“Maaf, apakah benar jika istriku datang kemari sebelumnya karena hipotermia, bukan demam? Apa kau memalsukan sengaja memalsukan hasil diagnosismu waktu itu?”
Dokter muda itu tak bisa menyembunyikan rasa terkejutnya ketika perbuatan jahatnya telah diketahui oleh target. Mendadak dokter muda itu kehabisan kata-kata untuk menjelaskan kepada Dylan karena dirinya sudah tertangkap basah.
“Bisa tolong jelaskan apa yang sebenarnya terjadi? Kau bukan dokter gadungan yang di bayar, bukan?”
“Aku—” Dokter muda melirik kanan kiri, mencoba mencari bantuan. Tapi hasilnya nihil. Sudah tak ada lagi jalan keluar.
Teman Samuel menghela napas. Tak bisa lagi mengelak.
“Aku hanya memenuhi permintaan Samuel dan pasien. Samuel menjebakku ke dalam syarat pribadi yang tidak bisa aku tolak meski sebagai dokter. Kau bisa menanyakan alasan kepada mereka secara langsung kenapa memintaku seperti itu,” jawabnya berusaha setenang mungkin.
Dylan melipat kedua tangannya
“Lalu bisakah kau ceritakan bagaimana bisa malam itu Samuel membawamu dalam keadaan hipotermia?” Atlanta kini tak bisa menyembunyikan perasaan terkejutnya. Pertanyaan ini sudah tepat sasaran. ‘Jika seperti ini terus, bisa-bisa Dylan berhasil membuka topengku secara sempuarna.’ Dylan tersenyum tipis. “Aku mengetahuinya dari dokter muda yang tak lain adalah teman Samuel. Jangan salahkan dia, salahku karena telah mendesak dia untuk menjawab,” klarifikasinya. “Maaf aku telah membohongimu. Malam itu aku berenang dan mengalami hipotermia. Aku tidak ingin membuatmu yang lagi bekerja menjadi khawatir. Aku tidak ingin mengganggumu. Jadi aku meminta dokter mengatakan jika aku hanya mengalami demam supaya kau tak khawatir,” sesal Atlanta. Padahal alasan itu hanyalah salah satu alasan dari seribu alasan yang Atlanta milikki. Alasan utamanya adalah Atlanta tak bisa berkata jujur kepada Dylan malam itu. Tetapi apa boleh buat, hari ini Atlanta harus
Selagi menunggu Atlanta bangun setelah tidur yang mana masih terpengaruhi oleh obat dokter, Dylan memutuskan untuk membereskan ruang kerja Atlanta. Satu-satunya ruangan yang jarang Dylan sentuh.Dikarenakan Atlanta tak lagi bekerja dimanapun, maka dari itu Dylan tak ragu untuk merapihkan ruang kerja Atlanta. Toh Atlanta seharusnya tak lagi memiliki kesibukan di ruangan ini. Jadi tak ada salahnya Dylan membantu Atlanta membereskan ruang kerjanya.“Ruangannya cukup rapih. Tetapi tetap saja ada yang masih berantakan.”Dylan mulai merapihkan barang-barang yang berantakan di ruang kerja Atlanta. Tak hanya itu, Dylan juga membersihkan semua alat komputer Atlanta yang ada di atas meja.“Astaga ini sangat kotor, pasti Atlanta tak pernah membereskannya.”Ketika Dylan hendak membersihkan sudut ruangan menggunakan penyedot debu, Dylan mengernyit bahwa penyedot debunya tak bisa masuk ke sela. Ingin tahu penyebabnya, Dylan berjongkok unt
“Sayang, kau menangis?”Atlanta segera menghapus jejak air matanya dengan cepat. “Aku hanya terlalu menghayati lagu. Bagaimana denganmu? Apa kau memiliki lagu yang ingin kau nyanyikan?” tanyanya mengalihkan pembicaraan.Oh, her eyes, her eyesMake the stars look like they're not shinin'Her hair, her hairFalls perfectly without her tryin'She's so beautiful and I tell her everydayDylan menatap Atlanta penuh puja. Menunjukkan bahwa seluruh lirik tersebut Dylan sengaja tujukan pada sang istri.Yeah, I know, I knowWhen I compliment her, she won't believe meAnd it's so, it's soSad to think that she don't see what I seeBut every time she asks me, "Do I look okay?"I saySuara Dylan yang berat namun tetap mengalun lembut membawakan sepenggal lagu untuk meromantisi malam berbahagia ini.
