Happy reading ;)
----------------
Malam kian larut, namun Emily dan Mike justru sibuk memasang tenda dan api unggun di luar rumah. "Selesai!" seru Mike seraya melihat tenda yang telah berdiri kokoh.
"Aku akan membawa sleeping bag." Emily beranjak meninggalkan Mike. Pria itu segera menyusun kayu di depan tenda.
Tak berselang lama, Emily terkekeh melihat Mike yang mengumpat karena api tak kunjung menyala sedangkan udara malam kian menusuk menembus coatnya.
"Belum berhasil?" tanya Emily terkekeh penuh cemooh. Ia menyimpan sleeping bag dan selimut bulu tebal ke dalam tenda sebelum menghampiri Mike yang sibuk dengan kayu.
"Ku rasa karena udara disini terlalu dingin," kilah Mike dengan menggaruk tengkuknya.
"Apa itu artinya kau tak bisa melakukannya?" Emily berjongkok pemantik dan ranting kayu kecil. Tak lama api itu kian menyala dan melahap kayu yang sudah di susun.
Mike tertawa bodoh dan menarik Emily duduk di depan perapian. Ia me
Happy reading ;)----------------Lima hari berlalu, Mike dan Emily kini tengah menunggu seseorang untuk persiapan pernikahan mereka yang terhitung enam bulan dari sekarang.Mike memaksa segera mempersiapkan semuanya agar di saat hari itu tiba tak ada kesalahan bahkan kekurangan apapun. Ia bahkan menolak saran sang ibu untuk mempercayakan semuanya.Bahkan Emily yang meminta agar Mike tak perlu terburu buru, permintaan itu di abaikan dan di anggap sebagai angin lalu bagi Mike. Ia tetap ingin merancang pernikahannya dengan rencana dekorasi yang telah mereka bangun.Emily tahu Mike ingin membuat pernikahan mereka tanpa noda sedikitpun, tapi bukankah ini terlalu dini? Namun daripada bersikeras dan berujung dengan perdebatan, pada akhirnya Emily mengikuti keinginan prianya.Tak berselang lama seorang pria berlarian menghampiri Mike dan hal itu jelas membuat Mike risih."Maafkan saya Sir, saya datang terlambat." Pria itu menunduk sembari me
Happy reading ;)--------------Mata Mike membulat sempurna. "Benarkah?" Eveline mengangguk santai begitupula y Jeff. "Lalu, bagaimana dengan orang tuamu?" tanya Emily menyelidik.Eveline terkekeh kemudian duduk di samping Jeff. "Ia menerimanya karena mereka telah menantikan seorang bayi." Mike bernafas lega mengingat Alice dan Milla (ibu Eveline) memiliki sifat yang sama."Langkahmu terlalu bodoh Mike," Eveline tertawa kecil sembari menaruh gelasnya."Harusnya kau hamil saja kakak ipar, jadi tak ada alasan menolak kebahagiaan karena kehadiran seorang bayi.""Benar, jadi tak akan ada drama pertengkaran seperti kemarin," timpal Mike mengedipkan sebelah mata pada Emily.***Lima jam berlalu, Mike dan Emily akhirnya bisa terbebas dari urusan dekorasi pernikahan mereka. Karena semuanya telah Eveline jamin dengan imbalan satu rumah baru yang di design sesuai keinginannya.Tentunya itu adalah hadiah karena Eveline telah
Happy reading ;)--------------Mike tersentak. Ini kedua kalinya Emily memutuskan hubungan. Tidak, ia tak akan membiarkan itu. Sebentar lagi, hanya menghitung waktu dimana hari bahagia itu akan tiba."Percayalah padaku, aku tidak melakukan apapun dengannya," Mike menggenggam tangan Emily yang menegang kaku."Apa yang membuat aku harus percaya Mike?""Emily, ini-""Tadinya aku ragu untuk menemui wanita tua itu, tapi ku rasa sebaiknya aku kembali.. ke tempatku semula." Emily menghempas tangan Mike dan berlalu pergi.Tidak, tidak, ini tidak boleh terjadi. Mike menyusul Emily dan kembali meraih lengannya. "Cukup Mike!" Emily mengeluarkan pisau hendak bersentuhan dengan kulit leher Mike."Aku sudah muak!" Emily menaruh pisau itu tepat di ujung nadi pergelangan tangannya. "Jika kau terus memaksa, aku berjanji kita tidak akan pernah bertemu lagi."Mike tersentak. Wajahnya gusar melihat wanitanya hendak bunuh diri. "Emily," lir
