Happy Reading-----Gavriel memasukkan satu tangan ke saku celana. Tangannya yang lain mengenggam ponsel di telinga. Ia sibuk mendengarkan berita yang didapat dari seorang made guy-nya yang ia kirim untuk memata-matai Gennaro, crime family milik Armando.
Sementara itu, matanya mengarah pada lukisan pantai yang sangat indah, tergantung di salah satu dinding mansion. Di bawah lukisan itu terdapat sebuah paraf yang Gavriel kenali sebagai tanda bahwa itu adalah karya Starley.
Ia menjadi teringat bahwa Zevander pernah mengatakan bahwa Starley memiliki bakat seni yang menurun dari Zerenity. Gavriel sedikit terbesit tanya, bukankah ibu Starley seorang chef? Lalu mengapa bakat yang menurun justru seni? Atau Zerenity sebenarnya memiliki hobi melukis?
Mungkin sesuatu yang terlihat tak selalu harus menjadi perhatian. Mungkin yang dianggap bukan hal utama justru memiliki pengaruh. Hal itu tiba-tiba menyadarkan Gavr
Happy Reading-----Gavriel melangkah cepat menghampiri Liora yang mematung melihat dirinya, tetapi semakin Gavriel mendekat, semakin Liora melihat jelas luka di sudut bibir kekasihnya. Tangan Liora terkepal erat.Ia lalu segera berbalik badan untuk mengejar kepergian ayahnya, meminta penjelasan. Terlebih tadi ayahnya seolah-olah tak melihatnya.Dada Liora terasa nyeri mendapati hal ini. Ia pikir setelah pelukan dirinya dengan sang ayah tadi telah melunakkan hati Dexter. Namun, apa yang justru baru saja terjadi?"Cara mia!" Gavriel menangkap siku Liora dan membawa tubuh itu memutar menghadapnya. "Aku percaya kau akan selalu membelaku, tetapi untuk kali ini jangan, aku pantas mendapatkannya."Liora menggeleng keras. Ia menangkup kedua wajah Gavriel, memperhatikan setiap inci di sana, memastikan hanya satu robekan di bagian bibir itu saja yang melukai kekasihnya."Apa yang terjadi?" Bibir Liora bergetar
Happy Reading-----Penerbangan dari Bandara LaGuardia menuju Bandara Ibiza memakan waktu kurang lebih 10 jam perjalanan. Kini, waktu di Ibiza sudah menunjukkan pukul 10 pagi, tujuh jam lebih cepat dari Madison yang saat ini masih terselimuti langit malam. Sementara Gavriel dan Liora yang baru saja turun dari pesawat langsung merasakan terik matahari musim panas.Pierro yang masih berpijak di anak tangga bersiul. Ia menarik udara dalam-dalam dengan kepalanya yang mendongak, menerima panas matahari ke wajah tampannya. “Aku bisa mencium aroma pesta di udara.”Gavriel dan Daniel terkekeh pelan seraya menggeleng. Marco tak ikut dalam pesawat. Marco dan istrinya—Ellena kembali ke Madison. Gavriel memberikan tugas khusus pada kakak sepupunya itu. Sebenarnya, Gavriel hanya ingin Marco lebih banyak menghabiskan waktu dengan Ellena, karena ia tahu Ibiza hanya akan membuat Marco semakin lupa statusnya sebagai su
Happy Reading-----Limousine melaju di tengah terik matahari siang yang panas menyengat. Namun, tak ada pejalan kaki di trotoar yang terlihat terusik dengan itu. Gavriel memperhatikan orang-orang itu melalui jendela mobil yang terlihat gelap dari luar.Beberapa dari pria di sana tak mengancing kemeja pantai mereka, sehingga menampakkan tubuh-tubuh berotot mereka, sedang di antara yang lain bahkan lebih memilih benar-benar mempertontonkan bahu dan perut hasil gym itu. Begitu pula dengan para wanita-wanita cantik yang mengenakan serupa bra dan celana super pendek yang hampir memperlihatkan bokong indah di sana.Raut mereka penuh semangat. Gairah muda yang berenergi untuk berpesta hingga pagi untuk menyembunyikan kehancuran hati mereka dari dunia.Mereka bisa menjadi target pasar yang bagus untuk T-Rex. Mereka mendapatkan keberanian, kesenangan, dan tak merasakan sakitnya hati atas masalah-masalah yang terjadi. Sem
