Holaaa! Adakah yang menunggu cerita ini untuk publish lagi??Maaf sudah menunggu lama yaa ….
Enjoy!
-----Angin laut segera menyapu halus tubuh Gavriel ketika ia keluar dari ruangan yacht menuju dek belakang. Kemeja pantainya berkibar, begitu pula rambut bergelombangnya yang legam dan tebal.
Lantai satu villa yang hancur karena tembakan membabi buta Dexter membuat malam ini ia, Liora, Vierra dan Anna akan bermalam di yacht, sementara orang-orang milik Gavriel membereskan kekacauan di sana. Sehingga besok mereka dapat kembali ke villa sebelum pulang. Setidaknya dua kamar di yacht kecil ini tak terlalu buruk dibanding Gavriel harus membuat Liora melihat serpihan pecahan kaca di segala penjuru lantai dasar villa.
Semburat jingga dari tenggelamnnya matahari yang jatuh pada air laut tampak membingkai setiap sisi tubuh Liora. Wanita itu sedang duduk di sofa panjang bagian dek belakang
Enjoy!-----Dua hari berselang kepulangan Liora dari pulau pribadi yang dihadiahkan Gavriel termasuk Zevander untuknya, kini Liora mengambil waktu sehari untuk berada di Manhattan. Apa yang telah terjadi di pulau Brylee jelas belum bisa sirna, bahkan mungkin tak akan bisa hilang dari pikirannya, tetapi itu tak membuat Liora untuk tak menghubungi Zevander. Ia benar-benar berterima kasih pada suami Starley tersebut, meski membeli pulau itu awalnya hanya bentuk permainan dari Zevander dan Gavriel.Hunter pun tak berhenti menghubungi Liora dan wanita itu sesungguhnya tersanjung dengan perhatian Hunter untuknya. Sayangnya, hal itu sulit merasuk sampai ke hati ketika seluruh ruangan itu telah dikuasai Gavriel. Ia akan mengatakan pada Hunter jika mereka bertemu bahwa dirinya sekarang bukan lagi wanita lajang. Liora tak ingin memberi harapan kosong pada pria sebaik Hunter.Ketika Liora baru saja turun dari mobil, ia disambut dengan antrean panjang
Enjoy!-----“Kau baik-baik saja?” tanya Gavriel curiga pada suara Liora di sambungan telepon. Ia tahu sang kekasih tengah berada di Manhattan dan ia sudah merindukan wanita itu, meski mereka selalu bertemu setelah kepulangan dari Pulau Brylee.Gavriel sama sekali tak mengharapkan suara berat menahan tangis seperti ini ketika ia memutuskan menghubungi Liora di tengah mobil Roll Royce-nya yang melaju membelah jalanan Madison. Meski Liora tampak menahan dan berusaha terdengar biasa, Gavriel sudah cukup dapat membedakan.Di seberang sana, Liora mengigit bibir. Menyesali karena Gavriel terlalu peka pada suaranya. “Aku baik-baik saja,” jawab Liora berusaha datar. Padahal selama ini tak ada yang bisa menebak semudah itu.Ia menghapus jejak air matanya di pipi sebelum menoleh sesaat, melihat Jake dan Zerenity yang sedang tertawa bersama Vierra. Liora semakin menjauhkan diri ke pojok ruangan ketika perkataan Gavriel m
Haloo! Akhirnya up lagi setelah ngumpet lebih dari dua mingguan. Ada yang kangen sama LioGav?? Absen sini dulu yuukkk! Jam berapa dan sambil ngapain kalian baca bab ini?Happy Reading-----Private jet bertuliskan Quinton tiba di landasan kota Madison ketika langit telah gelap. Liora hendak keluar ketika langkahnya tertahan di depan pintu. Raut datarnya seketika mengembangkan senyum kala melihat siapa yang sedang menantinya di bawah sana.Tak ada Cadillac Escalade dan sopir pribadinya, tetapi justru Gavriel yang sedang menyandarkan punggung di pintu mobil Bugatti La Voiture Noire. Garis agresif nan berbahaya hypercar hitam itu seolah bentuk lain dari sosok Gavriel. Gelap, berbahaya, dan tak mudah diprediksi di balik kemewahan yang ekslusif.Itulah Gavriel di mata Liora. Ia belum pernah mengenal sosok seperti kekasihnya ini dan itu yang membuat darah Liora t
