Happy reading ;)
-------------
Mike menghentak kuat seiring erangan mereka yang sama sama memuji, mendamba. Berkali-kali pula Mike menyumpah serapah atas ketersiksaan ini.
Emily telah menjadi pelabuhan terakhir seumur hidupnya. Wanita itu membuat Mike tak lagi melirik wanita lain. Padahal Emily adalah wanita yang selalu menolaknya dahulu.
Tapi sekarang, ia dapat meluluhkan kerasnya jiwa Emily, ia tak akan pernah membiarkan Emily menolak bahkan berpaling darinya sedikitpun.
"Ah ya.. Oh!" erang Emily saat Mike membuatnya melambung tinggi dan kembali menyiksa akan gelombang rasa.
"Oh Cheri, kau benar benar basah! Ah!" Keduanya saling mengejang dengan nafas tersengal. Mike memeluk Emily dengan sisa getaran di bawah sana.
"Bagaimana jika malam ini-"
"Tidak, bukankah kau besok bekerja?" potong Emily seraya mengusap keringat di pelipis Mike.
"Aku bisa mengambil cuti sesuai keinginanku."
"Kalau begitu ingat dengan targetm
Happy reading ;)------------------Emily terdiam mencerna pikirannya yang terus melayang pada apa yang terjadi di hadapannya tadi. Ia menginjak gas menyalip beberapa mobil di depan sana.Mike menyadari keterdiaman Emily akibat kejadian di taman tadi bersama Celline. Ia juga tak bisa mengelak saat wanita itu meminta perlindungan darinya."Emily aku hanya mencoba menenangkannya, tak ada yang lebih," jelas Mike dengan menghadap wanitanya."Kau tak perlu susah payah menjelaskannya padaku." Emily tetap memandang jalanan di depan sana.Pria yang ia kenali, pria yang selama ini ia percayai untuk menjaga hati. Nyatanya pria itu juga yang menyakitinya.Mungkin hanya sekedar memeluk menenangkan adalah hal wajar, tapi mengapa ia juga harus menanamkan kecupan pada wanita itu?Dan pandangan itu, pandangan yang selalu Emily terima ternyata berlaku juga untuk Celline mantan kekasihnya."A- aku minta maaf cheri, itu terjadi begit
Happy reading ;)-----------------Loginova meraih wine menyesapnya perlahan. Namun senyum seringainya terbit mengetahui Emily tak kunjung menjawab pertanyaannya.Sementara itu, keraguan Emily mulai muncul mengingat kejadian tadi siang. Ia memejamkan mata seolah menuntut diri untuk mengambil keputusan.Ia ingin menolak, namun berharap pada situasi yang menyudutkan juga akan berakhir buruk. Apalagi kedatangan Celline kembali dalam hidup Mike dengan dalih membantu bisnis adalah hal yang memuakkan baginya.Ia benar benar ragu, seakan menggantung tak tentu arah. Sementara hatinya terus berkompromi untuk menerima dan berbaik hati menunggu hingga selesai.Tetapi ia tak ingin kembali terjebak pada luka yang sempat terukir oleh Christian. Ia tak sanggup jika memperlakukan Mike sama seperti yang ia lakukan pada Christian."Baby, jika kau memilih berada di pihakku maka.. i thank God you didn't let go of me." Loginova kembali menyesap wine.