Happy Reading-----“Kau akan membuatku berantakan,” peringat Liora ketika Gavriel mendorong maju kursi kerja, sementara pria itu berlutut di bawah meja kaca.“Maafkan aku,” kata Gavriel dengan suara seksinya yang serak dan dalam.Mulut penuh sesalnya tak selaras dengan sorot matanya yang egois. Dan Liora tak bisa membenci hal itu karena ia tahu pasti apa yang akan ia dapatkan dari prianya yang berbahaya.Kedua tangan Gavriel yang hangat mengusap paha Liora di tengah pandangan mata mereka yang beradu. “Aku bisa mencium aromamu, Cara mia,” ujarnya tegas, siap memangsa. Darahnya melonjak berkat paru-parunya yang tertawan wangi diri Liora yang unik dan lezat.Liora hanya mampu merapatkan gigi. Ritme jantungnya sudah berantakan. Fakta bahwa kekasihnya adalah pria berkuasa dan dihormati di dunia gelap yang kejam dan kini sang Don itu justru tengah berlutut d
Happy Reading-----“Aku ingin mendengar kabar baik dalam tiga hari ke depan. Jika tidak, itu berarti kalian sudah siap digantikan dengan tim lain dalam proyek ini.” Sorot mata Liora tajam pada layar video conference-nya.Tak ada jejak pipi merah karena hasrat. Walaupun aroma tubuh Gavriel masih melingkupi kulitnya dan bibir itu masih membengkak karena Gavriel yang selalu hilang akal dalam menikmatinya.Liora telah menjelma kembali menjadi sosok wanita pemimpin perusahaan yang tangguh dan tegas. Setelah menghabiskan waktu menjadi diri sendiri yang jatuh mencintai dan tersesat ke dalam kekasihnya yang tampan dan kuat.Hening untuk beberapa detik. Raut tiga pria dan satu wanita bersetelan formal di layar itu kaku dan tak terima, tetapi mereka kemudian mengangguk menyerah.“Ya, Ms. Quinton.”“Bagus. Terima kasih untuk atensi kalian hari ini. Selamat pagi,
Happy Reading-----Paru-paru Liora yang bernapas damai berubah bergolak dalam waktu singkat. Tak sulit baginya untuk mengenali siapa seseorang yang sedang berjalan ke arah mereka.Satu pertemuan memuakkan sekaligus pahit sudah cukup bagi Liora untuk mengingat jelas. Ia sampai yakin bahwa pertemuan awal mereka memang sebuah pertanda. Tanda bahwa mereka tak akan pernah ditakdirkan untuk berteman.Enggan, tetapi perhatian Liora dipaksa untuk melihat rambut brunette panjang sepunggung yang sedang bergoyang indah, selaras dengan gerakan pinggul yang sedang melangkah anggun di sana. Dagu wanita itu tirus di antara garis wajah yang menunjukkan kecantikan di antara kilatan lampu yang bergerak-gerak liar. Tak bisa Liora pungkiri, senyum wanita itu manis dan tegas, setegas sorot mata yang berkilau dan cerdas menatap ke arah Gavriel, seolah tak melihat keberadaan Liora.“Gavriel,” panggil Giselle lagi
