Happy Reading-----
“Bawa Vierra kemari,” kata Liora pada salah satu bodyguard dari ayahnya.
Mata Liora dan Gavriel saling tertaut pedih. Tak ada yang ingin berpisah, tetapi Liora memilih mengambil pilihan tegas demi anaknya.
Bodyguard tersebut memberikan gendongan Vierra pada Liora. Wanita itu memeluk sang bayi dan mencium puncak kepala berambut tipis tersebut.
“Kita tak akan bertemu Daddy Gavriel lagi, Sayang. Jadi ucapkan selamat tinggal padanya. Berikan ia kecupan.”
“Liora!” Tangan Gavriel terkepal erat.
“Ini final, Gav.”
Liora kemudian menyodorkan gendongan pada Gavriel. “Apakah kau mau menggendongnya untuk terakhir?”
Kedua tangan Vierra cepat-cepat terentang dengan mata berbinar menatap Gavriel, tak mengerti dengan apa yang sedang terjadi di antara dua orang dewasa di sekitarnya ini.
“Ini tak akan menj
Happy Reading-----Sejak hari itu, semua berubah. Gavriel benar-benar tak bisa menemui Liora dan Vierra. Seluruh akses Liora dijaga ketat di penthouse maupun di kantor.Namun, meski demikian, bodyguard milik Dexter kini tidak menodongkan pistol pada Gavriel dan made guy. Hal itu membuat made guy Prospero pun tak mengeluarkan pistol ketika bersitegang untuk saling menghormati. Mereka saling melayangkan pukulan untuk mengemban perintah atasan mereka masing-masing, tanpa tidak ada yang ingin benar-benar membunuh, karena atasan mereka pun tak menginginkan hal itu terjadi.Walau begitu, seimbangnya kekuatan kubu Liora dan Gavriel membuat para made guy dan para bodyguard itu tak bisa mengalahkan masing-masing dari mereka. Sehingga Gavriel tetap kesulitan untuk dapat menemui Liora.Seperti yang telah terjadi seminggu ini sampai membuat Pierro keheranan. Pierro pun sengaja menunggu Liora
Happy Reading-----Tiga hari setelah pertemuan Liora dengan Pierro, tak membawa perubahan apa pun pada suasana hati Liora. Ia tahu sejak itu Pierro tak tampak lagi di kantor. Ada rasa khawatir dan ada pula rasa benci yang tak peduli. Lagi-lagi itu beradu di hati Liora sampai terasa menyakitkan.“Ponakan cantik Uncle sedang apa, hm?” Hunter meraih Vierra dalam gendongan dan mengecupi pipi bayi itu dengan gemas. “Kau tak menganggu Mommy kerja, bukan?”Liora yang sedang membereskan meja kerjanya hanya tersenyum kecil melihat interaksi itu. Hunter lalu berjalan mendekat.“Hey ... apakah kau baru saja menangis lagi?” Hunter hendak menyentuh pipi Liora, tetapi wanita itu menepisnya halus.“It’s ok.”Liora melanjutkan membereskan mejanya. Hunter menatap wanita yang dicintainya itu untuk waktu yang cukup lama. Ia tak suka melihat Liora bersedih. N
Happy Reading-----Liora duduk dengan dagu terangkat dingin dan tajam di ruang kerjanya di kantor. Setelah pertemuannya dengan Gavriel di area parkir kantor, esok harinya Quinton Resource Corp diguncang oleh masalah karyawan di salah satu pabrik pengolahan logamnya di Viroqua.Ia sudah mengutus COO-nya untuk membereskan masalah itu, tetapi sudah tiga hari ini masalah itu tak kunjung terselesaikan dan justru merembet pada masalah-masalah teknis dan kesejahteraan karyawan yang bagi Liora tak masuk akal. Perusahaannya selalu mengedepankan tentang kenyamanan lingkup kerja, mulai dari keselamatan kerja, jam sampai gaji dan tunjangan.Dan mereka mengatakan bahwa perusahaan telah memeras jam kerja mereka? Gila! Konyol! Sebenarnya ada apa?“Bagaimana bisa masalah ini belum terselesaikan?! Kau tahu sehari saja tersendat sudah mengacaukan jalur pengiriman kita dan ini sudah tiga hari!” sentak Liora pada pria paruh baya yang menjad
