"Pak Fathan, hape saya hancur, pokoknya pak Fathan harus ganti rugi," ancam Bu Lastri.
"Besok saya ganti, ini pelajaran buat ibu yang gak punya adab. Jangan asal merekam sesuatu kalau gak di izinkan. Apalagi memviralkan dengan opini menyesatkan!" hardik Fathan.
Mata Rena membulat. Ia tak menyangka suami yang sangat lembut itu kini sering tersulut emosi. Fathan menarik lengan Rena ke arah motornya yang terparkir. Sepanjang jalan Fathan hanya diam. Ia akan memberikan pelajaran pada istrinya di rumah, tak elok jika ia dan istrinya ribut di luar bahkan di rumah orang lain.
"Mas, kamu kok marah sih sama aku? Harusnya aku loh yang marah sama kamu," ujar Rena di perjalanan. Namun Fathan tak merespon ucapan istrinya.
"Turun!" titah Fathan saat sudah sampai di gerbang rumahnya.
Rena segera turun lalu membuka gerbang. Fathan memasukan motornya ke dalam garasi bersebelahan dengan mobil mewahnya.
"Maaas," ujar Rena sembari bergelayut di tangan suaminya.
"Masuk!" titah suaminya tegas.
"Mas, memangnya aku salah? Aku kan cuma mau mempertahankan rumah tangga kita, aku gak mau kalau kamu sampai di rebut sama Intan, aku takut kehilangan kamu," ungkap Rena saat keduanya berada di kamar.
"Cukup Rena! Harusnya kamu sadar, justru dengan cara kamu seperti ini membuat aku semakin muak. Kamu fikir aku laki-laki macam apa yang begitu mudah selingkuh? Hah? Semakin kamu menyudutkan aku, semakin yakin aku untuk ..."
"Untuk apa? ... Kamu mau ceraikan aku cuma gara-gara kakak ipar kamu itu? Hah?" potong Rena.
"Gak akan ada kata cerai di antara kita kalau kamu mau kembali seperti dulu, hilangkan sifat posesif-mu itu, percaya sama aku, berprasangka baik sama orang lain. Aku bingung Rena, harus dengan cara apa lagi aku mendidik kamu? Asal kamu tahu, aku sayang sama kamu, sayang Gea anak kamu, aku juga sayang Gita ponakan aku, apa itu beban buat kamu?" papar Fathan dengan suara naik beberapa oktaf.
Saat ini Gea sedang main ke rumah neneknya, Fathan tak berani meninggikan suara jika ada Gea di rumah, ia khawatir kejiwaan anak sambungnya terganggu jika mendengar orangtuanya bertengkar.
Rena terdiam untuk beberapa saat. Namun lagi-lagi ia tak pernah merasa bersalah, entah terbuat dari apa hatinya. Ia selalu merasa bahwa yang dia lakukan adalah kebenaran. Ia juga sangat percaya diri jika Fathan tak akan pernah menceraikannya karena suaminya itu begitu mencintainya.
Fathan meninggalkan istrinya yang mematung. Ia mengambil selimut dan bantal. Ia akan tidur di sofa malam ini, semoga saja istrinya bisa merenungi kata-katanya.
Fathan hampir putus asa menasihati istrinya. Dengan cara lembut telah ia lakukan, namun Rena masih tetap berprilaku tak baik pada keluarga kakaknya. Semoga dengan cara pisah ranjang ini Rena akan sadar akan kesalahannya.
Meski Fathan Sangat kecewa pada Rena, namun ia tak ingin terpedaya, apalagi mengambil keputusan di saat marah. Sebagai seorang laki-laki ia harus tetap mempertahankan kewarasan agar tak menyesal di kemudian hari.
Malam semakin larut. Fathan tak juga bisa memejamkan mata. Ia teringat nasihat ibunya sebelum meninggal untuk saling menyayangi. Apalagi kakaknya Bayu yang membiayai seluruh pendidikannya hingga ia sarjana. Karena ayah mereka sudah meninggal sejak Fathan berusia kelas 6 SD.