“Kenapa kau yang menjemputku?”Atlanta membuka kacamata hitam dan menatap mobil hitam mewah itu dengan heran. Sedangkan orang yang menjemput Atlanta tersenyum sombong.“Seharusnya kau berterima kasih karena aku mau menjemputmu. Naiklah, aku akan mengantarmu.” Leondra menunjuk jok di sampingnya menggunakan jari jempol.“Kau tidak mau membawakan ini untukku?”Leondra menggeleng dengan santai. “Aku tahu kau tak selemah itu. Cepat masukkan saja.”Setelah pintu bagasi mobil terbuka, Atlanta memasukkan kedua kopernya ke dalam bagasi. Barulah Atlanta duduk di jok samping Leondra. Tanpa perlu bertanya, Leondra langsung menginjakkan pedal gas dan membawa mobil menuju kediaman Adams.“Pukul berapa penerbanganmu?” tanya Leondra. Memecahkan keheningan diantara mereka.Atlanta bersiku di jendela mobil. Kaca pintu mobil sengaja dibuka dan membiarkan angin menyapanya.“Pukul du
Atlanta memarkirkan mobil di basement gedung Hilton. Setelah menarik napasnya dalam-dalam, Atlanta memantapkan diri untuk masuk ke dalam gedung Hilton yang memiliki dekorasi sederhana namun memiliki fasilitas yang mewah.“Leona!” sambut Lay ketika melihat kedatangan Atlanta.“Lay!” sambut balik Atlanta.“Dimana Valeria?” tanya Atlanta karena hanya melihat Oliver dan Lay saja yang berada di ruangan ini.“Pergi keluar.”Atlanta ber-oh ria.Oliver yang tengah duduk bersantai di sofa pun mengeluarkan beberapa kertas untuk Atlanta yang sudah dipersiapkannya. Kertas tersebut tak lain adalah sekumpulan informasi target dan beberapa lembar peta.Atlanta menatap beberapa kertas di tangannya ini dengan lekat. “Aku akan memberikanmu kabar melalui saluran khusus untuk menghindari kegagalan pengiriman karena aku belum tentu bisa kembali.”Oliver tersenyum miring. “Ini adalah
Di dalam pesawat Atlanta mengganti jaket kulitnya menjadi hoodie hitam dan menutup kepalanya menggunakan kupluk. Atlanta sengaja mengambil kelas bisnis supaya bisa beristirahat dengan nyaman sepanjang perjalanan selama dua puluh empat jam.Atlanta menghabiskan waktu selama di pesawat dengan makan dan tidur. Terakhir Atlanta pergi ke luar negeri ketika berusia sembilan belas tahun untuk menyelesaikan misi dari Hilton. Semenjak identitasnya berubah, Atlanta tak pernah pergi keluar negeri.Tak banyak barang bawaan yang Atlanta bawa di dalam ransel daruratnya. Hanya setumpuk uang, dua buah laptop, ponsel kuno, sebotol air putih dan alat darurat lainnya. Ponsel miliknya sengaja Atlanta tinggalkan di apartemen.Sejujurnya Atlanta juga tak bisa membayangkan bagaimana reaksi Dylan saat mengetahui dirinya pergi ke tempat jauh tanpa sepengetahuan dirinya. Dalam hati terkecil Atlanta merasa bersalah kepada Dylan karena sudah pergi tanpa pamit.Tapi apa boleh buat, A
“Halo, Bu? Apa kau mengirimkanku uang akhir-akhir ini?” tanya Dylan begitu panggilan langsung terhubung.“Uang apa? Kau meminta uang padaku? Apa kebutuhan dapurmu terlalu banyak? Bukankah gaji lima ribu dollarmu sudah lebih dari cukup?”“Bukan. Bukan itu yang aku maksud. Aku meminjam uang satu juta dollar ke bank dan customer service menghubungiku jika hutangku sudah lunas. Aku hanya ingin bertanya apa kau yang melunaskannya untukku?”“Kau sungguh tak bisa mengukur kemampuan diri sendiri sehingga meminjam uang banyak ke bank. Tentu saja bukan aku. Untuk apa aku melunaskan hutangmu di saat kau masih dalam kondisi kuat mencari nafkah?” Dylan terdiam. Jelas sekali Veronica sedang berbicara jujur saat ini. Terdengar dari nada bicaranya yang jutek.“Oh ya Bu, omong-omong mobilmu yang diberikan kepada Atlanta rusak parah. Atlanta mengalami kecelakaan.”“Anakku
