Happy reading ;)
------------------
"Dan katakan bagaimana aku mengeluarkan mu dari neraka ini?" Mike benar benar mencengkram lengan Emily kuat. Bagaimana bisa ia hanya berdiam diri sedang wanitanya ber perang di luar sana?
Apa yang harus ia lakukan pun tak akan mengubah keadaan bahkan keputusan sesuai harapan. Tak bisakah wanitanya menyerahkan tuga pada Jeff atau pada Fyodor? Ia yakin kekuatan seorang laki-laki lebih besar dari wanita.
"Kita akan membicarakannya setelah aku kembali." Emily mendesah samar. Ia meraih anti peluru lalu memasangnya.
"Emily, bagaimana jika kau tak kembali?" Kali ini Mike benar benar putus asa. Ia ingin menyelamatkan nyawa Emily tetapi wanita itu bersikukuh untuk tak ikut campur atau terjun ke dalam masalah ini.
"Maka dari itu, tunggulah. Jika kau memaksa pergi, aku tak menjamin keberhasilan berpihak padaku. Mengertilah, this is my job." Wanita itu meraih sepatu boots hitam dan duduk di soffa tak jauh dari sana.
Happy reading ;)-----------------Malam ini terasa panjang, berkali kali ia menuju pintu utama markas hanya berharap kekasihnya datang sesuai janjinya. Ratusan kali pula ia melirik jam yang hanya bergerak beberapa detik saja.Mike menghela nafas panjang, ia mengusap wajahnya gusar sebelum melangkah pergi menuju ruang tamu di sana. Caspar akhirnya menghampiri Mike yang sedang duduk dengan menengadahkan kepala. Pikirannya melayang pada apa yang seharusnya tak terjadi."Minumlah," ujarnya seraya meletakkan botol tequila dan dua gelas ramping nan tinggi. Mike menatap pria itu datar."Ia wanita terkuat disini setelah bos kami, maka dari itu kami begitu menghormatinya." Caspar menuangkan tequila pada gelas kosong. Mike meraih gelas tersebut dan menenggaknya hingga tandas."Emily, ia justru tak suka jika terlalu banyak pasukan yang ikut dalam salah satu misinya. She is a cold blooded killer, baginya banyaknya pasukan hanya akan membuatnya mati."
Happy reading ;)--------------------Emily menghempas jemari Marco. Ia tersenyum mengejek. "Pengganti?" Emily mengikis jarak hingga hembusan nafasnya menyapu lembut rahang tegas sang Don. "Anggotamu mengusik bosku, dan kau tidak tahu jika ia pun telah bermain di belakangmu?" Emily menjauhkan wajah menatap ekspresi Marco."Don Marco yang agung, sejak kapan kau terikat bisnis sampah seperti itu?" Jemari Emily membelai bahu Marco perlahan. Seringai wanita itu begitu menginjak ego Marco. Pria itu berbalik merengkuh pinggang Emily."Kau tak tahu apapun tentang itu," desis Marco tepat di daun telinga Emily. "Aku? Atau kau terlalu bodoh untuk dibohongi bawahanmu sendiri?" Emily meraih amplop cokelat dan melemparnya ke atas meja.Marco menatap tajam Emily sebelum melepas cengkramannya. Hembusan nafas kasar dan kekesalan Marco mulai memuncak saat jemari kokoh itu membuka isi amplop tadi. Walnut nya menyipit mempertegas. Gibson, pria itu benar benar keparat
Happy reading ;)-----------------"Jadi kau sama sekali tak memiliki dokter spesialis apapun secara pribadi?" Mike menatap Fyodor tak percaya. Sementara Emily m asih terbaring lemah dengan satu infusan di sebelah kiri.Mike kira semua perlengkapan disini begitu menunjang hingga detail terkecilpun mengingat pekerjaan mereka yang tak mudah dan sangat berbahaya. Namun apa, ia justru hanya menemukan dokter umum yang menangani mereka jika terluka."Dokter yang telah bekerja lama dengan kami, mereka semua penghianat. Hanya dokter Jay yang berada di pihak kita hingga saat ini." Fyodor menghela nafas seiring dengan langkah yang perlahan pergi.Pria bermata biru itu kini tengah memeriksa luka di bagian perut Emily. "Luka ini tidak terlalu dalam, kemungkinan ia hanya terlalu lelah dan kekurangan cairan. Tenanglah, semuanya baik." Jay melepas stetoskop dan menepuk bahu Mike menenangkan.Mike mengangguk dan duduk di sisi ranjang, sementara Jeff ia mena