Bayu rela tak meneruskan kuliahnya demi membiayai hidup dia dan ibunya. Bahkan, Bayu baru menikah di usianya yang hampir 40 tahun. Jarak usia Bayu dan Fathan terpaut 12 tahun. Namun, Fathan sempat lupa daratan saat ia sedang di uji dengan kenikmatan harta.
Sebelumnya Fathan pernah menikah dengan seorang gadis. Mereka hidup bahagia dalam kesederhanaan. Namun, istrinya meninggal saat melahirkan, saat itu ia tak memiliki biaya untuk operasi Caesar sang istri. Selang sehari anaknya yang sangat ia sayangi itu menyusul ibunya. Saat itu jiwanya hancur. harus kehilangan dua orang yang sangat ia cintai.
Fathan lebih memilih fokus pada karier nya. Ia lelah hidup dalam kemiskinan. Ia merasa tak mampu melindungi istrinya, hingga ia bertekad untuk sukses, agar kelak ketika ia menikah lagi, ia bisa menghidupi anak dan istrinya dengan layak.
Setelah bertahun-tahun Fathan menyendiri, akhirnya ia menemukan gadis yang mencuri hatinya. Gadis berparas anggun dengan balutan hijab syar'i-nya yang bekerja di warung makan langganannya.
Namun, dia harus menerima kenyataan pahit, saat kakaknya Bayu menikahi wanita pujaannya itu. Fathan frustasi, hingga selang beberapa bulan ia bertemu dengan Rena lalu menikahinya.
Fathan berusaha mengubur rasa cintanya dalam-dalam. Karena ia sadar wanita pujaannya itu kini sudah menjadi kakak iparnya. Ia tak membenci kakaknya, ia hanya menjaga jarak agar hatinya tak terluka melihat kebahagiaan Bayu dengan Intan meski keduanya hidup dalam kesederhanaan.
Jam dinding menunjukkan pukul dua dini hari. Fathan bergegas ke kamar mandi untuk mengambil air wudhu lalu mendirikan shalat tahajud.
Setelah shalat, ia berdo'a pada Allah. Meminta agar hati istrinya di lembutkan. Meski hak talak berada dalam tangan seorang laki-laki, namun ia tak ingin gegabah. Ia masih berharap Rena akan berubah seperti sedia kala.
Air matanya berurai kala mengingat kakaknya. Ia benar-benar merasa bersalah atas kejadian pada hari itu. Andai waktu bisa di putar kembali, pasti semua tak akan merasakan penyesalan ini. Meski Fathan sudah berusaha bertanggung jawab pada keluarga kakaknya, namun tetap saja tak bisa menghilangkan rasa bersalah dalam hatinya. Ia hanya merasa telah menunaikan kewajiban yang di bebankan pada keluarga ayah dari anak yatim.
***
Di belahan bumi lainnya. Intan terbangun karena mimpi buruk. Ia melirik ke arah anaknya. Lalu mengelus dan mencium Gita yang sedang terlelap. Intan selalu menangis jika melihat Gita terlelap dalam tidurnya. Ia khawatir tak mampu mendidik Gita menjadi wanita Sholeha seperti pesan suaminya.
Intan beranjak dari kasur, ia mengambil air wudhu lalu membentangkan sajadah. Merendahkan diri pada Allah sang pemilik kehidupan. Berkeluh-kesah pada satu-satunya pendengar yang tak pernah menghakimi. Kekuatannya selalu bertambah setelah mencurahkan segala isi hatinya pada sang pemilik semesta. Asa yang terkoyak, kini kembali terajut dengan indah.
Ting.
Sebuah pesan masuk ke aplikasi W******p di ponselnya. Sengaja ia mengisi kuota, bukan untuk melihat bagaimana orang lain menghujatnya di sosial media, dia tak terlalu memperdulikan itu. Dia yakin, kebenaran perlahan akan terungkap tanpa harus dia susah payah menjelaskan bahwa dirinya benar.
