Home / Romansa / My love My neighbour / 8. Farhan Merapat

Share

8. Farhan Merapat

Author: Alif Khan
last update Last Updated: 2021-03-29 10:16:28

Setelah menghabiskan seluruh makanan di atas meja, mereka pulang. Selama di perjalanan, Arini dan Tio diam seribu bahasa. Lelaki yang disukai Arini itu terlalu pendiam. Terkadang membuat gadis itu sulit mengerti apa yang sedang dipikirkan olehnya.

“Tio, memangnya kamu ingin ikut festival di mana?” tanya Arini membuyarkan keheningan.

“Oh, aku akan mengikuti festival di Jepang. ‘Shorts Shorts Film Festival’ kamu tahu, kan,” tutur Tio sambil tersenyum manis.

“Ah serius mau ikutan festival itu?” Mata Arini terbelalak dengan membuka mulutnya lebar-lebar.

“Serius.” Menganggukkan kepala.

“Semoga saja film kita masuk nominasi,” harap Arini berbunga-bunga.

“Amiin, aku pun berharap demikian.” Tio menepikan mobilnya. Akhirnya dia sampai di depan gerbang rumah Arini.

Tio kembali membukakan pintu mobil untuk Arini. Saat Tio melakukan hal itu, Ibu Arini melihat semua kejadian itu. Dia merasa bersalah pada anaknya ini jika tahu apa yang sudah orang tuanya rencanakan.

Terlihat jelas wajah Arini sangat cerah, anak dokter itu memang sangat tampan. Tidak heran jika wanita manapun yang melihat paras tampan seperti itu pasti menyukainya. Terlihat juga ada raut gembira di wajah tampan itu. Apakah keputusannya akan tepat?

Tio melihat Ibu Arini berdiri di depan pintu. Dia tersenyum sambil membungkukkan sedikit tubuhnya. Ibu Arini mengangguk sambil tersenyum simpul. Tio kembali ke rumahnya dan Arini pun sudah bersiap diberondongi pertanyaan seputar Tio.

“Rin, Ibu mau minta bantuan kamu,” ucap Ibu Arini sambil meraih putri semata wayangnya.

“Iya Bu,” jawab Arini. Dia menyimpan tasnya lalu mengikuti Ibu menuju dapur. Mereka berdua duduk di meja makan. Ibu Arini menuangkan air minum untuk Arini.

“Rin,” panggil Ibu Arini. Wajahnya terlihat sangat serius, seperti ada sesuatu hal yang pasti membuatnya resah.

“Iya Bu,”

“Sepertinya kamu dekat dengan anak sebelah, apa kamu berpacaran sama dia?” tanya Ibu Arini sambil memegang cangkir di atas meja.

Sudah kuduga Ibu akan mengatakan hal demikian

“Aku tidak berpacaran sama Tio, Bu,” jawab Arini sambil menundukkan pandangannya.

“Terus apa kamu menyukai anak itu?” Ibu Arini ingin memastikan.

“Kenapa Ibu tanya hal itu? Arini baru saja bertemu dia kembali setelah lima tahun tidak bertemu,” jelas Arini. Tangannya terus menggosok paha, sesekali juga dia menggoyangkan sebelah kakinya.

“Apa dia mantan kamu?”

“Bukan, dia hanya lawan main Arini waktu audisi pertama. Sejak saat itu Arini nggak pernah ketemu lagi,” jawab Arini kembali. “Sebenarnya ada apa sih Bu?” lanjutnya.

“Tidak,” jawab Ibu Arini singkat. Dia terdiam lalu beranjak dari kursi dan pergi ke halaman belakang rumah.

Arini semakin mencurigai tindak-tanduk ibunya. Dia ingin mengejar tetapi urung karena semakin banyak bertanya semakin rumit pula jawabannya. Akhirnya dia kembali ke kamar.

Tidak lama, ada suara ketukan pintu. Arini membukakan pintu dan melihat Farhan berdiri sambil membawakan sebuah buket bunga cantik. “Farhan, ada apa kamu ke sini?” tanya Arini sambil mempersilakan Farhan masuk.

“Kamu sudah pulang,” ucap Farhan tidak menjawab pertanyaan.

“Iya baru selesai syuting. Kamu dandan rapi mau apa? Wah mau apelin pacar kamu ya,” terka Arini sambil mengacungkan jari telunjuk kea rah Farhan.

