Dylan mengetuk-ngetuk jemari di atas meja makan hotel. Memikirkan kembali reaksi Atlanta yang sangat aneh. Atlanta bisa mengubah reaksi manisnya menjadi asam dalam waktu sekejap.
“Apa Atlanta bipolar? Ah tidak, emosinya tidak seburuk itu.”
Menatap makanan yang tidak sempat Atlanta sentuh, Dylan memilih membuang makanan tersebut. Suasana hatinya sedang tak baik sejak ia kembali bertengkar dengan Atlanta.
“Aku baru tahu jika Atlanta bisa semarah itu. Aku sampai mengira kepribadian sinis dan dinginnya sudah hilang semenjak menikah. Ah, benar. Manusia mana yang bisa berubah dalam semalam? Kau bodoh Dylan, seharusnya kau tidak perlu menyinggungnya lagi. Tapi aku tidak bisa menahan rasa penasaranku.”
“Lupakan, aku akan memasan lagi untuk Atlanta ketika sudah di rumah.”
Dylan mengambil kunci mobil dan memutuskan untuk segera pulang. Takut Atlanta sudah menunggunya di apartemen.
***
Kegiatan Atlanta hari in
Atlanta membuka pintu kulkas, mengambil sereal kesukaannya. Kali ini Atlanta memakannya dengan susu.“Sayang, kemarilah.” Dylan menepuk sofa, menyuruh Atlanta segera duduk di sampingnya.Tanpa membantah Atlanta membawa makanan kesukaannya dan di letakkan di meja ruang tengah sebelum duduk di sebelah Dylan. Atlanta menuangkan sereal ke mangkuk susu.“Kau belum kenyang? Aku lihat tadi kau makan lebih banyak dari Valeria,” komentar Dylan.Tentu saja Atlanta masih merasa kelaparan karena seharian ini Atlanta tidak sempat makan saking sibuknya bekerja.“Aku hanya ingin mengemil. Tenang saja, aku tidak akan menjadi gendut,” balas Atlanta.Dylan mencubit pipi Atlanta gemas. “Aku tidak pernah khawatir kau gendut atau tidak. Aku hanya khawatir kau akan muntah karena terlalu kenyang.”“Tenanglah, tidak akan. Aku tahu batasanku.”Atlanta mulai melahap sereal. Selagi Atlanta makan
Dylan dan timnya mendapatkan tugas untuk mengawasi pesta mewah yang sedang di gelar di salah satu hotel mewah. Mereka mencurigai adanya spionase industri di pesta semewah ini.Zunaira di tugaskan di lapangan dan berbaur dengan para tamu undangan karena ia satu-satunya wanita yang ada di timnya. Hari ini Zunaira tampil anggun.Sementara Dylan, Orion dan yang lainnya berjaga di luar dan balik layar. Dylan bisa memantau semuanya melalui CCTV di ruang teknis khusus CCTV.“Titik B, clear,” ujar Atlanta.“Titik D, clear,” sahut Valeria dari sudut sana.“Zunaira gaun tosca pendek, ada di titik C,” kata Atlanta.Mata elang Oliver bisa menemukan keberadaan Zunaira dengan cepat. Masih memiliki dendam yang belum terselesaikan, Oliver memutuskan untuk menawarkan diri.“Zunaira? Biar aku yang bereskan.”“Dapatkan ponsel Zunaira, dia memotret aku dan Lay barusan,” perintah Atlanta.
CHAPTER 62 Sudah empat hari Atlanta duduk di depan komputer untuk menyelesaikan pekerjaan. Rasanya jari-jari Atlanta ingin patah saat ini juga. Atlanta mendesah pelan karena akhirnya tugas bagiannya sudah selesai. Atlanta adalah sebuah pilar Hilton. Posisi Atlanta menggantikan hackers hebat yang sudah pensiun delapan tahun yang lalu.Atlanta berjalan lemas dan menghempaskan tubuhnya ke sofa. Atlanta sudah kehabisan tenaga hanya untuk pergi untuk mengambil makanan layak. Mengambil ponsel, Atlanta di kejutkan dengan tiga buah panggilan tak terjawab dari Dylan. Seketika rasa kantuk Atlanta yang sudah di tahan berhari-hari lenyap seketika.“Dylan? Tumben sekali dia menelepon.”Tak ingin kembali ada salah paham, Atlanta menghubungi Dylan kembali. Kali ini tak perlu menunggu lama Dylan mengangkat panggilannya.“Sayang, maaf aku baru menyalakan ponselku.”