Dia mengisi kuota untuk mencari informasi mengenai platform menulis online yang menghasilkan uang setiap bulan seperti yang di ceritakan oleh sahabatnya. Ia harus bekerja lebih giat untuk memenuhi kebutuhan anaknya tanpa bergantung pada Fathan.
Intan membuka mukena, lalu melipat sajadah dan menaruhnya di tempat semula. Ia mengambil gawai untuk mengecek pesan yang masuk.
Ternyata pesan itu dari Ambar. Dia mengirim sebuah video. Ambar memberikan keterangan yang menyertai video itu :
[Tan, ternyata rumah saudaraku yang gak jauh dari lokasi kecelakaan suamimu cctv-nya nyala. Baru ngeh kalau ternyata kejadian itu terekam cctv. Kamu bisa cari tahu siapa orang yang nabrak suami kamu dan gak bertanggung jawab itu, kamu bisa cari keadilan buat almarhum suami kamu berbekal rekaman itu.]
Intan menutup mulutnya yang hampir menganga saat memutar video kecelakaan tragis suaminya. Lagi, airmatanya mengalir deras bak hujan turun dari langit.
Bersambung.
"Mas, kamu masih marah?" tanya Rena saat menyiapkan sarapan."Gak, Gea mau di jemput jam berapa?" tanya Fathan mengalihkan pembicaraan."Sore palingan, katanya Rima baru saja datang dari Palembang. Dia mau tinggal di rumah ibu," jawab Rena."Rima? Kenapa? Bukannya setahun yang lalu dia tiba-tiba aja pindah ke Palembang? Kenapa sekarang balik lagi?" tanya Fathan penasaran.Rima adalah adik kandung Rena, setahun yang lalu dia pergi dengan alasan ikut suaminya ke Palembang. Sebelum pindah ke sana, Fathan tahu betul kalau hubungan Rena dan Rima sedang bermasalah hingga keduanya tak saling bicara. Namun, Fathan tak mau tahu tentang masalah mereka."Gak tahu mas. O ya, kamu kan libur, mau kan temenin aku ke rumah Intan, kita buat video klarifikasi," ajak Rena.Fathan mendongak. Ia seolah tak percaya dengan ajakan istrinya."Kamu serius?" tanya Fathan."Iya, aku menyesal mas, aku sadar kalau aku sudah keterlaluan,"
Fathan menjemput Gea tanpa di temani oleh Rena. Ia merasa senang karena sesuai rencana.Sebelum berangkat ke rumah mertuanya untuk menjemput Gea, Fathan berhenti di toko kue, ia mencari kue terbaik untuk merayakan anniversary pernikahannya yang ke 6 tahun.Setelah membeli kue, Fathan pergi ke toko bunga langganannya. Ia sering sekali memberikan bunga untuk istrinya. Fathan adalah suami yang sangat romantis.Hari semakin sore, Fathan memilih untuk menjemput Gea terlebih dahulu, baru setelah itu ia akan mencari kado untuk istrinya bersama dengan Gea. Sebelumnya ia membeli martabak telor kesukaan bapak mertuanya. Fathan ingin sekali segera memiliki anak dari Rena, namun Allah belum memberikan kepercayaan pada mereka.Sesampainya di rumah mertuanya. Fathan langsung menyuruh Gea bersiap-siap pulang. Gea ingin terus di rumah neneknya karena sekarang ia memiliki teman baru--sepupunya yang bernama Tari. Namun, saat Fathan menjelaskan akan memberikan
"Happy anniversary mam," ucap Fathan pada Rena. Malam ini keluarganya sedang berbahagia karena merayakan ulangtahun pernikahan di sebuah restoran mewah. Sebelumnya Fathan mengajak Rena untuk belanja bulanan, ternyata itu hanya cara dia agar sang istri ikut dengannya. Padahal, Fathan sudah menyiapkan makan malam romantis untuk keluarganya.Fathan memberikan sebuah kado untuk Rena, selain itu, Fathan juga memberikan sekuntum bunga untuk istrinya yang selalu setia menemani. Meski terkadang ia sering membuat Fathan jengkel, namun ia sadar, tak ada rumah tangga yang sempurna."Selamat ulang tahun pernikahan mama, papa, semoga Gea cepet punya adik," ungkap Gea polos."Aamiin," jawab Fathan sembari tersenyum dan berharap.Rena sangat bahagia karena suaminya adalah lelaki idaman. Namun, dia terlena atas kebaikan dan kelembutan Fathan, ia menyangka hal itu karena semata-mata Fathan terlalu bucin padanya.Rena hanya tersenyum mendengar ucapan a
