"Mas, kamu masih marah?" tanya Rena saat menyiapkan sarapan.
"Gak, Gea mau di jemput jam berapa?" tanya Fathan mengalihkan pembicaraan.
"Sore palingan, katanya Rima baru saja datang dari Palembang. Dia mau tinggal di rumah ibu," jawab Rena.
"Rima? Kenapa? Bukannya setahun yang lalu dia tiba-tiba aja pindah ke Palembang? Kenapa sekarang balik lagi?" tanya Fathan penasaran.
Rima adalah adik kandung Rena, setahun yang lalu dia pergi dengan alasan ikut suaminya ke Palembang. Sebelum pindah ke sana, Fathan tahu betul kalau hubungan Rena dan Rima sedang bermasalah hingga keduanya tak saling bicara. Namun, Fathan tak mau tahu tentang masalah mereka.
"Gak tahu mas. O ya, kamu kan libur, mau kan temenin aku ke rumah Intan, kita buat video klarifikasi," ajak Rena.
Fathan mendongak. Ia seolah tak percaya dengan ajakan istrinya.
"Kamu serius?" tanya Fathan.
"Iya, aku menyesal mas, aku sadar kalau aku sudah keterlaluan," jawab Rena sembari menunduk. Seolah-olah ia merasa bersalah.
Fathan menggenggam tangan istrinya. Dia bahagia karena istrinya masih memperhitungkan perlakuannya semalam.
"Terimakasih mam," ungkap Fathan sembari tersenyum bangga pada istri tercintanya.
"Aku juga gak akan melarang kamu untuk kasih nafkah sama Gita mas, aku sadar kalau itu memang sudah menjadi kewajiban kamu pada Gita," tutur Rena.
Fathan tersentuh mendengar ucapan istrinya. Akhirnya keduanya saling berpelukan setelah sering bertengkar.
***
Pagi sekali Intan pergi ke rumah Bu Aminah untuk bekerja. Biasanya setiap hari libur cucian di rumah Bu Aminah banyak, sehingga upahnya lumayan. Bu Aminah sering memberinya upah seminggu sekali.
Sebelumnya dia telah meninggalkan sarapan untuk Gita. Gadis kecil itu sudah terbiasa di tinggal, bahkan kadang Intan berangkat sebelum Gita bangun.
Awal-awal Intan bekerja setelah kematian suaminya. Gita masih sering menangis jika di tinggal. Namun beruntung, dulu ada Bu Fatma, tetangganya yang membantu menjaga Gita, namun Bu Fatma mudik ke kampung halamannya. Intan bersyukur Gita tak manja dan mulai mengerti kesibukan ibunya.
"Assalamualaikum Bu," sapa Intan sesampainya di rumah Bu Aminah.
"Wa'alaikumussalam. Intan hari ini kamu gak usah kerja!" kata Bu Aminah.
"Lho kenapa Bu? Apa saya boleh libur?" tanya Intan.
"Bukan libur, tapi gak perlu kerja lagi di tempat saya, nih uang upah kamu Minggu ini," ujar Bu Aminah seraya memberikan dua lembar uang seratus ribuan.
"Tt--tapi kenapa Bu?" tanya Intan merasa tak percaya. Ia rasa tidak melakukan kesalahan, baju-baju yang dia cuci juga bersih, bukankah Bu Intan pernah bilang kalau dia puas dengan hasil kerja Intan.
"Pokoknya saya gak mau kamu kerja lagi di rumah saya, saya sudah punya pengganti kamu," tuturnya.
"Tapi Bu, saya butuh sekali pekerjaan ini," kali Intan memohon.
"Saya gak peduli, cari kerja lagi saja di tempat lain," titahnya sembari masuk ke dalam rumah dengan membanting pintu.
Beberapa hari sebelumnya. Bu Aminah yang tadinya iba pada Intan, tiba-tiba berubah fikiran karena mendengar ucapan Bu Lastri bahwa suaminya Bu Aminah ada main dengan Intan. Bu Aminah khawatir, karena ia menyadari Intan memang sangat cantik. Itulah alasan mengapa ia lebih memilih memecat Intan. Demi keutuhan rumah tangganya.
