Happy reading ;)
--------------------
Mike kembali mengecupi puncak kepala Emily. Kali ini rahangnya mengetat keras, namun berbeda dengan belaian lembut pada rambutnya yang legam. Mike meraih wanitanya ke dalam pelukan.
Mencoba memberi kenyamanan dan rasa aman walau semua hari yang ia lewati begitu keji. Seorang wanita, bagaimana seorang wanita dapat menjalani hidup sedemikian rupa sulit.
Berbeda dengan wanita yang selalu ia jumpai di club malam. Mereka dengan wajah liar nakal terus menggoda para pengunjung di sana. Tetapi, ada juga wanita yang pada malam itu justru bertarung mempertahankan hidupnya demi membalas perbuatan keji yang ia terima.
Pernahkah ia berfikir bahwa dunia tak adil padanya? Pernahkah alam mendengar segala isak tangisnya? Tidak, bukan tangis, lebih tepatnya geraman rasa sakit yang begitu dalam.
Mengapa mereka begitu kejam pada wanita ini? Apa kesalahan yang pernah di lakukan hingga mereka tega berbuat tak adil dan keji? J
Happy reading ;)-----------------Emily tersenyum mendengar penjelasan prianya. Ia tahu Vin tak akan semudah itu untuk melepaskannya namun sekarang justru pria itulah yang menjanjikan tentang negosiasi dengan Loginova.Jadi, benarkah ia hanya tinggal menunggu waktu yang tepat? Sesekali ia memandang wajah tegas Mike yang telah tertidur. Pria itu benar benar bernyali, ia bahkan tidak tahu seberbahaya apa Vin Hogan.Tapi, syukurlah jika Vin tak berbuat macam macam padanya. Emily mengusap sisi wajah Mike mengecup singkat pipi yang ditumbuhi bulu halus. Mike mengeratkan pelukannya bersama dengan erangan samar.***Tiga hari berlalu, kini Mike bergegas meraih jas yang di pinjamkan Vin padanya. Mike bahkan menolak saat Josh yang menggantikan Emily untuk sementara waktu. Ia memilih menunggu wanitanya pulih seperti sekarang."Kau tak perlu bekerja seperti bodyguard oke," ucap Mike dengan mengecup puncak kepala Emily."Tidak bisa, kau m
Happy reading ;)-------------------Mike terus berjalan dengan tatapan tajam pada siapapun yang tak sengaja berpapasan dengannya. "Astaga, aku hanya bercanda sayang," ucap Emily mencoba meraih lengan Mike.Ia muak. Sekalipun pertanyaan itu hanya bercanda, tapi tak seharusnya keluar dari bibir kekasihnya. Emily bahkan tahu bahwa ia tak menyukai pria manapun yang dekat dengan Emily. Mengapa wanita itu tak mengerti?Mike segera masuk saat pintu lift terbuka lebar. "Sayang kau benar benar marah padaku?" Emily menatap manik cokelat Mike yang selalu menggetarkan.Namun sekarang walnut itu tampak menahan amarah. "Baiklah, aku minta maaf. Terserah padamu kalau-""Baiknya kau mengerti Emily." Mike mencengkram rahang Emily memenjarakannya pada dinding lift. Wanita itu tersenyum lembut berbeda dengan gerakan jemarinya yang mulai mengusap sesuatu di bawah sana.Ia bahkan menurunkan resleting celana Mike sebelum meraih perisai itu dengan tepat. M
Happy reading ;)-------------------"Aku akan membukanya." Mike merapikan pakaiannya dan hendak meninggalkan Emily."Astaga, tunggu kau merobek bajuku." Emily menggigit bibir bawahnya cemas. Sementara Mike hanya tersenyum simpul mengabaikan."Shit!" Emily tak percaya jika Mike tetap memkasa membuka pintu. Namun, ia hanya mengulurkan tangan meraih sesuatu di luar sana.Emily menggeram kesal saat wajah Mike justru tertawa geli menatapnya. "Ini baju untukmu," ucap Mike seraya memberikan paper bag pada Emily. Ia bergegas memakai pakaian dan merapikan rambutnya.Mike menyesap kopi dan duduk di kursi berlapis perak murni. Ia tersenyum puas saat ruangannya berubah sesuai keinginannya. Tak salah ia menugaskan Eve untuk memilih design interior."Bagaimana bisa kau menyuruh seseorang untuk membawakan pakaian baru?" Emily berdiri dan kembali di samping Mike."Saat sebelum aku merobek bajumu," kekeh Mike."Sungguh? Aku tidak menyad
