Pagi ini, otaknya seolah harus dipaksa untuk berpikir. Tapi kali ini bukan masalah pekerjaan yang ia pikirkan. Melainkan tentang pembicaraannya bersama mertuanya semalam.
"Pagi pangeran es," sapa Andi datang menghampiri.
"Kalau cuma mau ledekin gue, mending lo pergi aja," suruh Alvin dengan ekspressi dinginnya.
"Tenang, gue ke sini cuma mau nemenin lo, karna gue tau lo sendirian. Ntar kalau lo diculik sama wewe gombel, trus dijadiin suami, gimana?" Ketularan si Restu nih kayaknya.
"Terserah lo mau ngomong apa."
"Eh, kenapa muka lo di tekuk gitu, ada masalah?" tanya Andi
"Enggak."
"Sebelumnya, gue minta maaf banget nih, Vin. Lo pasti mikirin omongan mertua lo semalam, kan? tebak Andi yang langsung membuat Alvin sedikit kaget
'Kenapa dia bisa tau?' pikirnya.
"Sorry, semalam gue nggak sengaja denger," tambah Andi seolah tahu apa yang akan ditanyakan Alvin padanya.
"Gue butuh solusinya."
"Udah bicarain ini sama
"Mama semalam bilang sama aku , kalau Papa minta kita untuk--""Untuk apa, Kak?""Tapi ini Papa yang minta loh, bukan aku," jelas Alvin, sebelum Kim salah paham dengan ucapannya."Iya, apa?" Kim semakin penasaran."Papa minta kita buat segera punya anak," jelas Alvin"Apa!?" Kim beranjak dari duduknya, saat kalimat itu diucapkan Alvin.Jujur saja, ia benar-benar kaget. Kenapa papanya malah memintanya segera punya anak, yang memang masih jauh dari pemikirannya.''Gimana?" tanya Alvin"Kok Kakak masih tanya gimana, ya jelas aku belum siaplah. Kita kan udah buat kesepakatan nggak akan ngebahas masalah anak dulu, tapi kenapa ....""Aku nggak pernah nuntut itu sama kamu Kim, itu Papa yang minta," jelas Alvin lagi.Ia nggak mau kalau Kim merasa dirinyalah yang menginginkan itu semua. Meskipun di lubuk hatinya yang paling dalam, ada sedikit rasa keinginan yang sama dengan mertuanya. Tapi, ia masih mengingat kalau i
Saat ini pikiran Kim sedang kacau. Di satu sisi ia sedang mikirin UN yang waktunya semakin dekat, dan di sisi lain, orang tuanya malah memintanya untuk segera punya anak.Ia merasa kepalanya seakan mau pecah. Membayangkan dirinya dan Alvin harus melakukan hubungan itu, lalu ia hamil, dan punya anak.Tiba-tiba ponselnya bergetar pertanda ada pesan masuk. Ia yang menyadari itu, segera memeriksa.-my lovely-"Udah malam, Kim, tidurlah. Jangan mikirin masalah tadi.""Hoh, dia tau aja kalo gue masih mikirin masalah itu," gumamnya sambil membalas pesan dari Alvin."Nggak kok, ini udah mau tidur. Barusan lagi belajar.""Hmm, sana tidur. Good night."Kim memutuskan untuk segera tidur, tapi tetap saja, matanya tak bisa tidur. Masalah itu, dan itu lagi yang ia pikirkan.Jam 5 subuh, ia terbangun dengan sendirinya tanpa ada suara alarm yang berteriak, dan gedoran pin
Kim segera menuju ke rumah Jeje, dan ternyata Hani juga sudah ada di sana menunggunya."Berangkat sekarang?" tanya Jeje"Iyalah, gue tadi alesannya tu cuma ngambil catetan yang lo pinjam dan itu nggak butuh waktu lama," jelas Kim."Lah, emang gue minjem catetan lo yang mana?" bingung Jeje sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal."Jangan bilang, elo ikut-ikutan bloon kayak Hani. Lo itu temen gue yang paling waras loh, Je.""Enak aja gue di bilang bloon," kesal Hani tak terima."Sorry, Han, tapi gue bicara yang kenyataan," ujar Kim sedikit menahan tawanya."Bohong sama suami, dosa loh," ingatkan Jeje."Demi kebaikan," balas Kim singkat"Okelah, demi kebaikan," ujar Jeje mengulang perkataan Kim.Mereka bertiga pun menuju sebuah pusat perlanjaan dan mulai mencari sesuatu. Apalagi kalau bukan membantu Kim mencari kado ulang tahun untuk Alvin. Tapi, jujur saja ia masih bingung mau memberikan