“Ih, apaan. Aku nggak apelin pacar. Aku tadi diberi ini sama muridku,” jawab Farhan.

“Oh gitu, ya udah bunganya buat aku aja. Kamu kan laki-laki buat apa bawa-bawa bunga,” pinta Arini dengan polosnya.

“Ya udah ini buat kamu.” Menyerahkan buket bunga ke tangan Arini.

“Eh, Farhan aku nggak pernah lihat ada foto cewek lain di kamarmu, kenapa?” tanya Arini penasaran.

“Hahaha, aku nggak suka foto. Ya foto di kamarku kan itu semua pemberian kamu jadi kupanjang saja,” jawab Farhan takut ketahuan.

“Oh iya, aku ada sesuatu buat kamu Han.” Arini pergi menuju kamarnya. “Eh, sekalian saja kamu bantu aku,” ajaknya.

Farhan mengikuti Arini ke kamarnya. Kamar Arini masih seperti dulu, tidak berubah. Foto dirinya dan Arini pun masih terpajang cantik di atas meja belajar. Ternyata wanita itu tidak pernah melupakannya. “Rin, fotoku masih kamu pajang aja. Memangnya cwok kamu nggak marah?” tanyanya.

“Ah, aku nggak punya pacar Han. Kamu tau kan Erik Mahesa,” ucap Arini.

“Iya, dia pernah menjadi lawan main kamu kan,” jawab Farhan sambil duduk di tempat tidur Arini.

“Aku sama dia berpacaran lama, hampir tiga tahun,” jawab Arini.

“Oh iya benar, aku tahu pernah ada gossip tentang itu. Jadi itu benar?” tanya Farhan.

Arini mengangguk, matanya berlinang, tidak kuasa menahan rasa sakit hatinya. Meskipun dia sudah tidak mencintai Erik, tetapi rasa sakit itu masih ada.

“Dia selingkuh ya,” ucap Farhan. Arini mengangguk. “Dia melakukan hubungan suami istri dengan Susan. Saat itu aku hancur banget, Han.” Menghapus air matanya sendiri.

Farhan berdiri, dia lalu berjongkok di hadapan Arini. Menengadahkan kepala, matanya tertuju langsung pada Arini. “Aku yakin kamu bisa bahagia,” Farhan menyemangati Arini. Dia menghapus air mata Arini yang masih membasahi pipinya.

“Farhan, Kenapa kamu belum punya pacar? Padahal kamu tampan,” tanya Arini.

“Aku nunggu kamu,” jawab Farhan serius.

“Hah.” Arini membuka matanya lebar-lebar.

Farhan meraih jemari Arini dengan erat. Dia usap punggung tangannya lalu dia taruh telapak tangan Arini ke dadanya.

Arini menelan saliva, jantungnya berdebar lebih kencang dari biasanya. Rasanya sangat aneh ketika Farhan melakukan itu.

“Hahahaaha, jangan bercanda,” elak Arini sambil  menepuk bahu sahabatnya.

Farhan bergeming. Dia tidak sedang bercanda. Tidak pernah ada keraguan dalam hatinya untuk mencintai sahabatnya.

Arini tidak bisa berkata-kata. Selama ini memang tindakan dan juga perhatian sahabatnya itu melebihi dari esensi seorang teman pada umumnya. Tidak bisa dipungkiri, selama dia bersahabat dengan Farhan, perhatian yang diberikan lelaki itu sangatlah besar. Bahkan orang sekitarnya merasa jika ada hubungan yang lebih dari seorang teman. Akan tetapi Arini selalu menyangkalnya. Bukan karena dia tidak menyukai Farhan, dia takut jika dia sudah terlalu percaya diri Farhan menyukainya, tetapi Farhan hanya menganggap teman saja.

“Aku tidak akan memaksa, kita akan tetap menjadi seorang teman. Terlepas kamu menolakku atau tidak,” ucap Farhan.

Arini mencoba menarik garis bibirnya ke atas. “Iya, kita kan sahabat sudah lama. Namanya pernah menyimpan rasa tidak aneh kan. Kamu lelaki, aku perempuan ya saling suka kan wajar,” jawab Arini mencoba tenang.