Happy reading ;)------------------"Ya, mengapa?" tanya Mike acuh. Ia menggenggam tangan Emily membawanya menuju lift."I- ini terlalu cepat Mike," lirih Emily. Namun wanita itu justru menangkap senyum lembut Mike yang terlampau santai."Cheri, bukankah lebih cepat lebih baik? Vin akan membantu mu keluar dari organisasi lalu apa lagi?" Mike membawanya masuk saat pintu lift terbuka lebar."Bagaimana dengan orang tuamu?""Mereka akan setuju.""Jika tidak?" Tatapan Emily seolah menyuarakan kegusaran yang menjalar dalam dirinya. Sementara Mike ia hanya menghela nafas dalam."Akan ku pastikan mereka menerimamu.""Mike-""Cheri, believe me." Tepat saat itu juga pintu lift terbuka. Mike membawa Emily menuju mobil Bugatti Centodieci putih miliknya yang terparkir di sana.Emily hanya mendengus tanpa bisa menolak. "Astaga kau membeli mobil baru?" Mike membuka pintu mobil penumpang."Ini hanya koleksiku
Happy reading ;)------------------Mike mematung, ia ragu bahwa wanita itu adalah Emily. Ia lebih yakin jika wanita itu adalah bidadari yang memang di ciptakan Tuhan untuk melengkapi hidupnya.Tanpa ia sadari, dadanya bergemuruh seiring dengan matanya yang berkaca. Untuk kesekian kalinya ia merasa tak pantas atas pencapaian ini.Tidak untuk wanita cantik itu. Hanya melihat seperti ini saja ia seakan terombang ambing dalam keindahan yang tak terjangkau.Bagaimana jika mereka berada di atas altar. Mike yakin ia akan menangis karena kebahagiaan ini benar benar berada di pihaknya.Bahkan Mike dapat menggenggam seutuhnya. Tak akan ada lagi celah bagi siapapun untuk mengusik kehidupannya atau mencampuri keluarganya.Apalagi jika seorang bayi mungil tumbuh dalam rahim Emily. Ia akan semakin bahagia atas pemberian Tuhan pada pria brengsek sepertinya."Ada apa? Kau tak suka? Jika begitu, aku akan-""Tidak cheri," Mike berjalan m
Happy reading ;)---------------"Mom! Aku mencintainya! Tak ada yang salah!" Tangan Mike terkepal erat. Sedangkan deru nafasnya benar benar kuat.Saat kedatangan Mike dan Emily di depan halaman utama mansion, Alice meminta Mike untuk berbicara dengannya juga dengan sang ayah. Emily tersenyum kaku membiarkan mereka berbicara sementara dirinya masuk ke kamar seperti biasa.Namun Mike tak menyangka perkataan Emily benar adanya. Sang ibu tidak merestui hubungan mereka. Berbeda dengan sang ayah yang selalu mendukung apapun yang menjadi keputusan anaknya."Mike, Celline ternyata lebih baik dari bodyguard mu," ucap Alice tak ingin kalah."Apa yang telah wanita itu berikan padamu? Kau bahkan tak menyetujui saat tahu bahwa ia menghianatiku." Tatapan Mike menajam."Mom, jangan lakukan ini pada anak kita. Kau harus ingat saat putrimu-""Ini berbeda sayang," sela Alice dengan wajahnya yang mengerut."Apa yang membuatmu bisa menyimp