Happy Reading-----6 bulan kemudian ....“Uncle!!!” Vierra buru-buru turun dari pangkuan Liora dan berlari pada kedatangan Hunter. Pengacara ternama itu langsung berjongkok dengan tangan terentang lebar-lebar. Vierra yang empat bulan lagi akan menginjak usia dua tahun itu pun masuk dalam pelukan Hunter. Ia tergelak kala Hunter berdiri dan membawanya berputar di udara.Liora tersenyum tipis melihat hal itu. Sudah menjadi rutinitas Hunter untuk selalu singgah ke penthouse-nya setiap hari untuk menemui Vierra. Termasuk di akhir pekan seperti ini.Hunter kemudian berjalan menyapa Vello, lalu menghampiri Liora.“Bagaimana harimu, Sayang?” tanya Hunter saat ia mengecup pipi Liora.“Great,” jawab Liora singkat.Hunter tersenyum seraya membelai pipi Liora lalu beralih pada Dexter yang duduk di sofa seberang.“Apa kabarmu, Dex?” Ked
Happy Reading-----“Sayang ....” Panggilan Hunter yang menyeruak segera menyadarkan Liora. Ia menoleh dan mendapati senyum hangat Hunter yang tak pernah pudar untuknya.“Apa?”“Kau melamun.”“Tidak.” Liora menelan salivanya dengan pahit.Hunter kembali tersenyum. “Ayo kita duduk, acara segera dimulai.”Liora mengangguk dan membiarkan Hunter membimbingnya pada meja mereka yang telah diatur oleh pihak mempelai. Namun, langkah Liora kemudian tertahan karena mendapati Hunter membawanya pada meja melingkar yang terisi Gavriel dan Beatrice.“Suatu kebetulan kita berada di satu meja,” kata Hunter.Gavriel beranjak dari duduk dengan gaya khas tenangnya yang elegan. “Mr. Anderson.” Ia mengulurkan tangan dengan seulas senyum karismatik.“Mr. Arvezio.” Hunter menjabat tangan Gavriel dengan tekanan
Happy Reading-----“It hurts, right? Me too.”Tubuh Liora menegang ketika kedua tangan Gavriel memeluk pinggangnya. Apakah ini nyata? Ia bisa merasakan rengkuhan ini lagi? Atau ia mulai gila karena tak bisa menerima kenyataan pahit yang sedang dirasakannya?Gavriel menyurukkan wajahnya ke leher Liora, membuat saraf-saraf Liora kaku oleh tarik napas hangat pria itu.“Kau tak tahu betapa aku merindukan aroma tubuhmu ini.” Pelukan itu mengencang, seolah menjawab keraguan di benak Liora tentang keberadaan pria itu di sini.Mata Liora terpatri di depan cermin, melihat Gavriel yang terpejam, terus mendesakkan wajah ke lehernya, seolah tak pernah cukup dekat. Dengan tangan yang kian gemetar, Liora menyentuh tangan Gavriel di perutnya dan pria itu langsung mengambil tangannya dalam genggaman erat.Liora semakin terisak. Ini nyata? Liora ingin menjerit. Jika pun ini tak nyata, Liora tak ingin te