“Pokoknya kamu harus semangat. Kalau kamu mau meraih cita-citamu, aku akan selalu dukung kok,” ucap Farhan. Raut wajahnya kembali seperti biasa. Arini mulai merasa nyaman lagi setelah dia tadi merasa kikuk

Related chapters

  • My love My neighbour   Terciduk

    Ibu Arini mencari putrinya. Dia mendapati Farhan dan Arini sedang di kamar berdua sambil berpegangan tangan. Dalam pikirannya menjadi semakin berkecamuk. Apakah putrinya dan Farhan sudah saling menyatakan perasaan. “Rin, kamu sedang apa sama Farhan?” tanya Ibu Arini sambil bersandar di kusen pintu. “Rini tadi kelilipan, jadi Farhan bantu tiup,” jawab Arini berbohong. Farhan ikut menganggukkan kepala, menyetujui ucapan Farhan. Jelas mereka berdua sedang berbohong, tidak mungkin kelilipan tapi pegangan tangan. Berarti hubungan mereka kini lebih dari sekedar teman, dalam hatinya. “Ya sud

    Last Updated : 2021-03-30
  • My love My neighbour   Ada Yang Kepanasan

    Mata Arini langsung terbelalak saat bibir Farhan membentur bibirnya. Hangat bagi Farhan, menyakitkan untuk Arini. Lelaki itu terkejut lalu bangkit dari tempat tidur. Dia melihat ada luka di bibir Arini. Benturan yang keras menyebabkan bibirnya terkena gigi. “Ish! Farhaaan!” kesal Arini sambil memegangi bibirnya yang terasa perih. Farhan menyeringai, dia tidak sengaja melukai Arini. Tangannya mengatup memohon ampun. “Rin, aku minta maaf, tidak sengaja,” sesalnya. “Pergi!” Arini mengacungkan kepalan tangannya. Dia ingin Farhan segera pergi dari kamarnya. Farhan tersenyum malu sekaligus merasa bersalah. Ciuman pertamanya tidak terduga. Dilakukan dengan cara yang aneh dan meninggalkan bekas. Farhan memegangi dadanya yang terus berdebar. 'Seharusnya ini dilakukan dengan cara yang lebih manis lagi,' sesalnya dalam hati. * Keesokan harinya,  

    Last Updated : 2021-03-31
  • My love My neighbour   11. Farhan Jangan Mendekat!

    Terbang, Arini merasakan tubuhnya seperti melayang di udara. Matanya yang tadi masih terpejam kini terbuka dengan perlahan. Sekilas dia melihat sosok Erik, dia mengedipkan kelopak matany berkali-kali untuk memastikan jika itu tidak mungkin terjadi. Arini kemudian mendapatkan penglihatannya dengan jelas. Lelaki yang dia lihat bukanlah Erik melainkan Farhan. Bola mata Arini lalu berputar, melirik ke kiri, dia tidak sedang berjalan. Ternyata dia sedang digendong oleh Farhan. Arini berpura-pura masih menutup mata. Dia ingin tahu, Farhan akan membawanya ke mana. Terdengar suara pintu berderit. “Farhan, Rini kenapa kamu gendong?” tanya Ayah Arini dengan khawatir. “Dia ketiduran di mobil. Farhan bantu gendong saja.” Farhan meneruskan langkahnya menuju kamar gadis itu. “Ya sudah, Bapak mau ke dalam dulu ya.” Ayah Arini masuk ke kamarnya. &n

    Last Updated : 2021-04-01
  • My love My neighbour   12. Kamu Menghilang Lagi

    “Ya ampun, Neng. Kenapa nyosor gitu sama Abah, Neng? Itu orang ganteng ada di belakang,” kelakar Kakek tua itu sambil menggelengkan kepalanya. Tio lekas menarik Arini. Wajahnya tidak dapat berbohong, dia ingin sekali tertawa saat Kakek tua itu berkata seperti itu. Arini melihat Tio ingin menertawakannya akhirnya menegur lelaki itu. “Ketawa aja sampe puas, iseng bener nolongnya sampai aku hampir berciuman dengan bandot tua,” sindir Arini sambil mencubit perut Tio pelan. “Hahaha, maaf ya.” Tio Terkekeh. “Untung kamu ganteng jadi aku maafin,” jawab Arini sambil mencolek pipi Tio. Dia hanya bermaksud untuk berkelakar saja. “Rin, seminggu atau bahkan satu bulan ke depan kita nggak bisa ketemu,” kata Tio sambil memegang jemari Arini. “Kenapa?” “Aku harus mengedit film tersebut, dan juga mengirimkan na