Hari ini Dylan pulang ke rumah setelah satu minggu bekerja. Walau Dylan hanya memiliki dua hari libur, tapi Dylan tetap bersemangat pulang ke rumah.Dylan dan Atlanta menghabiskan pagi seperti pasangan pada umumnya, memasak dan sarapan bersama. Hari ini Dylan ingin mengajak Atlanta pergi jalan-jalan. Hal yang selalu Dylan lakukan saat Dylan pulang ke rumah. Suatu hal penting yang tak boleh mereka lewatkan.Pakaian Atlanta hari ini cukup santai dan sangat sederhana, sebuah gaun hitam selutut berenda putih di bagian leher. Rambut panjang Atlanta di biarkan terurai begitu saja. Sementara Dylan menggunakan atasan berwarna biru dongker bermotif putih dan celana jeans.“Kau mau pergi ke pemakaman?” komentar Dylan melihat pakaian yang Atlanta gunakan hari ini. Di dukung dengan Atlanta menggunakan aksesoris kaca mata hitam.“Tentu saja bukan,” balas Atlanta.“Kau cantik, tapi sedikit menyeramkan. Tidak apa-apa, ayo pergi ke ba
“Leonis, sekarang berapa usiamu?” tanya Dylan lembut, mencari topik pembicaraan lain.Leonis tersenyum manis dan menunjukkan telapak tangannya. Memberi tahu jika umur Leonis sudah lima tahun saat ini. “Sebentar lagi aku akan berulang tahun ke enam. Kau harus datang jika aku merayakan ulang tahunku.”Tanpa ragu Dylan menganggukkan kepala, menerima undangan Leonis. “Beritahu aku jika ulang tahunmu akan di rayakan. Jika tidak ada kendala, aku dan Atlanta akan datang ke pesta ulang tahunmu nanti.”Sontak Atlanta dan Leondra saling bertukar pandang. Bukankah itu artinya Dylan akan berkunjung ke istana Adams suatu hari nanti?Ah, sepertinya cepat atau lambat Atlanta tidak akan bisa lari dari takdir yang sudah mengikatnya dengan keluarga Adams. Tapi sepertinya akan berbahaya jika Atlanta membawa Dylan ke sarang keluarganya.“Asik! Ayah harus mengundang Paman Dylan di hari ulang tahun aku nanti, OK?&rdq
“Kau! Kenapa sengaja menemuiku di sini? Aku kira uang kalian sudah banyak untuk menyewa satu bioskop. Aku tahu kau sengaja menemuiku, tidak ada kebetulan di dunia ini.”“Kau benar, aku sengaja menemuimu kemari,” jawab Leondra singkat. Masih sibuk dengan layar ponselnya sejak tadi.“Apa peringatan pertamaku padamu belum cukup? Kenapa kau terus mengusikku?” Atlanta mulai hilang kesabaran.Leondra menggunakan airpods di telinga mungil Leonis. Membiarkan Leonis menonton sebuah video. Leondra tak ingin Leonis mendengar percakapannya dengan Atlanta.“Aku tahu jika kau dan ayah bertengkar belum lama ini. Kalian berhasil menghancurkan kamar mandi mewah hotel Adams,” Leondra mengalihkan pembicaraan.Atlanta melipat kedua tangannya di depan dada. “Lalu? Itu bukan urusanmu.”“Aku tidak akan berhenti mengusikmu hingga kau berhenti dari pekerjaanmu.”Atlanta berdecih sinis. &l
“Serealmu sungguh sudah habis? Bukankah aku terakhir membelikanmu satu kardus? tanya Dylan.“Kau sepertinya memiliki gangguan ingatan. Kau sudah memberikannya padaku lama sekali.”“Bukankah seharusnya masih tersisa sedikit lagi?”Atlanta memasukkan sepuluh buah kotak sereal dari merek yang sama dengan rasa yang berbeda ke dalam keranjang.“Sebenarnya masih tersisa setengah kotak lagi,” jawab Atlanta.“Secepat itu kau menghabiskannya?” tanya Dylan lagi, mengikuti langkah Atlanta seraya mendorong keranjang belanja.“Tentu saja, itu ‘kan kesukaanku.”Ketika Atlanta hendak mengambil bumbu saos, ponsel Atlanta bergetar. Atlanta mengambil ponselnya dan menatap Dylan ragu karena Leondra lah yang menghubunginya.“Kenapa tidak kau angkat? Siapa itu?” Dylan penasaran.Atlanta masih menatap layar ponselnya yang menunjukkan sederet angka yang s
