Di dalam kamarnya yang selalu ia rindukan selama berada di Eropa, Kensky tampak cantik dengan balutan gaun putih panjang bertali satu. Karena tahu Dean suka dengan warna putih, ia sengaja memilih gaun itu untuk pertemuannya kali ini.
Meski hampir setiap hari mereka bertemu, tapi Kensky ingin sesuatu yang beda di pertemuan mereka kali ini. Apalagi malam ini mereka akan bertemu layaknya pasangan yang sudah dijodohkan. Jadi Kensky berusaha sebaik mungkin agar tidak kelihatan seperti karyawan Dean.
Dan begitu pikirannya teringat pada lelaki itu, saat itulah Kensky meraih ponsel dan menghubunginya. Dengan senyum manis ia menempelkan ponsel ke telinga sambil menatap diri di cermin.
"Nomor yang Anda tuju sedang tidak aktif atau berada di luar jangkauan, cobalah___"
Tut! Tut!
Kensky memutuskan panggilan. "Kok ponselnya tidak aktif?" katanya pelan. Ia mencoba lagi. Jika tadi wajahnya tersenyum saat menatap cermin, kini wajah cantik itu berkerut saat balasan
Kensky ternganga. Ia menatap Rebecca dan Soraya secara bergantian. "Aku tak menyangka kalian setega ini padaku," katanya dengan suara parau."Sky, mama bisa menjelaskannya. Ini semua mama lakukan ada alasannya, Sky."Kensky menggeleng. "Apa pun alasannya Mama tetap jahat. Aku tak menyangka ternyata Mama sangat kejam daripada iblis. Selama ini Mama pura-pura baik, tapi ternyata___""Sky," sergah Rebecca. Wajahnya pucat dan nyaris menangis, "Mama tidak bermaksud melakukan ini, Nak. Ini semua ide Soraya."Mendengar namanya disebut membuat Soraya panas. "Apa-apaan Mama, hah? Bukannya Mama sendiri yang ingin menjadikan Dr. Harvey sebagai lelaki yang dijodohkan ayah pada Kensky? Kenapa sekarang malah aku yang dituduh?" Soraya menatap Kensky, "Aku memang berniat ingin mencomblangkanmu dengan Dr. Harvey, tapi ide untuk membuat Dr. Harvey sebagai lelaki yang dijodohkan oleh ayah itu idenya mama, bukan aku."Rebecca tak bisa menjawab. Dengan keadaan terpaksa
"Dulu saat belum menikah, orangtuaku punya usaha ternak sapi di Texas. Usaha itu berkembang dengan baik. Tapi aku anak yang malas, suka tidur-tiduran dan mabukkan. Aku tidak pernah bekerja dan membantu mereka. Tapi meskipun begitu, mereka tidak marah padaku. Justru mereka memanjakanku dan memberikan semua yang kuinginkan. Dan begitu lulus sekolah, aku meminta pada mereka untuk memasukanku ke Universitas terbaik. Mereka mewujudkan impianku itu dan di situlah pergaulanku semakin buruk. Aku bahkan tidak pernah pulang untuk mengunjungi mereka. Aku sering bolos kelas dan mabuk-mabukkan di kontrakan bersama temanku yang lain."Sampai akhirnya aku di DO oleh rektor karena sebulan aku tidak masuk kuliah. Orangtuaku dipanggil menghadap. Tapi ketika dalam perjalanan ke sini menggunakan mobil berdua, mobil mereka bakutabrak dengan truk hingga jatuh ke jurang. Aku tidak tahu kejadian itu sama sekali, sampai akhirnya si rektor menyuruhku secara langsung untuk menjemput kedua orangtuaku da
