Samuel tersenyum puas setelah panggilan singkatnya dengan sang kakak sudah berakhir. Kedua tangan Samuel memegang pegangan kursi dan mendekatkan wajahnya pada wajah sang kakak ipar.
“Bagaimana rasanya suamimu sendiri tidak mengetahui kapan ulang tahunmu yang sesungguhnya?”
Atlanta terbungkam.
“Selamat ulang tahun Leona,” ujar Samuel tulus.
Atlanta tercengang. “Bagaimana kau—Kau sungguh seorang penguntit.”
Pertanyaan Atlanta digantikan dengan kata makian. Samuel sungguh mengenal dirinya lebih daripada suaminya sendiri.
Samuel tersenyum sombong. “Mengetahui ulang tahunmu bukanlah hal yang sulit.”
Atlanta tersenyum sinis. “Jangan berbangga hati dahulu Tuan Emerald. Kau pikir dengan kau mengetahui fakta itu, kau sudah mengetahui semua tentang diriku? Fakta yang kau ketahui tidak ada apa-apanya dibandingkan apa yang terjadi sebenarnya.”
Ternyata Samuel tak ‘setahu’ itu tentang Atlanta.
Melihat Samuel terbungkam, Atla
Instagram author : haniyahhputri“Aku sudah mengecek. Ada porta yang terbuka. Porta dua puluh dua. Valeria bisa langsung masuk pukul satu siang nanti menggunakan perangkat yang sudah aku buat. Mereka juga sepertinya terlalu sibuk untuk membuat cadangan data selama aku perhatikan.”Atlanta berbicara sepanjang kakinya menelusuri jalanan trotoar. Berkomunikasi dengan Lay, Oliver dan Valeria melalui telepon. Atlanta menutupi earphone bluetoothnya dengan rambut panjangnya.“Kenapa kau harus membantu mereka?” Lay terdengar tak suka mengetahui rencana Atlanta yang akan membereskan masalah yang ia buat sendiri.“Supaya tidak menimbulkan kecurigaan terhadap kedatanganku, nanti aku yang akan menyelesaikannya. Menjadi hero untuk mereka. Itu juga satu-satunya cara memastikan ini berhasil. Antisipasi akan ada bantuan dari orang luar juga.”“Kau akan menjadi hero merek
Instagram author : haniyahhputriSetelah menghitung waktu setengah jam berlalu, Atlanta membuka suara.“Apakah portanya terbuka?” tanya Atlanta pada Orion.“Kakak ipar?” Orion menoleh pada Atlanta, sedikit terkejut karena belum terbiasa melihat kehadiran Atlanta di kantor kedutaan besar.“Aku melihat porta dua puluh dua terbuka,” lanjut Orion.“Bagimana dengan rekam cadangannya?” tanya Atlanta.“Kami terlalu sibuk untuk menyinkronkan file antara dua server,” jawab Sarah. Tepat sesuai dugaan Atlanta.“Boleh aku bantu kalian? Mungkin kemampuanku tak sehebat Orion, tapi aku harus mencobanya.” Atlanta mengajukan diri. Inilah waktunya untuk menjadi seorang hero.“Kau mengerti bagaimana cara bertahan dari peretas, Kakak ipar? Bukankah kau seorang penerjemah?” Orion tercengang. Tak menyangka jika ba
Instagram author : haniyahhputriTiba-tiba Kevin menyiku leher Orion. “Apa kau bilang? Kakak ipar? Siapa Kakak ipar yang kau maksud?” tanya Kevin galak.“Tentu saja Atlanta. Kakak iparku hanya Atlanta. Siapa lagi selain dia?” tanya balik Orion.“Tunggu. Kenapa bisa kau memanggilnya Kakak ipar? Kalian saling mengenal?” Kevin benar-benar kebingungan saat ini.Orion menganggukkan kepala. “Kami saling mengenal meskipun hanya jarang berjumpa. Hanya beberapa kali bertemu aku rasa. Tidak sesering itu,” akunya.“Kakak ipar? Apa maksudmu? Memangnya kau memiliki Kakak? Tunggu dulu,” Kevin masih kebingungan.Orion berdecak pelan melihat raut wajah Kevin yang terlihat sangat bodoh saat ini.“Kenapa otakmu menjadi bodoh dalam semalam? Atlanta adalah Kakak iparku. Siapapun yang menikahi rekan kerja dekatku, maka dia adalah Kakak i