Happy reading ;)---------------Emily terduduk seiring dengan air matanya yang kembali jatuh. Ia melempar pisau itu sembarang. Mike adalah pria yang ia cintai. Mengapa Mike tak bisa menjaga perasaannya seperti ia menjaga hati Mike.Emily meremas rambutnya kuat untuk mengalihkan rasa sakit. Namun tetap saja tak dapat mengurangi rasa sakit pada hatinya. Harusnya ia sadar.Harusnya ia tahu sekali brengsek maka akan tetap brengsek. Pria baik seperti Christian saja bisa menorehkan luka sebesar ini. Tapi ia lengah, Mike justru menabur luka di atas luka. Sakit ini teramat dalam.Ia meraih ponsel saat getarannya mengalihkan fokus. Emily merangkak meraih lalu menerimanya. "Apa yang terjadi? Kau dimana?"Suara Jeff yang khas membuatnya terdiam untuk beberapa saat. "Bisakah kau menjemputku?" Emily mengusap wajahnya kasar."Aku segera kesana." Jeff mematikan ponsel lalu meraih jaket kulit dan kunci mobil."Ada apa?" tanya Eveline yang mas
Happy reading ;)---------------"Entahlah aku ragu," Emily bersandar pada head soffa. Ia memijat tengkuknya yang menegang kaku."Aku yakin dia sangat mencintaimu.""Dengan mencium wanita lain di depanku?" Emily merentangkan kedua tangannya. "C'mon Eve, hati dan logika ku tak membenarkan itu."Bagaimana bisa ia menerima pengakuan cinta tapi justru berkebalikan dari fakta. Kejadian seperti ini yang ia hindari selama bertahun-tahun.Emily mengira membuka hati, berlapang dan menerima seseorang baru di hidupnya adalah harapan. Tapi, ia juga tak bisa menghindar saat luka yang justru Mike torehkan.Menyalahkan Mike juga percuma. Karena ada dua sisi yang menjadi pertimbangan. Memang benar luka ini karena perlakuan Mike. Tapi, ini juga salahnya.Ia menyimpan harapan yang terlalu tinggi pada Mike. Ia terlampau berharap untuk di cintai dan di jaga seperti yang ia lakukan untuknya.Maka wajar, di saat Mike melakukan hal yang menyak
Happy reading ;)-----------------Langkah Emily berderap tangkas bersamaan dengan luruhnya air mata yang tak dapat lagi ia bendung. Tak bisa di pungkiri rasa sakit yang menusuk akan pernyataan Mike barusan.Haruskah ia menuduhnya seperti seorang penjahat? Mike bahkan tak berusaha bersabar di tengah dirinya yang berusaha menerima perlakuan kurang ajar Mike pada mantan kekasihnya.Lalu sekarang? Mudah sekali lidah itu berucap tanpa bukti! Emily bergegas mengunci pintu kamar. Ia tak ingin lagi kembali terpuruk seperti dulu.Bangkit dan buktikan bahwa ia tak akan lemah seperti saat Christian menyakitinya. Mata Emily yang berkaca kini kembali mengeras menantang apapun di hadapannya.Kesampingkan masalah hati adalah keputusan yang tepat. Ia meraih ponsel mengirim pesan singkat pada Loginova. Setelahnya, Emily memilih berendam di dalam bathtub.Mike terduduk lemah, ia tak menyangka wanitanya memutuskan untuk berakhir. Ini salah, ini tak bis
Happy reading ;)--------------"Apa.. itu alasan mengapa Emily memakai baju yang berbeda saat pergi?" Eveline mengangguk mantap. "Kau kira ia akan memakai baju basah saat pulang ke mansionmu?" Eveline berdehem kesal.Namun Mike mengusap wajahnya kasar. Ia bergegas meraih kunci mobil dan segera berlari menuju lift."Mike! Kau? Astaga! Kau yang bayar makanannya!" Mike tak menghiraukan panggilan Eveline di belakangnya. Yang ia tahu ia benar benar salah dalam masalah ini.Mengapa Emily tak menceritakan kejadian sebenarnya? Mengapa wanita itu membiarkan dirinya larut dalam prasangka sialannya ini? Mike tak bisa menunggu lift naik.Ia memilih membuka pintu emergency dan turun melalui tangga. Mike langsung menginjak gas saat tiba di parkiran. Berkali kali ia menyalip mobil di depannya dengan kecepatan penuh.Ia tak peduli dengan protes orang orang di jalan dengan membunyikan klaksonnys berkali kali. Dalam fikirannya hanya satu. Ia har
Happy reading ;)-----------------Mike menyalip mobil dan berbelok tajam sebelum kembali menginjak gas dengan kecepatan penuh. Kini jalanan lengang yang menghubungkannya dengan markas telah ia lewati.Mike keluar dari mobil kemudian berlari melewati pintu utama. Matanya berlarian mencari wanita yang telah menerima luka karenanya."Kau lihat Emily?" tanya Mike pada beberapa orang yang berpapasan dengannya. "Dia sedang berlatih, ada apa? Kau tampak panik?" Caspar menghampiri Mike dengan membawa beberapa senjata di bahunya."Thank you." Mike memilih pergi mengabaikan Caspar yang tengah mengedikkan bahu acuh.Langkah Mike terhenti saat tatapannya bertubrukan dengan Jeff. "Dimana dia?" Mike menghampiri Jeff tergesa.Tak menjawab, Jeff justru meraih kerah baju Mike dan mencengkramnya kuat. "Sejujurnya aku ingin sekali membunuhmu jika Emily tak bersikeras untuk menahannya."Mike terhempas seraya memegang lehernya yang memerah.