Kensky terkejut. "Berarti itu alasannya kalian bilang papi meninggal?""Benar, karena kami pikir ayah sudah tidak akan kembali lagi," kata Soraya. Ia ingin menangis, tapi airmatanya tak bisa keluar karena memang hatinya baik-baik saja.Kensky beranjak dan turun dari kasur. "Kalian dan Dean ternyata sama saja. Kalian jahat! Kau dan mama sama-sama jahat!""Kensky! Kensky!" Soraya terus memanggil, tapi Kensky tak peduli. Gadis itu keluar kamar dengan emosi yang meluap-luap, sedangkan Soraya yang masih berdiri di kamar itu kini tersenyum lebar."Akhirnya aku bisa memisahkan kalian. Dean, Dean, inilah akibatnya karena kau terus menolakku. Kensky pasti akan membencimu."Di sisi lain.Dengan air mata yang masih menetes Kensky menuruni tangga. Langkahnya cepat dengan tangan yang memegang pembatas tangga."Sky," panggil Rebecca.Langkah Kensky terhenti. Ia menatap wanita itu dengan tatapan garang. "Kalian semua sama. Kau, Soraya dan Dea
Tanisa terkejut. "Jahat sekali mereka berdua. Lalu, apa kau tidak periksa di mana mereka menyembunyikan ayahmu?"Kensky menarik napas panjang. "Itu dia, Tan. Mungkin kalau tidak ada kejadian ini, aku tidak akan tahu kalau selama ini ayahku menghilang."Lagi-lagi Tanisa terkejut. "Ayahmu hilang? Kenapa bisa? Bukankah kau bilang ayahmu sudah lumpuh?"Kensky mengangguk pelan. "Jadi, tujuan Rebecca dan Soraya menyuruhku datang karena ingin mempertemukanku dengan lelaki pilihan mereka. Lelaki itu dokter yang tempo hari merawat Soraya waktu jatuh dari tangga.""Ya, ampun. Benar-benar kelewatan mereka. Terus, terus?""Saat itu aku kaget kenapa yang muncul bukan Dean. Sebelum itu aku juga menghubunginya untuk memastikan, setidaknya aku bisa memancing dengan alasan apa kek. Kalau dia menolak ingin bertemu, berarti kemungkinan karena dia ingin menghadiri pertemuan itu, kan? Tapi begitu kuhubungi, kontaknya tidak aktif. Aku berpikir mungkin dia sengaja melaku
Apa yang dikatakan Tanisa benar. Sikap dan perilaku Dean terhadapnya sungguh berbeda dengan sikap lelaki itu pada Soraya. Jika benar Dean tidak mencintainya, lelaki itu tidak akan mungkin mengajaknya ke pesta ulang tahun Mr. Stewart, ibu Dean yang notabene adalah owner Kitten Group."Lalu, aku harus bagaimana?" tanyanya pelan."Temui dia. Minta penjelasan padanya, terutama soal hubungan kalian. Kalau memang Dean tidak mencintaimu, sudah pasti dia akan minta putus dan meninggalkanmu. Lagi pula kalian kan belum melakukannya, jadi aku rasa kau tidak butuh lama untuk mengobati sakit hatimu itu jika hubungan kalian berakhir.""Tapi kalau dia ingin bertahan denganku, bagaimana?""Minta dia jujur soal hubungannya dengan ayahmu dulu. Kalau perlu kau suruh dia jujur semuanya."Kensky bernapas lega. "Untung ada kamu, Tan. Tadi aku sempat marah dan sangat membencinya. Aku bahkan berencana akan resign dan tak mau lagi menemui dia."Tanisa tersenyum. "It
Tak ingin Kensky menunggu lama, Eduardus meninggalkan mension itu untuk mencari taksi. Sambil menunggu ia terus bertanya-tanya siapa orang yang begitu baik padanya."Kenapa dia menolongku dari maut? Dan kenapa dia menyuruh orang untuk merawatku hingga sembuh?"Eduardus terus memikirkan tentang siapa orang itu hingga tak terasa taksi pun datang. Ia segera naik dan mengatakan pada supir soal alamat tujuannya.Di sisi lain.Karena pusing semalam Kensky tidak mengangkat teleponnya, Dean tidak tidur demi menunggu panggilannya direspon. Tapi nyatanya sampai matahari sudah tinggi pun Kensky tidak merespon panggilannya.Dengan kondisi lemas ia berdiri. Tapi belum sempat melangkah, tubuh Dean terhuyung hingga kembali terduduk."Bos, Anda tidak apa-apa? Mungkin pengaruh karena Anda tidak tidur semalaman. Apalagi semalam Anda tidak makan."Dean memijat kepalanya. "Kensky, Matt. Dia ke mana? Aku ingin bertemu dengannya. Dia tidak membalas telepon