"Pagi ...." Sapa Kim saat memasuki ruang kelas. Entah kenapa hari ini ia merasa bersemangat. Seolah bunga yang kekurangan air, tiba-tiba di guyur hujan."Wahhh ..., roman-romannya sih ada yang lagi bahagia," tebak Hani."Ih, apaan sih, biasa aja," balas Kim."Eh, betewe itu gimana reaksinya Pak Alvin saat terima hadiah dari lo?'' tanya Jeje kepo."Euh, gagal tau nggak. Reaksinya biasa aja. Cuma bilang makasih, trus tidur lagi. Padahal gue enggak tidur sama sekali sampe jam 12 malem, karena pingin jadi orang yang pertama ngucapin," jelas Kim."Yah..., uang puluhan juta nggak mempan," ujar Jeje."Mending kasih ke gue aja kemarin. Gue bakal makasih banget,'' tambah Hani membayangkan."Makanya, konsultasi dulu ke gue.Sesama laki-laki, gue tahu apa yang diinginkan Pak Alvin," ujar Dylan menghampiri mereka bertiga."Apa?" tanya Kim."Gue bisikin. Ntar ni bocah dua denger lagi," jelas Dylan sambil berbisik k
Jam 17:30 Hani, Jeje sama Dylan sudah datang. Sementara teman-temannya Alvin, cuma Restu yang baru datang, dan saat ini dia lagi main PS bareng Dylan. Serasi banget mereka berdua."Kita ke halaman belakang yok," ajak Kim sama Jeje dan Hani"Oke.""Pak Alvin dimana?" tanya Hani"Tidur.""Tidur? Kok tumben?" heran Jeje , karna seorang Alvin yang menghargai waktu itu masa tidur-tiduran jam segini."Tadi habis minum obat, jadi ketiduran," jelas Kim."Non, kue kemaren gimana?" tanya Bibik menghampiri Kim."Ya ampun, aku lupa, Bik, harusnya semalem buat bikin surprise Kak Alvin. Tapi nggak jadi gara-gara kita malah--""Malah?"Hani, Jeje, dan Bibik seolah menunggu kelanjutan perkataan Kim."Malah aku kesal padanya karena nggak menghargai hadiah itu. Jadinya ya tu kue gagal ku kasih," jelas Kim yang jelas-jelas berbohong."Kirain.""Ya udah, Bibik potong aja, trus tarok di meja aja ya,
"Lo sama Pak Alvin udah lakuin itu, kan?" tanya Dylan yang lebih tepat disebut pernyataan."Itu apa, sih?" Hani tambah penasaran."Lo sama Pak Alvin udah lakuin ena-ena, kan," jelas Dylan serinci mungkin."Mulut lo jorok banget, sih, Dylan," omel Jeje sambil menyentil mulutnya Dylan."Ampun dah, bibir seksi gue yang jadi korban,'' umpat Dylan sambil memegangi bibirnya."Dylan, lo ngomong apaan, sih. Siapa yang bilang gitu, hah?'' tanya Kim."Kak Restu, barusan," jawab Dylan"Bohong dia itu," elak Kim.Yang melakukan itu hanya dirinya dan Alvin, tapi yang heboh malah sekampung."Iya, Kak Restu kan otaknya agak rada-rada jorok kayak elu," ujar Hani"Enak aja lo bilang otak gue jorok, bersih nih," berengut Dylan tak terima."Eh, betewe itu pinggang lo yang memar tadi udah di obatin?" tanya Jeje seolah tak mempermasalahkan info yang dibawa oleh Restu."Belum," jawabnya. "dan jangan kasih tahu Kak A