Happy Reading----- Gavriel baru saja keluar dari kamar mandi setelah membersihkan diri usai percintaan panjangnya bersama Liora ketika ia melihat satu setelan jas pria tergantung di walk in closet sang kekasih. Pakaian itu tampak begitu mencolok di antara sederet pakaian wanita di sana. Gavriel mengambil setelan itu. Dilihatnya masih terdapat label yang menggantung di sana. Seluruh ukuran itu juga persis seperti ukuran yang biasa ia pakai. Ia pun segera mengembalikan jas itu dan berderap keluar walk in closet dengan tubuh telanjangnya. Ini adalah kedua kalinya ia berada di kamar Liora. Saat itu ia tak sempat memperhatikan interior kamar ini dengan saksama, karena perhatiannya tertuju untuk memastikan Anna mengepak pakaian Liora dengan benar tanpa ada yang tertinggal, sekaligus terkunci pada Liora ketika ia menemukan jejak air mata di wajah wanita itu saat tertidur. Namun, kini Gavriel dapat mengamati ruang tidur sang kek
Yuhuuu Bang Gav balik lagiii ….Gimana kabar temen2? Sehat semua kan? Happy Reading----- Gavriel tak bisa melupakan pagi harinya tadi yang terasa begitu berbeda sekaligus luar biasa. Luar biasa? Tidak, kata itu tidak cukup, tetapi ia pun tak tahu kata apa yang sesuai menggambarkan perasaannya. Kehilangan Liora dari rengkuhannya di pagi hari adalah sesuatu yang buruk, tetapi tidak dengan kecupan lembut di pipi setelahnya. Liora menyapanya dengan kondisi sudah memakai jubah tidur sutra sembari menggendong Vierra. Wajah wanita itu cerah dan segar. Siap menyambut hari. Tak ada lagi kesedihan yang membayang di mata perak itu. Liora seolah terlahir kembali dan itu jelas tak bisa menahan diri Gavriel untuk tersenyum lega. Seolah sebongkah batu yang menahan dadanya turut hancur. Terlebih setelahnya melihat Liora dengan sikap yang hangat keibuan dalam mengurus Vierra di tengah bagian diri Liora yang sel
Happy Reading-----Tak ubahnya seperti Gavriel, Liora merasa hari ini adalah hari terbaik yang pernah ia rasakan setelah merasa hampa bertahun-tahun. Sulit dipercaya jika mengingat bahwa ini adalah hubungan serius mereka yang pertama.Gavriel adalah kekasih pertama Liora, begitu pula sebaliknya. Namun, bagi Gavriel, Liora juga sekaligus cinta pertamanya. Liora tak bisa lebih sekadar tersanjung mengetahui fakta itu.Mereka tahu ini terlambat jika mengingat usia yang bukan lagi remaja, tetapi pada kenyataannya semua tak terasa buruk. Menemukan orang yang tepat adalah bagian terbaik dalam hidup, meski ada rasa penyesalan yang bercokol untuk mengeluhkan takdir. Mengapa mereka baru bertemu sekarang? Ke mana saja mereka selama 33 dan 28 tahun ini?Takdir selalu memiliki rahasia dan jalannya sendiri. Hal itu pula yang membawa Liora menyadari bahwa ini bukanlah sebuah akhir bahagia. Tak ada akhir selama ia masih mampu menarik napas. Maka da