Happy Reading-----Liora membuang muka dengan cepat. “Sayang sekali, sepertinya tebakan kita tak ada yang tepat,” katanya yang mengembalikan perhatian Pierro dan membuat Gavriel mengernyit. “Wanita itu pergi,” imbuhnya sembari menoleh. Pria yang mereka bicarakan tadi rupanya tak berhasil mendekati wanita berbikini hijau, karena salah satu pria lain membawanya pergi sebelum pria mabuk tadi mendekat. “Jadi kau tetap harus melalui proses seleksi.” Pierro terkekeh canggung, karena tepat dengan itu langkah lebar Gavriel telah membawa pria itu berada di depan mereka. “Cara mia,” panggil Gavriel resah, meraih siku Liora untuk menoleh padanya. Tubuh Liora berbalik karena itu, tetapi matanya tak sedikit pun ingin melirik. “Aku akan segera mengirimkan CV,” ujar Pierro cepat. “Well, karena Gavriel sudah kembali. Aku akan meninggalkan kalian.” Matanya bergerak pada Liora dan Gavriel bergantian
Happy Reading-----Tak tahu, Liora tak tahu apa yang harus ia lakukan. Ketakutan menyergapnya, menghentikan kerja otaknya dan menjejalkan ia pada bayangan-bayangan perpisahan yang mencekik.Kepala Liora tertunduk perlahan, keningnya jatuh di dada Gavriel yang bidang dan kuat. Ia tak berani menghadapi, bahkan sekadar mimpi buruk ditinggalkan oleh Gavriel.Liora gemetar menyadari bahwa perasaan ini berkembang terlalu pesat tanpa bisa ia kendalikan. Cinta ini terlalu merasukinya, melumpuhkannya, melemahkannya.Ini terasa benar dan pantas, tetapi juga di satu sisi terasa salah jika melihat dari dampak ketakutan yang ia rasakan saat ini. Kehadiran Gavriel telah serupa kebutuhan yang tak dapat tergantikan."Hanya dirimu, Cara mia," bujuk Gavriel lagi dengan suara seraknya yang maskulin dan lembut.Gavriel mendekapnya erat. Mengusap kepala Liora perlahan dan mengecupnya sesekali.Pria itu
Happy Reading----- Liora seketika melipat bibir menahan tawa mendengar istilah yang selalu dipakai anak bungsunya tersebut setiap kali ada yang menyebutnya anak-anak. “Oke, pria bal—” Gavriel menutup mulut, sama-sama menahan tawa. Jika ia dan Liora sampai tertawa di depan Lanxer, anak bungsu mereka itu pasti akan sangat kesal. Ia kemudian cepat-cepat mengembalikan gestur wibawanya untuk menasihati sang anak. “Pria dewasa tak membentak dan mengentak kaki seperti anak kecil seperti ini.” Mata biru Gavriel menilik tingkah sang anak dari bawah dari atas. “Pria dewasa berkata sopan dan hormat pada orang lain, terlebih pada orang tuanya.” “Maaf, Daddy.” Lanxer langsung menunduk menyesal. Ia menarik napas dalam lalu menegakkan pandangan dan pundak, meniru gaya ayahnya yang selalu tegap dan keren di matanya. Gavriel mengangguk. “Pria dewasa sejati tidak takut mengakui perbuatannya sendiri.
Happy Reading----- “Tuan Muda, tolong jangan bermain ini lagi,” pinta seorang made guy yang sedang berlari kencang terbirit-birit di tengah kandang yang luas. “Tidak mau! Ini terlalu menyenangkan!” seru anak laki-laki berusia empat tahun sembari terbahak-bahak. Ia berada di atas punggung harimau putih yang sedang mengejar made guy di depan sana. Tangan mungilnya menggenggam collar kulit di leher binatang buas tersebut. “Wah larimu lebih cepat dari kemari. Ayo Carlo, kita jangan mau kalah, kejar dia!” katanya semakin semangat. “Ya Tuhan! Dari semua tugas, kenapa aku yang ditugaskan menjaga Tuan Muda Lanxer saat bermain seperti ini!” rutuknya semakin panik mendengar auman menyeramkan harimau putih di belakangnya. Ia cepat-cepat berlari menuju pohon terdekat dan buru-buru memanjatnya. Carlo, si harimau putih itu mengaum mengerikan karena kesal mangsanya naik ke atas pohon. “Yaaaah ...