Hari minggu adalah hari liburan. Tapi enggak bagi Kim, karna apa? Karna ia dipaksa sama Alvin untuk belajar. Harusnya saat ini ia lagi shooping-shopping chantik bareng Jeje sama Hani, eh ini malah terkurung bersama Alvin dengan buku-buku yang bikin otaknya nyaris rontok."Kak, nggak ke kantor?" tanya Kim saat lagi belajar."Sekarang minggu, Kim," jawabnya masih fokus natap laptopnya,Kim merasa saat ini tu laptop lebih cantik dari dirinya. Buktinya, Alvin tak pernah berpaling dari tu benda."Biasanya hari minggu juga ke kantor.""Nggak ada yang penting juga ngapain ke kantor. Emang kenapa sih?""Enggak," elak Kim.Sebenarnya ia capek diawasin terus oleh Alvin. Bayangin aja, ia cuma berhenti melihat buku cuma saat makan, sama ke WC doang, ditambah lagi ponselnya ikut disita."Kak, udahan ya belajarnya, capek," rengek Kim.Dari pagi sampai sore ia cuma melihat tulisan di buku, sampai-sampai saat melihat wajahnya Alvi
"Pusing, mual? Apa jangan-jangan Kimmy ....""Udah deh Dylan, jangan mikir yang enggak-enggak," timpal Jeje langsung."Ya, kan gue cuman nebak doang. Siapa tahu tebakan gue benar," ungkap Dylan.Sesaat kemudian, Kim kembali ke dalam kelas menghampiri ketiga sahabatnya."Gimana?""Udah nggak apa-apa," jawabnya.''Kim, harusnya tadi Lo nggak usah ke Sekolah. Lagian kita juga nggak belajar apa-apa. Gue ijinin sama Guru piket ya, biar lo bisa pulang dan istirahat," jelas Jeje yang terlihat khawatir."Enggak, gue males di rumah," tolak Kim.Mendapat jawaban seperti itu dari Kim, apalagi yang akan mereka bertiga lakukan. Biasanya yang cuma bisa memaksanya hanya Alvin.Wajahnya terlihat pucat, dan lemas. Di ajak makan ke kantin pun ia nggak mau. Saat semua siswa sudah diperbolehkan pulang, saat itulah mereka bertiga bisa bernapas lega. Karena Kim bisa pulang dan istirahat."Guys, jadi jalan kan?" tanya Kim."Kim,
Saat ini jam sudah menunjukkan pukul 18:00, semua kejutan dan lain sebagainya sudah selesai di persiapkan. Tinggal menunggu Alvin kembali dari kantor untuk memberi kejutan. "Mama ..." panggil Arland yang baru pulang sekolah. Lihat, jam segini dia baru balik ke rumah. Bukan sekolah, melainkan pulang dari les tambahan. "Udah pulang, Sayang." "Tante di sini?" tanya Arland pada Jeje "Iya," jawab Jeje. "Dilla nya udah pulang ya, Land?" "Udah, Tan." "Ya udah Kim, kalau gitu gue mau pulang dulu. Ntar balik lagi kesini , oke," pamit Jeje. "Bye, Tante." "Dahhh ...." "Ayo, Sayang ... kamu mandi dulu. Udah bau acem," ejek Kim. "Hmm ...," angguknya. "Sekarang ulang tahunnya Papa loh, Mama nggak lupa, kan? Jangan bilang kalau Mama belum nyiapin hadiah buat Papa karna bingung mau ngasih apa?" jelas Arland pada Kim. Ya ... pengalaman tahun kemarin yang ia ungkit kembali. Sampai-sampai putranya sa
Pagi ini sangat berbeda, tak biasanya ia masih berada di balik selimut. Sementara Alvin sudah bangun dan sekarang sedang sarapan bersama Arland. Badannya terasa sangat lemas, nggak ada tenaga, mual, pusing, dan nggak mood untuk melakukan apapun."Sayang ... kamu benar nggak apa-apa aku tinggal?" tanya Alvin masuk dan menghampiri dirinya yang masih tiduran."Iya, Kak, nggak apa-apa," jawabnya."Aku nggak tenang ninggalin kamu dalam keadaan kayak gini,'' khawatir Alvin"Kan ada Bibik, Kak. Udahlah, sana Kakak ke kantor aja.""Pa ... Ma ..." panggil Arland sambil mengetuk pintu kamar orang tuanya. Ia tak akan menyelonong masuk ke dalam kamar begitu saja, apalagi kamar orang tuanya. Sangat tidak sopan kalau begitu."Masuk, Sayang ...," jawab Alvin.Mendengar ijin yang di berikan papanya, barulah ia yang sudah rapi dengan seragam sekolahnya pun masuk. Ternyata ia masuk bukan dengan tangan kosong, melainkan dengan segelas susu hangat.
