"Ya Tuhan, kemana dia?" Rusdi menatap isi lemari Tiana yang telah kosong, hanya ada beberapa baju saja yang tertinggal."Ada apa, Rusdi?" tanya bu Nunik yang ikut masuk ke dalam kamar."Tiana ... Tiana ternyata pergi. Bajunya sudah tidak ada. Bahkan kopernya juga tidak ada. Bu, Tiana pergi, Bu. Aku salah apa?" Rusdi terduduk di pinggiran tempat tidur. Tidak menyangka, wanita yang sangat ia cintai pergi tanpa memberinya alasan.Lulu dan bu Nunik saling melirik dan tersenyum kecil."Pergi? Tapi, pergi ke mana dia? Kok bisa dia pergi?" tanya bu Nunik.Rusdi menggelengkan kepalanya. Ia juga tidak tahu ke mana perginya Tiana, dan apa alasan kepergiannya."Mas, apa kalian pernah bertengkar?" tanya Lulu.Rusdi terlihat sangat terpukul atas kepergian Tiana. Ia kemudian meraup udara dan menghembuskannya secara perlahan."Pertengkaran kecil dalam rumah tangga itu hal biasa terjadi. Tapi, kenapa Tiana bisa pergi? Ke mana dia?" Rusdi mengusap wajahnya kasar.Bu Nunik duduk di sebelah Rusdi. Ia me
Lulu terbangun ketika bu Nunik mengguncangkan tubuhnya. Ia menatap sekeliling kamar, tidak ada sosok mengerikan seperti yang ia lihat barusan. Hanya ada bu Nunik dan hari pun ternyata sudah pagi. Ternyata hal janggal yang dialami Lulu hanya mimpi buruk semata. Namun, hal itu seperti nyata dan masih terekam jelas oleh ingatan Lulu.Bahkan hari telah berganti menjadi minggu. Setiap malam, hal serupa terus berlanjut, Lulu selalu dihantui oleh rasa takut dan bersalah. Baik itu di dalam mimpi, mau pun di dunia nyata. Membuat Lulu tidak bisa beraktivitas leluasa. Jujur, semenjak kematian Tiana, Lulu merasa sangat bersalah. Namun, ia terlalu takut untuk mengakuinya kepada Rusdi. Tubuh Lulu pun kini berangsur turun. Entah harus apa supaya rasa takut itu akan hilang."Ibu, aku rasa kak Tiana sudah jadi hantu. Kenapa hanya aku yang dihantui terus olehnya? Kenapa Ibu enggak?" tanya Lulu, ia tengah mengaduk-aduk makanan di atas piringnya, tanpa mau memakannya."Enak saja, kamu yang menghabisinya,
"Saya terima, nikah dan kawinnya Ratri binti Atmaja, dengan mas kawin tersebut dibayar tunai!""Bagaimana para saksi, sah?""Sah!""Sah!""Sah!"Ratri menangis terharu ketika Saga mengucapkan ijab kabul dengan sangat lancar, dengan satu kali tarikan nafas. Begitu pun dengan Saga, hari ini, di jam ini, di tanggal ini dan di tahun ini, ia telah melepas status lajangnya. Betapa bahagianya Saga, bisa menikah dengan wanita yang ia inginkan.Saga kemudian menyematkan cincin nikah ke jari manis Ratri. Ratri pun menyematkan cincin nikah di jari Saga. Tak lupa Ratri juga mencium punggung tangan suaminya itu.Acara resepsi digelar secara mewah. Tidak ada kendala apa pun. Semua berjalan lancar sesuai yang diharapkan.Malam hari, setelah acara resepsi selesai. Dua insan yang telah sah menjadi sepasang suami istri itu tengah berada di dalam kamar hotel. Sementara Gina, ia berada di kediaman bu Wulan dan pak Bima. Kedua orang tua Saga meminta cucu sambungnya itu, untuk menginap di rumah mereka, sup