Happy reading ;)----------------Emily berlutut merasakan panas di area betis. Siapa yang berani menembaknya? Emily mengerang. Ia kembali berdiri walau terhuyung hingga akhirnya kembali jatuh.Bodyguard Loginova segera membungkam Emily dengan obat bius hingga tertidur. Wanita tua itu tersenyum simpul saat tubuh Emily di bawa oleh bawahannya."Siapkan private jet dan obati dia," titah Loginova. Ia kemudian keluar menaiki mobil range tover hitam bersama Emily.Dengan sigap, seseorang yang telah berjaga di mobil menggulung celana Emily hingga lutut. Ia kemudian mengeluarkan peluru yang sedikit menembus bagian terdalam kulit.Setelahnya, kedua tangan itu bekerja sama untuk menjahit luka dan menutupnya dengan kassa setelah diberikan desinfektan.Loginova menumpang kaki dengan tatapannya yang tajam. Ia melihat detail bagaimana bawahannya begitu terlatih mengobati luka.Sementara Emily tertidur tanpa tahu apa yang sedang ia alami dal
Happy reading ;)------------------Jeff membawa Mike dengan cara mencengkram kerah bajunya kasar. "Kau tahu dimana Emily bukan?" racau Mike dengan tatapannya yang kosong.Jeff tak menggubris, ia bahkan semakin erat mencengkram Mike. Jika saja Eve tak ada, ia sudah pasti menghabisi Mike hingga tak sadarkan diri.Eveline keluar dari mobil ketika Jeff membawa Mike keluar dari club. Ia tahu Jeff sedang menahan amarahnya untuk tak memukuli sang kakak.Eve membukakan pintu untuk Mike. Dengan kasar, Jeff membanting Mike hingga tertelungkup di atas jok belakang. Ia menggeram rendah mengepalkan tangan erat."Apa terjadi sesuatu?" tanya Eve khawatir.Jeff membelai pipi istrinya halus. Ada rasa bersalah karena melakukan hal kasar di depan Eve. "Kemarilah," Jeff memeluk hangat sang istri menyuarakan maaf atas tindakannya tadi, dan Eve memahami itu."Maafkan jika Mike-""It's okay honey. Masuklah." Jeff mengecup puncak kepala Eve da
Happy reading :)-----------------Jeff akhirnya menghempas Mike setelah ia berusaha menahan tangannya yang hampir memukul wajah Mike. Walau bagaimanapun pria itu adalah kaka sepupu dari sang istri, juga pria yang amat di cintai oleh adiknya.Mike terduduk seiring dengan matanya yang menahan tangis atas sesak dan kebodohannya sendiri. Ia tak menyangka jika pada akhirnya wanitanya menderita. Selain salah paham yang menyakiti Emily juga wanita itu harus menderita seperti sekarang.Harusnya ia berusaha mencegah dan menahannya pergi. Harusnya ia menyadari saat Celline tiba tiba ada di kamar tanpa sepengetahuannya.Harusnya ia menyeret Celline untuk menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi bukan membuat Emily semakin yakin atas dugaannya sendiri. Bodoh! Bodoh!Mike menjambak rambutnya sendiri. Ia merasa payah dan bodoh, ia telah berjanji untuk tak melakukan kesalahan apapun agar Emily terus berada di sisinya. Tapi apa?Ia bahkan tak bisa me