Sepulang kerja, Fathan mampir ke rumah sakit tanpa sepengetahuan Rena. Sejujurnya ia curiga, hanya saja ia takut dugaannya salah.Fathan menghubungi Intan untuk menanyakan di ruang apa Gita di rawat. namun Intan sama sekali tak membalas pesan Fathan.Meski di abaikan, Fathan tetap pergi ke rumah sakit untuk menjenguk dan memastikan keadaan keponakannya.Sesampainya di rumah sakit, ia menanyakan pada resepsionis rumah sakit dengan menyebutkan nama Gita juga penanggung jawabnya bernama Intan. Tak butuh waktu lama, suster penjaga resepsionis langsung memberi tahu di kamar mana Gita di rawat.Intan sedang memberi Gita makan sore saat Fathan menyibak gorden pembatas. Dia sedikit terkejut karena kedatangan Fathan, hatinya gelisah tak menentu. Lagi-lagi ia teringat insiden kecelakaan suaminya."Om Fathan," gumam Gita, matanya berbinar karena kedatangan om-nya. Saking senangnya, Gita berusaha hendak turun dan menyalami Fathan.
Intan membuka amplop pemberian dari Fathan. Setelah di hitung, Fathan memberinya sebesar 5 juta rupiah.Jauh dalam hatinya ia bersyukur karena Allah memberinya kemudahan. Masih jelas dalam ingatannya saat ia memohon pada tetangga dan temannya untuk meminta pinjaman, namun tak ada yang memberikan. Intan tak yakin jika tak ada, namun ia cukup mengerti, mungkin orang-orang takut jika dirinya tak mampu mengembalikannya.Setelah membereskan barang-barang, Intan pergi ke kasir yang menyambung dengan apotek, ia akan membayar biaya perawatan sekaligus menebus obat untuk Gita.Total keseluruhan 4,5 juta. Intan bersyukur karena uang yang di berikan Fathan tak kurang, bahkan masih tersisa.Intan mengirim pesan pada Fathan, ia mengucapkan terimakasih dan mengabari bahwa Gita sudah pulang dari rumah sakit, sekalian Intan mengajaknya bertemu untuk membicarakan sesuatu.Intan dan Gita kembali ke rumah. Tetangga kampungnya sangat miris, selama Gita di rawat tak ad
Fathan pamit pada Intan dan Gita. Hati Intan lega, ternyata kebaikan Fathan murni karena dia memang ingin bertanggung jawab pada kehidupan Gita.Intan juga tak menyalahkan Fathan karena kesalahan tindakan yang telah dia ambil. Intan memaklumi, di tolong atau tidaknya Bayu waktu itu olehnya, hidup mati seseorang sudah ada garisnya. Mungkin memang begitu suratan takdir suaminya.Intan juga memberi tahu bahwa dia memiliki video insiden itu, namun ponselnya mati lantaran kehabisan daya. Intan berjanji akan mengirimnya setelah ponselnya aktif. Niatnya Fathan dan Intan akan membawa kasus itu ke polisi, semoga saja plat nomor pelaku tabrak lari itu bisa di lacak oleh polisi.Intan dan Gita shalat magrib di rumah. Dia bangga karena Gita sudah hampir hafal Juz 'amma di usianya yang masih terbilang muda."Pinter banget anak mama ni, MaaSyaaAllah," puji Intan setelah menyimak hafalan putrinya."Iya, kan
Sopir Rena segera turun lalu mengajak Intan dan Gita ikut naik mobil."Bu, saya Gio sopir keluarganya pak Fathan, ayo ibu ikut bareng kami," pintanya."Maaf pak saya gak bisa," tolak Intan."Tapi ini perintah dari pak Fathan Bu, kata beliau neng Gita harus pulang pergi sekolah bersama dengan Gea tak peduli Bu Rena mengizinkan atau tidak. Selain memastikan keamanan Gea saya juga di perintahkan memberi keamanan untuk Gita, ini keputusan mutlak pak Fathan. Saya takut di pecat kalau gak menjalankan perintahnya," papar Gio.Mendengar penuturan Gio, Intan merasa iba. Dengan terpaksa ia dan Gita ikut berangkat ke sekolah bersama Rena.