Happy Reading-----Untuk beberapa saat Liora tertegun dengan ucapan Gavriel. Ia tak menyangka kekasihnya dapat mengalah dengan cepat.“Terima kasih. Namun, ada satu hal lagi.”“Dan apa itu?” Gavriel melirik pada Daniel yang sudah berbalik badan kembali ke ruang kerja.“Aku ingin mengundang Hunter juga di acara ulang tahun Vierra. Ia sangat baik pada Vierra selama ini. Apakah kau tak masalah dengan itu?”Meskipun Liora tak yakin Hunter nantinya tetap mau datang jika ia sudah mengatakan tentang hubungannya dengan Gavriel. Liora mengerti pasti sangat menyakitkan jika Hunter melihatnya bersama Gavriel saat acara itu. Namun, tak mengundang Hunter setelah melihat kedekatan pria itu dengan Vierra, membuat itu terasa salah.“Tidak masalah. Undanglah dia, sudah seharusnya. Kau melakukan hal yang benar, Cara mia,” ujar Gavriel lugas dan mantap, seolah tanpa perlu menimbang
LioGav kembali!! :) Happy Reading----- “Kita akan mengunjungi kediaman Mr. Arvezio lagi, Nyonya?” tanya Anna berbinar ketika babysitter itu membantu Liora menyiapkan perlengkapan Vierra selepas majikannya pulang bekerja. “Ya, mengapa kau selalu terlihat begitu senang?” balas Liora dengan sedikit nada geli yang terselip. Wajah Anna saat itu langsung berubah merona malu. “Saya selalu senang ketika melihat Anda dan Mr. Arvezio bersama. Terlebih saat itu keluarganya turut sangat baik terhadap saya.” Anna memang tak pernah terlalu dekat dengan sang Nyonya. Ia tak bisa melakukan apa pun selama ini ketika mendapati wanita berparas cantik itu muram dan tersiksa atas bayangan sosok mendiang Alex dan Rose. Orang di luar sana tak akan ada yang mengetahui di balik wajah datar dan dingin itu selalu menjerit tangis di tengah kesunyian penghujung malam. Sungguh, Anna benar-benar
Happy Reading----- Liora seketika melipat bibir menahan tawa mendengar istilah yang selalu dipakai anak bungsunya tersebut setiap kali ada yang menyebutnya anak-anak. “Oke, pria bal—” Gavriel menutup mulut, sama-sama menahan tawa. Jika ia dan Liora sampai tertawa di depan Lanxer, anak bungsu mereka itu pasti akan sangat kesal. Ia kemudian cepat-cepat mengembalikan gestur wibawanya untuk menasihati sang anak. “Pria dewasa tak membentak dan mengentak kaki seperti anak kecil seperti ini.” Mata biru Gavriel menilik tingkah sang anak dari bawah dari atas. “Pria dewasa berkata sopan dan hormat pada orang lain, terlebih pada orang tuanya.” “Maaf, Daddy.” Lanxer langsung menunduk menyesal. Ia menarik napas dalam lalu menegakkan pandangan dan pundak, meniru gaya ayahnya yang selalu tegap dan keren di matanya. Gavriel mengangguk. “Pria dewasa sejati tidak takut mengakui perbuatannya sendiri.
Happy Reading----- “Tuan Muda, tolong jangan bermain ini lagi,” pinta seorang made guy yang sedang berlari kencang terbirit-birit di tengah kandang yang luas. “Tidak mau! Ini terlalu menyenangkan!” seru anak laki-laki berusia empat tahun sembari terbahak-bahak. Ia berada di atas punggung harimau putih yang sedang mengejar made guy di depan sana. Tangan mungilnya menggenggam collar kulit di leher binatang buas tersebut. “Wah larimu lebih cepat dari kemari. Ayo Carlo, kita jangan mau kalah, kejar dia!” katanya semakin semangat. “Ya Tuhan! Dari semua tugas, kenapa aku yang ditugaskan menjaga Tuan Muda Lanxer saat bermain seperti ini!” rutuknya semakin panik mendengar auman menyeramkan harimau putih di belakangnya. Ia cepat-cepat berlari menuju pohon terdekat dan buru-buru memanjatnya. Carlo, si harimau putih itu mengaum mengerikan karena kesal mangsanya naik ke atas pohon. “Yaaaah ...