Intan berjalan pulang dengan perasaan kecewa. Fikirannya kalut, bagaimana ia akan memenuhi kebutuhannya. Apalagi Minggu depan Gita sudah mulai sekolah, ia harus punya bekal agar tak selalu mengandalkan Fathan.
Intan yang tak konsentrasi saat menyebrang. Ia tersenggol mobil hingga terjatuh, untung saja mobil dalam kecepatan rendah, sehingga Intan tak cedera serius.
"Mbak gak apa-apa?" tanya seorang laki-laki yang mengenakan kemeja putih itu, taksiran usianya sekitar 35 tahunan, seusia dengan Fathan. Nampaknya ia orang berada.
"Gak apa-apa mas, maaf saya teledor," ucap Intan, ia segera berdiri untuk membuktikan bahwa ia baik-baik saja.
Namun, laki-laki itu menyadari bahwa gamis yang intan kenakan sobek di bagian tangannya, kemungkinan besar kulitnya lecet.
"Itu kayaknya tangan mbak lecet deh, lebih baik kita ke klinik," kata laki-laki itu sembari menunjuk bagian pakaian yang koyak.
"Gak apa-apa mas, gak usah, saya gak apa-apa, saya gak mau merepotkan," papar Intan sungkan.
"Saya yang menabrak mbak, saya gak akan tenang kalau gak tanggung jawab" tutur lelaki itu.
Intan akhirnya mengikuti ajakan lelaki itu untuk ke klinik. Bukan apa-apa, Intan sangat takut berhubungan dengan orang yang sama sekali tak ia kenal.
Dengan perasaan ragu, akhirnya Intan memasuki mobil laki-laki itu. Mobil melaju mencari klinik terdekat.
Intan sangat lega saat mobil parkir di sebuah klinik. Ketakutan yang sedari tadi menghantui lenyap begitu saja. Ternyata tak semua orang itu jahat, meski tak semua orang juga baik, namun sikap waspada sangat melekat dalam dirinya.
Dokter wanita itu mengobati luka pada Intan, ternyata tak hanya tangan yang lecet, namun kakinya juga. Luka itu tak terlihat karena Intan menutup sempurna auratnya.
"Terimakasih mas," ucap Intan pada laki-laki yang ternyata bernama Thariq itu.
"Iya sama-sama, sekali lagi saya minta maaf ya. Kalau begitu saya antar mbak sampai rumah ya, kata dokter kaki mbak Intan terluka, saya khawatir mbak Intan kenapa-kenapa kalau pulang sendiri," ungkap Thariq.
Karena keadaan, akhirnya Intan menerima tawaran Thariq. Di perjalanan, Intan terus melamun, ia berfikir keras pekerjaan apa yang akan ia lakoni setelah ini. Ia sudah berusaha menulis di platform online seperti saran temannya karena tahu bahwa Intan senang menulis, namun tulisan Intan belum menghasilkan sama sekali.
Untuk melamar pekerjaan di perusahaan, sepertinya tak mungkin, ijazahnya hanya sampai SMP. Sejak musibah banjir bandang yang terjadi di kampung halamannya, Intan masih kelas 1 SMA, beruntung ia masih bisa menyelamatkan ijazah atas perintah ibunya sebelum hanyut terbawa air bah.
"Mbak Intan?" ucapan Thariq membuyarkan lamunan Intan.
"Eh iya mas, maaf tadi ngomong apa?" tanya Intan lagi.
"Saya tanya, mbak Intan apakah masih kuliah atau kerja?" tanyanya.
"Saya mah sudah punya anak mas, tadinya kerja buruh cuci di rumah tetangga kampung sebelah, tapi hari ini baru saja di pecat," papar Intan.
"Lho, suami mbak Intan kemana memangnya?" tanya Thariq.
"Qadarullah suami saya sudah mendahului di panggil sama yang kuasa mas, suami saya korban tabrak lari setahun yang lalu di tempat yang gak jauh dari tempat saya tertabrak tadi," tutur Intan.
Thariq spontan mengerem mendadak mobilnya karena mendengar perkataan Intan. Intan terkejut saat mobil tiba-tiba saja berhenti.
