“Mereka memiliki anggota wanita? Siapa mereka? Hilton?” tanya Dylan.
Orion menganggukkan kepala. “Dugaan sementara adalah Hilton. Kau tadi menggenggam tangan pengemudi motor tadi?”
Zunaira mengendarai mobil mengejar motor sport yang di bawa oleh Atlanta.
Dylan bergumam. “Dia wanita. Tangannya kurus. Tendangannya tendangan terlatih, profesional. Seharusnya tadi aku memaksa membuka helm wanita itu,” gerutunya gemas.
Zunaira melirik Dylan melalui cermin kecil. ‘Wanita? Siapa? Leona?’ pikirnya.
Dylan berdeham, sudah selesai mengatur napas.
“Tambahkan wanita itu ke dalam list tersangka kita. Bagaimana pun caranya kita harus menangkap mereka.”
Kedua alis Zunaira terangkat. ‘Apakah Dylan bercanda? Dia memasukkan istrinya sendiri ke daftar tersangka?’
“Zunaira? Ada apa? Apa ada sesuatu yang ingin kau katakan?” tanya Dylan, menyadari jika Zunaira tengah menatapnya dengan aneh sejak tadi.
Zunaira segera
Setelah berkenalan, Atlanta duduk di kursi kerja yang sudah di siapkan unutknya. Atlanta menggunakan softlens berwarna abu-abu selama bekerja. Tidak dimana-mana, pekerjaan Atlanta jika tidak menghajar orang lain maka duduk manis di depan komputer. Atlanta menghentikkan gerak-gerik jemarinya ketika ada seorang pria berjas hitam datang menghampirinya. “Halo Nona Nyx. Perkenalkan aku Kevin dari bagian Minister Counseller ekonomi.” Mendengar kata ‘ekonomi’, sontak Atanta menatap pria itu berbinar. Astaga, bagaimana bisa semuanya berjalan selancar ini? Padahal ini baru hari pertama, tapi ikan yang akan Atlanta pancing sudah menyerahkan diri secara sukarela ke pancingan Atlanta. “Lihatlah, Kevin sudah menemukan target baru.” “Tak heran. Nona Nyx memang cantik. Dia juga anggun.” “Aku belum pernah melihatnya berbicara bahasa asing. Jadi aku masih penasaran sebagus apa kemampuannya hingga bisa langsunng menepati jabatan tinggi saat baru masuk k
Hari hari Atlanta kembali sibuk. Bangun pagi, beli sarapan, berangkat ke kantor, pulang dari kantor, pergi ke hilton dan bermalam di apartemen. Sudah berhari-hari juga Atlanta tidak menyalakan ponselnya yang mati kehabisan daya. Atlanta menjadi karyawan yang paling sulit untuk di hubungi secara pribadi. Jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam dan Atlanta memutuskan kembali pergi ke kantor yang sudah gelap. Sebelum masuk ke dalam gedung, ruangan pertama yang Atlanta kunjungi adalah ruang kontrol. Atlanta sudah siap menggunakan masker oksigen, dan melemparkan bom gas ke dalam ruang kontrol. Setelah menunggu dua menit barulah Atlanta masuk ke dalam ruang kontrol dan meretas ruang kontrol kantor kedutaan besar. Para penjaga sudah hilang kesadaran. Membuat ruang kontrol tersebut terhubung dengan perangkat Hilton. Setelah mematikannya, Atlanta baru pergi ke ruang Kevin. Ada beberapa pintu di gedung kedutaan besar yang masih menggunakan kunci manual. Atlan
“Duduklah. Aku akan menjelaskannya.” Tanpa sempat berganti pakaian terlebih dahulu, Atlanta menyiapkan dua gelas teh hangat. Setelah meletakkan kedua gelas tersebut di atas meja, barulah Atlanta duduk di samping Dylan. Atlanta menanggalkan blazer hingga menyisakan kemeja putih berenda. “Aku berencana memberitahumu secara langsung.” Atlanta membuka suara. Dylan terdiam. Mendengarkan penjelasan Atlanta dengan saksama. “Aku mulai bekerja di kedutaan besar sejak tiga minggu yang lalu. Sebagai penerjemah.” Dylan tak bisa menyembunyikan rasa terkejutnya. Seorang Atlanta yang Dylan tahu sebagai orang yang tak pandai bergaul tiba-tiba memutuskan bekerja secara formal di kantoran? “Kedutaa besar sedang membutuhkan seorang penerjemah? Bagaimana bisa kau tiba-tiba memutuskan kerja di kedutaan besar tanpa berbicara padaku?” ‘Oliver menggunakan koneksinya dan membuatku bekerja di kedutaan besar. Tentu saja aku tidak bisa memberi