Happy Reading----- Gavriel merangkak mundur, menciumi tubuh telanjang Liora yang selalu menjadi dambaan dan mimpi-mimpi indahnya. Liora menggeliat, menciptakan gerak tubuh yang kian menggoda gairah Gavriel. Liora kemudian menarik Gavriel ke atas. Tak tahan kehilangan lagi ciuman Gavriel yang selalu berhasil menghidupkan nadinya. Tangan Liora dengan buru-buru melepas rompi dan kemeja mahal itu, membiarkannya tak bernilai di lantai. “Aku sudah tak meminum pil pencegah kehamilan lagi,” kata Liora di antara ciuman mereka dan gerakan tangan Gavriel yang melucuti celananya sendiri. Senyum Gavriel terbit, itu berarti Liora tak aktif bercinta lagi. “Bagus. Aku juga tak membawa pengaman.” Ia melepas celana dalam renda Liora dan langsung mengecupi paha memesona itu hingga sampai pada yang ada di balik sana. “Gavriel!” pekik Liora seraya terdongak. Tubuhnya seketika gemetaran merasakan belaian lidah Gavriel yang sudah amat la
Happy Reading-----Gavriel bergegas menghubungi Daniel usai membaca pesan ancaman Hunter. Dengan berusaha berpikir jernih, Liora dan Gavriel berencana menempuh jalur hukum mengingat apa yang telah Liora lakukan selama ini untuk Vierra dan bukti secarik kertas ancaman tadi.Namun, semua rencana itu berubah setelah Hunter menjawab lokasi di mana Liora dapat menemuinya. Rupanya bukan penthouse tempat Hunter tinggal di Madison, melainkan sebuah mansion di sudut kota Kenosha—mansion tersembunyi milik Gennaro.Bagaimana bisa Hunter dapat menempati mansion tersembunyi Gennaro? Kini Liora dan Gavriel tahu, bahwa ini tak semata-mata soal merebut Vierra kembali.Liora dan Gavriel pun siang ini sudah berada di markas besar Prospero di Platteville. Marco baru saja memutarkan video tangkapan drone kamuflase Prospero yang berbentuk burung elang yang melintasi mansion tersebut.Mansion itu tampak sepi, tetapi jika dilihat sec
Happy Reading----- Liora seketika melipat bibir menahan tawa mendengar istilah yang selalu dipakai anak bungsunya tersebut setiap kali ada yang menyebutnya anak-anak. “Oke, pria bal—” Gavriel menutup mulut, sama-sama menahan tawa. Jika ia dan Liora sampai tertawa di depan Lanxer, anak bungsu mereka itu pasti akan sangat kesal. Ia kemudian cepat-cepat mengembalikan gestur wibawanya untuk menasihati sang anak. “Pria dewasa tak membentak dan mengentak kaki seperti anak kecil seperti ini.” Mata biru Gavriel menilik tingkah sang anak dari bawah dari atas. “Pria dewasa berkata sopan dan hormat pada orang lain, terlebih pada orang tuanya.” “Maaf, Daddy.” Lanxer langsung menunduk menyesal. Ia menarik napas dalam lalu menegakkan pandangan dan pundak, meniru gaya ayahnya yang selalu tegap dan keren di matanya. Gavriel mengangguk. “Pria dewasa sejati tidak takut mengakui perbuatannya sendiri.
Happy Reading----- “Tuan Muda, tolong jangan bermain ini lagi,” pinta seorang made guy yang sedang berlari kencang terbirit-birit di tengah kandang yang luas. “Tidak mau! Ini terlalu menyenangkan!” seru anak laki-laki berusia empat tahun sembari terbahak-bahak. Ia berada di atas punggung harimau putih yang sedang mengejar made guy di depan sana. Tangan mungilnya menggenggam collar kulit di leher binatang buas tersebut. “Wah larimu lebih cepat dari kemari. Ayo Carlo, kita jangan mau kalah, kejar dia!” katanya semakin semangat. “Ya Tuhan! Dari semua tugas, kenapa aku yang ditugaskan menjaga Tuan Muda Lanxer saat bermain seperti ini!” rutuknya semakin panik mendengar auman menyeramkan harimau putih di belakangnya. Ia cepat-cepat berlari menuju pohon terdekat dan buru-buru memanjatnya. Carlo, si harimau putih itu mengaum mengerikan karena kesal mangsanya naik ke atas pohon. “Yaaaah ...