Happy reading ;)----------------Fyodor menghembuskan nafas samar. "Urusan ayahmu jadikan posisi kedua. Sekarang kita menyusun rencana." Fyodor kembali membuka peta digital mereka."Kita tidak akan datang terpisah mengingat kota itu memang selalu di perketat dari segi ke amanan. Kita akan berpencar saat sudah berada di kota tersebut."Fyodor meraih peta digital yang berada di bawah lapisan kaca meja. Ia menggeser kedua jarinya memperbesar daerah yang akan mereka serang."Kau berada di bagian Timur, aku sendiri bagian barat lalu kau bagian Utara." Fyodor menunjuk titik yang harus Mike serang."Biar aku yang melindungimu," ujar Caspar di balik pintu. Ketiganya tertegun melihat kedatangan Caspar dan beberapa anggota lainnya di belakang."Mengingat kau hanya bertubuh besar atletis saja, tapi ku jamin kau payah dalam berkelahi." Caspar berjalan mulai bergabung."Akan ku bungkam mulutmu nanti," sinis Mike. Matt mengangkat satu alis
Happy reading :)------------------Tepat saat itu juga..Dor! Dor! Dor!Suara tembakan keras membuat Daniel tersentak dan spontan berdiri. Ia meraih deagle untuk melindungi diri. Siapa yang berani masuk ke dalam ruangan ini? Sial!Mike bersembunyi di balik pembatas dinding. Ia kembali menarik pelatuk dan menembak sesuai sasaran. Sedang Fyodor dan Matt meraih tali dan melilitkannya pada musuh hingga tercekik dan mati.Jeff dan Caspar bergabung bersama Mike untuk melesatkan peluru melumpuhkan musuh. Tembakan demi tembakan kian nyaring. Mata Mike berlarian mencari sosok wanitanya.Emily terkejut melihat Mike tengah menembaki musuh sembari mencari dirinya. Emily berusaha berteriak walau mulutnya tertutup kain. Hanya erangan yang ia keluarkan dari tenggorokannya."Emily," lirih Mike ketika mata mereka bertemu. Ia bergegas melompati jendela kaca agar dapat segera membebaskan wanitanya.Mata Emily berkaca ketika Mike dengan ce
Happy reading ;)--------------Emily seolah melayang kala pria itu mempersilahkan dan menatap detail setiap pergerakan Emily. Loginova mengulurkan tangan membawa Emily menuju altar. Senyumnya merekah indah namun berbeda dengan degup jantungnya seolah bersorak.Sementara bridesmaid berada di belakang mengiringi langkah Emily. Ribuan lampu berbentuk lilin yang berbentuk kristal mengisi langit langit gedung dengan pola melingkar hingga menyatu tepat di atas altar.Beberapa bunga mawar merah tersedia di setiap sudut meja para tamu, serta background dengan air terjun memenuhi keseluruhan tempat dimana mereka akan mengucap janji sehidup semati.Jalan yang ia tapaki seolah menyambut kedatangan Emily seperti seorang ratu juga di bagian sisi kiri dan kanan terdapat bunga anggrek putih yang menggumpal dan panjang
Happy reading ;)----------------"Sebenarnya, Celline datang ke mansion untuk meminta maaf pada kita." Mike terdiam begitupun dengan Emily di sebrang sana."Lalu?" tanya Emily santai namun ia segera membentengi hati jika pernyataan Mike membuatnya luka atau melebihi itu."Tak ada perbincangan serius, kami hanya berbincang tentang kejadian yang menimpa kita," jawab Mike pasti. Emily pun tersenyum mendengar nada pria itu yang jujur."Oke."Mike terdiam dan merubah posisi menjadi telungkup. "Hanya, oke?" tanyanya memastikan."Ya, memang kau mau apa lagi?""Tidak. Hanya itu."Emily tergelak di sebrang sana. Dua jam berlalu mereka sama sama tak ingin melepaskan ponsel dari telinga mereka, walau panas tapi setidaknya mereka akan sama sama tidur terlelap.***Satu bulan berlalu, Mike benar benar memajukan tanggal pernikahan mereka, dan kini hari itu tiba. Ia tak sabar untuk segera bertemu dengan calon