"Kenapa mas? Ada apa?" tanya Intan.
"Oh, gak apa-apa mbak, tadi ada kucing lewat di depan," jawab Thariq. Intan hanya menganggukkan kepalanya tanda mengerti.
"Mbak, kalau mbak mau, mbak Intan boleh kok kerja di tempat saya, kebetulan saya punya restoran, saya masih butuh karyawan," tawar Thariq.
Mata Intan berbinar mendengar tawaran Thariq. Ia bersyukur dalam hati, mungkin ini cara Allah untuk memberikannya pekerjaan baru.
Sesampainya di rumah. Intan terkejut karena melihat banyak sekali makanan di rumahnya.
"Gita, ini dari siapa?" tanya Intan sembari menyentuh sebuah kue dan pandangannya menyisir makanan lainnya.
"Oh, tadi om Fathan sama Tante Rena yang kasih ini ma," jawab Intan dengan wajah belepotan karena makan kue coklat buatan Rena.
Intan segera merogoh ponsel di tas-nya. Benar saja, ternyata banyak sekali pesan dari Fathan, saat jam kerja intan terbiasa silent ponselnya agar tak menggangu.
Intan menelpon Fathan, ia menanyakan ada apa datang ke rumahnya. Ternyata jawaban Fathan ia ingin mengajak Intan membuat video bersama sebagai klarifikasi, namun Fathan bilang ia dan Rena sudah membuat video klarifikasi, bahwa yang terjadi beberapa waktu lalu hanyalah salah faham. Tujuannya agar Intan tak lagi di pandang rendah oleh orang-orang.
Alis intan mengerut. Tumben sekali Rena melakukan itu, apakah mungkin ia bisa berubah secepat ini? Atau jangan-jangan Rena memiliki rencana lain, karena Intan tahu, sejak awal dia tak pernah menyukai Intan karena Fathan pernah menyukai Intan. Namun Intan tak memperdulikannya, ia hanya bisa berdo'a semoga apa yang di lakukan Rena itu tulus.
Bersambung.
Fathan menjemput Gea tanpa di temani oleh Rena. Ia merasa senang karena sesuai rencana.Sebelum berangkat ke rumah mertuanya untuk menjemput Gea, Fathan berhenti di toko kue, ia mencari kue terbaik untuk merayakan anniversary pernikahannya yang ke 6 tahun.Setelah membeli kue, Fathan pergi ke toko bunga langganannya. Ia sering sekali memberikan bunga untuk istrinya. Fathan adalah suami yang sangat romantis.Hari semakin sore, Fathan memilih untuk menjemput Gea terlebih dahulu, baru setelah itu ia akan mencari kado untuk istrinya bersama dengan Gea. Sebelumnya ia membeli martabak telor kesukaan bapak mertuanya. Fathan ingin sekali segera memiliki anak dari Rena, namun Allah belum memberikan kepercayaan pada mereka.Sesampainya di rumah mertuanya. Fathan langsung menyuruh Gea bersiap-siap pulang. Gea ingin terus di rumah neneknya karena sekarang ia memiliki teman baru--sepupunya yang bernama Tari. Namun, saat Fathan menjelaskan akan memberikan
"Happy anniversary mam," ucap Fathan pada Rena. Malam ini keluarganya sedang berbahagia karena merayakan ulangtahun pernikahan di sebuah restoran mewah. Sebelumnya Fathan mengajak Rena untuk belanja bulanan, ternyata itu hanya cara dia agar sang istri ikut dengannya. Padahal, Fathan sudah menyiapkan makan malam romantis untuk keluarganya.Fathan memberikan sebuah kado untuk Rena, selain itu, Fathan juga memberikan sekuntum bunga untuk istrinya yang selalu setia menemani. Meski terkadang ia sering membuat Fathan jengkel, namun ia sadar, tak ada rumah tangga yang sempurna."Selamat ulang tahun pernikahan mama, papa, semoga Gea cepet punya adik," ungkap Gea polos."Aamiin," jawab Fathan sembari tersenyum dan berharap.Rena sangat bahagia karena suaminya adalah lelaki idaman. Namun, dia terlena atas kebaikan dan kelembutan Fathan, ia menyangka hal itu karena semata-mata Fathan terlalu bucin padanya.Rena hanya tersenyum mendengar ucapan a
Sepulang kerja, Fathan mampir ke rumah sakit tanpa sepengetahuan Rena. Sejujurnya ia curiga, hanya saja ia takut dugaannya salah.Fathan menghubungi Intan untuk menanyakan di ruang apa Gita di rawat. namun Intan sama sekali tak membalas pesan Fathan.Meski di abaikan, Fathan tetap pergi ke rumah sakit untuk menjenguk dan memastikan keadaan keponakannya.Sesampainya di rumah sakit, ia menanyakan pada resepsionis rumah sakit dengan menyebutkan nama Gita juga penanggung jawabnya bernama Intan. Tak butuh waktu lama, suster penjaga resepsionis langsung memberi tahu di kamar mana Gita di rawat.Intan sedang memberi Gita makan sore saat Fathan menyibak gorden pembatas. Dia sedikit terkejut karena kedatangan Fathan, hatinya gelisah tak menentu. Lagi-lagi ia teringat insiden kecelakaan suaminya."Om Fathan," gumam Gita, matanya berbinar karena kedatangan om-nya. Saking senangnya, Gita berusaha hendak turun dan menyalami Fathan.