Happy Reading----- Liora merintih. Pahanya menjepit kepala Gavriel tanpa ia sadari seiring keliaran tangan Gavriel yang memutarinya, menghancurkan dengan kenikmatan yang berpadu sesapan dan tusukan lidah panas. “Ya, ya ... ini berlebihan. Ya Tuhan, ini sangat nikmat, Gav,” erang Liora tertahan sembari menjambak rambutnya sendiri karena satu tangan Gavriel yang lain mempermainkan puncaknya. “Inilah yang pantas kau dapatkan, Cara mia,” kata Gavriel dengan napasnya yang menderu layaknya hewan buas mematikan. Gavriel memasukkan jarinya dan terus mempermainkan lidahnya, meneguk segala cairan cinta Liora untuk mengisi dahaga hasratnya yang tak berujung. Liora mengigit jarinya sendiri, menahan desahan dan teriakan bahagia karena rasa ini begitu menakjubkan. Ia masih mengingat ada Vierra yang tengah tidur di balik sekat dinding kamar ini. Pinggul Liora kemudian mengejang hebat bersamaan dengan cair
Happy Reading----- “Mrs. Arvezio." Bisikan Gavriel yang halus, berat dan nakal langsung menggelitik telinga Liora dan membuat dada wanita itu bergenderang. Panggilan itu benar-benar selalu saja berefek dalam. Pria itu memeluk sang istri dari belakang di tengah Liora yang baru saja memindahkan Vierra tidur di baby bassinet. Pelukan itu terasa begitu erat, menuntut janji. Terlebih ketika ujung hidung Gavriel menyapu kulit leher Liora, menciptakan sengatan geli yang meremangkan. Liora menggeliat dan membuat Gavriel terkekeh. “Ssssttt.” Liora cepat-cepat menutup mulut Gavriel. “Maaf,” bisik pria itu lagi. Ia mengecup leher itu, lalu menyandarkan pipinya di pelipis Liora. “Aku tak menyangka sebentar lagi dia akan dua tahun,” gumam Gavriel dengan mata birunya yang menyusuri damainya tidur Vierra. “Ya, seingatku baru kemarin aku menggendongnya keluar dari inkubator.” Liora tersenyum dengan benaknya yang
Happy Reading----- Gavriel tergelak, terlebih Liora yang hendak pergi dari posisi berbaring di atasnya. Cepat-cepat Gavriel menahan pinggang istrinya itu. “Jangan cemburu. Aku bahkan hanya bertemu ia sekali saat masih kecil.” “Namun, nyatanya sangat berbekas, bukan?” Liora menaikkan satu alisnya dingin. “Mau bagaimana lagi? Ia benar-benar mencoreng harga diriku sebagai anak laki-laki dahulu.” Kali ini kedua alis Liora terangkat. Ia pikir tadi sebuah pertemuan masa kecil yang manis. Gavriel menghela napas. “Harus kuakui bahwa hanya ada dua perempuan yang mengubah prinsip hidupku. Pertama gadis kecil yang dahulu pernah kutemui. Lalu kau, Cara mia. Kau mengubahku menjadi lebih bijak, meninggalkan dunia paling gulita dan tak beradab untuk memilah bisnis yang lebih baik.” “Apa yang gadis kecil itu katakan memangnya?” “Katakan? Tidak, Cara mia. Namun, apa yang dia lakukan.” Dahi
Happy Reading-----“Waaah!”Kali ini Vierra tak bisa menutupi keterpesonaannya dengan banyaknya bunga lonceng di bawah pepohonan tinggi. Sampai hijaunya rumput tergantikan dengan warna ungu kebiruan bunga-bunga itu.Di belakang mereka gemiricik air yang keluar dari tumpukan bebatuan menciptakan air terjun kecil yang memesona di antara aliran air sungai.“Tempat ini sangat cantik,” gumam Liora terpana seraya mengedarkan pandangannya.Gavriel tersenyum. Ia berjongkok dan menurunkan Vierra dari gendongan. “Ambil salah satu bunga itu,” bisik Gavriel.Vierra pun berjalan perlahan mendekati padang bunga lonceng tersebut dengan pengawasan Gavriel dan Liora di belakang.Sementara itu, made guy yang berjaga segera menata karpet piknik dan segala perlengkapan meja kecil dan makanan minuman di dekat batang pohon yang tumbang.“Don Gavriel,” kata salah