"Kak, bangun dong, Kak Fikri nelepon, nih," ujarnya sambil membangunkan Alvin, tapi tak ada respon."Kak ...."Ia memutuskan untuk menjawab panggilan itu. Toh, yang menelepon adalah Fikri."Hallo ....""Kim?" tanya kak fikri"Iyalah, Kak," jawabnya. "Siapa lagi cewek yang bisa menyentuh ponselnya Kak Alvin selain aku." "Ya kali aja Alvin punya selingkuhan, mungkin.""Apa!? Kak Alvin punya selingkuhan!?" kagetnya dengan nada tinggi, sampai-sampai Alvin yang lagi tidur dan dari tadi ia coba bangunkan tak berhasil, sekarang ikut terbangun."Siapa yang selingkuh?" tanya Alvin langsung duduk dengan tampang cengok nya."Ihhh ... masih nanya lagi, Kakak lah yang selingkuh," kesalnya langsung banting tu ponsel ke lantai dan beranjak menuju ke kamar mandi.Alvin ikut m
Sesampainya di rumah, ia langsung jalan menuju ke kamar karna rasanya badannya lagi nggak enak aja. Sementara Alvin, dia lagi teleponan di teras depan sama klien bisnisnya, mungkin. Karna ia juga nggak mau tahu juga lah sama urusan kantor dan pekerjaannya itu.Tapi kalau dia teleponan sama cewek, barulah dirinya bakalan ngamuk."Kamu tidur?" tanya Alvin yang tiba-tiba masuk menghampirinya di tempat tidur."Cuma tidur-tiduran," jawabnya mengubah posisi tidurnya menjadi menghadap Alvin."Hmm ....""Kak, itu masih perih?" tanya Kim sambil menunjuk ke arah bibir Alvin yang luka akibat gigitannya."Iyalah ... kalau kamu ngegigit bibirku dengan penuh nafsu, sih, aku terima meskipun agak sakit.Nah ini enggak, jadi sakit nya tu berasa banget," jelas Alvin dengan penjelasan anehnya itu.Kim yang tadinya masih tiduran, sekarang bangun. "Aku kan udah minta maaf, Kak. Masa iya belum di maa
Pagi ini Alvin memasuki area kantor dengan wajah yang berseri-seri. Biasanya ia akan bersikap dingin dan cuek pada karyawan yang berpapasan dengannya. Tapi kali ini enggak, bahkan ia lah yang menyapa ataupun menegur mereka. Tentu saja ini menjadi tanda tanya besar bagi semua bawahannya. Apa bos mereka kesambet jin atau sejenisnya?"Pak Alvin kenapa, ya?""Tumben banget aura mistisnya nggak kelihatan.""Jangan jangan beliau lagi menang lotre.""Nggak mungkinlah, menang tender dengan nilai yang fantstis aja ekspresinya biasa aja. Itu artinya ini lebih luar biasa dari menang tender." Begitulah komentar beberapa karyawan yang berpapasan dengannya. Mereka semua hanya bisa menebak-nebak tanpa berani untuk bertanya langsung."Pagi, Pak," sapa Alin yang berpapasan dengan Alvin yang hendak memasuki ruangan nya."Pagi," balasnya sambil terus melangkahkan kaki menuju ruangannya."Apa yang terjadi?" bin