Happy Reading----- Liora merintih. Pahanya menjepit kepala Gavriel tanpa ia sadari seiring keliaran tangan Gavriel yang memutarinya, menghancurkan dengan kenikmatan yang berpadu sesapan dan tusukan lidah panas. “Ya, ya ... ini berlebihan. Ya Tuhan, ini sangat nikmat, Gav,” erang Liora tertahan sembari menjambak rambutnya sendiri karena satu tangan Gavriel yang lain mempermainkan puncaknya. “Inilah yang pantas kau dapatkan, Cara mia,” kata Gavriel dengan napasnya yang menderu layaknya hewan buas mematikan. Gavriel memasukkan jarinya dan terus mempermainkan lidahnya, meneguk segala cairan cinta Liora untuk mengisi dahaga hasratnya yang tak berujung. Liora mengigit jarinya sendiri, menahan desahan dan teriakan bahagia karena rasa ini begitu menakjubkan. Ia masih mengingat ada Vierra yang tengah tidur di balik sekat dinding kamar ini. Pinggul Liora kemudian mengejang hebat bersamaan dengan cair
Happy Reading----- “Mrs. Arvezio." Bisikan Gavriel yang halus, berat dan nakal langsung menggelitik telinga Liora dan membuat dada wanita itu bergenderang. Panggilan itu benar-benar selalu saja berefek dalam. Pria itu memeluk sang istri dari belakang di tengah Liora yang baru saja memindahkan Vierra tidur di baby bassinet. Pelukan itu terasa begitu erat, menuntut janji. Terlebih ketika ujung hidung Gavriel menyapu kulit leher Liora, menciptakan sengatan geli yang meremangkan. Liora menggeliat dan membuat Gavriel terkekeh. “Ssssttt.” Liora cepat-cepat menutup mulut Gavriel. “Maaf,” bisik pria itu lagi. Ia mengecup leher itu, lalu menyandarkan pipinya di pelipis Liora. “Aku tak menyangka sebentar lagi dia akan dua tahun,” gumam Gavriel dengan mata birunya yang menyusuri damainya tidur Vierra. “Ya, seingatku baru kemarin aku menggendongnya keluar dari inkubator.” Liora tersenyum dengan benaknya yang
Happy Reading----- Gavriel tergelak, terlebih Liora yang hendak pergi dari posisi berbaring di atasnya. Cepat-cepat Gavriel menahan pinggang istrinya itu. “Jangan cemburu. Aku bahkan hanya bertemu ia sekali saat masih kecil.” “Namun, nyatanya sangat berbekas, bukan?” Liora menaikkan satu alisnya dingin. “Mau bagaimana lagi? Ia benar-benar mencoreng harga diriku sebagai anak laki-laki dahulu.” Kali ini kedua alis Liora terangkat. Ia pikir tadi sebuah pertemuan masa kecil yang manis. Gavriel menghela napas. “Harus kuakui bahwa hanya ada dua perempuan yang mengubah prinsip hidupku. Pertama gadis kecil yang dahulu pernah kutemui. Lalu kau, Cara mia. Kau mengubahku menjadi lebih bijak, meninggalkan dunia paling gulita dan tak beradab untuk memilah bisnis yang lebih baik.” “Apa yang gadis kecil itu katakan memangnya?” “Katakan? Tidak, Cara mia. Namun, apa yang dia lakukan.” Dahi
Happy Reading-----“Waaah!”Kali ini Vierra tak bisa menutupi keterpesonaannya dengan banyaknya bunga lonceng di bawah pepohonan tinggi. Sampai hijaunya rumput tergantikan dengan warna ungu kebiruan bunga-bunga itu.Di belakang mereka gemiricik air yang keluar dari tumpukan bebatuan menciptakan air terjun kecil yang memesona di antara aliran air sungai.“Tempat ini sangat cantik,” gumam Liora terpana seraya mengedarkan pandangannya.Gavriel tersenyum. Ia berjongkok dan menurunkan Vierra dari gendongan. “Ambil salah satu bunga itu,” bisik Gavriel.Vierra pun berjalan perlahan mendekati padang bunga lonceng tersebut dengan pengawasan Gavriel dan Liora di belakang.Sementara itu, made guy yang berjaga segera menata karpet piknik dan segala perlengkapan meja kecil dan makanan minuman di dekat batang pohon yang tumbang.“Don Gavriel,” kata salah