Eduardus terkejut. "Rebecca sangat keterlaluan. Dia bilang padaku bahwa semua ini perbuatan Dean."Mr. Pay tersenyum. "Maaf, tapi bukannya saya ingin menuduh istri Anda. Yang lebih membuat saya yakin jika semua ini perbuatan istri Anda karena setiap kali ingin mencari Anda di rumah, beliau selalu banyak alasan. Begitu juga dengan orang kantor, ketika mereka ingin datang ke rumah untuk membesuk Anda, istri Anda melarang kami dengan alasan Anda sedang sekarat dan tidak boleh diganggu."Eduardus menggeleng-geleng kepala."Nomarlnya ... kalau memang ini semua perbuatan pak Dean, tidak mungkin beliau akan mengatakan masalah ini kepada saya yang selaku kuasa hukum Anda. Dan jika memang istri Anda benar-benar mencintai Anda, beliau tidak mungkin melakukan ini semua hanya karena uang. Sudah jelas istri Anda lebih memilih uang daripada Anda."Eduardus tampak berpikir. Benar juga. Kalau Dean ingin balas dendam, kenapa dia harus menceritakan masalah ini kepada Mr. P
Kensky menatap tajam. "Jika aku jadi Dean, aku tidak akan pernah memaafkan Papi."Eduardus menatap sedih. "Itu memang sepantasnya, Sky. Anak mana yang rela melihat ibunya disiksa oleh lelaki yang bukan ayahnya sendiri," katanya pelan. Ia menatap Kensky, "Itu sebabnya papi ingin bicara denganmu. Jika memang Dean menginginkan Kapleng Group dan rumah ini, papi akan ikhlas dan mau menjualnya kepada Dean. Berapa pun yang dia bayar, papi akan menerimanya. Setidaknya uang itu bisa kita gunakan untuk membeli rumah baru."Mendengat kata rumah membuat Kensky teringat sesuatu. "Tapi, Pi ... sertifikat rumah ini pada Mr. Lamber.""Mr. Lamber? Siapa dia?""Katanya pengacara Papi. Dia datang tempo hari ke sini dan membawa bukti pernyataan, bila mana Papi punya hutang pada Dean. Dan jika hutang itu tidak lunas, maka Kapleng Group akan menjadi jaminannya."Mata Eduardus melotot. Ia berdiri dan menghadap lain. "Rebecca! Rebecca!"Suara bariton Eduardus. mamp
Kensky bergairah. Dari awalnya hanya iseng saat mulutnya yang kecil mengulum pucuk buah dadanya Dean, kini sambil memejamkan mata ia memindah posisi dan berlutut di hadapan lelaki itu. Tangannya yang halus dengan lembut bergerak ke arah handuk dan melepaskannya. Dean terkejut. Dengan mata sayu ia menatap Kenksy yang sedang menyerang perutnya dengan kecupan-kecupan kecil hingga membuatnya terasa nikmat. Kensky yang semakin lama dilanda gairah ketika merasakan elusan lembut dari tangan Dean, kini menunduk dan melihat bagian yang mengeras dan tegas. Ia terkejut melihat bagian itu untuk pertama kalinya yang ternyata lumayan panjang dan berisi. Sambil menatap Dean ia tersenyum dan berkata, "Ini ukuran yang sangat menakjubkan, Dean." Lelaki itu mencondongkan badan dan melumat bibir Kensky. Setelah puas saling melumat, mereka melepaskan bibir dan saling bertatap. "Kau tidak perlu melakukannya, Sayang."