Happy reading ;)----------------Satu sudut bibir Emily tertarik sinis. "Kita sudah selesai, kau boleh membunuhnya," ucap Emily dan kembali berbaring."Damn it! Aku hanya bercanda!" seru Mike cemas. Pria itu menggeleng kasar melihat Emily yang tak memedulikannya sama sekali. Apa wanita ini memang menginginkan ia mati?"Seorang pria sejati, selalu memegang teguh apa yang dia ucapkan." Emily memejamkan mata dan berbalik memunggungi prianya."Kau yakin ingin aku mati?""Begitulah," Emily mengedikkan bahu acuh."Jika aku mati kau tak akan menikmati sesuatu yang selalu melesak dalam tubuhmu Emily, kau yakin akan hal itu?"Spontan Emily berbalik dengan mata membulat. "Whatever! Bawa dia Jeff!" Emily benar benar di buat gila. Bisa bisanya pria itu membicarakan hal intim di depan sang kakak.Sementara Jeff tergelak mengibaskan tangannya. "Selesaikan urusan kalian." Ia keluar dari ruangan itu memberikan mereka kesemp
Happy reading ;)--------------Emily seolah melayang kala pria itu mempersilahkan dan menatap detail setiap pergerakan Emily. Loginova mengulurkan tangan membawa Emily menuju altar. Senyumnya merekah indah namun berbeda dengan degup jantungnya seolah bersorak.Sementara bridesmaid berada di belakang mengiringi langkah Emily. Ribuan lampu berbentuk lilin yang berbentuk kristal mengisi langit langit gedung dengan pola melingkar hingga menyatu tepat di atas altar.Beberapa bunga mawar merah tersedia di setiap sudut meja para tamu, serta background dengan air terjun memenuhi keseluruhan tempat dimana mereka akan mengucap janji sehidup semati.Jalan yang ia tapaki seolah menyambut kedatangan Emily seperti seorang ratu juga di bagian sisi kiri dan kanan terdapat bunga anggrek putih yang menggumpal dan panjang
Happy reading ;)----------------"Sebenarnya, Celline datang ke mansion untuk meminta maaf pada kita." Mike terdiam begitupun dengan Emily di sebrang sana."Lalu?" tanya Emily santai namun ia segera membentengi hati jika pernyataan Mike membuatnya luka atau melebihi itu."Tak ada perbincangan serius, kami hanya berbincang tentang kejadian yang menimpa kita," jawab Mike pasti. Emily pun tersenyum mendengar nada pria itu yang jujur."Oke."Mike terdiam dan merubah posisi menjadi telungkup. "Hanya, oke?" tanyanya memastikan."Ya, memang kau mau apa lagi?""Tidak. Hanya itu."Emily tergelak di sebrang sana. Dua jam berlalu mereka sama sama tak ingin melepaskan ponsel dari telinga mereka, walau panas tapi setidaknya mereka akan sama sama tidur terlelap.***Satu bulan berlalu, Mike benar benar memajukan tanggal pernikahan mereka, dan kini hari itu tiba. Ia tak sabar untuk segera bertemu dengan calon