Happy reading ;)-----------------------Tangan Mike terkepal erat seiring nafasnya yang berburu. Dadanya terasa sesak dan tertikam. Pria gila! Brengsek!"Rileks, aku tak pernah bercinta dengan siapapun," tenang Emily. Kini berbalik, wanita itu yang menenangkan kekasihnya."Ia melewati batas, Emily!" geram Mike. Ia berdiri menatap bangunan di luar sana dengan jiwa yang kian memanas. Ini tak bisa di biarkan."Ia bukan tandingan kita Mike, lagipula aku tak pernah bercinta dengannya." Emily meraih tubuh Mike mengusap dada bidang yang terus mengembang penuh amarah."Kita sudah selesai berurusan dengan Marco ataupun anggota mereka," ujarnya lembut. Mike berbalik memandang wanitanya lekat. "Benarkah? Kau yakin dengan hal itu?" Emily mengangguk pasti.Helaan nafas samar adalah jawaban yang bisa Mike keluarkan daripada mengumpat keras dan justru menyakiti wanitanya. Ia memeluk Emily dengan hati yang mulai melembut mencoba meyakinkan diri bahw
Happy reading ;)-------------------Pada kenyataannya, tempat ini sama buruknya dengan para penghuninya. Tak ada yang berbaur dengan wanita, mereka hanya mempermainkan Emily seperti boneka samsak.Hingga suatu malam, ia berlatih sendiri. Hand wrap yang ia kenakan telah longgar seiring pukulan yang ia lesatkan bercampur amarah. Berkali kali ia mendesah kasar.Tempat ini adalah tempat dimana semua orang berlomba menaiki posisinya dalam organisasi. Jadi jika berharap tempat ini ada untuk sekedar berlatih, itu salah besar.Keringat yang telah meluncur deras melewati pipi hingga lehernya benar benar tak ia pedulikan. Yang ia tahu ia disini untuk berlatih agar dapat membalaskan dendamnya. Ia rela menjadi monster demi membalas perbuatan keji mereka.Tanpa ia ketahui, tak jauh dari sana Vin menyesap cerutu seraya memandang tajam Emily. Ia tahu wanita itu bersikeras dan kukuh akan ucapannya sendiri.Ia ingin tahu mental dan tekad Emily
Happy reading ;)--------------------"Saat itulah aku di bawa oleh Vin menjadi orang di organisasinya namun diberi kebebasan karena aku bawahan Loginova langsung." Emily tersenyum simpul. Sedang Mike ia terus mengecup puncak kepala sang kekasih namun berbeda dengan hati yang kian memanas mengumpat pada kondisi yang Emily alami.Ia tak tahu akan berakhir seperti apa jika dirinya sendiri yang mengalami situasi seperti itu, bahkan ia mungkin akan lebih parah dari yang Emily lakukan."Vin menyukaiku karena aku adalah orang yang tak pernah mengeluh, seberat apapun misi yang ia perintahkan. Vin menyayangiku seperti adiknya namun ia tetap penguasa yang tak dapat di tolak ataupun diperlakukan sekenanya.""Apa kau juga ikut bertarung? Bukankah harus memenangkan seleksi itu untuk masuk kesini?""Kau benar, aku memenangkan pertarungan itu. Tapi, pria yang kalah dariku ia marah dan mencoba memperkosaku. Bersyukur saat itu Vin datang dan membawaku kelua
