiap diri untuk pergi ke rumah oma Wulan. Setelah mereka selesai bersiap, lantas mereka segera melakukan perjalanan berdua.Beberapa saat kemudian setelah menempuh perjalanan. Ratri dan Saga pun telah sampai di kediaman oma Wulan. Mereka disambut dengan hangat begitu mereka turun dari dalam mobil."Syukurlah kalian sudah datang. Ayok kita masuk ke dalam! Em ... Kalian sudah makan siang, belum?" tanya oma Wulan."Kebetulan kami belum sempat makan
"Apa? Jadi Mama mau menjodohkan Gina? Tapi kenapa, Ma?" tanya Saga, ia terlihat sangat syok mendengar keputusan oma Wulan."Ya ... Memangnya apa salahnya? Gina sudah dewasa, masalah kuliah, bisa dilanjutkan walau pun sudah menikah. Bagaimana menurut kamu, Ratri? Rencananya mereka akan datang besok ke sini. Sekalian kalian juga kenalan sama mereka, kalian juga ajak Gina ke sini." Oma Wulan malah melempar pertanyaan kepada Ratri.Jelas Ratri merasa bingung. Di sisi lain, Ratri ingin Gina menggapai cita-citanya sebelum menikah. Namun, di sisi lain, ia juga merasa tidak enak jika menolak permintaan mertuanya."Aku ... Aku bingung, Ma. Aku tidak bisa memutuskan. Kami juga belum kenal lelaki yang hendak dijodohkan dengan Gina. Aku ... Aku bingung," jawab Ratri, ia merasa galau saat itu.Saga menatap kegundahan hati Ratri. Mengerti jika istrinya sangat syok mendengar kabar perjodohan anaknya, sama seperti dirinya."Ma, biarkan Gina menyelesaikan pendidikan dulu. Aku ingin melihat Gina menjad
Setelah membahas pertemuan dengan oma Wulan. Gina kemudian masuk ke dalam kamarnya dan membereskan semua tugas dari kampus.Saat malam tiba, Gina yang tengah mendengarkan musik dari ponsel, oma Wulan tiba-tiba menghubunginya. Bergegas Gina segera menerima panggilan telepon itu."Halo, Oma. Selamat malam!" sapa Gina setelah panggilan itu ia angkat."Halo, Sayang. Kamu sedang apa? Lagi sibuk, nggak?" tanya oma Wulan."Nggak lagi sibuk, Oma. Memangnya ada apa?" tanya Gina."Begini, Oma cuma mau kasih tahu kamu. Besok datang ke rumah Oma, ya. Dandan yang cantik," jawab oma Wulan.Dari perkataan oma Wulan barusan. Gina bisa menangkap maksud dan tujuannya. Bisa dipastikan, jika oma Wulan akan mempertemukannya dengan lelaki yang hendak dijodohkan dengannya."Halo, Gina. Kok diam saja? Kamu ... Keberatan, ya menemui Oma?" tanya oma Wulan, membuyarkan lamunan Gina."Em ... Nggak, Oma. Iya, besok aku ke sana," jawab Gina."Nah, bagus, Sayang. Kalau begitu, sampai besok, ya. Oma tunggu kamu, pok
Gina membalikkan tubuhnya, mengurungkan niat untuk pergi. Ia mendengar teriakkan dari orang-orang yang ada di rumah itu."Tante Rima," gumam Gina, saat melihat wanita itu tergelatak tak sadarkan diri di lantai.Dengan cepat, David membopong tubuh ringkih itu dan membawanya ke luar, lalu memasukannya ke dalam mobil miliknya yang terparkir di halaman rumah itu.Orang-orang berlari menyusulnya, mereka panik tidak menyangka kejadiannya akan seperti ini."Maaf, Oma, Tante dan Om. Saya harus membawa Mama saya ke rumah sakit. Kalau tidak, saya sangat khawatir dengan keselamatannya," pamit David."Oma akan ikut sama kamu, Saga dan Ratri juga harus ikut. Kalian juga harus ajak Gina, Gina juga harus ikut ke rumah sakit," imbuh oma Wulan, ia langsung masuk ke dalam mobil yang sama dengan David."Oh iya, kasih tahu papa kamu, Saga. Kalau Mama mau ke rumah sakit. Tadi papa kamu keluar ada urusan mendadak pagi-pagi sekali, papa kamu menjenguk saudaranya yang sedang sakit di kediaman saudaranya itu.