    Last Updated : 2021-04-02
  • My love My neighbour   13. Kamu Tinggalkan Rasa

    Kedua orang tua Arini lekas menyambut kehadiran tamunya itu. Mereka bersalaman seperti sudah mengenal satu sama lain. Setelah selesai membuatkan minuman, Arini mulai menyajikannya pada tamu itu. Ternyata di sana sudah ada Farhan yang duduk di samping kedua tamunya. Dengan santai, Arini terus melaju. Dia memberi Farhan kode untuk mengikutinya. Arini mengajak Farhan ke kamarnya. “Rin, kamu kenapa?” Farhan duduk di tempat tidur. “Kamu kenal dengan mereka?” tanya Arini penasaran. “Memangnya kenapa?” Farhan memastikan. “Ah sudahlah,” kesal Arini sambil mendorong Farhan ke luar kamar.

    Last Updated : 2021-04-03
  • My love My neighbour   14. Khilafku

    Sudah jam Sembilan malam, Arini masih tidak bisa memejamkan mata. Tio tidak mengiriminya pesan, padahal awalnya dia mengajak Arini untuk bertemu. Penasaran, Arini menghubungi Tio. Dia ingin tahu, mengapa lelaki itu urung menemuinya. “Halo Tio,” “Iya Rin,” “Bisa kita ketemu?” “Kapan?” “Sekarang, aku tunggu di depan gerbang rumah kamu,” “Iya, tunggu sebentar,” Walau hatinya masih terluka, Tio memaksakan diri untuk ke luar dari kamarnya. Rumahnya sangat sepi. Cintami masih belum pulang dari rumah sakit. Tidak lama Tio pun sampai di pintu gerbang. Dia melihat Arini sudah berdiri sambil memeluk tubuhnya sendiri. “Arini, sejak kapan kamu berdiri di sini?” tanya Tio. Dia melepaskan jaketnya lalu menutupi tubuh Arini dengan jaket miliknya. “Tio aku nggak apa-apa, jaketnya kamu pakai saja,” tolak Arini. “Apa k

    Last Updated : 2021-04-04
  • My love My neighbour   15. Curi Kesempatan

    Semalam suntuk Arini sulit tidur. Di kepalanya terus beredar wajah Tio saat menciumnya. Mengapa lelaki itu mencuri ciuman pertamanya padahal mereka bukan pasangan kekasih. Terlebih lagi, baru tadi sore dia menerima lamaran Farhan. Pagi sekali, Ibu Arini sudah mengoceh saat melihat anaknya masih di dalam kamar. Air satu ember sudah dia siapkan untuk menyiram putri tidur yang lebih mirip dengan kebo. Pada saat dia akan membuka pintu kamarnya, ternyata Arini tidak ada di tempat tidur. Arini memilih jalan-jalan ke tepi sawah. Dia duduk di pematang sawah yang padinya sudah mulai menguning. Dari kejauhan terlihat sosok Farhan yang sudah memakai pakaian dinas. ‘Ya Tuhan, sahabatku ini kelak akan menjadi suamiku. Lalu mengapa hati ini tidak rela? Aku malah menginginkan lelaki lain,’ batin Arini. Lelaki itu menemukan Arini yang tengah duduk santai dengan mata yang merah.

    Last Updated : 2021-04-05
  • My love My neighbour   16. Aku Tidak Seperti Itu

    “Farhan!” tegur Ibu Arini yang terkejut melihat calon mantunya akan melakukan sesuatu pada anaknya. Farhan langsung membelalakkan matanya. Keringat dingin terlihat jelas di dahinya. Bibirnya bergetar karena dia dipergoki akan mencium calon istrinya. ‘Arrrggghhh, kenapa aku menjadi khilaf begini,’ rutuknya. “Ma-maaf Bu,” sesal Farhan. Dia menundukkan kepala sambil beranjak dari tempat tidur Arini. Ibu Arini berdiri di lubang pintu sambil berkacak pinggang. Berulang kali dia menggelengkan kepala. Seharusnya Farhan tidak melakukan itu pada anaknya. “Ck ckck, Farhan. Seharusnya kamu tidak boleh seperti itu. Sabar, sebentar lagi kan kalian menikah. Setelah menikah, kamu mau lakukan apa saja dengan Arini bebas,” nasihat Ibu Arini. Farhan menganggukkan kepala. Dia meraih jemai ibu Arini kemudian salam. Dia pamit untuk pergi bekerja. Dalam hati don