Happy reading ;)-------------Mike menghentak kuat seiring erangan mereka yang sama sama memuji, mendamba. Berkali-kali pula Mike menyumpah serapah atas ketersiksaan ini.Emily telah menjadi pelabuhan terakhir seumur hidupnya. Wanita itu membuat Mike tak lagi melirik wanita lain. Padahal Emily adalah wanita yang selalu menolaknya dahulu.Tapi sekarang, ia dapat meluluhkan kerasnya jiwa Emily, ia tak akan pernah membiarkan Emily menolak bahkan berpaling darinya sedikitpun."Ah ya.. Oh!" erang Emily saat Mike membuatnya melambung tinggi dan kembali menyiksa akan gelombang rasa."Oh Cheri, kau benar benar basah! Ah!" Keduanya saling mengejang dengan nafas tersengal. Mike memeluk Emily dengan sisa getaran di bawah sana."Bagaimana jika malam ini-""Tidak, bukankah kau besok bekerja?" potong Emily seraya mengusap keringat di pelipis Mike."Aku bisa mengambil cuti sesuai keinginanku.""Kalau begitu ingat dengan targetm
Happy reading ;)------------------Emily terdiam mencerna pikirannya yang terus melayang pada apa yang terjadi di hadapannya tadi. Ia menginjak gas menyalip beberapa mobil di depan sana.Mike menyadari keterdiaman Emily akibat kejadian di taman tadi bersama Celline. Ia juga tak bisa mengelak saat wanita itu meminta perlindungan darinya."Emily aku hanya mencoba menenangkannya, tak ada yang lebih," jelas Mike dengan menghadap wanitanya."Kau tak perlu susah payah menjelaskannya padaku." Emily tetap memandang jalanan di depan sana.Pria yang ia kenali, pria yang selama ini ia percayai untuk menjaga hati. Nyatanya pria itu juga yang menyakitinya.Mungkin hanya sekedar memeluk menenangkan adalah hal wajar, tapi mengapa ia juga harus menanamkan kecupan pada wanita itu?Dan pandangan itu, pandangan yang selalu Emily terima ternyata berlaku juga untuk Celline mantan kekasihnya."A- aku minta maaf cheri, itu terjadi begit
Happy reading ;)--------------Emily seolah melayang kala pria itu mempersilahkan dan menatap detail setiap pergerakan Emily. Loginova mengulurkan tangan membawa Emily menuju altar. Senyumnya merekah indah namun berbeda dengan degup jantungnya seolah bersorak.Sementara bridesmaid berada di belakang mengiringi langkah Emily. Ribuan lampu berbentuk lilin yang berbentuk kristal mengisi langit langit gedung dengan pola melingkar hingga menyatu tepat di atas altar.Beberapa bunga mawar merah tersedia di setiap sudut meja para tamu, serta background dengan air terjun memenuhi keseluruhan tempat dimana mereka akan mengucap janji sehidup semati.Jalan yang ia tapaki seolah menyambut kedatangan Emily seperti seorang ratu juga di bagian sisi kiri dan kanan terdapat bunga anggrek putih yang menggumpal dan panjang
Happy reading ;)----------------"Sebenarnya, Celline datang ke mansion untuk meminta maaf pada kita." Mike terdiam begitupun dengan Emily di sebrang sana."Lalu?" tanya Emily santai namun ia segera membentengi hati jika pernyataan Mike membuatnya luka atau melebihi itu."Tak ada perbincangan serius, kami hanya berbincang tentang kejadian yang menimpa kita," jawab Mike pasti. Emily pun tersenyum mendengar nada pria itu yang jujur."Oke."Mike terdiam dan merubah posisi menjadi telungkup. "Hanya, oke?" tanyanya memastikan."Ya, memang kau mau apa lagi?""Tidak. Hanya itu."Emily tergelak di sebrang sana. Dua jam berlalu mereka sama sama tak ingin melepaskan ponsel dari telinga mereka, walau panas tapi setidaknya mereka akan sama sama tidur terlelap.***Satu bulan berlalu, Mike benar benar memajukan tanggal pernikahan mereka, dan kini hari itu tiba. Ia tak sabar untuk segera bertemu dengan calon