Alvin mengantarkan Kim menuju Rumah Sakit dengan keadaan badan yang lemes pake banget dan mual mual. Ia merasa sudah tak ada lagi stok di lambungnya yang akan dikelurkan, tapi rasa mual itu terus saja munculSetibanya di RS ia langsung di bawa ke UGD dan di periksa sama dokter."Gimana keadaan istri saya, dokter?Apa benar ini cuma asam lambung nya yang lagi kambuh?" tanya Alvin pada Dokter yang habis memeriksa Kim.Dokter malah tersenyum menanggapi pertanyaan Alvin."Bukan ... ini bukan mual mual akibat asam lambung yang kambuh," jawab dokter."Lalu, apa, dok?""Kalau boleh saya tahu, apa kalian berdua lagi berniat punya anak?"Alvin dan Kim malah saling pandang menanggapi pertanyaan dokter. "Maksud dokter?" tanya Kim bingung."Ya, karna setelah saya periksa barusan ... sepertinya saat ini anda sedang hamil."Keduanya langsung memasang tampang kaget mendengar pernyataan dokter. "Serius dok?" tanya Kim tak percaya
Sudah seminggu Hani dan Ceryl berada di Indonesia, dan hari ini adalah hari keberangkatan mereka untuk kembali ke LA. Kim dan Arland saat ini lagi di bandara untuk mengantar mereka.Pada awalnya, sih, putranya itu menolak buat ikut, tapi ia paksa.Karena semenjak kejadian di acara ultahnya Dilla waktu itu, dia udah males sama Ceryl. Ini pun tampang nya Arland enggak banget. Jutek abiss."Han, hati-hati, ya. Jangan suka ngomel-ngomel nggak jelas sama Ceryl," pesan Kim sama Hani. Soalnya Hani kan gitu orangnya. Kerjaannya ngomel mulu."Iya.""Ceryl sayang, jangan nakal, ya," ujar Kim pada Ceryl."Iya, Tante," balasnya."Arland, nggak mau ngomong sesuatu sama Ceryl?" tanya Kim pada Arland yang masih dengan sikap dingin nya itu"Nggak, Ma," jawabnya singkat tanpa sedikitpun menoleh pa
"Kamu nggak makan, Sayang?" tanya Alvin pada putranya yang duduk sendiri di sofa."Nggak, Pa," jawabnya dingin. "Ini masih lama, ya, Pa, aku pingin cepat-cepat pulang," ungkapnya.Alvin tahu betul apa yang dirasakan Arland. Taoi, ia hanya pura-pura enggak tahu saja."Kenapa? Kok bete?" tanya Alvin lagi."Pa, aku males sama sikapnya Ceryl. Kita pulang aja.""Ya udah, kalau kamu maunya gitu. Papa bilang sama Mama dulu, ya."Alvin segera menghampiri Kim yang saat itu lagi ngobrol sama Hani dan Jeje."Kim, aku mau bicara bentar," ujar Alvin pada Kim."Apa?" tanya Kim.Hani dan Jeje pun ikut menunggu apa yang akan dikatakan Alvin pada Kim."Berdua, Kim," tambah Alvin sambil berlalu pergi kembali pada Arland."Ishh ....," dengus Kim sambil mengikuti langkah kaki suaminya tercinta. Dan ternyata Alvin malah mengajaknya untuk menghampiri Arland.Kim mengedarkan pandangan pada duo sosok laki-laki yang sangat e
"Ma, aku duduk di situ, ya," ujar Arlan pada Kim."Iya, Sayang," jawabnya."Hani belum datang, ya?" tanya Kim pada semuanya."Yuhuuu ... Hani di sini.""Ceryl juga di sini."Parah ... anak dan Emak kelakuannya sama persis. Heboh, rempong dan nggak bisa diam."Emak-emak rempong datang sama penerusnya," gumam Ricky sedikit melambatkan suaranya, tapi tetap saja masih bisa dengar. Buktinya, Hani langsung berkomentar."Biarin, dari pada jones akut," ledek Hani tak mau kalah"Eh ... jangan bawa-bawa status dong Hani yang cempreng. Aku bukannya jones, cuma belum punya pasangan aja," bantah Ricky tak terima."Terserah lah apa kata Kakak. Intijya, sih, tetap saja masih sendirian, enggak ada yang belai-belai manja, enggak ada yang bilang sayang." Hani tetap pada ejekannya.Keh