Di dalam kamar vila mewah dan terbesar di Amerika, Dean sedang berdiri sambil menghadap jendela kaca dengan tubuh yang hanya mengenakan celana pendek. Tubuh bagian atasnya terbuka, sedangkan sebelah tangannya menahan ponsel yang menempel di telinga."Maafkan aku, Dean. Padahal aku dan istriku ingin sekali menghadiri pernikahanmu, tapi kakak iparku mendadak menyuruh kami ke Rusia pagi tadi. Mertuaku meninggal, karena kecelakaan.""Aku turut berduka cita. Kapan pemakamannya?""Terima kasih, Dean. Pemakamannya besok. Anak-anaknya ingin mempercepat pemakaman, karena bagian tubuhnya hancur. Jadi mereka tidak mau menahan jenazah-nya lebih lama lagi.""Maafkan aku, Mister. Aku ingin sekali hadir ke pemakaman itu, tapi Anda sendiri tahukan?""Aku mengerti, Dean. Tapi ngomong-ngomong soal vila, kau suka kan tempat itu, kan? Aku sengaja memberikan kamu vila di atas puncak biar kau bisa men
"Enam sembilan?""Iya," balas Tanisa, "Tunggu di sini. Aku akan mengambil laptop dulu."Kensky menatap bingung ke arah Tanisa yang kini berjalan memasuki kamarnya."Kau harus melihat ini, Sky," kata Tanisa yang tiba-tiba muncul sambil membawa laptop. Ia duduk di sebelah Kenksy kemudian mengotak-atik benda itu, "Ini adalah situs terbaik yang pernah aku lihat."Zet!Kensky terkejut. "Kau sering melihatnya di situs ini, ya?"Tanisa tertawa. "Memangnya kenapa? Kan mencari pengalaman bukan harus mempraktekkannya saja. Sama seperti sekolah, kita akan mendapat materi dulu, baru dipraktekkan. Bukan begitu?"Kensky terdiam karena apa yang dikatakan Tanisa ada benarnya. Ia tidak perlu bercinta dulu baru mendapatkan pengalaman, tapi hanya dengan berbagi pengalaman bersama Tanisa dan melihat video di situs itu sudah cukup bagi Kensky untuk mempraktek
Mata Dean berubah sayu. Perlahan ia mulai membuka kancing kemeja Kensky hingga semuanya terlepas. Setelah semua kancing terlepas, ia membuka lebar kemeja itu hingga terlihat bagian suburnya yang tegas. Perlahan Dean membenamkan wajah di sana untuk menghirup aroma di balik pelindung tipis yang masih melekat di tubuh Kensky.Gadis itu mendesah saat Dean menyentuh bagian itu dengan lidahnya. "Dean ...."Lelaki itu mendongak menatap wajah Kensky. Tangannya perlahan menyusup ke balik punggung untuk membuka pengait yang menghalanginya.Kensky pasrah dan sama sekali tidak mengalihkan pandangan dari wajah Dean. "Aku ingin sesuatu yang beda di malam pengantin kita nanti."Tepat di saat itu pengait bra gadis itu terlepas. Sambil mengangkat pelindung itu dengan pelan ia berkata, "Kau ingin apa?" Dean menunduk dan mencium pucuknya yang berwarna cokelat.Kensky memejamkan mata sambil mengusap
Dengan perasaan sedih dan bahagia Eduardus mengangguk. Ia bahkan tak bisa mengeluarkan suara, akibat air mata yang kini membasahi pipinya.Mata Kensky ikut berkaca-kaca. "Apa itu artinya Papi menerima lamaran ini?"Eduardus menarik cairan hidungnya. "Tentu saja. Tentu saja, Sayang. Papi menerima lamaran Dean merestui hubungan kalian."Dengan cepat Kensky beranjak dari sofa dan mendekati ayahnya. Mereka saling berpelukan dan menangis bersama. "Terima kasih, Pi. Terima kasih karena Papi telah mengijinkan Dean menjadi suamiku."Mrs. Stewart ikut menangis. Dalam hati ia bertanya-tanya, "Jika Eduardus tahu kalau Kensky adalah cucu kandungnya, apakah dia akan menerima Dean sebagai suami Kensky?"Dean yang duduk sambil menatap mereka pun sama pemikiran. Ia bertanya-tanya dalam hati, "Seandainya Eduardus tahu aku punya hubungan dengan keluarga Barbara, apakah dia akan menerima lamaranku