Happy reading ;)-----------------"Mike, bisakah kita bicara?" Wanita itu bergegas berdiri menghentikan langkah Mike yang acuh tak peduli. Sementara Egbert menepuk pundak sang anak dan berlalu pergi.Halaman utama mansion menjadi pilihan Mike untuk mengabulkan keinginan wanita itu. Sebenarnya jengah, namun Mike tak bisa menolak jika pertemuan mereka adalah yang terakhir mengingat Celline akan segera pergi ke Jepang dalam waktu yang lama."Langsung saja, tak ada waktu." Mike melirik jam tangan dan memasukkan kedua tangannya ke dalam saku. Pandangannya lurus tak menoleh bahkan berhadapan dengan mantan kekasihnya dulu."Aku tahu aku salah saat itu, aku hanya ingin minta maaf juga pada Emily. Tapi, luka yang ku buat tampaknya begitu membekas dalam ingatan kalian." Celline menunduk seraya mengusap lengannya ketika angin menusuk ke dalam lapisan kulit.Ia tersenyum pahit, dulu Mike akan segera menutupi tubuhnya dengan long coat atau jaket yang ia
Happy reading ;)----------------"Siapa?" tanya Emily menatap ponsel Mike yang telah ia matikan. Mike mengacungkan layarnya kembali. "Jeff.""Ada apa dia menghubungimu?""Aku berjanji akan berlatih dengannya hari ini, aku melupakan itu."Emily mendesah samar. Mereka kembali berjalan menatap ke sekeliling gedung milik sahabat Egbert "Bagaimana?" tanya Dirk seraya menatap bagian gedung yang akan dijadikan altar untuk janji suci mereka.Mike mengangguk setuju dan menoleh pada wanitanya. "Kau suka?""Tentu." Senyum keduanya mengembang. Mike melirik jam tangan menunggu wedding organizer yang berjanji akan menyusul mereka.Seorang pria berlari tergesa dan menunduk hormat ketika berhadapan dengan Mike. "Sir, maaf atas keterlambatannnya, saya Stefan." sapanya canggung. Mike hanya membuang nafas kasar namun tak segan menjabat uluran tangannya."Kau dari mana saja?" sentak Eveline kesal."Jalanan macet, kau bahkan tiba tib
Happy reading ;)-------------------"Mike benar, ia harus melindungimu dan keluarganya nanti seperti yang selalu dilakukan oleh Daddy," ujar Alice seraya berjalan menghampiri keduanya.Emily melirik pada Mike yang memandang ibunya dengan kesal. "Mike, ibumu hanya mencemaskanmu walau berlebihan. Ayolah, jangan seperti ini." Egbert merentangkan kedua tangannya kemudian duduk di sofa."Itu benar, aku tahu kau menyayangi Alice," sambung Emily meyakinkan. Mike terdiam seolah pikiran dan hatinya beradu antara kasih sayang dan kekecewaan.Hingga akhirnya Mike mengangguk memutuskan mengakhiri sifatnya yang kekanakan. "Aku minta satu hal padamu," tegas Mike dengan matanya yang tajam."Ya, apapun untukmu." Alice mengangguk dan duduk di sisi ranjang berhadapan dengan putranya yang ia kasihi."Jangan ganggu hubungan kami untuk sekarang bahkan selamanya," pinta Mike dengan tatapannya yang mengeras. Sementara Alice tersenyum simpul. "Tentu, aku ta