Happy reading ;)-----------------"Mike, bisakah kita bicara?" Wanita itu bergegas berdiri menghentikan langkah Mike yang acuh tak peduli. Sementara Egbert menepuk pundak sang anak dan berlalu pergi.Halaman utama mansion menjadi pilihan Mike untuk mengabulkan keinginan wanita itu. Sebenarnya jengah, namun Mike tak bisa menolak jika pertemuan mereka adalah yang terakhir mengingat Celline akan segera pergi ke Jepang dalam waktu yang lama."Langsung saja, tak ada waktu." Mike melirik jam tangan dan memasukkan kedua tangannya ke dalam saku. Pandangannya lurus tak menoleh bahkan berhadapan dengan mantan kekasihnya dulu."Aku tahu aku salah saat itu, aku hanya ingin minta maaf juga pada Emily. Tapi, luka yang ku buat tampaknya begitu membekas dalam ingatan kalian." Celline menunduk seraya mengusap lengannya ketika angin menusuk ke dalam lapisan kulit.Ia tersenyum pahit, dulu Mike akan segera menutupi tubuhnya dengan long coat atau jaket yang ia
Happy reading ;)----------------"Siapa?" tanya Emily menatap ponsel Mike yang telah ia matikan. Mike mengacungkan layarnya kembali. "Jeff.""Ada apa dia menghubungimu?""Aku berjanji akan berlatih dengannya hari ini, aku melupakan itu."Emily mendesah samar. Mereka kembali berjalan menatap ke sekeliling gedung milik sahabat Egbert "Bagaimana?" tanya Dirk seraya menatap bagian gedung yang akan dijadikan altar untuk janji suci mereka.Mike mengangguk setuju dan menoleh pada wanitanya. "Kau suka?""Tentu." Senyum keduanya mengembang. Mike melirik jam tangan menunggu wedding organizer yang berjanji akan menyusul mereka.Seorang pria berlari tergesa dan menunduk hormat ketika berhadapan dengan Mike. "Sir, maaf atas keterlambatannnya, saya Stefan." sapanya canggung. Mike hanya membuang nafas kasar namun tak segan menjabat uluran tangannya."Kau dari mana saja?" sentak Eveline kesal."Jalanan macet, kau bahkan tiba tib
Happy reading ;)-------------------"Mike benar, ia harus melindungimu dan keluarganya nanti seperti yang selalu dilakukan oleh Daddy," ujar Alice seraya berjalan menghampiri keduanya.Emily melirik pada Mike yang memandang ibunya dengan kesal. "Mike, ibumu hanya mencemaskanmu walau berlebihan. Ayolah, jangan seperti ini." Egbert merentangkan kedua tangannya kemudian duduk di sofa."Itu benar, aku tahu kau menyayangi Alice," sambung Emily meyakinkan. Mike terdiam seolah pikiran dan hatinya beradu antara kasih sayang dan kekecewaan.Hingga akhirnya Mike mengangguk memutuskan mengakhiri sifatnya yang kekanakan. "Aku minta satu hal padamu," tegas Mike dengan matanya yang tajam."Ya, apapun untukmu." Alice mengangguk dan duduk di sisi ranjang berhadapan dengan putranya yang ia kasihi."Jangan ganggu hubungan kami untuk sekarang bahkan selamanya," pinta Mike dengan tatapannya yang mengeras. Sementara Alice tersenyum simpul. "Tentu, aku ta