Happy Reading----- Liora tersenyum menatap buku kolase album Vierra yang rupanya telah Hunter buat selama ini. Beberapa merupakan foto yang pria itu ambil diam-diam dan beberapa di antaranya adalah foto yang Liora bagikan untuk pria itu. Andai Hunter tak ambisius dengan dendam yang membuatnya berubah mengerikan, mungkin saat ini Hunter masih bisa menimang Vierra. Dari album ini Liora tahu ketulusan Hunter mencintai ponakannya. Liora kemudian menutup album itu dan menyimpannya di kotak kardus. Ada beberapa benda yang telah mengisi kotak kardus itu. Ia sengaja memilahnya untuk ia simpan dan menunjukkan pada Vierra saat sang anak sudah dewasa nanti. Beberapa di antaranya penghargaan dan piagam yang pasti akan membuat Vierra bangga memiliki paman pengacara hebat seperti Hunter. Sama seperti benda-benda dari Alex dan Rose yang ia simpan untuk Vierra. Vierra cukup tahu segala hal yang baik itu. Sebuah aib tak perlu disebar dan diturunka
Happy Reading----- “Kau membuat pertanyaan yang jelas tak ingin untuk aku tolak,” erang Liora kesal bercampur suka cita. Gavriel terkekeh begitu juga dengan yang lain mendengar hal itu. “Ya Tuhan, kau benar-benar sudah sadar dari koma.” Mata Liora kembali berkaca-kaca seraya mengusap sisi wajah Gavriel, seolah ini semua hanya ilusinya karena terlalu takut kehilangan Gavriel. Pria itu tersenyum lembut, merasa kembali jatuh cinta berkali-kali mendapati dirinya sangat begitu berarti untuk Liora. Tak ada hal paling membahagiakan bagi seorang manusia biasa sepertinya di saat hidupnya berarti untuk orang lain, terlebih itu wanita yang paling ia cintai. “Kita bisa memulainya kapan pun kalian siap,” bisik seorang pria paruh baya yang menjadi officiant yang baru Liora sadari ada di tengah-tengah mereka sedari tadi. “Oh maaf.” Liora mendadak salah tingkah ditegur seperti ini. “Aku terlalu larut. Tentu, tentu kita bi
Happy Reading-----Liora menahan diri sekuat mungkin untuk tak menembak kepala co-pilot itu saat ini juga. Sehingga Liora hanya mengangguk, sementara isi kepalanya mulai memikirkan apa yang bisa ia lakukan untuk menyelamatkan diri bersama Vierra saat mendarat nanti. Diam-diam ia merutuk karena selalu melewatkan kesempatan untuk belajar menerbangkan helikopter.Beberapa saat kemudian mereka tiba di Eau Claire. Setidaknya itu yang Liora dengar dari pembicaraan co-pilot dengan menara pengawas. Helikopter mendarat di sebuah helipad di antara bangunan megah kuno dengan taman super luas di sepanjang mata memandang.Pikiran Liora semakin tak menentu. Ini jelas-jelas bukan rumah sakit keluarga Arvezio. Ia kemudian turun dengan tangannya yang terus bersiaga untuk segera mengambil revolver di tas jika terjadi sesuatu.“Sebelah sini, Donna Liora,” kata co-pilot tersebut bersama beberapa orang berseragam hitam yang mengirin