Melihat majikannya memarahi Rena. Gio tersenyum kemenangan. Namun ia segera menunduk dan kembali berlaku sopan pada Fathan, lalu meminta izin untuk keluar, ia berkata pada Fathan bahwa ini bukan ranah-nya."Mas semua gak seperti yang kamu pikirkan, Gio godain aku biar mau selingkuh sama dia, tapi aku gak mau. Karena aku mau setia sama kamu, makanya dia marah sama aku," ungkap Rena sembari memohon dan menarik tangan Fathan. Namun di tepis kasar oleh Fathan."Aku sudah tak percaya lagi dengan ucapan kamu Rena, kamu sudah banyak berbohong. Kali ini aku gak mau di bodohi lagi sama kamu," hardik Fathan."Mas, aku minta maaf. Beri aku kesempatan," pinta Rena dengan airmata mengalir."Berkali-kali
"Ya Allah, Rima bangun," ucap ibunya Rima dengan panik.Namun seketika ia ingat sesuatu bahwa anak keduanya ini sering prank orang lain."Mama kenapa nek?" tanya Tari saat melihat Rima terkulai lemah."Ah palingan mama kamu pura-pura pingsan karena gak mau nikah sama om Agus," ujar ibunya."Apa? Horeeeee, gak sia-sia dong kita kirim surat sama om Agus," jawab Tari kegirangan."Surat?" tanya Rima dalam hati. Seketika ia ingat kejadian beberapa hari yang lalu."Terimakasih suratnya neng Rima, aa gak nyangka neng Rima juga cinta sama aa Agus, urusan mahar gak perlu khawatir, aa kasih seekor sapi buat neng Rima," ujar Agus tempo hari, namun Rima tak memperdulikannya karena ia fikir Agus sedang mengigau atau berkhayal cintanya di terima."Ooh, jadi kalian yang kirim surat kaleng buat Agus? Apa isi suratnya?" tanya Rima yang tiba-tiba bangun dari pura-pura pingsannya."Tuh kan Tari, nenek mah udah Khatam sama kelakuan mama kamu
"Gea ada?" tanya Intan dengan senyum ramah terlukis di bibirnya."A--ada ..." jawab Rima gugup. Dia tak menyangka jika Intan dan Fathan baik-baik saja bahkan keduanya semakin mesra."Sial," gerutu Rima dalam hati"Gitaaaa ..." teriak Gea saat melihat Gita datang bersama Fathan dan Intan."Sudah siap?" tanya Fathan dengan penuh kasih sayang pada Gea."Siap dong pa," Jawab Gea semangat."Gea sarapan dulu," ujar Rima."Gak mau Tante, nanti aja," jawab Gea sambil melewati Tantenya."Emang Gea belum sarapan?" tanya Fathan."Belum pa," jawab Gea sembari cengengesan."Ya udah, nanti sarapan sama papa, mama sama Gita, ya," timpal Intan sembari menuntun tangan Gea."Kita pergi dulu ya, titip salam sama ibu dan bapak," kata Fathan lalu mereka bersama-sama masuk mobil."Iiihhhhh ... kenapa sih kok mereka gak berantem? Kenapa mereka kok diem-diem aja sih? Oooo ... jangan-jangan si Intan emang
"Apa maksud mbak Rima?" tanya Intan sambil menautkan alisnya."Tuh ... mas Fathan itu pernah bilang kalau dia gak cinta sama kamu. Dia menikahi kamu cuma khawatir aja sama masa depannya Gita," ujar Rima sembari menaruh sebuah foto di atas meja lalu ia kembali bersidekap dengan menyilangkan tangan di dada.Intan mengambil kertas foto yang sengaja di perlihatkan oleh Rima kepadanya.Wanita itu membulatkan matanya saat melihat foto yang tak pernah dia sangka sebelumnya, Intan menutup mulutnya saking terkejut dan tak percaya atas apa yang di lihatnya."Gak mungkin .... Astaghfirullah," lirih Intan, butiran bening terjatuh dari mata lentiknya.Sementara Rima tersenyum puas melihat Intan mengeluarkan airmata. Dia yakin Intan akan marah besar pada Fathan karena foto itu."Mungkin aja ... kamu terlalu percaya sama suami kamu, padahal di luar dia tak sebaik yang kamu kira, oh ya Tan, ngomong-ngomong mas Fathan hebat juga ya, aku jadi ke