Happy reading ;)-----------------"Mike, bisakah kita bicara?" Wanita itu bergegas berdiri menghentikan langkah Mike yang acuh tak peduli. Sementara Egbert menepuk pundak sang anak dan berlalu pergi.Halaman utama mansion menjadi pilihan Mike untuk mengabulkan keinginan wanita itu. Sebenarnya jengah, namun Mike tak bisa menolak jika pertemuan mereka adalah yang terakhir mengingat Celline akan segera pergi ke Jepang dalam waktu yang lama."Langsung saja, tak ada waktu." Mike melirik jam tangan dan memasukkan kedua tangannya ke dalam saku. Pandangannya lurus tak menoleh bahkan berhadapan dengan mantan kekasihnya dulu."Aku tahu aku salah saat itu, aku hanya ingin minta maaf juga pada Emily. Tapi, luka yang ku buat tampaknya begitu membekas dalam ingatan kalian." Celline menunduk seraya mengusap lengannya ketika angin menusuk ke dalam lapisan kulit.Ia tersenyum pahit, dulu Mike akan segera menutupi tubuhnya dengan long coat atau jaket yang ia
Happy reading ;)----------------"Siapa?" tanya Emily menatap ponsel Mike yang telah ia matikan. Mike mengacungkan layarnya kembali. "Jeff.""Ada apa dia menghubungimu?""Aku berjanji akan berlatih dengannya hari ini, aku melupakan itu."Emily mendesah samar. Mereka kembali berjalan menatap ke sekeliling gedung milik sahabat Egbert "Bagaimana?" tanya Dirk seraya menatap bagian gedung yang akan dijadikan altar untuk janji suci mereka.Mike mengangguk setuju dan menoleh pada wanitanya. "Kau suka?""Tentu." Senyum keduanya mengembang. Mike melirik jam tangan menunggu wedding organizer yang berjanji akan menyusul mereka.Seorang pria berlari tergesa dan menunduk hormat ketika berhadapan dengan Mike. "Sir, maaf atas keterlambatannnya, saya Stefan." sapanya canggung. Mike hanya membuang nafas kasar namun tak segan menjabat uluran tangannya."Kau dari mana saja?" sentak Eveline kesal."Jalanan macet, kau bahkan tiba tib
Happy reading ;)-------------------"Mike benar, ia harus melindungimu dan keluarganya nanti seperti yang selalu dilakukan oleh Daddy," ujar Alice seraya berjalan menghampiri keduanya.Emily melirik pada Mike yang memandang ibunya dengan kesal. "Mike, ibumu hanya mencemaskanmu walau berlebihan. Ayolah, jangan seperti ini." Egbert merentangkan kedua tangannya kemudian duduk di sofa."Itu benar, aku tahu kau menyayangi Alice," sambung Emily meyakinkan. Mike terdiam seolah pikiran dan hatinya beradu antara kasih sayang dan kekecewaan.Hingga akhirnya Mike mengangguk memutuskan mengakhiri sifatnya yang kekanakan. "Aku minta satu hal padamu," tegas Mike dengan matanya yang tajam."Ya, apapun untukmu." Alice mengangguk dan duduk di sisi ranjang berhadapan dengan putranya yang ia kasihi."Jangan ganggu hubungan kami untuk sekarang bahkan selamanya," pinta Mike dengan tatapannya yang mengeras. Sementara Alice tersenyum simpul. "Tentu, aku ta
Happy reading ;) ----------------- Loginova tersenyum simpul pada Tara yang sempat berpapasan dengannya sebelum pergi. Wanita dengan midi dress suit di balut blezzer burgundy serta syal berbulu melingkar di lehernya membuat Mike menyadari betapa berkelasnya ia. Wanita itu menjentikkan jari memerintah anak buahnya untuk menaruh beberapa makanan vegetarian di atas nakas. Emily menaikkan kedua alisnya melihat tingkah sahabat ibunya yang berusaha untuk menjadi wanita normal. Entah itu dari lubuk hatinya atau hanya bepura pura se welcome ini pada orang baru seperti Mike. Loginova bahkan hanya sesekali bertemu dengan Mike dan tak ada perbincangan diantara mereka. Loginova menghampiri keduanya namun berakhir duduk di atas sofa tak jauh dari sana. Emily duduk di sisi ranjang menghadap wanita itu. Sementara Mike menoleh singkat pada wanitanya. "Aku hanya ingin bicara denganmu," tunjuk Loginova pada Mike dengan dagunya yang runcing. Emil