Intan membuka amplop pemberian dari Fathan. Setelah di hitung, Fathan memberinya sebesar 5 juta rupiah.Jauh dalam hatinya ia bersyukur karena Allah memberinya kemudahan. Masih jelas dalam ingatannya saat ia memohon pada tetangga dan temannya untuk meminta pinjaman, namun tak ada yang memberikan. Intan tak yakin jika tak ada, namun ia cukup mengerti, mungkin orang-orang takut jika dirinya tak mampu mengembalikannya.Setelah membereskan barang-barang, Intan pergi ke kasir yang menyambung dengan apotek, ia akan membayar biaya perawatan sekaligus menebus obat untuk Gita.Total keseluruhan 4,5 juta. Intan bersyukur karena uang yang di berikan Fathan tak kurang, bahkan masih tersisa.Intan mengirim pesan pada Fathan, ia mengucapkan terimakasih dan mengabari bahwa Gita sudah pulang dari rumah sakit, sekalian Intan mengajaknya bertemu untuk membicarakan sesuatu.Intan dan Gita kembali ke rumah. Tetangga kampungnya sangat miris, selama Gita di rawat tak ad
Fathan pamit pada Intan dan Gita. Hati Intan lega, ternyata kebaikan Fathan murni karena dia memang ingin bertanggung jawab pada kehidupan Gita.Intan juga tak menyalahkan Fathan karena kesalahan tindakan yang telah dia ambil. Intan memaklumi, di tolong atau tidaknya Bayu waktu itu olehnya, hidup mati seseorang sudah ada garisnya. Mungkin memang begitu suratan takdir suaminya.Intan juga memberi tahu bahwa dia memiliki video insiden itu, namun ponselnya mati lantaran kehabisan daya. Intan berjanji akan mengirimnya setelah ponselnya aktif. Niatnya Fathan dan Intan akan membawa kasus itu ke polisi, semoga saja plat nomor pelaku tabrak lari itu bisa di lacak oleh polisi.Intan dan Gita shalat magrib di rumah. Dia bangga karena Gita sudah hampir hafal Juz 'amma di usianya yang masih terbilang muda."Pinter banget anak mama ni, MaaSyaaAllah," puji Intan setelah menyimak hafalan putrinya."Iya, kan
Sopir Rena segera turun lalu mengajak Intan dan Gita ikut naik mobil."Bu, saya Gio sopir keluarganya pak Fathan, ayo ibu ikut bareng kami," pintanya."Maaf pak saya gak bisa," tolak Intan."Tapi ini perintah dari pak Fathan Bu, kata beliau neng Gita harus pulang pergi sekolah bersama dengan Gea tak peduli Bu Rena mengizinkan atau tidak. Selain memastikan keamanan Gea saya juga di perintahkan memberi keamanan untuk Gita, ini keputusan mutlak pak Fathan. Saya takut di pecat kalau gak menjalankan perintahnya," papar Gio.Mendengar penuturan Gio, Intan merasa iba. Dengan terpaksa ia dan Gita ikut berangkat ke sekolah bersama Rena.