Duuuttt ....Tiba-tiba perut Rima bergejolak, rasanya mulas, panas dan perih. Wanita itu segera berlari ke toilet.Sialnya ada orang sedang buang hajat di toilet rumah Intan. Rima terus menggedor pintu karena dorongan di perutnya semakin kuat. Keringat dingin sudah mengucur dari dahinya."Buruan dong!" pinta Rima. Namun sepertinya orang di dalam toilet tak menghiraukan kegelisahan Rima.Wanita itu berlari ke rumah Bu Ida-- tetangganya Intan. Di perkampungan biasanya jika ada yang mengadakan hajatan maka rumah tetangga akan ikut ramai."Mamaaaa ... Mau jajan," pinta Tari, ia mengejar Rima yang berlari ke arah rumah Bu Ida sembari memegang perutnya."Nanti aja!" tolak Rima, ia sudah tak kuat menahan dorongan di perutnya hingga lari terbirit-birit.Namun Tari justru menarik lengan Rima dan menahannya."Mama jajan ... Mama jajan ... Mama jajan ...mau boneka di Abang depan," rengek Tari sembari bergelayut di tangan ibu
Segala pernak-pernik Pernikahan Intan dan Fathan sudah di siapkan. Keduanya bahagia karena akhirnya cinta mereka bisa di persatukan dengan ikatan suci.Di sepertiga malam Fathan menggelar sajadah, dia bersyukur tak hentinya pada sang kuasa karena do'a yang dulu selalu ia lantunkan Allah kabulkan.Allah selalu mendengar do'a setiap mahluk. Karena Allah adalah sebaik-baik pengijabah segala pinta. Hanya saja Dia akan mengabulkan setiap permohonan setiap hamba pada waktu yang telah di tentukan, Dia yang maha tau atas apa yang setiap manusia butuhkan, bukan inginkan.Setelah melipat sajadah dan menaruh kembali ke tempat semula, Fathan berjalan perlahan, ia mengambil sebuah album foto di dalam laci.Fathan membuka lembar demi lembar album foto itu. Di lembar pertama ia melihat foto dirinya bersama Bayu sedang mencium pipi ibunya bersama-sama. Foto itu telah sedikit memudar karena di ambil saat Fathan masih remaja.Dia membuka ke
"Innalilahi wa innailaihi Raji'un," gumam Intan lirih.Intan gegas menelpon Rima untuk menanyakan kebenaran kabar meninggalnya Rena."Assalamualaikum Rima, apa benar kabar tentang Rena?" tanya Intan dengan perasaan tak menentu."Iya mbak, betul hu ... hu ..." jawab Rima di sebrang sana. Ia menangis tersedu."Kalau boleh tahu kenapa? Tadi siang dia bantu aku selamatkan Gita?" tanya Intan tak percaya."Mbak Rena meninggal waktu shalat ashar di masjid, aku juga gak tahu persis kenapa, sekarang masih di periksa juga. Tapi kata saksi mbak Rena shalat berjama'ah sama dia, pas salam tahunya dia masih sujud, pas di sentuh ternyata udah gak ada," ungkap Rima dengan suara serak lantaran terlalu banyak menangis.Intan terkejut dengan ucapan Rima, menurut Intan, kematian Rena adalah kematian terindah.Kematian adalah sebuah misteri, jangan berbangga jika merasa hari ini menjadi diri yang sangat religius, karena jika niatnya bu