    Last Updated : 2021-04-06

Latest chapter

  • My love My neighbour   43. Resmi

    “Arini, tunggu sebentar,” tahan Tio.Arini berusaha untuk tersenyum walau dia baru saja menangis. Dia mencoba menatap lelaki itu senormal mungkin. Hatinya penuh kekhawatiran, takut kehilangan sosok ini.“Rin, ada yang mau aku katakan,” ucap Tio, matanya berubah sayu.“mau katakan apa?” jawab Arini bernada lembut.“Aku enggak mau pacaran sama kamu.” Tio meraih tangan gadis itu.“Ternyata dia masih seperti ini,” batin Arini.“Aku ingin kita lebih dari sekedar pacaran. Aku enggak bisa lihat kamu jalan sama cowok lain, bergandengan tangan selain denganku. Apalagi aku enggak bisa membayangkan kamu menjauh dan tidak lagi punya perasaan kepadaku. Aku ini posesif Rin,” jelas Tio.Arini membuka matanya lebar, dia masih belum paham maksud dari perkataan Tio.&ld

  • My love My neighbour   42. Tidak Apa Asal Denganmu

    “Arin, kenapa kamu keras kepala. Tidak bisakah kamu menyerah saja,” pinta Tio putus asa.Lelaki itu ingin mendorong Arini, tetapi dia juga tidak ingin Arini jauh darinya. “Arini, sudah berulang kali aku berusaha untuk tegar tanpamu. Aku tetap saja tidak bisa melihatmu dengan lelaki lain. Aku tidak mau kamu terpaku karena hubungan yang menyakitkan ini,” batinnya.“Kamu mencintaiku, aku juga mencintaimu, mengapa aku harus menyerah? Aku akan berusaha memantaskan diri agar kamu mau bersamaku,” jawab Arini sambil menghapus air matanya.

  • My love My neighbour   Ungkapan Hati

    Arini bangkit. Dia raih tangan Tio lalu dia letakkan di dadanya. “Aku rela menukar kehidupanku. Asal kamu tetap ada sampai aku menutup mata,” ucap Arini. Terlihat ada genangan air di pelupuk matanya.Rasanya menjadi bintang terkenal tidak akan membuatnya bahagia jika dia tidak bersama lelaki ini. Arini hanya wanita sederhana. Dia tidak memiliki banyak keinginan, hanya satu keinginannya saja. Bahagia bersama lelaki yang ada di hadapannya.“Kamu jangan bilang seperti itu. Hidupmu itu sangat berharga,” tegur Tio dengan lembut.Arini meraih jemari Tio, mengizinkannya untuk merasakan detak jantungnya. Terasa debaran jantung Arini yang berdetak kencang dari telapak tangan Tio. Lelaki itu meraih tangan Arini, meletakkannya di sebelah kiri dadanya. Mereka berdua sama-sama merasakan debaran jantung mereka.Mata keduanya saling beradu, tatapan mereka sendu dan ada sebuah harapan yang te

  • My love My neighbour   40. Kerikil

    “Perempuan jalang itu!” Susan meremas botol air mineral yang ada di tangannya. Managernya Susan seketika menelan salivanya. Kedua alis matanya mengerut saat melihat Susan yang kesal saat membaca headline berita online jika Arini mendapatkan penghargaan festival film pendek. “Bos, kan Bos sudah terkenal. Kenapa repot-repot urusin artis nggak terkenal itu?” tanya Manager. Susan seketika langsung mendelik. “Pokoknya dia harus segera menghilang dari peredaran. Enak aja, karir gemilang itu Cuma buat gue. Lo telepon semua kenalan laki gue, bilang jangan pernah kasih tawaran film buat si Jalang itu!” perintah Susan. Erik yang baru selesai take syuting menghampiri Susan. Dia duduk di sampingnya sambil minum sebotol air mineral. Asistennya touch up agar penampilan Erik sempurna seperti biasanya. “Beib, kamu kenapa kayak kesel gitu?” t

  • My love My neighbour   Bersinarlah

    Hari yang paling dinantikan oleh Arini dan Tio. Acara bergengsi yang melibatkan banyak sineas dari berbagai negara berkompetisi untuk mendapatkan kesempatan masuk nominasi piala Oscar kategori film pendek.Lelaki itu sudah menyiapkan sedemikian rupa. Make up artist yang sudah disewanya untuk mendandani Arini menjadi wanita cantik layaknya putri. Sedangkan Tio sudah memesan tuxedo yang pas untuk bersanding dengan gaun Arini yang mewah.Potongan rambut Tio kini menjadi classic cut dengan dasi kupu-kupu bertabur swaroski. Tuxedo berwana navy blue