Happy reading ;)--------------------Mike kembali mengecupi puncak kepala Emily. Kali ini rahangnya mengetat keras, namun berbeda dengan belaian lembut pada rambutnya yang legam. Mike meraih wanitanya ke dalam pelukan.Mencoba memberi kenyamanan dan rasa aman walau semua hari yang ia lewati begitu keji. Seorang wanita, bagaimana seorang wanita dapat menjalani hidup sedemikian rupa sulit.Berbeda dengan wanita yang selalu ia jumpai di club malam. Mereka dengan wajah liar nakal terus menggoda para pengunjung di sana. Tetapi, ada juga wanita yang pada malam itu justru bertarung mempertahankan hidupnya demi membalas perbuatan keji yang ia terima.Pernahkah ia berfikir bahwa dunia tak adil padanya? Pernahkah alam mendengar segala isak tangisnya? Tidak, bukan tangis, lebih tepatnya geraman rasa sakit yang begitu dalam.Mengapa mereka begitu kejam pada wanita ini? Apa kesalahan yang pernah di lakukan hingga mereka tega berbuat tak adil dan keji? J
Happy reading ;)-----------------Emily tersenyum mendengar penjelasan prianya. Ia tahu Vin tak akan semudah itu untuk melepaskannya namun sekarang justru pria itulah yang menjanjikan tentang negosiasi dengan Loginova.Jadi, benarkah ia hanya tinggal menunggu waktu yang tepat? Sesekali ia memandang wajah tegas Mike yang telah tertidur. Pria itu benar benar bernyali, ia bahkan tidak tahu seberbahaya apa Vin Hogan.Tapi, syukurlah jika Vin tak berbuat macam macam padanya. Emily mengusap sisi wajah Mike mengecup singkat pipi yang ditumbuhi bulu halus. Mike mengeratkan pelukannya bersama dengan erangan samar.***Tiga hari berlalu, kini Mike bergegas meraih jas yang di pinjamkan Vin padanya. Mike bahkan menolak saat Josh yang menggantikan Emily untuk sementara waktu. Ia memilih menunggu wanitanya pulih seperti sekarang."Kau tak perlu bekerja seperti bodyguard oke," ucap Mike dengan mengecup puncak kepala Emily."Tidak bisa, kau m
Happy reading ;)--------------Emily seolah melayang kala pria itu mempersilahkan dan menatap detail setiap pergerakan Emily. Loginova mengulurkan tangan membawa Emily menuju altar. Senyumnya merekah indah namun berbeda dengan degup jantungnya seolah bersorak.Sementara bridesmaid berada di belakang mengiringi langkah Emily. Ribuan lampu berbentuk lilin yang berbentuk kristal mengisi langit langit gedung dengan pola melingkar hingga menyatu tepat di atas altar.Beberapa bunga mawar merah tersedia di setiap sudut meja para tamu, serta background dengan air terjun memenuhi keseluruhan tempat dimana mereka akan mengucap janji sehidup semati.Jalan yang ia tapaki seolah menyambut kedatangan Emily seperti seorang ratu juga di bagian sisi kiri dan kanan terdapat bunga anggrek putih yang menggumpal dan panjang
Happy reading ;)----------------"Sebenarnya, Celline datang ke mansion untuk meminta maaf pada kita." Mike terdiam begitupun dengan Emily di sebrang sana."Lalu?" tanya Emily santai namun ia segera membentengi hati jika pernyataan Mike membuatnya luka atau melebihi itu."Tak ada perbincangan serius, kami hanya berbincang tentang kejadian yang menimpa kita," jawab Mike pasti. Emily pun tersenyum mendengar nada pria itu yang jujur."Oke."Mike terdiam dan merubah posisi menjadi telungkup. "Hanya, oke?" tanyanya memastikan."Ya, memang kau mau apa lagi?""Tidak. Hanya itu."Emily tergelak di sebrang sana. Dua jam berlalu mereka sama sama tak ingin melepaskan ponsel dari telinga mereka, walau panas tapi setidaknya mereka akan sama sama tidur terlelap.***Satu bulan berlalu, Mike benar benar memajukan tanggal pernikahan mereka, dan kini hari itu tiba. Ia tak sabar untuk segera bertemu dengan calon