Tak perlu maps digital untuk mengantarkan Atlanta ke tempat bekerja. Kantor kedutaan adalah tempat yang sering Dylan kunjungi. Maka dari itu dirinya tak bisa turun dari mobil saat mengantarkan Atlanta. Orang-orang akan mengenal Dylan dengan mudah. “Kau pulang jam berapa?” tanya Dylan begitu mobilnya sudah berhenti dengan sempurna di depan gedung kedutaan besar. “Aku pulang pukul enam.” “Lalu kenapa kemarin kau pulang begitu larut?” tanya Dylan lagi. “Kemarin aku lembur karena ada yang harus aku selesaikan. Aku juga makan malam di luar,” alibi Atlanta. Padahal dirinya sangat di sibukkan dengan pekerjaan ganda. Boro-boro makan malam, ingat makan saja tidak sempat. “Jadi hari ini kau akan pulang tepat waktu?” “Akan aku usahakan tepat waktu.” Dylan menarik tengkuk Atlanta dan mencium kening Atlanta cukup lama. “Selamat bekerja istriku.” “Terima kasih.” Atlanta baru tahu jika bekerja formal bisa semenyenangka
Rutinitas Atlanta kali ini berjalan sangat menyenangkan. Bangun pagi dibuatkan sarapan oleh Dylan, diantarkan pergi bekerja dengan suaminya dan di jemput dengan orang yang sama. Rutinitas orang normal sibuk yang hidup dalam genre romantisme. Dylan sendiri membuat alibi jika masa liburnya di tambahkan kepada Atlanta. Tentu saja karena selama Atlanta bekerja maka Dylan pun tetap bekerja walau tak sesibuk biasanya. Atlanta menunduk hormat membawa tamu-tamu dari Perancis tersebut keluar ruang rapat. Hari ini Atlanta menerjemahkan rapat secara lisan mengenai perlindungan beruang kutub di zaman es semakin banyak yang mencair. Sebelum pergi keluar ruangan, Atlanta menukarkan souvenir boneka beruang yang ada di dalam ruang rapat dengan miliknya sendiri yang sudah Atlanta taruh penyadap suara dan kamera. Dikarenakan masih ada rapat lain yang berlangsung di dalam ruang rapat ini. Atlanta kembali ke meja kerjanya sendiri. Mengenai data yang Atlanta curi belum di
Melihat Atlanta sedang berdiri di pinggir trotoar, Zunaira menepuk bahu Dylan. “Lihat kesana, itu istrimu!” “Istriku yang cantik itu sedang kelelahan. Apa yang ingin di lihat lagi?” cibir Dylan. “Bukan itu. Lihatlah!” Dylan membulatkan mata dengan sempurna melihat seorang pria keluar dari mobil dan berbicara kepada Atlanta. Saat melihat Atlanta menggelengkan kepala, Dylan tersenyum puas. Tapi begitu melihat pria itu mendekati Atlanta sangat dekat, Dylan menjadi panas. “Kenapa mereka sedekat itu?” Dylan heboh sendiri. Ketika Dylan hendak keluar dari mobil, dengan cepat Zunaira menahan tangan Dylan. “Jangan keluar atau kau akan ketahuan berbohong.” Dylan dibuat semakin terkejut saat Atlanta masuk ke dalam mobil pria tersebut. “Tunggu… Ini maksudmu? Kau tidak tampak terkejut, berarti kau sudah pernah melihat hal ini sebelumnya. Kau tahu jika Atlanta pulang bersama pria asing sejak kapan?” Zunaira tetap duduk dengan