Seminggu pun berlalu. Kensky yang seharusnya sudah kembali ke Eropa akhirnya tertunda akibat permintaan Dean."Aku terlalu lama di sini. Kalau aku lebih lama lagi, yang ada pekerjaanku semakin tertunda. Aku tidak mau meskipun kau pacarku, tapi melalaikan tugas sebagai karyawanmu."Dean tersenyum sayang. Saat ini mereka sedang berada di restoran langganan sambil menikmati makan siang. "Kau tidak perlu khawatir, aku sudah menghubingi Mr. Bon dan menyuruhnya untuk menangani semuanya. Kau tenang saja.""Aku tidak ingin mereka menganggap aku dispesialkan olehmu, Dean. Aku tidak ingin mereka menilai bahwa kau membeda-bedakan karyawan."Lelaki itu menyudahi makannya. "Kenapa kau harus khawatir? Kau kan memang orang yang spesial bagiku dan Kitten Group. Hanya saja mereka tidak tahu bahwa kaulah pemilik Kitten Group yang sebenarnya, bukan aku."Kensky menatap haru. Perlahan ia meraih sebe
Ekspresi Dean langsung berubah. "Saat malam ulangtahunmu yang ketujuh tahun, ibumu menemuiku waktu itu."Kensky tampak berpikir. "Kalau itu aku ingat, tapi mami tidak bilang kalau mau ke mana.""Malam itu dia datang untuk meramaikan acara yang aku, kakek da nenekmu laksanakan demi memperingati hari ulangtahunmu. Jadi setiap tanggal lima belas juni, kami merayakan ulangtahunmu tanpa kau ketahui."Mata Kensky kembali berkaca-kacaa. "Benarkah?"Dean tersenyum. "Iya. Dan saat itulah kami sepakat membuat ulang tahun Kitten Group tepat di tanggal yang sama dengan tanggal kelahiranmu.""Ya, Tuhan. Jadi barusan peringatan itu bukan karena ulang tahun kantor?""Iya, tapi peringatan untuk tanggal kelahiranmu. Dan itu tidak ada yang tahu kecuali aku dan semua keluargamu."Kensky kembali menangis. "Aku tak menyangka, ternyata keluarga mami tidak pernah melupakanku
"Dean, kumohon kabulkanlah permintaanku ini . Mungkin bagimu ini sangat tidak mungkin, tapi hanya kamulah orang yang kupercaya. Kumohon, Dean. Berjanjilah padaku bahwa kau akan menikah dengan Kensky. Hanya kau laki-laki yang kupercaya untuk menjaganya. Aku tak peduli kau mau atau tidak, pokoknya yang aku tahu Kensky harus menikah denganmu. Aku tak peduli bagaimapun caramu mendapatkannya, pokoknya kau harus menikahinya. Dan aku harap setelah membaca surat ini, kau mau berjanji dan melakukan apa yang sudah aku minta. Bertanda tangan, Barbara Stewart."Zet!Lagi-lagi Kensky terkejut. "Nama belakang mami Stewart?""Iya.""Sumpah, selama ini aku tidak tahu nama belakang mami. Yang aku tahu nama mami hanyalah Barbara Oxley."Dean mengusap pipi Kensky. "Kau ingat wanita yang kuceritkan padamu tempo hari ... wanita yang telah menolongku di depan tokonya?""Iya."
Tanpa berkata apa-apa lagi Kensky pun langsung berdiri dan memeluk Dean. "Aku juga sangat merindukanmu.""Cium aku," kata Dean.Kensky melepaskan pelukannya dan menatap Dean. "Cium?""Iya."Kensky mendunduk dan mencium dahi Dean. "Sudah.""Bibir."Wajah Kensky berubah merah. "Ini rumah sakit, Dean. Kalau perawat datang dan memperkogi kita, bagaimana?""Ini sudah larut, mereka tidak akan datang.""Tapi___""Sudah, cepat. Jangan membantah."Dengan malu-malu Kensky pun mendudukkan tubuhnya di atas ranjang. Perlahan ia menunduk kemudian mencium Dean.Lelaki itu tak hanya diam. Tangan sebelahnya terulur dan menehan kepala Kensky lalu membalas ciuman Kensky. Ciuman yang awalnya hanya sebuah kecupan lembut, berubah menjadi lumatan yang penuh perasaan.&nbs