Selain meninggalkan ponsel baru untuk Gina. Lena pun meninggalkan nomornya, supaya Gina menghubunginya.Gina kemudian menghubungi Lena untuk mengucapkan terima kasih. Lena begitu perhatian. Bersyukur ia memiliki ibu sambung sepertinya. Selain itu, Gina juga menanyakan kabar tentang orang tuanya. Belum begitu lama tinggal di kampung, Gina merasa sangat merindukan mereka. Entah sedang apa mereka, apakah mereka masih sibuk mencari Gina?Telepon pun tersambung, Lena segera mengangkatnya."Halo, Bunda. Bunda di mana sekarang? Maaf, tadi kata Nenek saat Bunda berkunjung, akunya nggak ada di rumah. Aku sedang ada urusan di luar. Oh iya, terima kasih banyak ya, Bun ponsel dan uangnya. Kebetulan sekali aku sangat membutuhkan ponsel ini," ucap Gina."Halo, Sayang. Iya tidak apa-apa. Bunda ada di jalan, sebentar lagi sampai di rumah," sahut Lena."Em ... Bunda, bagaimana kabar ayah? Terus ibu dan ayah Saga? Bunda juga apa kabar? Kangen aku sama kalian," imbuh Gina."Kabar ibu dan ayah Saga baik-
Beberapa saat kemudian, Farrel dan tim kepolisian kembali dengan tangan kosong. Rumiah telah lolos dari kejaran mereka. Sehingga membuat Rumiah ditetapkan menjadi DPO."Kami mohon maaf yang sebesar-besarnya. Tapi, kami akan berusaha semaksimal mungkin, untuk mencari keberadaan saudari Rumiah." Polisi pun pamit dari rumah Farrel."Bagaimana ini? Keadaan ini belum aman jika Rumiah masih bebas berkeliaran. Bisa saja sewaktu-waktu, dia kembali mencari Ayah dan memaksa lagi untuk memberikan semua milik Ayah. Bahkan tak segan membuat Ayah menderita lagi." Farrel merasa khawatir.Mereka terdiam untuk beberapa saat. Namun, beberapa saat kemudian Gina mengutarakan pendapatnya."Em ... Bagaimana kalau Om Romi ikut kita ke kampung saja, Rel. Sekalian kita jelaskan kepada ibu kamu," imbuh Gina.Farrel menoleh ke arah ayahnya. Pak Reno pun ikut menimpali, "Ide yang bagus. Memang sebaiknya untuk sementara waktu, Ayah kamu harus kamu bawa dari rumah ini. Bahaya jika dibiarkan tinggal sendirian, seme
"Ya Tuhan, Gina!" teriak Rumiah, ketika Gina terbatuk dan menyemburkan air di dalam mulutnya pada berkas itu."Aduh, maaf-maaf. Aku tidak sengaja, biar aku bersihkan berkasnya," ucap Gina.Gina kemudian merebut berkas itu, lalu berusaha mengeringkannya menggunakan ujung kerudung yang dipakainya."Ya ... Sobek," ujar Gina.Rumiah melotot tajam, melihat apa yang dilakukan oleh Gina. Namun, pak Reno dan juga Farrel menahan tawa atas apa yang terjadi."Kamu, ya! Kamu apakan berkas ini? Kurang ajar kamu, Gina!"Rumiah melayangkan tamparan ke arah Gina. Namun, secepatnya Farrel menahan tangan Rumiah."Berani menampar dia, maka rekaman itu akan aku berikan ke polisi dan aku sebar luaskan." Farrel memberi ancaman.Rumiah menepis tangan Farrel, ia berbalik badan menghadap Farrel."Rekaman apa yang kamu maksud? Bukankah rekaman itu sudah aku hapus? Jangan main-main denganku, Farrel. Aku tidak bisa kamu kelabuhi. Aku bukan wanita bodoh seperti yang kamu pikirkan," cetus Rumiah.Farrel tertawa be
