Saat Alvin mandi, Kim menyiapkan stelan kantornya dari atas sampe bawah. Mulai dari kemeja, dasi, jam tangan, celana, kaos kaki dan sepatu. Baiknya Alvin adalah, dia nggak pernah komentar masalah pakaian yang Kim siapkan. Menurutnya, apapun yang istrinya pipihkan, itulah yang terbaik.
Beberapa saat kemudian, Alvin keluar dari kamar mandi. Parahnya ia cuma make handuk doang
"Kamu kuliah?"
"iya," jawabnya se-biasa mungkin. Seolah-olah masih sibuk di depan cermin. Padahal otaknya udah bergentayangan kemana-mana.
"Kalau penampakannya kayak gini, gue nggak sanggup. Apa yang akan terjadi kalau misalkan tu handuk tiba-tiba melorot," gumamnya geleng-geleng gaje di depan cermin, karena melihat penampakan pose suaminya itu di cermin.
"Kamu kenapa?" tanya Alvin menghampiri yang langsung membuatnya kaget.
"Eh, nggak kenapa-kenapa," jawabnya.
Untungnya saat itu ia sudah mengenakan celana dan kemeja, kalau enggak, euhh ... Lebih baik ia pingsan aja
Beberapa menit jalan kaki, akhirnya sampai juga."Huffft ... Lega," ujarnya bernapas lega saat sudah berada di dalam sebuah taksi bersama Alvin."Capek?""Iyalah.""Kenapa tadi nggak bilang, kan bisa ku gendong," balas Alvin."Yakali Kakak gendong aku di tengah jalan yang hiruk pikuk gitu.""Memangnya kenapa? Apa aku cuman boleh dan diijinkan menggendongmu saat berada di ....""Ssttt .... Jangan dilanjutkan. Mesum," timpal Kim memotong perkataan suaminya itu.Ia merasa sikap Alvin agak berubah. Entah karena apa. Kemarin-kemarin ia memang cerewet, tapi sikap itu hanya ia tunjukkan saat posisinya berdua dengan Kim. Tapi sekarang, cerewetnya tak pandang bulu."Panas banget," gerutunya sambil membuka tuxedo yang tadinya masih ia gunakan dan sedikit melonggarkan ikatan dasi nya.Ya, meskipun berjalan dari mobil ke persimpangan ini nggak jauh, tapi rasanya lumayan capek.Alvin mengarahkan sopir taksi menuju kampu
Sekarang mereka berdua sudah sampai di rumahnya Hani. Sebelumnya Kim juga sudah mengirim pesan pada suaminya melalui ponsel milik Jeje, kalo ia ke rumahnya Hani."Haii ... Tante," sapa keduanya. "Haninya ada, kan, Tan?" tanya mereka saat bertatap muka dengan mamanya Hani yang membuka pintu.''Kimmy, Jeje ... Ayo masuk. Hani ada di kamarnya kok, kalian langsung temuin aja ya," suruh mamanya Hani pada mereka berdua."Iya, Tan."Mendapat ijin seperti itu, keduanya langsung menuju ke kamar Hani yang terletak di lantai dua rumahnya."Hani!!!!" teriak Kim dan Jeje saat membuka pintu kamar.Rencananya, sih, ingin mengagetkan Hani. Tapi mereka malah yang disambut ratapannya yang drama queen. Gagal deh."Kenapa, sih?" heran Kim.Hani masih mewek-mewek nggak jelas. "Kim ... Dylan datang ngelamar gue," ujarnya di sela-sela tangisnya."Ya elah, mewek lagi," gumam Jeje ,yang langsung menghempaskan badannya di kasur. Matanya san
Hani saat ini berada di sebuah cafe. Sesuai janjinya, ia ketemuan dengan Dylan. Ada sedikit rasa canggung yang dirasakan Hani, karna menurutnya Dylan yang sekarang itu berbeda. Ia terlihat lebih diam dan nggak banyak omong."Han, aku masih nunggu jawaban kamu," ujarnya membuka percakapan.Dylan makin top, sekarang manggilnya aku-kamu, bukan lo-gue lagi."Dylan, gue juga butuh waktu buat mikirin itu," ketus Hani"Iya, tapi masalahnya aku nggak punya banyak waktu buat nunggu jawaban kamu itu." Ia mengambil nafas. "Besok aku balik ke LA," tambahnya."Apa? Besok?" Entah kenapa hatinya agak nyesek mendengarnya."Iya. Makanya aku butuh jawaban kamu secepatnya. Lebih tepatnya lagi, sekarang."Hani masih berpikir keras, jawaban apa yang akan ia berikan pada Dylan. Di saat suasana lagi tegang-tegangnya, tiba-tiba seseorang datang menghampiri."Maaf ... Saya mengganggu," ujarnya.Pandangan keduanya beralih pada seseorang yang berd