"Mama, kenapa mama nggak pulang-pulang?" Cherly menangis di ruang tamu, sambil menatap jendela dengan gorden yang terbuka.Wajah anak kecil itu tampak pucat, ia mengalami demam karena memikirkan kepergian Tiana yang tidak pulang-pulang."Suster, ini gaji terakhir buat kamu. Sekarang, kamu boleh pergi dari rumah ini." Dari ruangan keluarga, terdengar Rusdi berbicara kepada susternya Cherly.Tak lama kemudian, suster Cherly muncul dengan menenteng satu buah tas besar berisi pakaian, ia melewati Cherly yang tengah duduk di sofa."Suster mau ke mana? Kok bawa tas besar?" tanya Cherly, ia menatap bingung kepada susternya.Suster itu tampak tidak tega melihat keadaan Cherly. Namun, ia tidak bisa berbuat apa-apa, karena Rusdi telah memecatnya dari pekerjaannya itu."Suster mau pulang dulu, Non. Suster kangen sama orang tua Suster. Non Cherly baik-baik ya, di sini! Jangan nakal, nurut sama papanya Non," jawab suster itu sambil sesekali mengusap air matanya."Tapi suster balik lagi kan ke sini
Esok pagi, Ratri dan Saga tengah bersiap untuk pindahan ke rumah Saga. Terlebih dahulu, Ratri dan Saga pulang ke rumah Ratri, untuk membawa pakaiannya bersama Gina.Setelah semua siap, mereka tidak langsung pergi. Ratri terlebih dulu masak untuk mereka makan bersama.Sedangkan Saga, ia tengah menonton tv dengan ditemani oleh Gina, yang tengah sibuk bermain boneka."Ratri, cepetan ke sini!" panggil Saga."Ya, ada apa? Aku lagi tanggung nih, sebentar lagi masakannya matang," sahut Ratri dari dapur."Matiin dulu kompornya, ke sini dulu sebentar!" panggil Saga lagi.Ratri pun mematikan kompornya, lalu berjalan menghampiri Saga."Ada apa sih, Mas, aku lagi masak, juga?" tanya Ratri."Kamu lihat itu!" tunjuk Saga ke arah layar tv.Ratri terbelalak, ketika melihat siaran berita di tv. Saat itu, sedang disiarkan kabar berita tentang kebakaran rumah."Ya Tuhan, Mas ... I-itu kan, rumah mas Rusdi," ucap Ratri."Iya, itu rumah Rusdi. Kejadiannya dini hari tadi, entah apa penyebabnya, karena sema
Tangan Ratri menunjuk ke arah teras rumah. Mereka semua terkejut, melihat tubuh kecil berbaring di depan pintu."Ya ampun, Gina!" Saga berlari menghampiri teras.Ratri dan juga Ratna pun berlari mengikuti Saga."Ternyata bukan Gina," ujar Saga."Ya Tuhan, i-ini anak yang kita cari. Dia Cherly, dia Cherly!" seru Ratri tak menyangka, jika Cherly berada di teras rumahnya."Ya ampun ... Kenapa dia bisa ada di sini?" timpal Ratna.Saga segera menggendong Cherly, dan membawanya masuk ke dalam rumah.Keadaan Cherly sangat memperihatinkan. Mereka tidak mengerti, kenapa Cherly bisa ada di sana. Padahal, yang mereka lihat di rekaman cctv, Cherly dibawa pergi oleh seorang pria menaiki motor."Tega kalian, Rusdi, Tiana. Anak sekecil ini kalian telantarkan," batin Ratri merasa geram kepada sepasang suami istri itu.Cherly terbangun, ia menatap sekeliling kemudian menatap Ratri."Tante Ratri!" Cherly memeluk Ratri dengan sangat erat. Cherly menangis sesenggukan dengan tubuh yang masih lemas."Iya,
"Aaaaah!"Bug!"Ya Tuhan, Rusdi! Sudah, kamu jangan begini terus! Rusak ini pintu lama-lama kamu tinju terus," tegur bu Nunik.Rusdi frustasi akibat tragedi kebakaran yang menimpa rumahnya. Semua harta yang ia miliki, raib sudah dilalap oleh si jago merah."Semua ini gara-gara Ibu dan Lulu. Andai saja, kalian tidak menyuruhku menjemput kalian, kejadian ini mungkin tidak akan terjadi!" berang Rusdi."Loh ... Kok malah nyalahin Ibu dan Lulu. Salah kamu sendiri, kenapa kamu tidak pulang setelah menjemput Ibu dan Lulu. Kamu malah memilih menginap di sini. Kamu jangan asal nyalahin orang, ya. Apalagi aku ini ibu kamu sendiri," sergah bu Nunik, ia tak terima disalahkan begitu saja oleh Rusdi.Rusdi tampak kacau, ia merasa tidak ada gairah lagi untuk melakukan apa pun. Kini, ia tinggal di rumah bu Nunik setelah rumahnya habis dilalap api."Sudahlah ... Kamu kan masih kerja. Kamu kan bisa bikin rumah lagi dari hasil kerja kamu. Lagi pula, sekarang kan kamu hidup sendiri. Maksud Ibu, Tiana tid