Sudah beberapa hari Atlanta bermalam di gedung Hilton. Atlanta bersama Valeria dan Lay sibuk meretas dan membobol uang milik pejabat yang korupsi dan melakukan pencucian dana di luar negeri. Sebagian uang di simpan di brankas. Valeria dan Lay turun ke lokasi untuk membobol brankas tersebut dengan bantuan Atlana melalui radio dan kacamata kamera yang terhubung. “Tunggu sebentar, aku sedang mencari kode brankasnya,” ujar Atlanta. Di hadapannnya kini ada satu buah layar komputer berukuran tiga kali lipat komputer biasa dan dua laptop. Jari-jari Atlanta sibuk mengetik dengan cepat untuk mencari tahu kode brankas. “Tiga dua lima sembilan.” “Yes!” Atlanta bersorak senang ketika Valeria berhasil membuka kode brankas tersebut. “Aku akan menjemput kalian. Bersiaplah di pintu belakang,” pesan Atlanta sebelum meinggalkan layar komputer. Atlanta mengambil kunci mobil dan berlari menuju garasi mobil. Waktu sudah menunjukkan pukul dua dini h
Samuel tersenyum puas setelah panggilan singkatnya dengan sang kakak sudah berakhir. Kedua tangan Samuel memegang pegangan kursi dan mendekatkan wajahnya pada wajah sang kakak ipar. “Bagaimana rasanya suamimu sendiri tidak mengetahui kapan ulang tahunmu yang sesungguhnya?” Atlanta terbungkam. “Selamat ulang tahun Leona,” ujar Samuel tulus. Atlanta tercengang. “Bagaimana kau—Kau sungguh seorang penguntit.” Pertanyaan Atlanta digantikan dengan kata makian. Samuel sungguh mengenal dirinya lebih daripada suaminya sendiri. Samuel tersenyum sombong. “Mengetahui ulang tahunmu bukanlah hal yang sulit.” Atlanta tersenyum sinis. “Jangan berbangga hati dahulu Tuan Emerald. Kau pikir dengan kau mengetahui fakta itu, kau sudah mengetahui semua tentang diriku? Fakta yang kau ketahui tidak ada apa-apanya dibandingkan apa yang terjadi sebenarnya.” Ternyata Samuel tak ‘setahu’ itu tentang Atlanta. Melihat Samuel terbungkam, Atla
Dylan meraba saku celana dan menemukan sebuah kuku palsu milik Atlanta ketika hendak menaruhnya ke dalam tumpukan pakaian kotor. “Kuku Atlanta?” Sejenak Dylan memperhatikan kuku palsu cantik tersebut dengan detail. Saat mengarahkannya ke arah sinar matahari, Dylan menyadari jika ada yang berbeda. “Ini bukan hiasan biasa. Ini chip. Manikur menanam chip.” Dlan bergegas untuk membuka data dalam chip tersebut. “Kapan Atlanta meninggalkan ini di dalam saku celanaku?” gumam Dylan. Mendapatkan info-info penting untuk menyelesaikan kasusu, Dylan mencetak informasi yang Atlanta tinggalkan untuknya. Ini sama seperti Atlanta meninggalkannya sebuah peta dengan keterangan rinci. Hal yang harus Dylan lakukan adala mengikuti semua ptunjuk yang telah Atlanta tinggalkan untuknya. “Pelaku pembunuhan hilton selama ini adalah Olivia? Ayah Olivia juga membunuh Ibu kandung Atlanta? Oliver selama ini menggunakan replika sidik jari Atlanta untuk menutupi jeja
Johnattan menggebrak pintu kantor Interpol. Ada Leondra membuntuti Johnattan. Tak lupa Johnattan membawa beberapa ajudannya. Johnattan datang ke kantor dengan penuh emosi setelah mendapati kabar darii Dylan apa yang terjadi dengan putri kesayangannya.“DIMANA ANAKKU?” bentak Johnattan.Ketika ada salah seorang anggota Interpol yang hendak menenangkan Johnattan, dengan cepat Johanattan menghempaskan tangan tersebut lalu memaksa untuk masuk.Langkah kaki Johnattan berhenti ketika melihat Dylan berdiri lesu. Hidung dan mata Dyan merah, menunjukkan Dylan telah nangis untuk waktu yang lama.“Apa yang terjadi dengan anakku? Aku tahu jika anaku pergi jauh untuk keluar dari orginasasi sialan itu, tapi bagaimana bisa Atlanta bunuh diri?” Johnattan mencengkram kemeja menantunya.Dylan sendiri diam saja. Perasaan Dylan sama hancurnya dengan Johnattan saat ini. Dylan tak bisa mengatakan apa-apa selain kata,“Maaf,” gu