Sepuluh menit sudah ia cuma duduk sendirian, tanpa peduli kalau ini tu sudah jam 8 malam. Apalagi yang ia lakukan kalau bukan memikirkan kata-kata yang keluar dari mulut Alvin tadi."Kamu ngapain?" tanya Alvin yang tiba-tiba saja sudah berdiri di hadapan Kim, dengan kedua tangannya yang berada di kedua saku celananya."Nggak ngapa-ngapain," jawabnya."Mikirin kata-kataku tadi, ya?"Ia yang awalnya duduk, beranjak dari kursinya dan berdiri di hadapan Alvin."Kak, yang mau aku lakuin ini adalah keinginanku sendiri, tanpa paksaan, sebuah hutang, ataupun syarat," ucapnya."Maksudnya?" tanya Alvin bingung dengan dahi berkerut.Kim tak berkomentar. Dengan sedikit berjinjit, ia langsung mencium bibir Alvin.Awalnya Kim bisa merasakan kalau Alvin kaget. Itu terlihat jelas dari ekspresi wajahnya. Tapi lama kelamaan, ia merasakan kalau suaminya itu mulai menikmatinyaDi saat berniat mengakhiri itu semua, dengan sengaja Alvin malah
Beberapa bulan kemudian....Mulai dari situ, aktifitasnya sehari-hari mulai berubah. Nggak ada yang namanya kuliah, bikin tugas ini, bikin tugas itu, mikirin kuis, mikirin dosen yang super galak. Ia benar-benar cuti.Alvin sudah mengabulkan permintaannya tentang butik. Maka, itulah rutinitas yang ia kerjakan sehari-hari.Di usia kehamilan yang sudah memasuki bulan ke 8, cuma itulah kegiatan yang seharian penuh ia lakukan, karna di rumah pun ia juga bakal sendirian. Untungnya lagi adalah, si dedek bayi yang ada di perutnya merupakan tipe anak yang nggak neko-neko. Mau dirinya makan apapun dan sebanyak apapun itu, manis ,asam, asin kayak nano-nano sekalipun, nggak pernah bikin ia mual, eneg atau apalah itu namanya. Bahkan, ia nggak merasakan yang namanya ngidam. Di bawain makanan ya Alhamdulillah, nggak dibawain juga nggak apa-apa.Lucunya lagi malah Alvin yang mengalami itu semua. Coba kalau Kim yang merasakan itu, bisa-bisa asupan nutrisi
"Pagi Pak Restu," sapa Resti yang lagi bersih-bersih."Pagi juga," balasnya. ''Kan aku sudah bilang, jangan panggil, Pak, panggilnya, Kak aja," komentar Restu tak terima.Tuh, kan, bener tebakan Kim. Penciumannya sudah familiar sama ciptaan Tuhan yang satu ini."Kak Restu ... Pliss deh, jangan gangguin aktifitas orang. Kayak nggak ada kerjaan lain aja. Udah tua, masih aja pingin dipanggil, Kak," omel Kim"Kimmy cemburu?"Apa dia bilang barusan, cembokir? Hhah ... Gila!"Awas ya, aku telepon Kak Alvin, nih. Orang kepercayaan apaan, masa iya bos nya dari subuh udah berada di kantor, bawahannya masih di sini juga gangguin kerjaan orang," omelnya sambil pura-pura hendak menghubungi Alvin."Ancaman kamu basi Kimmy," ujarnya tak takutAwalnya Kim cuma pura-pura mau menghubungi Alvin, eh, tiba-tiba saja ponselnya berdering, dan namaAlvin lah yang tertera di layar ponsel."Kak Alvin nelepon," ujar Kim pada Restu."N
Tentu saja suaranya itu berhasil menghentikan omongan dr.Anita."Kim, ini Rumah Sakit, " omel Alvin"Sorry ...," ucapnya. "Dokter, jenis kelaminnya nggak usah disebutin," ujar Kim."Kenapa? Kan aku pingin tahu,""Biar surprise aja pas lahiran. Oke?"Kalau dirinya bilang oke, pasti Alvin bakal oke juga.Alvin menarik nafas. "Terserah kamulah," pasrahnya."Ya udah kalau nggak mau tahu dan nggak pingin tau jenis kelamin baby-nya. Jadi Kim, apa ada keluhan lain?" tanya dr.Anita mengakhiri pemeriksaan USG.Kim beranjak dari tempat tidur, dan sejalan menuju kursi dibantu oleh Alvin."Keluhan sih nggak ada, dok," jawabnya."Mual-mual, pusing, atau sejenisnya gitu?""Kalau masalah itu, seperti bulan-bulan sebelumnya. Pertanyaan dokter masih tertuju buat Kak Alvin," ujarnya sambil tertawa."Wawww ... Sampai sekarang, masih?" tanya dr.Anita tapi sekarang lebih mengarah pada Alvin yang duduk di sebelah Kim.