“Atlanta pergi? Kemana?” Dylan tercenung mendapati surat pamit yang tak pernah Dylan bayangkan sebelumnya. Ryan yang diam-diam keluar dari ruang kerja Atlanta pun mengerutkan dahi mendapati suasana aneh. “Ada apa?” Tak kunjung mendapatkan jawaban, Ryan merebut kertas tersebut dan membacanya. Sejujurnya Ryan sedikit terkejut setelah membaca surat singkat ini. Berarti apa yang Ryan hari itu memang benar jika Atlanta pergi ke bandara dini hari itu. Apa yang terjadi seandainya Ryan menegur sapa Atlanta hari itu? Dylan menghela napas dengan berat. “Aku tidak pernah tahu keberadaan keluarga Atlanta. Aku juga tidak tahu siapa saja teman atau rekan kerja Atlanta selama ini. Aku tidak tahu mencari tahu Atlanta kemana. Salahku karena kurang memperhatikan istriku.” Veronica mengusap lembut punggung Dylan. “Atlanta sudah dewasa. Kau sudah melakukan yang terbaik untuk menjaga istrimu. Bagaimana jika kau menunggu, sesuai permintaan istrimu?
Dylan meraba saku celana dan menemukan sebuah kuku palsu milik Atlanta ketika hendak menaruhnya ke dalam tumpukan pakaian kotor. “Kuku Atlanta?” Sejenak Dylan memperhatikan kuku palsu cantik tersebut dengan detail. Saat mengarahkannya ke arah sinar matahari, Dylan menyadari jika ada yang berbeda. “Ini bukan hiasan biasa. Ini chip. Manikur menanam chip.” Dlan bergegas untuk membuka data dalam chip tersebut. “Kapan Atlanta meninggalkan ini di dalam saku celanaku?” gumam Dylan. Mendapatkan info-info penting untuk menyelesaikan kasusu, Dylan mencetak informasi yang Atlanta tinggalkan untuknya. Ini sama seperti Atlanta meninggalkannya sebuah peta dengan keterangan rinci. Hal yang harus Dylan lakukan adala mengikuti semua ptunjuk yang telah Atlanta tinggalkan untuknya. “Pelaku pembunuhan hilton selama ini adalah Olivia? Ayah Olivia juga membunuh Ibu kandung Atlanta? Oliver selama ini menggunakan replika sidik jari Atlanta untuk menutupi jeja
Johnattan menggebrak pintu kantor Interpol. Ada Leondra membuntuti Johnattan. Tak lupa Johnattan membawa beberapa ajudannya. Johnattan datang ke kantor dengan penuh emosi setelah mendapati kabar darii Dylan apa yang terjadi dengan putri kesayangannya.“DIMANA ANAKKU?” bentak Johnattan.Ketika ada salah seorang anggota Interpol yang hendak menenangkan Johnattan, dengan cepat Johanattan menghempaskan tangan tersebut lalu memaksa untuk masuk.Langkah kaki Johnattan berhenti ketika melihat Dylan berdiri lesu. Hidung dan mata Dyan merah, menunjukkan Dylan telah nangis untuk waktu yang lama.“Apa yang terjadi dengan anakku? Aku tahu jika anaku pergi jauh untuk keluar dari orginasasi sialan itu, tapi bagaimana bisa Atlanta bunuh diri?” Johnattan mencengkram kemeja menantunya.Dylan sendiri diam saja. Perasaan Dylan sama hancurnya dengan Johnattan saat ini. Dylan tak bisa mengatakan apa-apa selain kata,“Maaf,” gu