“Kau sudah lama menungguku?” tanya Atlanta saat Dylan masuk ke dalam mobil dan duduk di samping Atlanta. Membiarkan Atlanta menyetir mobil.“Aku tidak menunggu lama,” jawab Dylan jujur.Atlanta segera melajukan mobil dan pulang ke apartemen. Sesampainya mereka di basemen apartemen, Dylan menyadari jika mobil mewah itu sudah tidak ada lagi di parkiran.“Eh? Mobil mewah itu sudah pergi?”Refleks Atlanta ikut memperhatikan apa yang sedang Dylan lihat. “Kau benar, mobilnya sudah menghilang.”Dylan menatap Atlanta. “Kenapa Satpam bisa mengira itu mobil milikmu?”Atlanta berdecak pelan dan menggelengkan kepala. “Entahlah. Aku juga tidak mengerti kenapa Satpam itu bisa salah melihat. Jika aku memiliki mobil semewah itu, pasti kita sudah pindah dari sini bukan?”Dylan terkekeh ringan mendengar jawaban Atlanta. “Kau benar.”Atlanta dan Dylan berjalan ber
Dylan meraba saku celana dan menemukan sebuah kuku palsu milik Atlanta ketika hendak menaruhnya ke dalam tumpukan pakaian kotor. “Kuku Atlanta?” Sejenak Dylan memperhatikan kuku palsu cantik tersebut dengan detail. Saat mengarahkannya ke arah sinar matahari, Dylan menyadari jika ada yang berbeda. “Ini bukan hiasan biasa. Ini chip. Manikur menanam chip.” Dlan bergegas untuk membuka data dalam chip tersebut. “Kapan Atlanta meninggalkan ini di dalam saku celanaku?” gumam Dylan. Mendapatkan info-info penting untuk menyelesaikan kasusu, Dylan mencetak informasi yang Atlanta tinggalkan untuknya. Ini sama seperti Atlanta meninggalkannya sebuah peta dengan keterangan rinci. Hal yang harus Dylan lakukan adala mengikuti semua ptunjuk yang telah Atlanta tinggalkan untuknya. “Pelaku pembunuhan hilton selama ini adalah Olivia? Ayah Olivia juga membunuh Ibu kandung Atlanta? Oliver selama ini menggunakan replika sidik jari Atlanta untuk menutupi jeja
Johnattan menggebrak pintu kantor Interpol. Ada Leondra membuntuti Johnattan. Tak lupa Johnattan membawa beberapa ajudannya. Johnattan datang ke kantor dengan penuh emosi setelah mendapati kabar darii Dylan apa yang terjadi dengan putri kesayangannya.“DIMANA ANAKKU?” bentak Johnattan.Ketika ada salah seorang anggota Interpol yang hendak menenangkan Johnattan, dengan cepat Johanattan menghempaskan tangan tersebut lalu memaksa untuk masuk.Langkah kaki Johnattan berhenti ketika melihat Dylan berdiri lesu. Hidung dan mata Dyan merah, menunjukkan Dylan telah nangis untuk waktu yang lama.“Apa yang terjadi dengan anakku? Aku tahu jika anaku pergi jauh untuk keluar dari orginasasi sialan itu, tapi bagaimana bisa Atlanta bunuh diri?” Johnattan mencengkram kemeja menantunya.Dylan sendiri diam saja. Perasaan Dylan sama hancurnya dengan Johnattan saat ini. Dylan tak bisa mengatakan apa-apa selain kata,“Maaf,” gu