Melihat majikannya memarahi Rena. Gio tersenyum kemenangan. Namun ia segera menunduk dan kembali berlaku sopan pada Fathan, lalu meminta izin untuk keluar, ia berkata pada Fathan bahwa ini bukan ranah-nya."Mas semua gak seperti yang kamu pikirkan, Gio godain aku biar mau selingkuh sama dia, tapi aku gak mau. Karena aku mau setia sama kamu, makanya dia marah sama aku," ungkap Rena sembari memohon dan menarik tangan Fathan. Namun di tepis kasar oleh Fathan."Aku sudah tak percaya lagi dengan ucapan kamu Rena, kamu sudah banyak berbohong. Kali ini aku gak mau di bodohi lagi sama kamu," hardik Fathan."Mas, aku minta maaf. Beri aku kesempatan," pinta Rena dengan airmata mengalir."Berkali-kali
Fathan mengantar Rena ke rumah orangtuanya. Di perjalanan Rena terus memohon agar Fathan memberinya kesempatan.Gea menangis di jok belakang karena tak rela dirinya menjadi anak kandung Gio. Ia juga menangis lantaran Fathan berubah menjadi cuek padanya.Sembari mengemudi, dada Fathan juga terasa nyeri. Tak ada perceraian yang indah meski perceraian menjadi salah satu jalan terbaik kala rumah tangga sudah tak searah lagi.Matanya berkaca-kaca, ia tak menyangka pernikahan yang ia harap akan menjadi yang terakhir harus kandas di tengah jalan. Wanita yang dulu pernah ia puja ternyata hanyalah iblis yang menjelma.Fathan juga melirik Gea dari kaca depan. Walau bagaimanapun ia sangat menyayangi Gea. Gadis itu tak salah, seorang anak terlahir dalam keadaan suci, orangtuanya lah yang membentuk anak itu sehingga menjadi pribadi yang baik atau buruk. Apalagi dalam hal ini Gea masih sangat belia, panutan terbesarnya adalah orangtuanya.Fathan bi
"Ya Allah, Rima bangun," ucap ibunya Rima dengan panik.Namun seketika ia ingat sesuatu bahwa anak keduanya ini sering prank orang lain."Mama kenapa nek?" tanya Tari saat melihat Rima terkulai lemah."Ah palingan mama kamu pura-pura pingsan karena gak mau nikah sama om Agus," ujar ibunya."Apa? Horeeeee, gak sia-sia dong kita kirim surat sama om Agus," jawab Tari kegirangan."Surat?" tanya Rima dalam hati. Seketika ia ingat kejadian beberapa hari yang lalu."Terimakasih suratnya neng Rima, aa gak nyangka neng Rima juga cinta sama aa Agus, urusan mahar gak perlu khawatir, aa kasih seekor sapi buat neng Rima," ujar Agus tempo hari, namun Rima tak memperdulikannya karena ia fikir Agus sedang mengigau atau berkhayal cintanya di terima."Ooh, jadi kalian yang kirim surat kaleng buat Agus? Apa isi suratnya?" tanya Rima yang tiba-tiba bangun dari pura-pura pingsannya."Tuh kan Tari, nenek mah udah Khatam sama kelakuan mama kamu
"Gea ada?" tanya Intan dengan senyum ramah terlukis di bibirnya."A--ada ..." jawab Rima gugup. Dia tak menyangka jika Intan dan Fathan baik-baik saja bahkan keduanya semakin mesra."Sial," gerutu Rima dalam hati"Gitaaaa ..." teriak Gea saat melihat Gita datang bersama Fathan dan Intan."Sudah siap?" tanya Fathan dengan penuh kasih sayang pada Gea."Siap dong pa," Jawab Gea semangat."Gea sarapan dulu," ujar Rima."Gak mau Tante, nanti aja," jawab Gea sambil melewati Tantenya."Emang Gea belum sarapan?" tanya Fathan."Belum pa," jawab Gea sembari cengengesan."Ya udah, nanti sarapan sama papa, mama sama Gita, ya," timpal Intan sembari menuntun tangan Gea."Kita pergi dulu ya, titip salam sama ibu dan bapak," kata Fathan lalu mereka bersama-sama masuk mobil."Iiihhhhh ... kenapa sih kok mereka gak berantem? Kenapa mereka kok diem-diem aja sih? Oooo ... jangan-jangan si Intan emang