Atlanta pergi keluar setelah selesai berpakaian menggunakan kaos milik suaminya. Ketika membuka pintu toilet, Atlanta dikejutkan dengan kehadiran Dylan. Sesaat Dylan dan Atlanta saling menatap tanpa kata-kata. Detik selanjutnya Atlanta menarik kerah seragam Dylan dan mencium bibirnya. Dylan yang awalnya terkejut pun perlahan menetralkan reaksinya sebelum membalas cumbuan itu. Tangan Dylan terangkat untuk merengkuh pinggang Atlanta. Betapa besarnya kerinduan yang terpendam dalam diri mereka satu sama lain. Meskipun tidak ada kata-kata yang terlontar, tetapi Atlanta dan Dylan tahu betul bagaimana perasaan pasangannya yang sesungguhnya. “Aku merindukanmu dengan buruk. Sangat merindukanmu,” bisik Dylan begitu pangutan mereka berakhir. Atlanta mengulum senyum dan menundukkan kepala. Tak berani menatap Dylan sebagai seorang suami setelah apa yang ia lalui selama ini. “Maafkan aku. Sebenarnya aku—” “Aku tahu, aku tahu jika kau sebenarnya melakukan in
CHAPTER 146 Atlanta membaca satu persatu kertas tersebut. Pembunuhan, perampokan, sabotase, spionase Industri, penyerangan siber, dan penipuan. Lengkap sekali. “Kenapa sejak awal kalian tidak menunjukkan ku semua bukti ini? Jika sejak awal aku melihat ini, bukankah akan lebih cepat selesai?” Atlanta berdecak kagum membaca buku kasus dalam rentang tiga belas tahun yang mengarah kepada namanya, Leona. “Ini lebih buruk dari buku kasusku ketika masih SMU dulu,” komentar Atlanta. Atlanta memisahkan tumpukan dokumen bukti-bukti sesuai jenisnya. Pertama, Atlanta menyingkirkan tumpukan dokumen mengenai kasus pembunuhan. “Aku juga baru tahu jika sidik jariku pernah ada di bukti-bukti pembunuhan. Pasti selama sepuluh tahun terakhir, kalian kehilangan jalan untuk menyelesaikan kasus bukan karena bukti selalu mengarah kepada orang yang sudah meninggal. Menemukan sidik jari yang tidak ada pemiliknya. Tapi aku yakin jika sidik jarik
“Kau terlambat lima belas menit. Tidak ada waktu. Letakkan saja barang milik Leona di sini dan pergi dari sini,” pinta Lay dingin, tanpa menatap Dylan. “Apa?” Dylan mundur satu langkah, menyadari ada sesuatu yang janggal. Lay berbalik badan, melayangkan tatapan meremehkan kepada Dylan. “Aku pikir kau setampan dewa hingga Leona rela menjadi orang normal ketika menikah denganmu. Ternyata kau tidak sehebat yang aku bayangkan.” “Letakkan saja barang Leona disini. Aku akan membereskannya,” sambung Dylan. Dylan menaikkan alisnya sebelah. “Setidaknya kita harus berkenalan terlebih dahulu bukan? Aku rasa kita memerlukan sedikit formalitas.” Lay memasang kaca mata hitam. “Untuk apa? Bukannya aku sudah mengenalmu?” Dylan tersenyum miring dan melemparkan ransel hitam ke arah Lay. “Itu yang kau inginkan? Ransel Atlanta? Kau memintanya secara paksa seakan ini berisi harta karun,” Ketika Lay menunduk, Dylan menodongkan pistol ke arah Lay. Be