Berhubung sekarang lagi hari minggu, jadi ia dan Alvin memutuskan untuk jalan-jalan pagi alias maratonnya versi Ibu hamil di sekitaran kompleks perumahan. Tapi bukan lari maraton loh, cuman jalan cantik kayak siput yang nggak tau kapan nyampe nya.Kim sudah duduk manis di teras sambil menunggu Alvin yang katanya ganti baju, atau mungkin ketiduran. Soalnya lama banget, sampai kakinya sudah di tumbuhi jamur tiram yang siap dipanen."Ayok."Akhirnya yang ditunggu-tunggu nongol juga."Lama banget, sih, Kak. Kirain nyambung tidur lagi," kesal Kim beranjak dari duduknya."Nggaklah ... aku ngambil buah sama air mineral dulu di dapur," jelasnya sambil menunjukkan sebuah kantong kresek dihadapan Kim."Buat apaan?" bingung Kim. Ya suaminya ada-ada saja. Apa nggak ada wadah yang lain apa, aneh banget lihat dia bawa kantong kresek."Buat kamu, ntar laper atau haus gimana?"Kim hanya mengelus-elus perut gendutnya. Suaminy
Saat ini jam sudah menunjukkan pukul 18:00, semua kejutan dan lain sebagainya sudah selesai di persiapkan. Tinggal menunggu Alvin kembali dari kantor untuk memberi kejutan. "Mama ..." panggil Arland yang baru pulang sekolah. Lihat, jam segini dia baru balik ke rumah. Bukan sekolah, melainkan pulang dari les tambahan. "Udah pulang, Sayang." "Tante di sini?" tanya Arland pada Jeje "Iya," jawab Jeje. "Dilla nya udah pulang ya, Land?" "Udah, Tan." "Ya udah Kim, kalau gitu gue mau pulang dulu. Ntar balik lagi kesini , oke," pamit Jeje. "Bye, Tante." "Dahhh ...." "Ayo, Sayang ... kamu mandi dulu. Udah bau acem," ejek Kim. "Hmm ...," angguknya. "Sekarang ulang tahunnya Papa loh, Mama nggak lupa, kan? Jangan bilang kalau Mama belum nyiapin hadiah buat Papa karna bingung mau ngasih apa?" jelas Arland pada Kim. Ya ... pengalaman tahun kemarin yang ia ungkit kembali. Sampai-sampai putranya sa
Pagi ini sangat berbeda, tak biasanya ia masih berada di balik selimut. Sementara Alvin sudah bangun dan sekarang sedang sarapan bersama Arland. Badannya terasa sangat lemas, nggak ada tenaga, mual, pusing, dan nggak mood untuk melakukan apapun."Sayang ... kamu benar nggak apa-apa aku tinggal?" tanya Alvin masuk dan menghampiri dirinya yang masih tiduran."Iya, Kak, nggak apa-apa," jawabnya."Aku nggak tenang ninggalin kamu dalam keadaan kayak gini,'' khawatir Alvin"Kan ada Bibik, Kak. Udahlah, sana Kakak ke kantor aja.""Pa ... Ma ..." panggil Arland sambil mengetuk pintu kamar orang tuanya. Ia tak akan menyelonong masuk ke dalam kamar begitu saja, apalagi kamar orang tuanya. Sangat tidak sopan kalau begitu."Masuk, Sayang ...," jawab Alvin.Mendengar ijin yang di berikan papanya, barulah ia yang sudah rapi dengan seragam sekolahnya pun masuk. Ternyata ia masuk bukan dengan tangan kosong, melainkan dengan segelas susu hangat.