Happy Reading----- Liora merintih. Pahanya menjepit kepala Gavriel tanpa ia sadari seiring keliaran tangan Gavriel yang memutarinya, menghancurkan dengan kenikmatan yang berpadu sesapan dan tusukan lidah panas. “Ya, ya ... ini berlebihan. Ya Tuhan, ini sangat nikmat, Gav,” erang Liora tertahan sembari menjambak rambutnya sendiri karena satu tangan Gavriel yang lain mempermainkan puncaknya. “Inilah yang pantas kau dapatkan, Cara mia,” kata Gavriel dengan napasnya yang menderu layaknya hewan buas mematikan. Gavriel memasukkan jarinya dan terus mempermainkan lidahnya, meneguk segala cairan cinta Liora untuk mengisi dahaga hasratnya yang tak berujung. Liora mengigit jarinya sendiri, menahan desahan dan teriakan bahagia karena rasa ini begitu menakjubkan. Ia masih mengingat ada Vierra yang tengah tidur di balik sekat dinding kamar ini. Pinggul Liora kemudian mengejang hebat bersamaan dengan cair
Happy Reading----- “Mrs. Arvezio." Bisikan Gavriel yang halus, berat dan nakal langsung menggelitik telinga Liora dan membuat dada wanita itu bergenderang. Panggilan itu benar-benar selalu saja berefek dalam. Pria itu memeluk sang istri dari belakang di tengah Liora yang baru saja memindahkan Vierra tidur di baby bassinet. Pelukan itu terasa begitu erat, menuntut janji. Terlebih ketika ujung hidung Gavriel menyapu kulit leher Liora, menciptakan sengatan geli yang meremangkan. Liora menggeliat dan membuat Gavriel terkekeh. “Ssssttt.” Liora cepat-cepat menutup mulut Gavriel. “Maaf,” bisik pria itu lagi. Ia mengecup leher itu, lalu menyandarkan pipinya di pelipis Liora. “Aku tak menyangka sebentar lagi dia akan dua tahun,” gumam Gavriel dengan mata birunya yang menyusuri damainya tidur Vierra. “Ya, seingatku baru kemarin aku menggendongnya keluar dari inkubator.” Liora tersenyum dengan benaknya yang
Happy Reading----- Gavriel tergelak, terlebih Liora yang hendak pergi dari posisi berbaring di atasnya. Cepat-cepat Gavriel menahan pinggang istrinya itu. “Jangan cemburu. Aku bahkan hanya bertemu ia sekali saat masih kecil.” “Namun, nyatanya sangat berbekas, bukan?” Liora menaikkan satu alisnya dingin. “Mau bagaimana lagi? Ia benar-benar mencoreng harga diriku sebagai anak laki-laki dahulu.” Kali ini kedua alis Liora terangkat. Ia pikir tadi sebuah pertemuan masa kecil yang manis. Gavriel menghela napas. “Harus kuakui bahwa hanya ada dua perempuan yang mengubah prinsip hidupku. Pertama gadis kecil yang dahulu pernah kutemui. Lalu kau, Cara mia. Kau mengubahku menjadi lebih bijak, meninggalkan dunia paling gulita dan tak beradab untuk memilah bisnis yang lebih baik.” “Apa yang gadis kecil itu katakan memangnya?” “Katakan? Tidak, Cara mia. Namun, apa yang dia lakukan.” Dahi
Happy Reading-----“Waaah!”Kali ini Vierra tak bisa menutupi keterpesonaannya dengan banyaknya bunga lonceng di bawah pepohonan tinggi. Sampai hijaunya rumput tergantikan dengan warna ungu kebiruan bunga-bunga itu.Di belakang mereka gemiricik air yang keluar dari tumpukan bebatuan menciptakan air terjun kecil yang memesona di antara aliran air sungai.“Tempat ini sangat cantik,” gumam Liora terpana seraya mengedarkan pandangannya.Gavriel tersenyum. Ia berjongkok dan menurunkan Vierra dari gendongan. “Ambil salah satu bunga itu,” bisik Gavriel.Vierra pun berjalan perlahan mendekati padang bunga lonceng tersebut dengan pengawasan Gavriel dan Liora di belakang.Sementara itu, made guy yang berjaga segera menata karpet piknik dan segala perlengkapan meja kecil dan makanan minuman di dekat batang pohon yang tumbang.“Don Gavriel,” kata salah