Dylan membuka video terakhir, video yang belum lama di ambil. Tepat hari jadi kedua tahun pernikahan mereka.“Hari ini adalah hari jadi tahun kedua pernikahan kita. Aku tidak menyangka jika pernikahan kita masih bertahan.”Di dalam video itu Atlanta tampil anggun menggunakan gaun putih pendek. Rambutnya yang penjang di sanggul dan membiarkan anak rambut menjuntai. Video ini diambil sebelum mereka makan malam.“Sayang, Atlanta, manis, cantik, kenapa aku sangat menyukai setiap panggilan itu setelah menikah denganmu? Setiap kali kau memanggilku ‘sayang’ atau ‘Atlanta’, aku sangat menyukainya hingga ingin melupakan namaku asliku.” Sejak detik pertama, di video terakhir ini Atlanta tersenyum sendu. Tidak ada lagi senyuman ceria yang ia pancarkan.“Mungkin, ini akan menjadi video terakhir yang aku rekam untukmu. Aku tahu jika Interpol mulai menyelidikiku. Untuk kali ini aku akan
“Apakah aku di masa depan sudah ketahuan?”Atlanta tampil menawan menggunakan gaun pernikahan. Sudah jelas jika video ini telah di rekam lebih dari dua tahun yang lalu.“Hari ini adalah hari pernikahanku. Aku kira aku tidak akan menikah seumur hidup, ternyata aku masih memiliki kesempatan untuk bertemu dengan pangeran berkuda putih dalam hidupku.”Walau Atlanta terus mengatakan hal negatif, tapi senyuman manis yang menunjukkan kebahagiaan terus Atlanta tunjukkan sejak detik pertama video di mulai.“Jika video ini telah sampai kepada suamiku, artinya sesuatu yang buruk telah terjadi kepadaku.”Rupanya, Atlanta sudah mengetahui jika hari seperti ini akan mendatangi kehidupan pernikahan mereka yang damai. Atlanta sudah mempersiapkan diri sejak memutuskan menikah dengannya.“Ah, kau pasti tidak mengenal siapa aku. Tujuanku membuat video ini supaya kau lebih mengenal diriku.
“Sudah aku bilang aku bukan Atlanta. Leona bukanlah istrimu.”Dylan mencengkram bahu Atlanta, menatap mata Atlanta lekat-lekat. Mata Dylan sudah berkaca-kaca. Mencari sisa-sisa ketulusan dari pernikahan mereka.“Jika itu benar, tatap mataku.”Atlanta masih tidak bergeming dan tidak kuasa untuk menatap Dylan saat ini.“TATAP AKU ATLANTA!” Dylan mulai frustasi.“Tatap mataku dan katakan hal itu sekali lagi jika kau memang bersungguh-sungguh,” pinta Dylan.Perlahan, Atlanta memberanikan diri menatap mata Dylan. Sorot mata Dylan masih menunjukkan kehangatan sebagai seorang suami sekaligus tempatnya berpulang.Atlanta tidak bisa menyingkirkan suaminya sendiri dari hidupnya. Atlanta juga tidak ingin meninggalkan tempatnya berpulang. Tapi apa boleh buat? Atlanta tidak ingin menarik Dylan dalam bahaya lebih lanjut lagi.“Aku…” sesaat Atlanta lupa bagaimana caranya berna
“Zunaira, bukankah kau harus duduk di sini bersamaku untuk bercerita? Bagaimanapun kau juga terlibat secara langsung dalam kematian Lila. Kau harus menjelaskan kronologis bagaimana sahabat tersayangmu yang menjadi selingkuhan kekasihmu itu bisa tewas mengenaskan. Sepertinya kita harus bernostalgia bersama.”Johnny dan Orion sontak menatap Zunaira penuh tanda tanya. Zunaira berdeham dan menyalakan alat pengeras suara yang terhubung langsung dengan ruang introgasi.“Apa maksudmu Leona? Apa yang kau bicarakan?”Zunaira berusaha menahan amarahnya. Melihat raut wajah menyebalkan Atlanta selalu berhasil memancing amarah Zunaira. Sama seperti pertemanan mereka sepuluh tahun yang lalu.Atlanta mengerutkan dahi, pura-pura kebingungan. “Kenapa kau menanyaiku kembali? Aku mempunyai bukti yang konkret mengenai hubungan kalian. Datanglah kemari dan duduk bersamaku untuk membuktikan jika kau ingin membuktikan bahwa dirimu adalah manusia ta