Happy Reading-----
Paru-paru Liora yang bernapas damai berubah bergolak dalam waktu singkat. Tak sulit baginya untuk mengenali siapa seseorang yang sedang berjalan ke arah mereka.Satu pertemuan memuakkan sekaligus pahit sudah cukup bagi Liora untuk mengingat jelas. Ia sampai yakin bahwa pertemuan awal mereka memang sebuah pertanda. Tanda bahwa mereka tak akan pernah ditakdirkan untuk berteman.
Enggan, tetapi perhatian Liora dipaksa untuk melihat rambut brunette panjang sepunggung yang sedang bergoyang indah, selaras dengan gerakan pinggul yang sedang melangkah anggun di sana. Dagu wanita itu tirus di antara garis wajah yang menunjukkan kecantikan di antara kilatan lampu yang bergerak-gerak liar. Tak bisa Liora pungkiri, senyum wanita itu manis dan tegas, setegas sorot mata yang berkilau dan cerdas menatap ke arah Gavriel, seolah tak melihat keberadaan Liora.
“Gavriel,” panggil Giselle lagi
Happy Reading-----Liora membuang muka dengan cepat. “Sayang sekali, sepertinya tebakan kita tak ada yang tepat,” katanya yang mengembalikan perhatian Pierro dan membuat Gavriel mengernyit. “Wanita itu pergi,” imbuhnya sembari menoleh. Pria yang mereka bicarakan tadi rupanya tak berhasil mendekati wanita berbikini hijau, karena salah satu pria lain membawanya pergi sebelum pria mabuk tadi mendekat. “Jadi kau tetap harus melalui proses seleksi.” Pierro terkekeh canggung, karena tepat dengan itu langkah lebar Gavriel telah membawa pria itu berada di depan mereka. “Cara mia,” panggil Gavriel resah, meraih siku Liora untuk menoleh padanya. Tubuh Liora berbalik karena itu, tetapi matanya tak sedikit pun ingin melirik. “Aku akan segera mengirimkan CV,” ujar Pierro cepat. “Well, karena Gavriel sudah kembali. Aku akan meninggalkan kalian.” Matanya bergerak pada Liora dan Gavriel bergantian
Happy Reading-----Tak tahu, Liora tak tahu apa yang harus ia lakukan. Ketakutan menyergapnya, menghentikan kerja otaknya dan menjejalkan ia pada bayangan-bayangan perpisahan yang mencekik.Kepala Liora tertunduk perlahan, keningnya jatuh di dada Gavriel yang bidang dan kuat. Ia tak berani menghadapi, bahkan sekadar mimpi buruk ditinggalkan oleh Gavriel.Liora gemetar menyadari bahwa perasaan ini berkembang terlalu pesat tanpa bisa ia kendalikan. Cinta ini terlalu merasukinya, melumpuhkannya, melemahkannya.Ini terasa benar dan pantas, tetapi juga di satu sisi terasa salah jika melihat dari dampak ketakutan yang ia rasakan saat ini. Kehadiran Gavriel telah serupa kebutuhan yang tak dapat tergantikan."Hanya dirimu, Cara mia," bujuk Gavriel lagi dengan suara seraknya yang maskulin dan lembut.Gavriel mendekapnya erat. Mengusap kepala Liora perlahan dan mengecupnya sesekali.Pria itu
Happy Reading----- Guratan kening yang dalam muncul di antara alis Liora ketika kelopak matanya terpejam erat. Ia membungkuk. Kedua pahanya mengapit bahu Gavriel. Sementara itu kedua tangannya melampiaskan rasa yang mengguncang dirinya dengan cara mencengkeram pergelangan tangan Gavriel yang terlilit sabuk. Cengkeraman kuat itu membuat tangan Gavriel melesak tenggelam ke ranjang. Suara desahan dan rintihan Liora memenuhi ruang dengar mereka. Tubuhnya menggigil oleh Gavriel yang selalu piawai. Bibir Gavriel bekerja mengisap dan meneguk diri Liora di bawah sana. Lidahnya mencambuk tiap lapisan itu. Menyusuri kelembutan yang manis dan lezat dengan serakah. "You've always been soft, tight, and creamy, Cara mia," gumam Gavriel, sebelum kembali menyesap dalam bagian yang bengkak dan merah itu. Liora menggigit bibirnya. Ucapan dan sesapan Gavriel membuat aliran darahnya terisap pada arus panas. Aroma mili