Instagram author : haniyahhputri“Maksudmu Atlanta yang menemukan kunci deskripsinya? Sungguh? Bagaimana bisa? Bukankah hanya orang-orang profesional yang bisa melakukan hal itu dengan cepat?”Orion menjentikkan jari. “Karena itu aku bilang hal seperti ini pantas aku teriakkan. Kemampuan istrimu menemukan kunci tadi jelas-jelas di atas kemampuanku. Sungguh. Aku adalah orang yang paling tepat untuk menilai hal seperti itu.”Dylan termenung. Sibuk memikirkan Atlanta.“Rasanya terlalu mustahil. Atlanta hanyalah seorang penerjemah,” gumam Dylan.Tiba-tiba sebuah kemungkinan terlintas dalam benak Dylan. “Bagaimana jika ternyata pekerjaan Atlanta bukan hanya bekerja sebagai seorang penerjemah?”Zunaira menaikkan kedua alisnya. Dalam hati Zunaira merasa bangga karena Dylan bisa menebaknya dengan tepat. Meski Zunaira tahu jika di balik tebakannya ma
“Sayang? Kau mabuk?” Dylan menatap penampilan Atlanta dari ujung rambut hingga ujung kaki yang sudah berantakan. Ini adalah pertama kali Dylan melihat Atlanta mabuk separah ini. “Suamiku yang tampan sudah pulang? Mari bernyanyi bersamaku!” Atlanta menarik tangan Dylan lalu meloncat-loncat. Dylan mengerutkan dahi. “Kau sungguh mabuk? Ini adalah dirimu yang sebenarnya? Kenapa seceria ini?” Dylan menarik Atlanta ke dalam pelukan lalu mencium aroma tubuhnya. “Harum wiski sangat menyengat. Berapa banyak yang kau minum?” Atlanta tersenyum seperti orang bodoh. “Sepuluh botol? Seharian ini aku tidak minum selama di kantor, aku haus.” Mata Dylan membulat sempurna. “Sepuluh? Sepuluh botol sendirian?” suaranya naik satu oktaf. Atlanta menganggukkan kepala. “Aku tidak suka berbagi botol dengan orang lain. Aku meminum semuanya sendirian.” “Bagaimana ada orang mabuk sesadar dirimu? Otakmu sungguh encer. Sini aku periksa, apakah perut
Atlanta merengguh begitu sinar matahari yang menembus kaca harus mengganggu waktu tidurnya. Kepala Atlanta terasa sangat pening. Atlanta berusaha membuka matanya yang terasa lebih berat dari biasanya.“Aku minum berapa banyak semalam?” gumam Atlanta.Mendengar suara blender, Atlanta segera mengubah posisinya menjadi duduk. “Aku mengajak siapa ke rumah semalam? Aku tak mengingat apa-apa semalam.”Atlanta bergegas keluar kamar terburu-buru. Ceroboh, Atlanta sampai jatuh akibat tersandung kursi.“Sayang!” Dylan mematikan blender dan langsung menghampiri Atlanta. Membantu istrinya berdiri.“Kau baik-baik saja? Apa ini sakit?” tanya Dylan khawatir.“Kau sudah pulang? Kapan? Pukul berapa? Kenapa aku tidak tahu?” Atlanta menghujani Dylan dengan berbagai macam pertanyaan. Terkejut mendapati Dylan sudah pulang ke rumah.Atlanta sudah berdiri, tetapi Dylan masih berlutut dan mengecek a