Atlanta pergi keluar setelah selesai berpakaian menggunakan kaos milik suaminya. Ketika membuka pintu toilet, Atlanta dikejutkan dengan kehadiran Dylan. Sesaat Dylan dan Atlanta saling menatap tanpa kata-kata. Detik selanjutnya Atlanta menarik kerah seragam Dylan dan mencium bibirnya. Dylan yang awalnya terkejut pun perlahan menetralkan reaksinya sebelum membalas cumbuan itu. Tangan Dylan terangkat untuk merengkuh pinggang Atlanta. Betapa besarnya kerinduan yang terpendam dalam diri mereka satu sama lain. Meskipun tidak ada kata-kata yang terlontar, tetapi Atlanta dan Dylan tahu betul bagaimana perasaan pasangannya yang sesungguhnya. “Aku merindukanmu dengan buruk. Sangat merindukanmu,” bisik Dylan begitu pangutan mereka berakhir. Atlanta mengulum senyum dan menundukkan kepala. Tak berani menatap Dylan sebagai seorang suami setelah apa yang ia lalui selama ini. “Maafkan aku. Sebenarnya aku—” “Aku tahu, aku tahu jika kau sebenarnya melakukan in
CHAPTER 146 Atlanta membaca satu persatu kertas tersebut. Pembunuhan, perampokan, sabotase, spionase Industri, penyerangan siber, dan penipuan. Lengkap sekali. “Kenapa sejak awal kalian tidak menunjukkan ku semua bukti ini? Jika sejak awal aku melihat ini, bukankah akan lebih cepat selesai?” Atlanta berdecak kagum membaca buku kasus dalam rentang tiga belas tahun yang mengarah kepada namanya, Leona. “Ini lebih buruk dari buku kasusku ketika masih SMU dulu,” komentar Atlanta. Atlanta memisahkan tumpukan dokumen bukti-bukti sesuai jenisnya. Pertama, Atlanta menyingkirkan tumpukan dokumen mengenai kasus pembunuhan. “Aku juga baru tahu jika sidik jariku pernah ada di bukti-bukti pembunuhan. Pasti selama sepuluh tahun terakhir, kalian kehilangan jalan untuk menyelesaikan kasus bukan karena bukti selalu mengarah kepada orang yang sudah meninggal. Menemukan sidik jari yang tidak ada pemiliknya. Tapi aku yakin jika sidik jarik
“Kau terlambat lima belas menit. Tidak ada waktu. Letakkan saja barang milik Leona di sini dan pergi dari sini,” pinta Lay dingin, tanpa menatap Dylan. “Apa?” Dylan mundur satu langkah, menyadari ada sesuatu yang janggal. Lay berbalik badan, melayangkan tatapan meremehkan kepada Dylan. “Aku pikir kau setampan dewa hingga Leona rela menjadi orang normal ketika menikah denganmu. Ternyata kau tidak sehebat yang aku bayangkan.” “Letakkan saja barang Leona disini. Aku akan membereskannya,” sambung Dylan. Dylan menaikkan alisnya sebelah. “Setidaknya kita harus berkenalan terlebih dahulu bukan? Aku rasa kita memerlukan sedikit formalitas.” Lay memasang kaca mata hitam. “Untuk apa? Bukannya aku sudah mengenalmu?” Dylan tersenyum miring dan melemparkan ransel hitam ke arah Lay. “Itu yang kau inginkan? Ransel Atlanta? Kau memintanya secara paksa seakan ini berisi harta karun,” Ketika Lay menunduk, Dylan menodongkan pistol ke arah Lay. Be