"Mas Rusdi balikan saja sama mbak Ratri!" jawab Lulu dengan entengnya.Rusdi dan bu Nunik terbelalak, mulut Lulu memang tidak bisa dijaga. "Gila, kamu sudah gila, Lulu!" sergah Rusdi.Lulu kemudian duduk di sebelah bu Nunik."Kamu kalau bicara jangan sembarangan, Lulu. Dia sudah menjadi istri orang!" ujar bu Nunik."Aku nggak gila kok, Mas, Bu. Aku masih waras. Coba kamu bayangkan, Mas, kalau kamu menikah lagi sama mbak Ratri. Hidup kamu pasti akan terjamin. Tidak usah capek-capek kerja, uang datang sendiri. Mas juga tahu, kan. Mbak Ratri itu penulis yang menghasilkan banyak uang. Dia juga owner catering ternama di kota ini," sahut Lulu."Mana mungkin, Lu. Dia sudah menikah sama Saga," timpal bu Nunik.Lulu tersenyum, "Di dunia ini nggak ada yang nggak mungkin, Bu. Asalkan berusaha, apa pun pasti akan tercapai."Rusdi mendelik, ia kemudian bangkit dari duduknya."Sudah gila kamu, Lu. Ide macam apa itu!" Rusdi bangkit lalu masuk ke dalam kamarnya."Kamu sebaiknya batalkan janjian kamu
Selain meninggalkan ponsel baru untuk Gina. Lena pun meninggalkan nomornya, supaya Gina menghubunginya.Gina kemudian menghubungi Lena untuk mengucapkan terima kasih. Lena begitu perhatian. Bersyukur ia memiliki ibu sambung sepertinya. Selain itu, Gina juga menanyakan kabar tentang orang tuanya. Belum begitu lama tinggal di kampung, Gina merasa sangat merindukan mereka. Entah sedang apa mereka, apakah mereka masih sibuk mencari Gina?Telepon pun tersambung, Lena segera mengangkatnya."Halo, Bunda. Bunda di mana sekarang? Maaf, tadi kata Nenek saat Bunda berkunjung, akunya nggak ada di rumah. Aku sedang ada urusan di luar. Oh iya, terima kasih banyak ya, Bun ponsel dan uangnya. Kebetulan sekali aku sangat membutuhkan ponsel ini," ucap Gina."Halo, Sayang. Iya tidak apa-apa. Bunda ada di jalan, sebentar lagi sampai di rumah," sahut Lena."Em ... Bunda, bagaimana kabar ayah? Terus ibu dan ayah Saga? Bunda juga apa kabar? Kangen aku sama kalian," imbuh Gina."Kabar ibu dan ayah Saga baik-
Beberapa saat kemudian, Farrel dan tim kepolisian kembali dengan tangan kosong. Rumiah telah lolos dari kejaran mereka. Sehingga membuat Rumiah ditetapkan menjadi DPO."Kami mohon maaf yang sebesar-besarnya. Tapi, kami akan berusaha semaksimal mungkin, untuk mencari keberadaan saudari Rumiah." Polisi pun pamit dari rumah Farrel."Bagaimana ini? Keadaan ini belum aman jika Rumiah masih bebas berkeliaran. Bisa saja sewaktu-waktu, dia kembali mencari Ayah dan memaksa lagi untuk memberikan semua milik Ayah. Bahkan tak segan membuat Ayah menderita lagi." Farrel merasa khawatir.Mereka terdiam untuk beberapa saat. Namun, beberapa saat kemudian Gina mengutarakan pendapatnya."Em ... Bagaimana kalau Om Romi ikut kita ke kampung saja, Rel. Sekalian kita jelaskan kepada ibu kamu," imbuh Gina.Farrel menoleh ke arah ayahnya. Pak Reno pun ikut menimpali, "Ide yang bagus. Memang sebaiknya untuk sementara waktu, Ayah kamu harus kamu bawa dari rumah ini. Bahaya jika dibiarkan tinggal sendirian, seme