“Bonjour a tous, bon après midi!” sambut Atlanta, membuka acara.Terjemahan: Selamat pagi semuanya. Selamat siang.Bahasa yang Atlanta gunakan hari ini adalah bahasa Perancis karena ada sebagian besar pembisnis yang berasal dari sana. Beruntungnya Dylan bisa mengerti apa yang Atlanta katakan hari ini degan baik meski dirinya harus bersikap pura-pura tak tahu.Dylan menerima segelas sampanye yang seorang pelayan keliling tawarkan kepada Dylan untuk menikmati pesta penyambutan pembukaan hotel ini.Atlanta menarik napasnya dalam-dalam. Berusaha percaya diri menampilkan diri di hadapan publik setelah lebih dari sepuluh tahun tak berbicara di hadapan publik.“Permettez-moi de me présenter, je suis PDG de cet hôtel. Bienvenue!”Terjemahan: Biarkan aku memperkenalkan diri terlebih dahulu, aku adalah pemilik dari Hotel ini. Selamat datang semuanya!Prank!Dylan tak s
“Tapi kau—” Kesal, Atlanta mengubah posisinya menjadi berdiri di hadapan Dylan. Tak bisa menahan diri lebih lama lagi. “Berhentilah bertanya seolah aku baru saja melakukan sesuatu yang ilegal! Berhenti memojokkanku, apakah kau tidak memiliki hal lain yang kau sembunyikan dariku?” Dylan terbungkam. Atlanta benar, Dylan juga memiliki bagian lain yang belum bisa diberitahu kepada Atlanta. Seharusnya Dylan tak mendesak Atlanta di saat posisi dirinya sama-sama memiliki rahasia dari pasangannya. Atlanta berusaha mengatur napas supaya tak kembali melayangkan kata-kata yang bisa saja menyinggung perasaan Atlas kapanpun. “Maafkan aku. Aku tak bermaksud memarahimu. Aku sudah berusaha menunjukkannya padamu dan memberimu sebuah kejutan. Tapi aku tidak menyangka jika kau akan marah karena aku sudah menyembunyikan hal ini.” Atlanta melunak. “Ini salahku karena sudah menyembunyikannya darimu.” Bagaimanapun juga, Atlanta berusaha menjaga image seorang Atlanta di hada
Dylan meraba saku celana dan menemukan sebuah kuku palsu milik Atlanta ketika hendak menaruhnya ke dalam tumpukan pakaian kotor. “Kuku Atlanta?” Sejenak Dylan memperhatikan kuku palsu cantik tersebut dengan detail. Saat mengarahkannya ke arah sinar matahari, Dylan menyadari jika ada yang berbeda. “Ini bukan hiasan biasa. Ini chip. Manikur menanam chip.” Dlan bergegas untuk membuka data dalam chip tersebut. “Kapan Atlanta meninggalkan ini di dalam saku celanaku?” gumam Dylan. Mendapatkan info-info penting untuk menyelesaikan kasusu, Dylan mencetak informasi yang Atlanta tinggalkan untuknya. Ini sama seperti Atlanta meninggalkannya sebuah peta dengan keterangan rinci. Hal yang harus Dylan lakukan adala mengikuti semua ptunjuk yang telah Atlanta tinggalkan untuknya. “Pelaku pembunuhan hilton selama ini adalah Olivia? Ayah Olivia juga membunuh Ibu kandung Atlanta? Oliver selama ini menggunakan replika sidik jari Atlanta untuk menutupi jeja
Johnattan menggebrak pintu kantor Interpol. Ada Leondra membuntuti Johnattan. Tak lupa Johnattan membawa beberapa ajudannya. Johnattan datang ke kantor dengan penuh emosi setelah mendapati kabar darii Dylan apa yang terjadi dengan putri kesayangannya.“DIMANA ANAKKU?” bentak Johnattan.Ketika ada salah seorang anggota Interpol yang hendak menenangkan Johnattan, dengan cepat Johanattan menghempaskan tangan tersebut lalu memaksa untuk masuk.Langkah kaki Johnattan berhenti ketika melihat Dylan berdiri lesu. Hidung dan mata Dyan merah, menunjukkan Dylan telah nangis untuk waktu yang lama.“Apa yang terjadi dengan anakku? Aku tahu jika anaku pergi jauh untuk keluar dari orginasasi sialan itu, tapi bagaimana bisa Atlanta bunuh diri?” Johnattan mencengkram kemeja menantunya.Dylan sendiri diam saja. Perasaan Dylan sama hancurnya dengan Johnattan saat ini. Dylan tak bisa mengatakan apa-apa selain kata,“Maaf,” gu