Rumiah membeliak, saat melihat kak Reno memperlihatkan rekaman kejahatannya barusan. Farrel, Gina dan pak Reno tersenyum puas atas bukti yang telah mereka dapatkan."Sialan kalian semua, ternyata kalian menjebakku. Aku tidak akan tinggal diam. Aku hanya menuntut hakku sebagai istri Romi. Tapi kalian, berani-beraninya merekamku tanpa sepengetahuanku," ujar Rumiah.Romi bangkit lalu berdiri, ia menimpali ucapan Rumiah, "Apa? Hak? Jelas-jelas aku sudah menjatuhkan talak terhadap kamu. Lagi pula, kita hanya menikah secara siri. Jadi, tidak ada hak untuk kamu menguasai apa yang aku punya.""Jelas aku punya hak, kamu hanya memberikan sebagian kecil uang dan perhiasan. Kamu jangan hanya mau enaknya saja, Romi!" sarkas Rumiah."Kamu tidak bisa bersyukur, Rumiah. Aku sudah menolongmu dari garis kemiskinan. Aku menikahi kamu, karena aku kira kamu baik. Tapi ternyata, kamu tidak lebih dari seekor ular. Beruntung aku hanya menikahi kamu secara siri. Kamu tidak ada bedanya dengan seorang penipu. K
Dua hari kemudian, Farrel bergegas membawa kembali ayahnya untuk pulang. Terpaksa ia dan Gina tidak pulang ke kampung, karena urusan bersama ayahnya sangat penting, demi menyelesaikan misinya.Sesampainya di rumah, Romi kembali dipakaikan baju yang terakhir kali ia pakai di rumah itu. Walau pun sudah tidak nyaman. Namun, demi mengelabuhi Rumiah, Romi harus memakainya lagi.Tidak hanya itu, Farrel juga sengaja menyimpan sedikit makanan mentah di atas lantai. Seolah-olah Romi telah memakan makanan itu demi bertahan hidup.Tepat pada siang hari, Farrel, Gina dan pak Reno kembali bersembunyi saat terdengar suara mobil masuk ke dalam halaman rumah. Namun, sebelumnya pak Reno telah menyimpan sebuah kamera tersembunyi di kamar itu, untuk merekam aksi kejahatan yang akan dilakukan Rumiah."Semoga rencana ini berhasil, ya Tuhan. Aku ingin melihat Ayah dan Ibu kembali bersama lagi seperti dulu, bahagia tanpa ada wanita jahat itu. Tuhan, tolong permudah jalan kami untuk mengungkap semuanya di ha
Romi menelan sedikit demi sedikit air kelapa itu. Walau pun sekujur tubuhnya tak bisa digerakkan. Namun, ia masih bisa menelan cairan yang diberikan oleh pak Reno.Romi telah menghabiskan air kelapa itu satu botol. Pak Reno membiarkan Romi setelah meminum air itu, menunggu reaksi air kelapa yang baru saja masuk ke dalam tubuhnya.Setelah menunggu beberapa lama, akhirnya Romi sedikit demi sedikit mulai bisa menggerakkan tangannya. Hal itu membuat Farrel senang."Ayah coba gerakkan kakinya," ujar Farrel.Walau pun belum pulih sepenuhnya, sedikit demi sedikit kaki Romi pun mulai bisa di gerakkan. Romi pun kembali bisa berbicara walau pun belum lancar sepenuhnya."Aku akan panggilkan dokter, Romi. Kamu butuh dokter untuk memeriksa keadaan kamu," ujar pak Reno."Em ... Pak, apa nggak sebaiknya kita bawa saja Ayah ke rumah sakit? Lagi pula, wanita itu sudah pergi," sahut Farrel memberi usul."Ya, kamu benar, Farrel. Ayok, kita bawa Ayah kamu ke rumah sakit. Saya akan siapkan mobil saya dulu