Happy reading ;) ----------------- Loginova tersenyum simpul pada Tara yang sempat berpapasan dengannya sebelum pergi. Wanita dengan midi dress suit di balut blezzer burgundy serta syal berbulu melingkar di lehernya membuat Mike menyadari betapa berkelasnya ia. Wanita itu menjentikkan jari memerintah anak buahnya untuk menaruh beberapa makanan vegetarian di atas nakas. Emily menaikkan kedua alisnya melihat tingkah sahabat ibunya yang berusaha untuk menjadi wanita normal. Entah itu dari lubuk hatinya atau hanya bepura pura se welcome ini pada orang baru seperti Mike. Loginova bahkan hanya sesekali bertemu dengan Mike dan tak ada perbincangan diantara mereka. Loginova menghampiri keduanya namun berakhir duduk di atas sofa tak jauh dari sana. Emily duduk di sisi ranjang menghadap wanita itu. Sementara Mike menoleh singkat pada wanitanya. "Aku hanya ingin bicara denganmu," tunjuk Loginova pada Mike dengan dagunya yang runcing. Emil
Happy reading :) --------------- Setelah berdebat panjang dengan kepala perawat, Mike akhirnya di biarkan pergi mengikuti Emily dengan satu perawat yang mendampinginya. Ia bahkan mencari tempat bersembunyi agar tak terlihat oleh Emily. Nyatanya ia tak menyesal bersusah payah untuk sampai ke lantai teratas gedung rumah sakit. Mike mendengar semua perbincangan mereka hingga ikut merasakan sakit terlebih saat Emily menangis dalam pelukan Loginova. Ia tahu lingkungan kriminal wanitanya hanyalah bentuk perlindungan diri. Fakta jika mereka akan saling melindungi lebih besar di banding orang orang yang sekedar teman atau sahabat biasa dengan menjalani harinya yang biasa saja. "Sir, waktumu tak banyak," peringat perawat. Mike mengangguk singkat. Ia kembali ke kamar dengan di bantu perawat tadi. Sesampainya di ruangan, Mike menaikkan selimut hingga pinggang dan matanya terpejam. Tetapi bayangan itu tak kunjung sirna, ia be
Happy reading ;)-------------------Angin malam menembus epidermis Emily melalui celah jaket kulit yang ia kenakan. Wanita itu sesekali melirik jam tangan menunggu kehadiran Loginova.Rambut golden blonde itu bergerak seiring lembutnya udara saat ini. Emily bersandar pada railing besi sesekali memainkan sepatu bersamaan dengan pandangan yang tertuju pada gemerlap kota di bawah sana."Baby, sudah lama menunggu?" tanya Loginova tepat di belakangnya. Emily menoleh menatap wanita tua yang sudah begitu berjasa dalam hidupnya.Bibir tipis yang selalu berucap sarkas dan kasar itu masih setia terbalut lipstik merah darah seolah menggambarkan dirinya sendiri. Emily menyunggingkan senyum dan duduk di kursi panjang.Sementara Loginova setia berdiri dengan melipat kedua tangannya. Tatapan matanya melekat pada gerak Emily yang berubah.Emily sengaja memilih bertemu di atas gedung karena banyak pembicaraan yang harus ia lakukan. Wanita itu menghem
Happy reading ;)-----------------Mike tak bisa menyembunyikan amarahnya setelah mendengar semua rencana, perbuatan mereka terhadapnya. Bukan, bukan hanya padanya tetapi pada hubungannya dengan Emily.Sebegitu besarkah keraguan mereka pada Emily? Atau apakah dirinya di anggap lelucon dan hal yang mudah untuk di mainkan? Mike menghembuskan nafas kasar.Ia tak dapat bergerak lebih mengingat luka di area perutnya masih terasa sakit. Sementara Emily terdiam mengamati raut wajah prianya yang mengeras menahan kesal."Mike, it's okay. Tenangkan dirimu." Emily mengusap tangan Mike lembut. Ia mengerti perasaan Mike, namun mengungkapkan amarah seperti tadi hanya akan membuat luka perutnya lebih sakit."Mengapa mereka bersikap seperti itu? Apakah kita seperti boneka yang bisa mereka mainkan sesukanya?" Kening Mike menukik dalam. Ada kekecewaan yang teramat besar yang berusaha ia tekan."Mike, aku mengerti. Aku pun ingin sekali marah tapi, jika