Happy Reading-----Hari ini adalah hari ketiga setelah kepulangan Liora dan Gavriel dari Ibiza. Pierro telah mengirimkan CV dan berhasil diterima di Quinton Resource Corp setelah melalui beberapa tahapan seleksi karyawan magang.Sejak Pierro menginjakkan kaki pertama kali di perusahaannya, Liora memang berlepas tangan, tetapi ia memperhatikan dari jauh setiap proses yang Pierro lalui. Ia sangat menyukai antusiasme dan kecakapan Pierro dalam menjalani seleksi. Jawaban-jawabannya cerdas, tetapi sangat realistis. Pierro juga memiliki gagasan-gagasan menarik yang membuatnya ditempatkan di posisi strategis untuk seukuran mahasiswa magang.Meski demikian, Liora sempat mendengar bisik-bisik para karyawannya yang menduga semua itu karena Pierro yang menyandang nama Arvezio, sehingga Pierro mendapatkan jalan mulus untuk melenggang masuk ke perusahaan ini. Semua itu karena sudah menjadi rahasia umum di kalangan karyawan tentang hubungan Liora dan Ga
Happy Reading-----“Bagaimana kabar Vierra?” tanya Hunter ketika mereka baru saja selesai mendiskusikan tentang beberapa poin yang ingin Liora tambahkan dalam kontrak kerja sama dengan sebuah perusahaan pertambangan di Australia.Mereka sedang duduk di sofa di depan meja kerja Liora.Kedua alis Hunter terangkat muram dengan garis senyumnya yang turun. Bahu Hunter rendah karena posisi lengan bawahnya yang bersandar di atas paha dengan jemari yang saling terjalin.Hunter tampak berusaha biasa, tetapi Liora dapat merasakan kerinduan Hunter pada Vierra di mata hijau itu. Ia menyadari betapa Hunter mencintai Vierra dengan tulus selama ini. Liora menjadi kembali teringat tentang hadiah bernilai fantastis yang Hunter berikan untuk Vierra.“Dia sudah mulai bisa berjalan beberapa langkah lebih jauh.” Liora menarik senyum empati.“Benarkah?”Liora bangkit dari duduknya untuk meraih pons
Happy Reading-----Dagu Liora terangkat ketika ia turun dari Roll Royce milik Gavriel. Mata peraknya menyipit menantang sinar matahari siang untuk melihat Ristorante di Gloria yang berdiri megah dan menjulang. Keberadaan restoran Italia tersebut mencuri perhatian pengendara serta pejalan kaki yang melewati bangunan dengan tata letak aestetik dan romantis tersebut.Meja-meja berpayung di bagian teras restoran tampak terisi penuh oleh pengunjung yang menikmati waktu makan siang mereka.Terakhir kali yang sekaligus menjadi pertama kalinya Liora berada di restoran ini adalah saat ia berkenalan dengan Gavriel. Saat itu malam hari yang membuat lampu-lampu di bagian teras memunculkan kesan romantis menenangkan. Berbeda dengan atmosfer siang hari yang kini teras berenergi dan dinamis.Mungkin itu semua karena turut dipengaruhi oleh perbedaan pengunjung. Saat ini lebih didominasi oleh orang-orang kantoran yang bersama rekan kerja mereka. Sem