Semua tampak bingung atas permintaan Romi. Farrel, Gina dan pak Reno saling melempar pandang."Maksud Ayah?" tanya Farrel."Jangan pergi ke mana-mana, cukup kalian di sini dan tunggu sebentar lagi. Kalian pasti akan mengetahui semuanya," jawab Romi.Mereka semakin tidak mengerti dengan segala ucapan yang terlontar dari mulut Romi. Terutama Farrel, wajahnya menunjukkan seakan menuntut penjelasan dari sang ayah."Sebentar lagi kalian akan paham maksud Ayah. Kalian sebaiknya bersembunyi, jangan sampai menampakkan batang hidung kalian saat dia datang. Ayah akan jelaskan semuanya setelah dia pergi. Tapi, Ayah minta salah satu dari kalian, bawakan Ayah air kelapa sebanyak-banyaknya," pinta Romi.Setiap perkataan Romi, begitu banyak menyimpan teka-teki yang sulit untuk dipecahkan. Namun, mereka akan menuruti perkataan Romi, mereka akan menunggu dan bersembunyi."Biar saya saja yang akan memesan air kelapa. Saya akan menyuruh ART saya," imbuh pak Reno, yang kemudian menghubungi ART-nya.Dari
"Loh iya, ya!" sahut Gina, mereka mulai menyusuri arah bau bangkai yang mereka cium.Farrel mengajak Gina untuk pergi ke dapur. Sesampainya di sana, mereka melihat banyaknya makanan berceceran di lantai. Isi kulkas yang menyimpan bahan makanan mentah, semua sudah berada di lantai. Dan ternyata bau bangkai yang tercium berasal dari daging mentah yang telah dikerubuti lalat hijau dan belatung.Sontak membuat mereka berdua membekap hidungnya, tak tahan dengan bau yang sangat tidak enak dan menyengat itu."Farrel, aku mau muntah!" Gina berlari ke arah kamar mandi ART di dekat dapur.Gina menumpahkan semua isi perutnya. Isi perutnya yang terasa diaduk, hingga akhirnya semua sarapan yang ia santap tadi, terkuras habis."Farrel, jangan berlama-lama di sini. Aku takut muntah lagi," ujar Gina, sehingga matanya mengeluarkan banyak air.Farrel mengangguk, mereka menjauh dari dapur. Farrel kemudian mengajak Gina untuk menuju lantai atas, kamar ayahnya.Mereka mulai menaiki anak tangga. Rumah itu
"Loh iya, ya. Kenapa bisa pecah, ya? Mungkin ada orang iseng melempar batu kali, ya!" sahut Farrel, ia pun mengamati jendela itu."Rel, apakah kita langsung masuk saja? Tapi ... Apakah tante Rumiah ada di dalam? Sebaiknya kita harus berhati-hati. Dia sangat jahat, bahkan tidak segan untuk menyakiti orang lain," ujar Gina."Tapi di sana tidak ada mobil sama sekali di garasi, semuanya tidak ada. Apa ayahku dan juga Rumiah lagi keluar, ya? Tapi kok satpam juga tidak kelihatan. Kondisi halaman juga tidak sebersih seperti biasanya," sahut Farrel.Lama mereka berdua berdiam diri sambil mengamati rumah itu. Farrel pun segera mengajak Gina untuk masuk. Ia begitu penasaran dengan kondisi di dalam. Sungguh aneh sekali. Kaca pecah, beberapa mobil yang dimiliki tidak ada satu pun yang terparkir, bahkan satpam penjaga rumah pun tidak ada. Lantas ke mana semua?Farrel mulai membuka pintu gerbang yang ternyata tidak terkunci itu. Membuat mereka senang, karena tidak kesulitan untuk masuk ke dalam rum