"Ya Tuhan, Gina!" teriak Rumiah, ketika Gina terbatuk dan menyemburkan air di dalam mulutnya pada berkas itu."Aduh, maaf-maaf. Aku tidak sengaja, biar aku bersihkan berkasnya," ucap Gina.Gina kemudian merebut berkas itu, lalu berusaha mengeringkannya menggunakan ujung kerudung yang dipakainya."Ya ... Sobek," ujar Gina.Rumiah melotot tajam, melihat apa yang dilakukan oleh Gina. Namun, pak Reno dan juga Farrel menahan tawa atas apa yang terjadi."Kamu, ya! Kamu apakan berkas ini? Kurang ajar kamu, Gina!"Rumiah melayangkan tamparan ke arah Gina. Namun, secepatnya Farrel menahan tangan Rumiah."Berani menampar dia, maka rekaman itu akan aku berikan ke polisi dan aku sebar luaskan." Farrel memberi ancaman.Rumiah menepis tangan Farrel, ia berbalik badan menghadap Farrel."Rekaman apa yang kamu maksud? Bukankah rekaman itu sudah aku hapus? Jangan main-main denganku, Farrel. Aku tidak bisa kamu kelabuhi. Aku bukan wanita bodoh seperti yang kamu pikirkan," cetus Rumiah.Farrel tertawa be
Rumiah membeliak, saat melihat kak Reno memperlihatkan rekaman kejahatannya barusan. Farrel, Gina dan pak Reno tersenyum puas atas bukti yang telah mereka dapatkan."Sialan kalian semua, ternyata kalian menjebakku. Aku tidak akan tinggal diam. Aku hanya menuntut hakku sebagai istri Romi. Tapi kalian, berani-beraninya merekamku tanpa sepengetahuanku," ujar Rumiah.Romi bangkit lalu berdiri, ia menimpali ucapan Rumiah, "Apa? Hak? Jelas-jelas aku sudah menjatuhkan talak terhadap kamu. Lagi pula, kita hanya menikah secara siri. Jadi, tidak ada hak untuk kamu menguasai apa yang aku punya.""Jelas aku punya hak, kamu hanya memberikan sebagian kecil uang dan perhiasan. Kamu jangan hanya mau enaknya saja, Romi!" sarkas Rumiah."Kamu tidak bisa bersyukur, Rumiah. Aku sudah menolongmu dari garis kemiskinan. Aku menikahi kamu, karena aku kira kamu baik. Tapi ternyata, kamu tidak lebih dari seekor ular. Beruntung aku hanya menikahi kamu secara siri. Kamu tidak ada bedanya dengan seorang penipu. K
Dua hari kemudian, Farrel bergegas membawa kembali ayahnya untuk pulang. Terpaksa ia dan Gina tidak pulang ke kampung, karena urusan bersama ayahnya sangat penting, demi menyelesaikan misinya.Sesampainya di rumah, Romi kembali dipakaikan baju yang terakhir kali ia pakai di rumah itu. Walau pun sudah tidak nyaman. Namun, demi mengelabuhi Rumiah, Romi harus memakainya lagi.Tidak hanya itu, Farrel juga sengaja menyimpan sedikit makanan mentah di atas lantai. Seolah-olah Romi telah memakan makanan itu demi bertahan hidup.Tepat pada siang hari, Farrel, Gina dan pak Reno kembali bersembunyi saat terdengar suara mobil masuk ke dalam halaman rumah. Namun, sebelumnya pak Reno telah menyimpan sebuah kamera tersembunyi di kamar itu, untuk merekam aksi kejahatan yang akan dilakukan Rumiah."Semoga rencana ini berhasil, ya Tuhan. Aku ingin melihat Ayah dan Ibu kembali bersama lagi seperti dulu, bahagia tanpa ada wanita jahat itu. Tuhan, tolong permudah jalan kami untuk mengungkap semuanya di ha
Romi menelan sedikit demi sedikit air kelapa itu. Walau pun sekujur tubuhnya tak bisa digerakkan. Namun, ia masih bisa menelan cairan yang diberikan oleh pak Reno.Romi telah menghabiskan air kelapa itu satu botol. Pak Reno membiarkan Romi setelah meminum air itu, menunggu reaksi air kelapa yang baru saja masuk ke dalam tubuhnya.Setelah menunggu beberapa lama, akhirnya Romi sedikit demi sedikit mulai bisa menggerakkan tangannya. Hal itu membuat Farrel senang."Ayah coba gerakkan kakinya," ujar Farrel.Walau pun belum pulih sepenuhnya, sedikit demi sedikit kaki Romi pun mulai bisa di gerakkan. Romi pun kembali bisa berbicara walau pun belum lancar sepenuhnya."Aku akan panggilkan dokter, Romi. Kamu butuh dokter untuk memeriksa keadaan kamu," ujar pak Reno."Em ... Pak, apa nggak sebaiknya kita bawa saja Ayah ke rumah sakit? Lagi pula, wanita itu sudah pergi," sahut Farrel memberi usul."Ya, kamu benar, Farrel. Ayok, kita bawa Ayah kamu ke rumah sakit. Saya akan siapkan mobil saya dulu