"Apa maksud mbak Rima?" tanya Intan sambil menautkan alisnya."Tuh ... mas Fathan itu pernah bilang kalau dia gak cinta sama kamu. Dia menikahi kamu cuma khawatir aja sama masa depannya Gita," ujar Rima sembari menaruh sebuah foto di atas meja lalu ia kembali bersidekap dengan menyilangkan tangan di dada.Intan mengambil kertas foto yang sengaja di perlihatkan oleh Rima kepadanya.Wanita itu membulatkan matanya saat melihat foto yang tak pernah dia sangka sebelumnya, Intan menutup mulutnya saking terkejut dan tak percaya atas apa yang di lihatnya."Gak mungkin .... Astaghfirullah," lirih Intan, butiran bening terjatuh dari mata lentiknya.Sementara Rima tersenyum puas melihat Intan mengeluarkan airmata. Dia yakin Intan akan marah besar pada Fathan karena foto itu."Mungkin aja ... kamu terlalu percaya sama suami kamu, padahal di luar dia tak sebaik yang kamu kira, oh ya Tan, ngomong-ngomong mas Fathan hebat juga ya, aku jadi ke
Duuuttt ....Tiba-tiba perut Rima bergejolak, rasanya mulas, panas dan perih. Wanita itu segera berlari ke toilet.Sialnya ada orang sedang buang hajat di toilet rumah Intan. Rima terus menggedor pintu karena dorongan di perutnya semakin kuat. Keringat dingin sudah mengucur dari dahinya."Buruan dong!" pinta Rima. Namun sepertinya orang di dalam toilet tak menghiraukan kegelisahan Rima.Wanita itu berlari ke rumah Bu Ida-- tetangganya Intan. Di perkampungan biasanya jika ada yang mengadakan hajatan maka rumah tetangga akan ikut ramai."Mamaaaa ... Mau jajan," pinta Tari, ia mengejar Rima yang berlari ke arah rumah Bu Ida sembari memegang perutnya."Nanti aja!" tolak Rima, ia sudah tak kuat menahan dorongan di perutnya hingga lari terbirit-birit.Namun Tari justru menarik lengan Rima dan menahannya."Mama jajan ... Mama jajan ... Mama jajan ...mau boneka di Abang depan," rengek Tari sembari bergelayut di tangan ibu
Segala pernak-pernik Pernikahan Intan dan Fathan sudah di siapkan. Keduanya bahagia karena akhirnya cinta mereka bisa di persatukan dengan ikatan suci.Di sepertiga malam Fathan menggelar sajadah, dia bersyukur tak hentinya pada sang kuasa karena do'a yang dulu selalu ia lantunkan Allah kabulkan.Allah selalu mendengar do'a setiap mahluk. Karena Allah adalah sebaik-baik pengijabah segala pinta. Hanya saja Dia akan mengabulkan setiap permohonan setiap hamba pada waktu yang telah di tentukan, Dia yang maha tau atas apa yang setiap manusia butuhkan, bukan inginkan.Setelah melipat sajadah dan menaruh kembali ke tempat semula, Fathan berjalan perlahan, ia mengambil sebuah album foto di dalam laci.Fathan membuka lembar demi lembar album foto itu. Di lembar pertama ia melihat foto dirinya bersama Bayu sedang mencium pipi ibunya bersama-sama. Foto itu telah sedikit memudar karena di ambil saat Fathan masih remaja.Dia membuka ke