Happy reading ;) ----------------- Loginova tersenyum simpul pada Tara yang sempat berpapasan dengannya sebelum pergi. Wanita dengan midi dress suit di balut blezzer burgundy serta syal berbulu melingkar di lehernya membuat Mike menyadari betapa berkelasnya ia. Wanita itu menjentikkan jari memerintah anak buahnya untuk menaruh beberapa makanan vegetarian di atas nakas. Emily menaikkan kedua alisnya melihat tingkah sahabat ibunya yang berusaha untuk menjadi wanita normal. Entah itu dari lubuk hatinya atau hanya bepura pura se welcome ini pada orang baru seperti Mike. Loginova bahkan hanya sesekali bertemu dengan Mike dan tak ada perbincangan diantara mereka. Loginova menghampiri keduanya namun berakhir duduk di atas sofa tak jauh dari sana. Emily duduk di sisi ranjang menghadap wanita itu. Sementara Mike menoleh singkat pada wanitanya. "Aku hanya ingin bicara denganmu," tunjuk Loginova pada Mike dengan dagunya yang runcing. Emil
Happy reading :) --------------- Setelah berdebat panjang dengan kepala perawat, Mike akhirnya di biarkan pergi mengikuti Emily dengan satu perawat yang mendampinginya. Ia bahkan mencari tempat bersembunyi agar tak terlihat oleh Emily. Nyatanya ia tak menyesal bersusah payah untuk sampai ke lantai teratas gedung rumah sakit. Mike mendengar semua perbincangan mereka hingga ikut merasakan sakit terlebih saat Emily menangis dalam pelukan Loginova. Ia tahu lingkungan kriminal wanitanya hanyalah bentuk perlindungan diri. Fakta jika mereka akan saling melindungi lebih besar di banding orang orang yang sekedar teman atau sahabat biasa dengan menjalani harinya yang biasa saja. "Sir, waktumu tak banyak," peringat perawat. Mike mengangguk singkat. Ia kembali ke kamar dengan di bantu perawat tadi. Sesampainya di ruangan, Mike menaikkan selimut hingga pinggang dan matanya terpejam. Tetapi bayangan itu tak kunjung sirna, ia be
Happy reading ;)-------------------Angin malam menembus epidermis Emily melalui celah jaket kulit yang ia kenakan. Wanita itu sesekali melirik jam tangan menunggu kehadiran Loginova.Rambut golden blonde itu bergerak seiring lembutnya udara saat ini. Emily bersandar pada railing besi sesekali memainkan sepatu bersamaan dengan pandangan yang tertuju pada gemerlap kota di bawah sana."Baby, sudah lama menunggu?" tanya Loginova tepat di belakangnya. Emily menoleh menatap wanita tua yang sudah begitu berjasa dalam hidupnya.Bibir tipis yang selalu berucap sarkas dan kasar itu masih setia terbalut lipstik merah darah seolah menggambarkan dirinya sendiri. Emily menyunggingkan senyum dan duduk di kursi panjang.Sementara Loginova setia berdiri dengan melipat kedua tangannya. Tatapan matanya melekat pada gerak Emily yang berubah.Emily sengaja memilih bertemu di atas gedung karena banyak pembicaraan yang harus ia lakukan. Wanita itu menghem
Happy reading ;)-----------------Mike tak bisa menyembunyikan amarahnya setelah mendengar semua rencana, perbuatan mereka terhadapnya. Bukan, bukan hanya padanya tetapi pada hubungannya dengan Emily.Sebegitu besarkah keraguan mereka pada Emily? Atau apakah dirinya di anggap lelucon dan hal yang mudah untuk di mainkan? Mike menghembuskan nafas kasar.Ia tak dapat bergerak lebih mengingat luka di area perutnya masih terasa sakit. Sementara Emily terdiam mengamati raut wajah prianya yang mengeras menahan kesal."Mike, it's okay. Tenangkan dirimu." Emily mengusap tangan Mike lembut. Ia mengerti perasaan Mike, namun mengungkapkan amarah seperti tadi hanya akan membuat luka perutnya lebih sakit."Mengapa mereka bersikap seperti itu? Apakah kita seperti boneka yang bisa mereka mainkan sesukanya?" Kening Mike menukik dalam. Ada kekecewaan yang teramat besar yang berusaha ia tekan."Mike, aku mengerti. Aku pun ingin sekali marah tapi, jika