Atlanta pergi keluar setelah selesai berpakaian menggunakan kaos milik suaminya. Ketika membuka pintu toilet, Atlanta dikejutkan dengan kehadiran Dylan. Sesaat Dylan dan Atlanta saling menatap tanpa kata-kata. Detik selanjutnya Atlanta menarik kerah seragam Dylan dan mencium bibirnya. Dylan yang awalnya terkejut pun perlahan menetralkan reaksinya sebelum membalas cumbuan itu. Tangan Dylan terangkat untuk merengkuh pinggang Atlanta. Betapa besarnya kerinduan yang terpendam dalam diri mereka satu sama lain. Meskipun tidak ada kata-kata yang terlontar, tetapi Atlanta dan Dylan tahu betul bagaimana perasaan pasangannya yang sesungguhnya. “Aku merindukanmu dengan buruk. Sangat merindukanmu,” bisik Dylan begitu pangutan mereka berakhir. Atlanta mengulum senyum dan menundukkan kepala. Tak berani menatap Dylan sebagai seorang suami setelah apa yang ia lalui selama ini. “Maafkan aku. Sebenarnya aku—” “Aku tahu, aku tahu jika kau sebenarnya melakukan in
CHAPTER 146 Atlanta membaca satu persatu kertas tersebut. Pembunuhan, perampokan, sabotase, spionase Industri, penyerangan siber, dan penipuan. Lengkap sekali. “Kenapa sejak awal kalian tidak menunjukkan ku semua bukti ini? Jika sejak awal aku melihat ini, bukankah akan lebih cepat selesai?” Atlanta berdecak kagum membaca buku kasus dalam rentang tiga belas tahun yang mengarah kepada namanya, Leona. “Ini lebih buruk dari buku kasusku ketika masih SMU dulu,” komentar Atlanta. Atlanta memisahkan tumpukan dokumen bukti-bukti sesuai jenisnya. Pertama, Atlanta menyingkirkan tumpukan dokumen mengenai kasus pembunuhan. “Aku juga baru tahu jika sidik jariku pernah ada di bukti-bukti pembunuhan. Pasti selama sepuluh tahun terakhir, kalian kehilangan jalan untuk menyelesaikan kasus bukan karena bukti selalu mengarah kepada orang yang sudah meninggal. Menemukan sidik jari yang tidak ada pemiliknya. Tapi aku yakin jika sidik jarik
“Kau terlambat lima belas menit. Tidak ada waktu. Letakkan saja barang milik Leona di sini dan pergi dari sini,” pinta Lay dingin, tanpa menatap Dylan. “Apa?” Dylan mundur satu langkah, menyadari ada sesuatu yang janggal. Lay berbalik badan, melayangkan tatapan meremehkan kepada Dylan. “Aku pikir kau setampan dewa hingga Leona rela menjadi orang normal ketika menikah denganmu. Ternyata kau tidak sehebat yang aku bayangkan.” “Letakkan saja barang Leona disini. Aku akan membereskannya,” sambung Dylan. Dylan menaikkan alisnya sebelah. “Setidaknya kita harus berkenalan terlebih dahulu bukan? Aku rasa kita memerlukan sedikit formalitas.” Lay memasang kaca mata hitam. “Untuk apa? Bukannya aku sudah mengenalmu?” Dylan tersenyum miring dan melemparkan ransel hitam ke arah Lay. “Itu yang kau inginkan? Ransel Atlanta? Kau memintanya secara paksa seakan ini berisi harta karun,” Ketika Lay menunduk, Dylan menodongkan pistol ke arah Lay. Be