Happy Reading-----Dari rancangan bisnis yang Liora dan Gavriel buat saat makan siang di Ristorante di Gloria saat itu, seminggu kemudian menjadi hari-hari yang amat padat bagi keduanya. Akhir pekan lalu mereka kembali terbang ke kepulauan kecil di sekitar Pulau Brylee untuk melihat langsung potensi alam di sana sekaligus mengurus pembelian tanah di pulau tersebut.Hari efektif setelahnya, mereka mempertemukan pengacara keluarga masing-masing untuk mengurus perjanjian kerja sama bisnis mereka. Keduanya mengurus dengan sangat cermat dan hati-hati, mengingat mereka tak terikat pernikahan. Sehingga mereka berusaha seprofesional mungkin tanpa melibatkan perasaan pribadi keduanya dalam isi kontrak kerja sama tersebut. Meski demikian, Liora tetap berusaha menyisipkan klausul yang berpotensi mengikat Gavriel.Semua ini tak mudah, terlebih pertentangan yang Liora terima dari ayahnya sendiri. Sebelumnya, Gavriel sempat mengingatkan Liora untuk memb
Happy Reading-----Suara pintu yang dibuka terdengar bersamaan dengan Gavriel yang sedang menuangkan whiskey pada sebuah gelas rendah di mini bar. “Kembalikan keramahanmu pada Liora,” kata Gavriel ketika bunyi langkah sepatu dari anak tangga di arah kanannya mulai terdengar mendekat.Ia tak perlu menoleh untuk melihat siapa yang datang ke ruang bersantainya.Daniel terkekeh rendah. Telapaknya menyapu pegangan tangga berbahan besi mengkilap ketika ia telah berada di anak tangga terakhir. Lampu kekuningan di setiap anak tangga menambah sumber pencahayaan sekaligus estetika yang mewah pada ruangan bersantai yang redup dengan warna-warna gelap khas Gavriel.“Apa aku telah melukainya?” tanyanya ringan dengan selipan senyum satiris.Ia melirik punggung Gavriel yang masih membelakanginya di mini bar, lalu ia mendudukkan diri di sofa beledu panjang di seberang Pierro yang sudah
Happy Reading----- Liora seketika melipat bibir menahan tawa mendengar istilah yang selalu dipakai anak bungsunya tersebut setiap kali ada yang menyebutnya anak-anak. “Oke, pria bal—” Gavriel menutup mulut, sama-sama menahan tawa. Jika ia dan Liora sampai tertawa di depan Lanxer, anak bungsu mereka itu pasti akan sangat kesal. Ia kemudian cepat-cepat mengembalikan gestur wibawanya untuk menasihati sang anak. “Pria dewasa tak membentak dan mengentak kaki seperti anak kecil seperti ini.” Mata biru Gavriel menilik tingkah sang anak dari bawah dari atas. “Pria dewasa berkata sopan dan hormat pada orang lain, terlebih pada orang tuanya.” “Maaf, Daddy.” Lanxer langsung menunduk menyesal. Ia menarik napas dalam lalu menegakkan pandangan dan pundak, meniru gaya ayahnya yang selalu tegap dan keren di matanya. Gavriel mengangguk. “Pria dewasa sejati tidak takut mengakui perbuatannya sendiri.
Happy Reading----- “Tuan Muda, tolong jangan bermain ini lagi,” pinta seorang made guy yang sedang berlari kencang terbirit-birit di tengah kandang yang luas. “Tidak mau! Ini terlalu menyenangkan!” seru anak laki-laki berusia empat tahun sembari terbahak-bahak. Ia berada di atas punggung harimau putih yang sedang mengejar made guy di depan sana. Tangan mungilnya menggenggam collar kulit di leher binatang buas tersebut. “Wah larimu lebih cepat dari kemari. Ayo Carlo, kita jangan mau kalah, kejar dia!” katanya semakin semangat. “Ya Tuhan! Dari semua tugas, kenapa aku yang ditugaskan menjaga Tuan Muda Lanxer saat bermain seperti ini!” rutuknya semakin panik mendengar auman menyeramkan harimau putih di belakangnya. Ia cepat-cepat berlari menuju pohon terdekat dan buru-buru memanjatnya. Carlo, si harimau putih itu mengaum mengerikan karena kesal mangsanya naik ke atas pohon. “Yaaaah ...