"Yang benar Gea?" tanya Rena dengan wajah pias."Iya ma, waktu Gea main pernah denger om Thariq bilang sama orang katanya mau jual Gita, terus Gea lari mau kasih tahu Gita, tapi ada mobil kenceng banget tabrak Gea," jawab gadis itu sembari mengingat-ingat."Astaghfirullah, kalau begitu Gita dalam bahaya, mama telpon papa Fathan dulu ya," ujar Rena lalu di balas anggukan oleh Gea.Gea memang sombong, tapi sebenarnya dia masih mempunyai sedikit kebaikan dalam hatinya, apalagi kini hanya Gita yang mau menemaninya saat dia tak lagi memiliki uang jajan karena perceraian Rena dan Fathan.Rena gegas mengambil ponsel yang tergeletak di atas nakas, dia langsung mencari kontak Fathan namun nomornya tak aktif.Rena semakin gelisah, ia mencari kontak Intan namun nomor Intan sulit sekali di hubungi. Wajah Rena semakin pias, hatinya sangat gelisah.Berkali-kali Rena menghubungi nomor Intan dan Fathan bergantian namun nomor keduanya tetap tak
Fathan gegas ke rumah Intan, ia amat khawatir terjadi sesuatu hal yang buruk pada keponakannya."Semoga Gita baik-baik saja ya, mas," ujar Rena saat Fathan hendak pergi.Lelaki itu hanya tersenyum sembari menganggukan kepala pada Rena.Sementara Rena menatap nanar kepergian mantan suaminya, lelaki yang dulu begitu memuja dan memperlakukannya bak ratu, namun karena kebodohannya dia telah kehilangan cinta sucinya.Rena gegas masuk lagi ke ruang di mana Gea di rawat, Gea masih tertidur nyenyak di ranjangnya.Rena mengambil air wudhu dan membentangkan sajadah untuk shalat Dhuha. Sejak Gea sakit dia sering sekali mendengar ceramah via YouTube untuk menguatkan hatinya, ia juga sering bertanya tentang tauhid pada orang yang ia anggap mempunyai ilmu yang mumpuni.Rena senang karena kemarin saat Intan di rumah sakit dia sudah meminta maaf pada mantan kakak iparnya itu, dia juga meminta maaf pada Gita karena sudah mencelakainya.R
"Permisi ... Assalamualaikum," teriak Bayu di depan pagar gerbang sebuah rumah besar berlantai dua.Sudah berkali-kali Bayu mengucap salam sembari mengadukan tembok dengan besi gerbang agar menimbulkan suara hingga ada orang ke luar.Sebelumnya ia menekan bel, namun ternyata bel rusak dan tak berfungsi.Hampir setengah jam Bayu menunggu seseorang untuk keluar rumah, namun tak ada satu orangpun yang datang.Padahal gerbang tak di kunci, tapi pantang bagi Bayu untuk masuk sebelum mendapatkan izin sang punya rumah, meski itu hanya sekedar memasuki pagarnya saja. Almarhum ibunya mengajarkan ia sopan santun yang sangat tinggi.Berkali-kali-kali ia menelpon pelanggan bernama Thariq yang memesan makanan melaluinya, namun tak juga di angkat.[Mas di mana? Ayo buruan, nanti aku telat]Ponselnya berdenting, sebuah pesan dari Fathan, adik yang sangat ia sayangi. Hari ini ia berjanji akan bertemu Fathan untuk memberikan surat