Dylan membuka video terakhir, video yang belum lama di ambil. Tepat hari jadi kedua tahun pernikahan mereka.“Hari ini adalah hari jadi tahun kedua pernikahan kita. Aku tidak menyangka jika pernikahan kita masih bertahan.”Di dalam video itu Atlanta tampil anggun menggunakan gaun putih pendek. Rambutnya yang penjang di sanggul dan membiarkan anak rambut menjuntai. Video ini diambil sebelum mereka makan malam.“Sayang, Atlanta, manis, cantik, kenapa aku sangat menyukai setiap panggilan itu setelah menikah denganmu? Setiap kali kau memanggilku ‘sayang’ atau ‘Atlanta’, aku sangat menyukainya hingga ingin melupakan namaku asliku.” Sejak detik pertama, di video terakhir ini Atlanta tersenyum sendu. Tidak ada lagi senyuman ceria yang ia pancarkan.“Mungkin, ini akan menjadi video terakhir yang aku rekam untukmu. Aku tahu jika Interpol mulai menyelidikiku. Untuk kali ini aku akan
“Apakah aku di masa depan sudah ketahuan?”Atlanta tampil menawan menggunakan gaun pernikahan. Sudah jelas jika video ini telah di rekam lebih dari dua tahun yang lalu.“Hari ini adalah hari pernikahanku. Aku kira aku tidak akan menikah seumur hidup, ternyata aku masih memiliki kesempatan untuk bertemu dengan pangeran berkuda putih dalam hidupku.”Walau Atlanta terus mengatakan hal negatif, tapi senyuman manis yang menunjukkan kebahagiaan terus Atlanta tunjukkan sejak detik pertama video di mulai.“Jika video ini telah sampai kepada suamiku, artinya sesuatu yang buruk telah terjadi kepadaku.”Rupanya, Atlanta sudah mengetahui jika hari seperti ini akan mendatangi kehidupan pernikahan mereka yang damai. Atlanta sudah mempersiapkan diri sejak memutuskan menikah dengannya.“Ah, kau pasti tidak mengenal siapa aku. Tujuanku membuat video ini supaya kau lebih mengenal diriku.
“Sudah aku bilang aku bukan Atlanta. Leona bukanlah istrimu.”Dylan mencengkram bahu Atlanta, menatap mata Atlanta lekat-lekat. Mata Dylan sudah berkaca-kaca. Mencari sisa-sisa ketulusan dari pernikahan mereka.“Jika itu benar, tatap mataku.”Atlanta masih tidak bergeming dan tidak kuasa untuk menatap Dylan saat ini.“TATAP AKU ATLANTA!” Dylan mulai frustasi.“Tatap mataku dan katakan hal itu sekali lagi jika kau memang bersungguh-sungguh,” pinta Dylan.Perlahan, Atlanta memberanikan diri menatap mata Dylan. Sorot mata Dylan masih menunjukkan kehangatan sebagai seorang suami sekaligus tempatnya berpulang.Atlanta tidak bisa menyingkirkan suaminya sendiri dari hidupnya. Atlanta juga tidak ingin meninggalkan tempatnya berpulang. Tapi apa boleh buat? Atlanta tidak ingin menarik Dylan dalam bahaya lebih lanjut lagi.“Aku…” sesaat Atlanta lupa bagaimana caranya berna
“Zunaira, bukankah kau harus duduk di sini bersamaku untuk bercerita? Bagaimanapun kau juga terlibat secara langsung dalam kematian Lila. Kau harus menjelaskan kronologis bagaimana sahabat tersayangmu yang menjadi selingkuhan kekasihmu itu bisa tewas mengenaskan. Sepertinya kita harus bernostalgia bersama.”Johnny dan Orion sontak menatap Zunaira penuh tanda tanya. Zunaira berdeham dan menyalakan alat pengeras suara yang terhubung langsung dengan ruang introgasi.“Apa maksudmu Leona? Apa yang kau bicarakan?”Zunaira berusaha menahan amarahnya. Melihat raut wajah menyebalkan Atlanta selalu berhasil memancing amarah Zunaira. Sama seperti pertemanan mereka sepuluh tahun yang lalu.Atlanta mengerutkan dahi, pura-pura kebingungan. “Kenapa kau menanyaiku kembali? Aku mempunyai bukti yang konkret mengenai hubungan kalian. Datanglah kemari dan duduk bersamaku untuk membuktikan jika kau ingin membuktikan bahwa dirimu adalah manusia ta