Semua tampak bingung atas permintaan Romi. Farrel, Gina dan pak Reno saling melempar pandang."Maksud Ayah?" tanya Farrel."Jangan pergi ke mana-mana, cukup kalian di sini dan tunggu sebentar lagi. Kalian pasti akan mengetahui semuanya," jawab Romi.Mereka semakin tidak mengerti dengan segala ucapan yang terlontar dari mulut Romi. Terutama Farrel, wajahnya menunjukkan seakan menuntut penjelasan dari sang ayah."Sebentar lagi kalian akan paham maksud Ayah. Kalian sebaiknya bersembunyi, jangan sampai menampakkan batang hidung kalian saat dia datang. Ayah akan jelaskan semuanya setelah dia pergi. Tapi, Ayah minta salah satu dari kalian, bawakan Ayah air kelapa sebanyak-banyaknya," pinta Romi.Setiap perkataan Romi, begitu banyak menyimpan teka-teki yang sulit untuk dipecahkan. Namun, mereka akan menuruti perkataan Romi, mereka akan menunggu dan bersembunyi."Biar saya saja yang akan memesan air kelapa. Saya akan menyuruh ART saya," imbuh pak Reno, yang kemudian menghubungi ART-nya.Dari
"Loh iya, ya!" sahut Gina, mereka mulai menyusuri arah bau bangkai yang mereka cium.Farrel mengajak Gina untuk pergi ke dapur. Sesampainya di sana, mereka melihat banyaknya makanan berceceran di lantai. Isi kulkas yang menyimpan bahan makanan mentah, semua sudah berada di lantai. Dan ternyata bau bangkai yang tercium berasal dari daging mentah yang telah dikerubuti lalat hijau dan belatung.Sontak membuat mereka berdua membekap hidungnya, tak tahan dengan bau yang sangat tidak enak dan menyengat itu."Farrel, aku mau muntah!" Gina berlari ke arah kamar mandi ART di dekat dapur.Gina menumpahkan semua isi perutnya. Isi perutnya yang terasa diaduk, hingga akhirnya semua sarapan yang ia santap tadi, terkuras habis."Farrel, jangan berlama-lama di sini. Aku takut muntah lagi," ujar Gina, sehingga matanya mengeluarkan banyak air.Farrel mengangguk, mereka menjauh dari dapur. Farrel kemudian mengajak Gina untuk menuju lantai atas, kamar ayahnya.Mereka mulai menaiki anak tangga. Rumah itu
"Loh iya, ya. Kenapa bisa pecah, ya? Mungkin ada orang iseng melempar batu kali, ya!" sahut Farrel, ia pun mengamati jendela itu."Rel, apakah kita langsung masuk saja? Tapi ... Apakah tante Rumiah ada di dalam? Sebaiknya kita harus berhati-hati. Dia sangat jahat, bahkan tidak segan untuk menyakiti orang lain," ujar Gina."Tapi di sana tidak ada mobil sama sekali di garasi, semuanya tidak ada. Apa ayahku dan juga Rumiah lagi keluar, ya? Tapi kok satpam juga tidak kelihatan. Kondisi halaman juga tidak sebersih seperti biasanya," sahut Farrel.Lama mereka berdua berdiam diri sambil mengamati rumah itu. Farrel pun segera mengajak Gina untuk masuk. Ia begitu penasaran dengan kondisi di dalam. Sungguh aneh sekali. Kaca pecah, beberapa mobil yang dimiliki tidak ada satu pun yang terparkir, bahkan satpam penjaga rumah pun tidak ada. Lantas ke mana semua?Farrel mulai membuka pintu gerbang yang ternyata tidak terkunci itu. Membuat mereka senang, karena tidak kesulitan untuk masuk ke dalam rum