Happy Reading----- Liora merintih. Pahanya menjepit kepala Gavriel tanpa ia sadari seiring keliaran tangan Gavriel yang memutarinya, menghancurkan dengan kenikmatan yang berpadu sesapan dan tusukan lidah panas. “Ya, ya ... ini berlebihan. Ya Tuhan, ini sangat nikmat, Gav,” erang Liora tertahan sembari menjambak rambutnya sendiri karena satu tangan Gavriel yang lain mempermainkan puncaknya. “Inilah yang pantas kau dapatkan, Cara mia,” kata Gavriel dengan napasnya yang menderu layaknya hewan buas mematikan. Gavriel memasukkan jarinya dan terus mempermainkan lidahnya, meneguk segala cairan cinta Liora untuk mengisi dahaga hasratnya yang tak berujung. Liora mengigit jarinya sendiri, menahan desahan dan teriakan bahagia karena rasa ini begitu menakjubkan. Ia masih mengingat ada Vierra yang tengah tidur di balik sekat dinding kamar ini. Pinggul Liora kemudian mengejang hebat bersamaan dengan cair
Happy Reading----- “Mrs. Arvezio." Bisikan Gavriel yang halus, berat dan nakal langsung menggelitik telinga Liora dan membuat dada wanita itu bergenderang. Panggilan itu benar-benar selalu saja berefek dalam. Pria itu memeluk sang istri dari belakang di tengah Liora yang baru saja memindahkan Vierra tidur di baby bassinet. Pelukan itu terasa begitu erat, menuntut janji. Terlebih ketika ujung hidung Gavriel menyapu kulit leher Liora, menciptakan sengatan geli yang meremangkan. Liora menggeliat dan membuat Gavriel terkekeh. “Ssssttt.” Liora cepat-cepat menutup mulut Gavriel. “Maaf,” bisik pria itu lagi. Ia mengecup leher itu, lalu menyandarkan pipinya di pelipis Liora. “Aku tak menyangka sebentar lagi dia akan dua tahun,” gumam Gavriel dengan mata birunya yang menyusuri damainya tidur Vierra. “Ya, seingatku baru kemarin aku menggendongnya keluar dari inkubator.” Liora tersenyum dengan benaknya yang
Happy Reading----- Gavriel tergelak, terlebih Liora yang hendak pergi dari posisi berbaring di atasnya. Cepat-cepat Gavriel menahan pinggang istrinya itu. “Jangan cemburu. Aku bahkan hanya bertemu ia sekali saat masih kecil.” “Namun, nyatanya sangat berbekas, bukan?” Liora menaikkan satu alisnya dingin. “Mau bagaimana lagi? Ia benar-benar mencoreng harga diriku sebagai anak laki-laki dahulu.” Kali ini kedua alis Liora terangkat. Ia pikir tadi sebuah pertemuan masa kecil yang manis. Gavriel menghela napas. “Harus kuakui bahwa hanya ada dua perempuan yang mengubah prinsip hidupku. Pertama gadis kecil yang dahulu pernah kutemui. Lalu kau, Cara mia. Kau mengubahku menjadi lebih bijak, meninggalkan dunia paling gulita dan tak beradab untuk memilah bisnis yang lebih baik.” “Apa yang gadis kecil itu katakan memangnya?” “Katakan? Tidak, Cara mia. Namun, apa yang dia lakukan.” Dahi
Happy Reading-----“Waaah!”Kali ini Vierra tak bisa menutupi keterpesonaannya dengan banyaknya bunga lonceng di bawah pepohonan tinggi. Sampai hijaunya rumput tergantikan dengan warna ungu kebiruan bunga-bunga itu.Di belakang mereka gemiricik air yang keluar dari tumpukan bebatuan menciptakan air terjun kecil yang memesona di antara aliran air sungai.“Tempat ini sangat cantik,” gumam Liora terpana seraya mengedarkan pandangannya.Gavriel tersenyum. Ia berjongkok dan menurunkan Vierra dari gendongan. “Ambil salah satu bunga itu,” bisik Gavriel.Vierra pun berjalan perlahan mendekati padang bunga lonceng tersebut dengan pengawasan Gavriel dan Liora di belakang.Sementara itu, made guy yang berjaga segera menata karpet piknik dan segala perlengkapan meja kecil dan makanan minuman di dekat batang pohon yang tumbang.“Don Gavriel,” kata salah