Happy reading :) --------------- Setelah berdebat panjang dengan kepala perawat, Mike akhirnya di biarkan pergi mengikuti Emily dengan satu perawat yang mendampinginya. Ia bahkan mencari tempat bersembunyi agar tak terlihat oleh Emily. Nyatanya ia tak menyesal bersusah payah untuk sampai ke lantai teratas gedung rumah sakit. Mike mendengar semua perbincangan mereka hingga ikut merasakan sakit terlebih saat Emily menangis dalam pelukan Loginova. Ia tahu lingkungan kriminal wanitanya hanyalah bentuk perlindungan diri. Fakta jika mereka akan saling melindungi lebih besar di banding orang orang yang sekedar teman atau sahabat biasa dengan menjalani harinya yang biasa saja. "Sir, waktumu tak banyak," peringat perawat. Mike mengangguk singkat. Ia kembali ke kamar dengan di bantu perawat tadi. Sesampainya di ruangan, Mike menaikkan selimut hingga pinggang dan matanya terpejam. Tetapi bayangan itu tak kunjung sirna, ia be
Happy reading ;)-------------------Angin malam menembus epidermis Emily melalui celah jaket kulit yang ia kenakan. Wanita itu sesekali melirik jam tangan menunggu kehadiran Loginova.Rambut golden blonde itu bergerak seiring lembutnya udara saat ini. Emily bersandar pada railing besi sesekali memainkan sepatu bersamaan dengan pandangan yang tertuju pada gemerlap kota di bawah sana."Baby, sudah lama menunggu?" tanya Loginova tepat di belakangnya. Emily menoleh menatap wanita tua yang sudah begitu berjasa dalam hidupnya.Bibir tipis yang selalu berucap sarkas dan kasar itu masih setia terbalut lipstik merah darah seolah menggambarkan dirinya sendiri. Emily menyunggingkan senyum dan duduk di kursi panjang.Sementara Loginova setia berdiri dengan melipat kedua tangannya. Tatapan matanya melekat pada gerak Emily yang berubah.Emily sengaja memilih bertemu di atas gedung karena banyak pembicaraan yang harus ia lakukan. Wanita itu menghem
Happy reading ;)-----------------Mike tak bisa menyembunyikan amarahnya setelah mendengar semua rencana, perbuatan mereka terhadapnya. Bukan, bukan hanya padanya tetapi pada hubungannya dengan Emily.Sebegitu besarkah keraguan mereka pada Emily? Atau apakah dirinya di anggap lelucon dan hal yang mudah untuk di mainkan? Mike menghembuskan nafas kasar.Ia tak dapat bergerak lebih mengingat luka di area perutnya masih terasa sakit. Sementara Emily terdiam mengamati raut wajah prianya yang mengeras menahan kesal."Mike, it's okay. Tenangkan dirimu." Emily mengusap tangan Mike lembut. Ia mengerti perasaan Mike, namun mengungkapkan amarah seperti tadi hanya akan membuat luka perutnya lebih sakit."Mengapa mereka bersikap seperti itu? Apakah kita seperti boneka yang bisa mereka mainkan sesukanya?" Kening Mike menukik dalam. Ada kekecewaan yang teramat besar yang berusaha ia tekan."Mike, aku mengerti. Aku pun ingin sekali marah tapi, jika