Dylan membuka video terakhir, video yang belum lama di ambil. Tepat hari jadi kedua tahun pernikahan mereka.“Hari ini adalah hari jadi tahun kedua pernikahan kita. Aku tidak menyangka jika pernikahan kita masih bertahan.”Di dalam video itu Atlanta tampil anggun menggunakan gaun putih pendek. Rambutnya yang penjang di sanggul dan membiarkan anak rambut menjuntai. Video ini diambil sebelum mereka makan malam.“Sayang, Atlanta, manis, cantik, kenapa aku sangat menyukai setiap panggilan itu setelah menikah denganmu? Setiap kali kau memanggilku ‘sayang’ atau ‘Atlanta’, aku sangat menyukainya hingga ingin melupakan namaku asliku.” Sejak detik pertama, di video terakhir ini Atlanta tersenyum sendu. Tidak ada lagi senyuman ceria yang ia pancarkan.“Mungkin, ini akan menjadi video terakhir yang aku rekam untukmu. Aku tahu jika Interpol mulai menyelidikiku. Untuk kali ini aku akan
“Apakah aku di masa depan sudah ketahuan?”Atlanta tampil menawan menggunakan gaun pernikahan. Sudah jelas jika video ini telah di rekam lebih dari dua tahun yang lalu.“Hari ini adalah hari pernikahanku. Aku kira aku tidak akan menikah seumur hidup, ternyata aku masih memiliki kesempatan untuk bertemu dengan pangeran berkuda putih dalam hidupku.”Walau Atlanta terus mengatakan hal negatif, tapi senyuman manis yang menunjukkan kebahagiaan terus Atlanta tunjukkan sejak detik pertama video di mulai.“Jika video ini telah sampai kepada suamiku, artinya sesuatu yang buruk telah terjadi kepadaku.”Rupanya, Atlanta sudah mengetahui jika hari seperti ini akan mendatangi kehidupan pernikahan mereka yang damai. Atlanta sudah mempersiapkan diri sejak memutuskan menikah dengannya.“Ah, kau pasti tidak mengenal siapa aku. Tujuanku membuat video ini supaya kau lebih mengenal diriku.
“Sudah aku bilang aku bukan Atlanta. Leona bukanlah istrimu.”Dylan mencengkram bahu Atlanta, menatap mata Atlanta lekat-lekat. Mata Dylan sudah berkaca-kaca. Mencari sisa-sisa ketulusan dari pernikahan mereka.“Jika itu benar, tatap mataku.”Atlanta masih tidak bergeming dan tidak kuasa untuk menatap Dylan saat ini.“TATAP AKU ATLANTA!” Dylan mulai frustasi.“Tatap mataku dan katakan hal itu sekali lagi jika kau memang bersungguh-sungguh,” pinta Dylan.Perlahan, Atlanta memberanikan diri menatap mata Dylan. Sorot mata Dylan masih menunjukkan kehangatan sebagai seorang suami sekaligus tempatnya berpulang.Atlanta tidak bisa menyingkirkan suaminya sendiri dari hidupnya. Atlanta juga tidak ingin meninggalkan tempatnya berpulang. Tapi apa boleh buat? Atlanta tidak ingin menarik Dylan dalam bahaya lebih lanjut lagi.“Aku…” sesaat Atlanta lupa bagaimana caranya berna
“Zunaira, bukankah kau harus duduk di sini bersamaku untuk bercerita? Bagaimanapun kau juga terlibat secara langsung dalam kematian Lila. Kau harus menjelaskan kronologis bagaimana sahabat tersayangmu yang menjadi selingkuhan kekasihmu itu bisa tewas mengenaskan. Sepertinya kita harus bernostalgia bersama.”Johnny dan Orion sontak menatap Zunaira penuh tanda tanya. Zunaira berdeham dan menyalakan alat pengeras suara yang terhubung langsung dengan ruang introgasi.“Apa maksudmu Leona? Apa yang kau bicarakan?”Zunaira berusaha menahan amarahnya. Melihat raut wajah menyebalkan Atlanta selalu berhasil memancing amarah Zunaira. Sama seperti pertemanan mereka sepuluh tahun yang lalu.Atlanta mengerutkan dahi, pura-pura kebingungan. “Kenapa kau menanyaiku kembali? Aku mempunyai bukti yang konkret mengenai hubungan kalian. Datanglah kemari dan duduk bersamaku untuk membuktikan jika kau ingin membuktikan bahwa dirimu adalah manusia ta