Happy Reading----- Liora tersenyum menatap buku kolase album Vierra yang rupanya telah Hunter buat selama ini. Beberapa merupakan foto yang pria itu ambil diam-diam dan beberapa di antaranya adalah foto yang Liora bagikan untuk pria itu. Andai Hunter tak ambisius dengan dendam yang membuatnya berubah mengerikan, mungkin saat ini Hunter masih bisa menimang Vierra. Dari album ini Liora tahu ketulusan Hunter mencintai ponakannya. Liora kemudian menutup album itu dan menyimpannya di kotak kardus. Ada beberapa benda yang telah mengisi kotak kardus itu. Ia sengaja memilahnya untuk ia simpan dan menunjukkan pada Vierra saat sang anak sudah dewasa nanti. Beberapa di antaranya penghargaan dan piagam yang pasti akan membuat Vierra bangga memiliki paman pengacara hebat seperti Hunter. Sama seperti benda-benda dari Alex dan Rose yang ia simpan untuk Vierra. Vierra cukup tahu segala hal yang baik itu. Sebuah aib tak perlu disebar dan diturunka
Happy Reading----- “Kau membuat pertanyaan yang jelas tak ingin untuk aku tolak,” erang Liora kesal bercampur suka cita. Gavriel terkekeh begitu juga dengan yang lain mendengar hal itu. “Ya Tuhan, kau benar-benar sudah sadar dari koma.” Mata Liora kembali berkaca-kaca seraya mengusap sisi wajah Gavriel, seolah ini semua hanya ilusinya karena terlalu takut kehilangan Gavriel. Pria itu tersenyum lembut, merasa kembali jatuh cinta berkali-kali mendapati dirinya sangat begitu berarti untuk Liora. Tak ada hal paling membahagiakan bagi seorang manusia biasa sepertinya di saat hidupnya berarti untuk orang lain, terlebih itu wanita yang paling ia cintai. “Kita bisa memulainya kapan pun kalian siap,” bisik seorang pria paruh baya yang menjadi officiant yang baru Liora sadari ada di tengah-tengah mereka sedari tadi. “Oh maaf.” Liora mendadak salah tingkah ditegur seperti ini. “Aku terlalu larut. Tentu, tentu kita bi
Happy Reading-----Liora menahan diri sekuat mungkin untuk tak menembak kepala co-pilot itu saat ini juga. Sehingga Liora hanya mengangguk, sementara isi kepalanya mulai memikirkan apa yang bisa ia lakukan untuk menyelamatkan diri bersama Vierra saat mendarat nanti. Diam-diam ia merutuk karena selalu melewatkan kesempatan untuk belajar menerbangkan helikopter.Beberapa saat kemudian mereka tiba di Eau Claire. Setidaknya itu yang Liora dengar dari pembicaraan co-pilot dengan menara pengawas. Helikopter mendarat di sebuah helipad di antara bangunan megah kuno dengan taman super luas di sepanjang mata memandang.Pikiran Liora semakin tak menentu. Ini jelas-jelas bukan rumah sakit keluarga Arvezio. Ia kemudian turun dengan tangannya yang terus bersiaga untuk segera mengambil revolver di tas jika terjadi sesuatu.“Sebelah sini, Donna Liora,” kata co-pilot tersebut bersama beberapa orang berseragam hitam yang mengirin