Happy Reading----- Liora tersenyum menatap buku kolase album Vierra yang rupanya telah Hunter buat selama ini. Beberapa merupakan foto yang pria itu ambil diam-diam dan beberapa di antaranya adalah foto yang Liora bagikan untuk pria itu. Andai Hunter tak ambisius dengan dendam yang membuatnya berubah mengerikan, mungkin saat ini Hunter masih bisa menimang Vierra. Dari album ini Liora tahu ketulusan Hunter mencintai ponakannya. Liora kemudian menutup album itu dan menyimpannya di kotak kardus. Ada beberapa benda yang telah mengisi kotak kardus itu. Ia sengaja memilahnya untuk ia simpan dan menunjukkan pada Vierra saat sang anak sudah dewasa nanti. Beberapa di antaranya penghargaan dan piagam yang pasti akan membuat Vierra bangga memiliki paman pengacara hebat seperti Hunter. Sama seperti benda-benda dari Alex dan Rose yang ia simpan untuk Vierra. Vierra cukup tahu segala hal yang baik itu. Sebuah aib tak perlu disebar dan diturunka
Happy Reading----- “Kau membuat pertanyaan yang jelas tak ingin untuk aku tolak,” erang Liora kesal bercampur suka cita. Gavriel terkekeh begitu juga dengan yang lain mendengar hal itu. “Ya Tuhan, kau benar-benar sudah sadar dari koma.” Mata Liora kembali berkaca-kaca seraya mengusap sisi wajah Gavriel, seolah ini semua hanya ilusinya karena terlalu takut kehilangan Gavriel. Pria itu tersenyum lembut, merasa kembali jatuh cinta berkali-kali mendapati dirinya sangat begitu berarti untuk Liora. Tak ada hal paling membahagiakan bagi seorang manusia biasa sepertinya di saat hidupnya berarti untuk orang lain, terlebih itu wanita yang paling ia cintai. “Kita bisa memulainya kapan pun kalian siap,” bisik seorang pria paruh baya yang menjadi officiant yang baru Liora sadari ada di tengah-tengah mereka sedari tadi. “Oh maaf.” Liora mendadak salah tingkah ditegur seperti ini. “Aku terlalu larut. Tentu, tentu kita bi
Happy Reading-----Liora menahan diri sekuat mungkin untuk tak menembak kepala co-pilot itu saat ini juga. Sehingga Liora hanya mengangguk, sementara isi kepalanya mulai memikirkan apa yang bisa ia lakukan untuk menyelamatkan diri bersama Vierra saat mendarat nanti. Diam-diam ia merutuk karena selalu melewatkan kesempatan untuk belajar menerbangkan helikopter.Beberapa saat kemudian mereka tiba di Eau Claire. Setidaknya itu yang Liora dengar dari pembicaraan co-pilot dengan menara pengawas. Helikopter mendarat di sebuah helipad di antara bangunan megah kuno dengan taman super luas di sepanjang mata memandang.Pikiran Liora semakin tak menentu. Ini jelas-jelas bukan rumah sakit keluarga Arvezio. Ia kemudian turun dengan tangannya yang terus bersiaga untuk segera mengambil revolver di tas jika terjadi sesuatu.“Sebelah sini, Donna Liora,” kata co-pilot tersebut bersama beberapa orang berseragam hitam yang mengirin