Happy reading ;)-----------------"Mike, bisakah kita bicara?" Wanita itu bergegas berdiri menghentikan langkah Mike yang acuh tak peduli. Sementara Egbert menepuk pundak sang anak dan berlalu pergi.Halaman utama mansion menjadi pilihan Mike untuk mengabulkan keinginan wanita itu. Sebenarnya jengah, namun Mike tak bisa menolak jika pertemuan mereka adalah yang terakhir mengingat Celline akan segera pergi ke Jepang dalam waktu yang lama."Langsung saja, tak ada waktu." Mike melirik jam tangan dan memasukkan kedua tangannya ke dalam saku. Pandangannya lurus tak menoleh bahkan berhadapan dengan mantan kekasihnya dulu."Aku tahu aku salah saat itu, aku hanya ingin minta maaf juga pada Emily. Tapi, luka yang ku buat tampaknya begitu membekas dalam ingatan kalian." Celline menunduk seraya mengusap lengannya ketika angin menusuk ke dalam lapisan kulit.Ia tersenyum pahit, dulu Mike akan segera menutupi tubuhnya dengan long coat atau jaket yang ia
Happy reading ;)----------------"Siapa?" tanya Emily menatap ponsel Mike yang telah ia matikan. Mike mengacungkan layarnya kembali. "Jeff.""Ada apa dia menghubungimu?""Aku berjanji akan berlatih dengannya hari ini, aku melupakan itu."Emily mendesah samar. Mereka kembali berjalan menatap ke sekeliling gedung milik sahabat Egbert "Bagaimana?" tanya Dirk seraya menatap bagian gedung yang akan dijadikan altar untuk janji suci mereka.Mike mengangguk setuju dan menoleh pada wanitanya. "Kau suka?""Tentu." Senyum keduanya mengembang. Mike melirik jam tangan menunggu wedding organizer yang berjanji akan menyusul mereka.Seorang pria berlari tergesa dan menunduk hormat ketika berhadapan dengan Mike. "Sir, maaf atas keterlambatannnya, saya Stefan." sapanya canggung. Mike hanya membuang nafas kasar namun tak segan menjabat uluran tangannya."Kau dari mana saja?" sentak Eveline kesal."Jalanan macet, kau bahkan tiba tib
Happy reading ;)-------------------"Mike benar, ia harus melindungimu dan keluarganya nanti seperti yang selalu dilakukan oleh Daddy," ujar Alice seraya berjalan menghampiri keduanya.Emily melirik pada Mike yang memandang ibunya dengan kesal. "Mike, ibumu hanya mencemaskanmu walau berlebihan. Ayolah, jangan seperti ini." Egbert merentangkan kedua tangannya kemudian duduk di sofa."Itu benar, aku tahu kau menyayangi Alice," sambung Emily meyakinkan. Mike terdiam seolah pikiran dan hatinya beradu antara kasih sayang dan kekecewaan.Hingga akhirnya Mike mengangguk memutuskan mengakhiri sifatnya yang kekanakan. "Aku minta satu hal padamu," tegas Mike dengan matanya yang tajam."Ya, apapun untukmu." Alice mengangguk dan duduk di sisi ranjang berhadapan dengan putranya yang ia kasihi."Jangan ganggu hubungan kami untuk sekarang bahkan selamanya," pinta Mike dengan tatapannya yang mengeras. Sementara Alice tersenyum simpul. "Tentu, aku ta