Happy Reading----- Liora tersenyum menatap buku kolase album Vierra yang rupanya telah Hunter buat selama ini. Beberapa merupakan foto yang pria itu ambil diam-diam dan beberapa di antaranya adalah foto yang Liora bagikan untuk pria itu. Andai Hunter tak ambisius dengan dendam yang membuatnya berubah mengerikan, mungkin saat ini Hunter masih bisa menimang Vierra. Dari album ini Liora tahu ketulusan Hunter mencintai ponakannya. Liora kemudian menutup album itu dan menyimpannya di kotak kardus. Ada beberapa benda yang telah mengisi kotak kardus itu. Ia sengaja memilahnya untuk ia simpan dan menunjukkan pada Vierra saat sang anak sudah dewasa nanti. Beberapa di antaranya penghargaan dan piagam yang pasti akan membuat Vierra bangga memiliki paman pengacara hebat seperti Hunter. Sama seperti benda-benda dari Alex dan Rose yang ia simpan untuk Vierra. Vierra cukup tahu segala hal yang baik itu. Sebuah aib tak perlu disebar dan diturunka
Happy Reading----- “Kau membuat pertanyaan yang jelas tak ingin untuk aku tolak,” erang Liora kesal bercampur suka cita. Gavriel terkekeh begitu juga dengan yang lain mendengar hal itu. “Ya Tuhan, kau benar-benar sudah sadar dari koma.” Mata Liora kembali berkaca-kaca seraya mengusap sisi wajah Gavriel, seolah ini semua hanya ilusinya karena terlalu takut kehilangan Gavriel. Pria itu tersenyum lembut, merasa kembali jatuh cinta berkali-kali mendapati dirinya sangat begitu berarti untuk Liora. Tak ada hal paling membahagiakan bagi seorang manusia biasa sepertinya di saat hidupnya berarti untuk orang lain, terlebih itu wanita yang paling ia cintai. “Kita bisa memulainya kapan pun kalian siap,” bisik seorang pria paruh baya yang menjadi officiant yang baru Liora sadari ada di tengah-tengah mereka sedari tadi. “Oh maaf.” Liora mendadak salah tingkah ditegur seperti ini. “Aku terlalu larut. Tentu, tentu kita bi
Happy Reading-----Liora menahan diri sekuat mungkin untuk tak menembak kepala co-pilot itu saat ini juga. Sehingga Liora hanya mengangguk, sementara isi kepalanya mulai memikirkan apa yang bisa ia lakukan untuk menyelamatkan diri bersama Vierra saat mendarat nanti. Diam-diam ia merutuk karena selalu melewatkan kesempatan untuk belajar menerbangkan helikopter.Beberapa saat kemudian mereka tiba di Eau Claire. Setidaknya itu yang Liora dengar dari pembicaraan co-pilot dengan menara pengawas. Helikopter mendarat di sebuah helipad di antara bangunan megah kuno dengan taman super luas di sepanjang mata memandang.Pikiran Liora semakin tak menentu. Ini jelas-jelas bukan rumah sakit keluarga Arvezio. Ia kemudian turun dengan tangannya yang terus bersiaga untuk segera mengambil revolver di tas jika terjadi sesuatu.“Sebelah sini, Donna Liora,” kata co-pilot tersebut bersama beberapa orang berseragam hitam yang mengirin