"Innalilahi wa innailaihi Raji'un," gumam Intan lirih.Intan gegas menelpon Rima untuk menanyakan kebenaran kabar meninggalnya Rena."Assalamualaikum Rima, apa benar kabar tentang Rena?" tanya Intan dengan perasaan tak menentu."Iya mbak, betul hu ... hu ..." jawab Rima di sebrang sana. Ia menangis tersedu."Kalau boleh tahu kenapa? Tadi siang dia bantu aku selamatkan Gita?" tanya Intan tak percaya."Mbak Rena meninggal waktu shalat ashar di masjid, aku juga gak tahu persis kenapa, sekarang masih di periksa juga. Tapi kata saksi mbak Rena shalat berjama'ah sama dia, pas salam tahunya dia masih sujud, pas di sentuh ternyata udah gak ada," ungkap Rima dengan suara serak lantaran terlalu banyak menangis.Intan terkejut dengan ucapan Rima, menurut Intan, kematian Rena adalah kematian terindah.Kematian adalah sebuah misteri, jangan berbangga jika merasa hari ini menjadi diri yang sangat religius, karena jika niatnya bu
"Yang benar Gea?" tanya Rena dengan wajah pias."Iya ma, waktu Gea main pernah denger om Thariq bilang sama orang katanya mau jual Gita, terus Gea lari mau kasih tahu Gita, tapi ada mobil kenceng banget tabrak Gea," jawab gadis itu sembari mengingat-ingat."Astaghfirullah, kalau begitu Gita dalam bahaya, mama telpon papa Fathan dulu ya," ujar Rena lalu di balas anggukan oleh Gea.Gea memang sombong, tapi sebenarnya dia masih mempunyai sedikit kebaikan dalam hatinya, apalagi kini hanya Gita yang mau menemaninya saat dia tak lagi memiliki uang jajan karena perceraian Rena dan Fathan.Rena gegas mengambil ponsel yang tergeletak di atas nakas, dia langsung mencari kontak Fathan namun nomornya tak aktif.Rena semakin gelisah, ia mencari kontak Intan namun nomor Intan sulit sekali di hubungi. Wajah Rena semakin pias, hatinya sangat gelisah.Berkali-kali Rena menghubungi nomor Intan dan Fathan bergantian namun nomor keduanya tetap tak
Fathan gegas ke rumah Intan, ia amat khawatir terjadi sesuatu hal yang buruk pada keponakannya."Semoga Gita baik-baik saja ya, mas," ujar Rena saat Fathan hendak pergi.Lelaki itu hanya tersenyum sembari menganggukan kepala pada Rena.Sementara Rena menatap nanar kepergian mantan suaminya, lelaki yang dulu begitu memuja dan memperlakukannya bak ratu, namun karena kebodohannya dia telah kehilangan cinta sucinya.Rena gegas masuk lagi ke ruang di mana Gea di rawat, Gea masih tertidur nyenyak di ranjangnya.Rena mengambil air wudhu dan membentangkan sajadah untuk shalat Dhuha. Sejak Gea sakit dia sering sekali mendengar ceramah via YouTube untuk menguatkan hatinya, ia juga sering bertanya tentang tauhid pada orang yang ia anggap mempunyai ilmu yang mumpuni.Rena senang karena kemarin saat Intan di rumah sakit dia sudah meminta maaf pada mantan kakak iparnya itu, dia juga meminta maaf pada Gita karena sudah mencelakainya.R
"Permisi ... Assalamualaikum," teriak Bayu di depan pagar gerbang sebuah rumah besar berlantai dua.Sudah berkali-kali Bayu mengucap salam sembari mengadukan tembok dengan besi gerbang agar menimbulkan suara hingga ada orang ke luar.Sebelumnya ia menekan bel, namun ternyata bel rusak dan tak berfungsi.Hampir setengah jam Bayu menunggu seseorang untuk keluar rumah, namun tak ada satu orangpun yang datang.Padahal gerbang tak di kunci, tapi pantang bagi Bayu untuk masuk sebelum mendapatkan izin sang punya rumah, meski itu hanya sekedar memasuki pagarnya saja. Almarhum ibunya mengajarkan ia sopan santun yang sangat tinggi.Berkali-kali-kali ia menelpon pelanggan bernama Thariq yang memesan makanan melaluinya, namun tak juga di angkat.[Mas di mana? Ayo buruan, nanti aku telat]Ponselnya berdenting, sebuah pesan dari Fathan, adik yang sangat ia sayangi. Hari ini ia berjanji akan bertemu Fathan untuk memberikan surat