Atlanta pergi keluar setelah selesai berpakaian menggunakan kaos milik suaminya. Ketika membuka pintu toilet, Atlanta dikejutkan dengan kehadiran Dylan. Sesaat Dylan dan Atlanta saling menatap tanpa kata-kata. Detik selanjutnya Atlanta menarik kerah seragam Dylan dan mencium bibirnya. Dylan yang awalnya terkejut pun perlahan menetralkan reaksinya sebelum membalas cumbuan itu. Tangan Dylan terangkat untuk merengkuh pinggang Atlanta. Betapa besarnya kerinduan yang terpendam dalam diri mereka satu sama lain. Meskipun tidak ada kata-kata yang terlontar, tetapi Atlanta dan Dylan tahu betul bagaimana perasaan pasangannya yang sesungguhnya. “Aku merindukanmu dengan buruk. Sangat merindukanmu,” bisik Dylan begitu pangutan mereka berakhir. Atlanta mengulum senyum dan menundukkan kepala. Tak berani menatap Dylan sebagai seorang suami setelah apa yang ia lalui selama ini. “Maafkan aku. Sebenarnya aku—” “Aku tahu, aku tahu jika kau sebenarnya melakukan in
CHAPTER 146 Atlanta membaca satu persatu kertas tersebut. Pembunuhan, perampokan, sabotase, spionase Industri, penyerangan siber, dan penipuan. Lengkap sekali. “Kenapa sejak awal kalian tidak menunjukkan ku semua bukti ini? Jika sejak awal aku melihat ini, bukankah akan lebih cepat selesai?” Atlanta berdecak kagum membaca buku kasus dalam rentang tiga belas tahun yang mengarah kepada namanya, Leona. “Ini lebih buruk dari buku kasusku ketika masih SMU dulu,” komentar Atlanta. Atlanta memisahkan tumpukan dokumen bukti-bukti sesuai jenisnya. Pertama, Atlanta menyingkirkan tumpukan dokumen mengenai kasus pembunuhan. “Aku juga baru tahu jika sidik jariku pernah ada di bukti-bukti pembunuhan. Pasti selama sepuluh tahun terakhir, kalian kehilangan jalan untuk menyelesaikan kasus bukan karena bukti selalu mengarah kepada orang yang sudah meninggal. Menemukan sidik jari yang tidak ada pemiliknya. Tapi aku yakin jika sidik jarik
“Kau terlambat lima belas menit. Tidak ada waktu. Letakkan saja barang milik Leona di sini dan pergi dari sini,” pinta Lay dingin, tanpa menatap Dylan. “Apa?” Dylan mundur satu langkah, menyadari ada sesuatu yang janggal. Lay berbalik badan, melayangkan tatapan meremehkan kepada Dylan. “Aku pikir kau setampan dewa hingga Leona rela menjadi orang normal ketika menikah denganmu. Ternyata kau tidak sehebat yang aku bayangkan.” “Letakkan saja barang Leona disini. Aku akan membereskannya,” sambung Dylan. Dylan menaikkan alisnya sebelah. “Setidaknya kita harus berkenalan terlebih dahulu bukan? Aku rasa kita memerlukan sedikit formalitas.” Lay memasang kaca mata hitam. “Untuk apa? Bukannya aku sudah mengenalmu?” Dylan tersenyum miring dan melemparkan ransel hitam ke arah Lay. “Itu yang kau inginkan? Ransel Atlanta? Kau memintanya secara paksa seakan ini berisi harta karun,” Ketika Lay menunduk, Dylan menodongkan pistol ke arah Lay. Be