  • My love My neighbour   38. Persiapan Perhelatan

    Setelah hari itu, Arini berjanji pada dirinya sendiri, dia tidak akan mendesak Tio untuk menjadikannya kekasih. Asalkan bersama Tio, dia tidak mengapa.Tibalah hari keberangkatan mereka ke Tokyo. Ini kali pertama Arini pergi ke luar negeri. Tio pun sangat tidak sabar untuk segera menghadiri perhelatan tersebut. Mereka berdua sudah bersiap menuju bandara. Cintami dan kedua orang tua Arini sangat bersedih dan juga terharu. Mereka berharap Arini dan Tio akan membawakan hasil yang baik.

  • My love My neighbour   37. Kita Hadapi Bersama

    “Tio, tanganmu kenapa?” Arini bergegas menghampiri Tio yang terlihat frustasi.“Arin, kenapa kamu ….” Tio tidak bisa meneruskan kata-katanya.Arini langsung merengkuh lelaki itu. Seberapa besar lelaki itu menolaknya atau bahkan mendorongnya pun dia akan terus merengkuh lelaki ini. Hanya dia yang selalu datang menyelamatkannya. Kini giliran dirinya yang mempertahankan perasaannya.“Jangan usir aku. Aku nggak bisa tanpamu,” pinta Arini lirih.Tio membelalakkan matanya. Angin apa yang membawa gadis ini kembali kepadanya. Arini tidak ingin membicarakan penyakit yang diderita Tio, dia akan tetap menjaga rahasia yang ibunya Tio katakana kepadanya.“Aku juga.” Tio membalas rengkuhan Arini.Sungguh, hal ini tidak terduga baginya. Pada awalnya dia berpikir ki

  • My love My neighbour   36. Kebenaran Yang Harus Terjawab

    “Arrrggghh, kenapa aku bodoh seperti itu? Tuhan, mengapa aku ditakdirkan lemah seperti ini?” kesal Tio merusak barang-barang disekitarnya. Dia menarik rambutnya kuat, melemparkan barang-barang miliknya.Tio sangat kesal pada dirinya sendiri. Ada satu hal yang tidak bisa dia katakan pada Arini. Dia tidak mau Arini sedih lebih dari ini. Namun, hal ini mungkin akan membuat Arini dan dirinya semakin menjauh.Di tempat lain,Cintami kembali lagi ke rumahnya karena ada barang yang tertinggal. Di tengah perjalanan, sudut matanya menangkap seorang Wanita yang sedang duduk sambil memeluk kedua lututnya. Cintami akhirnya menoleh, mencari tahu siapa yang sedang duduk di sana.Ternyata gadis itu adalah Arini. Cintami menduga jika Arini seperti itu pasti sedang bertengkar dengan putranya. Sebagai seorang Wanita, dia harus membujuk Arini agar mau tetap bersama anaknya. Dia meminta s

  • My love My neighbour   35. Aku Ingin Sebuah Hubungan

    Tangan Tio mulai menyentuh tengkuk Arini dan tangan satunya menarik pinggang gadis itu dengan erat. Sedangkan kedua tangan Arini berada tepat di dada bidang Tio. Tangan Arini merasa ada sesuatu yang aneh saat tangannya menyentuh dada Tio.Pada saat bibir mereka hamper beradu, ada asisten rumah mengetuk pintu kamar Tio. Seketika Tio dan Arini langsung duduk sambil merapikan pakaian mereka. Asisten tersebut ternyata membawakan makan siang untuk Tio dan Arini.Wajah keduanya sama-sma memerah. Sungguh sangat tidak terduga, mereka hampir saja melakukannya dan hamper ketahuan oleh orang lain. Setelah asisten itu pergi, Arini dan Tio mulai menyantap makanannya bersama. Arini dengan sepenuh hati menyuapi Tio makan.Tio memanfaatkan situasi dengan bersikap sangat manja. Terkadang dia bersandar di bahu Arini, sesekali dia memperlihatkan lesung pipinya. Rasanya seperti meleleh. Wanita mana yang tidak menyukai lelaki t

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status