Happy reading ;) ----------------- Loginova tersenyum simpul pada Tara yang sempat berpapasan dengannya sebelum pergi. Wanita dengan midi dress suit di balut blezzer burgundy serta syal berbulu melingkar di lehernya membuat Mike menyadari betapa berkelasnya ia. Wanita itu menjentikkan jari memerintah anak buahnya untuk menaruh beberapa makanan vegetarian di atas nakas. Emily menaikkan kedua alisnya melihat tingkah sahabat ibunya yang berusaha untuk menjadi wanita normal. Entah itu dari lubuk hatinya atau hanya bepura pura se welcome ini pada orang baru seperti Mike. Loginova bahkan hanya sesekali bertemu dengan Mike dan tak ada perbincangan diantara mereka. Loginova menghampiri keduanya namun berakhir duduk di atas sofa tak jauh dari sana. Emily duduk di sisi ranjang menghadap wanita itu. Sementara Mike menoleh singkat pada wanitanya. "Aku hanya ingin bicara denganmu," tunjuk Loginova pada Mike dengan dagunya yang runcing. Emil
Happy reading :) --------------- Setelah berdebat panjang dengan kepala perawat, Mike akhirnya di biarkan pergi mengikuti Emily dengan satu perawat yang mendampinginya. Ia bahkan mencari tempat bersembunyi agar tak terlihat oleh Emily. Nyatanya ia tak menyesal bersusah payah untuk sampai ke lantai teratas gedung rumah sakit. Mike mendengar semua perbincangan mereka hingga ikut merasakan sakit terlebih saat Emily menangis dalam pelukan Loginova. Ia tahu lingkungan kriminal wanitanya hanyalah bentuk perlindungan diri. Fakta jika mereka akan saling melindungi lebih besar di banding orang orang yang sekedar teman atau sahabat biasa dengan menjalani harinya yang biasa saja. "Sir, waktumu tak banyak," peringat perawat. Mike mengangguk singkat. Ia kembali ke kamar dengan di bantu perawat tadi. Sesampainya di ruangan, Mike menaikkan selimut hingga pinggang dan matanya terpejam. Tetapi bayangan itu tak kunjung sirna, ia be
Happy reading ;)-------------------Angin malam menembus epidermis Emily melalui celah jaket kulit yang ia kenakan. Wanita itu sesekali melirik jam tangan menunggu kehadiran Loginova.Rambut golden blonde itu bergerak seiring lembutnya udara saat ini. Emily bersandar pada railing besi sesekali memainkan sepatu bersamaan dengan pandangan yang tertuju pada gemerlap kota di bawah sana."Baby, sudah lama menunggu?" tanya Loginova tepat di belakangnya. Emily menoleh menatap wanita tua yang sudah begitu berjasa dalam hidupnya.Bibir tipis yang selalu berucap sarkas dan kasar itu masih setia terbalut lipstik merah darah seolah menggambarkan dirinya sendiri. Emily menyunggingkan senyum dan duduk di kursi panjang.Sementara Loginova setia berdiri dengan melipat kedua tangannya. Tatapan matanya melekat pada gerak Emily yang berubah.Emily sengaja memilih bertemu di atas gedung karena banyak pembicaraan yang harus ia lakukan. Wanita itu menghem
Happy reading ;)-----------------Mike tak bisa menyembunyikan amarahnya setelah mendengar semua rencana, perbuatan mereka terhadapnya. Bukan, bukan hanya padanya tetapi pada hubungannya dengan Emily.Sebegitu besarkah keraguan mereka pada Emily? Atau apakah dirinya di anggap lelucon dan hal yang mudah untuk di mainkan? Mike menghembuskan nafas kasar.Ia tak dapat bergerak lebih mengingat luka di area perutnya masih terasa sakit. Sementara Emily terdiam mengamati raut wajah prianya yang mengeras menahan kesal."Mike, it's okay. Tenangkan dirimu." Emily mengusap tangan Mike lembut. Ia mengerti perasaan Mike, namun mengungkapkan amarah seperti tadi hanya akan membuat luka perutnya lebih sakit."Mengapa mereka bersikap seperti itu? Apakah kita seperti boneka yang bisa mereka mainkan sesukanya?" Kening Mike menukik dalam. Ada kekecewaan yang teramat besar yang berusaha ia tekan."Mike, aku mengerti. Aku pun ingin sekali marah tapi, jika