Dylan membuka video terakhir, video yang belum lama di ambil. Tepat hari jadi kedua tahun pernikahan mereka.“Hari ini adalah hari jadi tahun kedua pernikahan kita. Aku tidak menyangka jika pernikahan kita masih bertahan.”Di dalam video itu Atlanta tampil anggun menggunakan gaun putih pendek. Rambutnya yang penjang di sanggul dan membiarkan anak rambut menjuntai. Video ini diambil sebelum mereka makan malam.“Sayang, Atlanta, manis, cantik, kenapa aku sangat menyukai setiap panggilan itu setelah menikah denganmu? Setiap kali kau memanggilku ‘sayang’ atau ‘Atlanta’, aku sangat menyukainya hingga ingin melupakan namaku asliku.” Sejak detik pertama, di video terakhir ini Atlanta tersenyum sendu. Tidak ada lagi senyuman ceria yang ia pancarkan.“Mungkin, ini akan menjadi video terakhir yang aku rekam untukmu. Aku tahu jika Interpol mulai menyelidikiku. Untuk kali ini aku akan
“Apakah aku di masa depan sudah ketahuan?”Atlanta tampil menawan menggunakan gaun pernikahan. Sudah jelas jika video ini telah di rekam lebih dari dua tahun yang lalu.“Hari ini adalah hari pernikahanku. Aku kira aku tidak akan menikah seumur hidup, ternyata aku masih memiliki kesempatan untuk bertemu dengan pangeran berkuda putih dalam hidupku.”Walau Atlanta terus mengatakan hal negatif, tapi senyuman manis yang menunjukkan kebahagiaan terus Atlanta tunjukkan sejak detik pertama video di mulai.“Jika video ini telah sampai kepada suamiku, artinya sesuatu yang buruk telah terjadi kepadaku.”Rupanya, Atlanta sudah mengetahui jika hari seperti ini akan mendatangi kehidupan pernikahan mereka yang damai. Atlanta sudah mempersiapkan diri sejak memutuskan menikah dengannya.“Ah, kau pasti tidak mengenal siapa aku. Tujuanku membuat video ini supaya kau lebih mengenal diriku.
“Sudah aku bilang aku bukan Atlanta. Leona bukanlah istrimu.”Dylan mencengkram bahu Atlanta, menatap mata Atlanta lekat-lekat. Mata Dylan sudah berkaca-kaca. Mencari sisa-sisa ketulusan dari pernikahan mereka.“Jika itu benar, tatap mataku.”Atlanta masih tidak bergeming dan tidak kuasa untuk menatap Dylan saat ini.“TATAP AKU ATLANTA!” Dylan mulai frustasi.“Tatap mataku dan katakan hal itu sekali lagi jika kau memang bersungguh-sungguh,” pinta Dylan.Perlahan, Atlanta memberanikan diri menatap mata Dylan. Sorot mata Dylan masih menunjukkan kehangatan sebagai seorang suami sekaligus tempatnya berpulang.Atlanta tidak bisa menyingkirkan suaminya sendiri dari hidupnya. Atlanta juga tidak ingin meninggalkan tempatnya berpulang. Tapi apa boleh buat? Atlanta tidak ingin menarik Dylan dalam bahaya lebih lanjut lagi.“Aku…” sesaat Atlanta lupa bagaimana caranya berna
“Zunaira, bukankah kau harus duduk di sini bersamaku untuk bercerita? Bagaimanapun kau juga terlibat secara langsung dalam kematian Lila. Kau harus menjelaskan kronologis bagaimana sahabat tersayangmu yang menjadi selingkuhan kekasihmu itu bisa tewas mengenaskan. Sepertinya kita harus bernostalgia bersama.”Johnny dan Orion sontak menatap Zunaira penuh tanda tanya. Zunaira berdeham dan menyalakan alat pengeras suara yang terhubung langsung dengan ruang introgasi.“Apa maksudmu Leona? Apa yang kau bicarakan?”Zunaira berusaha menahan amarahnya. Melihat raut wajah menyebalkan Atlanta selalu berhasil memancing amarah Zunaira. Sama seperti pertemanan mereka sepuluh tahun yang lalu.Atlanta mengerutkan dahi, pura-pura kebingungan. “Kenapa kau menanyaiku kembali? Aku mempunyai bukti yang konkret mengenai hubungan kalian. Datanglah kemari dan duduk bersamaku untuk membuktikan jika kau ingin membuktikan bahwa dirimu adalah manusia ta