"Kak, bangun dong, Kak Fikri nelepon, nih," ujarnya sambil membangunkan Alvin, tapi tak ada respon."Kak ...."Ia memutuskan untuk menjawab panggilan itu. Toh, yang menelepon adalah Fikri."Hallo ....""Kim?" tanya kak fikri"Iyalah, Kak," jawabnya. "Siapa lagi cewek yang bisa menyentuh ponselnya Kak Alvin selain aku." "Ya kali aja Alvin punya selingkuhan, mungkin.""Apa!? Kak Alvin punya selingkuhan!?" kagetnya dengan nada tinggi, sampai-sampai Alvin yang lagi tidur dan dari tadi ia coba bangunkan tak berhasil, sekarang ikut terbangun."Siapa yang selingkuh?" tanya Alvin langsung duduk dengan tampang cengok nya."Ihhh ... masih nanya lagi, Kakak lah yang selingkuh," kesalnya langsung banting tu ponsel ke lantai dan beranjak menuju ke kamar mandi.Alvin ikut m
Sesampainya di rumah, ia langsung jalan menuju ke kamar karna rasanya badannya lagi nggak enak aja. Sementara Alvin, dia lagi teleponan di teras depan sama klien bisnisnya, mungkin. Karna ia juga nggak mau tahu juga lah sama urusan kantor dan pekerjaannya itu.Tapi kalau dia teleponan sama cewek, barulah dirinya bakalan ngamuk."Kamu tidur?" tanya Alvin yang tiba-tiba masuk menghampirinya di tempat tidur."Cuma tidur-tiduran," jawabnya mengubah posisi tidurnya menjadi menghadap Alvin."Hmm ....""Kak, itu masih perih?" tanya Kim sambil menunjuk ke arah bibir Alvin yang luka akibat gigitannya."Iyalah ... kalau kamu ngegigit bibirku dengan penuh nafsu, sih, aku terima meskipun agak sakit.Nah ini enggak, jadi sakit nya tu berasa banget," jelas Alvin dengan penjelasan anehnya itu.Kim yang tadinya masih tiduran, sekarang bangun. "Aku kan udah minta maaf, Kak. Masa iya belum di maa
Pagi ini Alvin memasuki area kantor dengan wajah yang berseri-seri. Biasanya ia akan bersikap dingin dan cuek pada karyawan yang berpapasan dengannya. Tapi kali ini enggak, bahkan ia lah yang menyapa ataupun menegur mereka. Tentu saja ini menjadi tanda tanya besar bagi semua bawahannya. Apa bos mereka kesambet jin atau sejenisnya?"Pak Alvin kenapa, ya?""Tumben banget aura mistisnya nggak kelihatan.""Jangan jangan beliau lagi menang lotre.""Nggak mungkinlah, menang tender dengan nilai yang fantstis aja ekspresinya biasa aja. Itu artinya ini lebih luar biasa dari menang tender." Begitulah komentar beberapa karyawan yang berpapasan dengannya. Mereka semua hanya bisa menebak-nebak tanpa berani untuk bertanya langsung."Pagi, Pak," sapa Alin yang berpapasan dengan Alvin yang hendak memasuki ruangan nya."Pagi," balasnya sambil terus melangkahkan kaki menuju ruangannya."Apa yang terjadi?" bin
Alvin mengantarkan Kim menuju Rumah Sakit dengan keadaan badan yang lemes pake banget dan mual mual. Ia merasa sudah tak ada lagi stok di lambungnya yang akan dikelurkan, tapi rasa mual itu terus saja munculSetibanya di RS ia langsung di bawa ke UGD dan di periksa sama dokter."Gimana keadaan istri saya, dokter?Apa benar ini cuma asam lambung nya yang lagi kambuh?" tanya Alvin pada Dokter yang habis memeriksa Kim.Dokter malah tersenyum menanggapi pertanyaan Alvin."Bukan ... ini bukan mual mual akibat asam lambung yang kambuh," jawab dokter."Lalu, apa, dok?""Kalau boleh saya tahu, apa kalian berdua lagi berniat punya anak?"Alvin dan Kim malah saling pandang menanggapi pertanyaan dokter. "Maksud dokter?" tanya Kim bingung."Ya, karna setelah saya periksa barusan ... sepertinya saat ini anda sedang hamil."Keduanya langsung memasang tampang kaget mendengar pernyataan dokter. "Serius dok?" tanya Kim tak percaya
Sudah seminggu Hani dan Ceryl berada di Indonesia, dan hari ini adalah hari keberangkatan mereka untuk kembali ke LA. Kim dan Arland saat ini lagi di bandara untuk mengantar mereka.Pada awalnya, sih, putranya itu menolak buat ikut, tapi ia paksa.Karena semenjak kejadian di acara ultahnya Dilla waktu itu, dia udah males sama Ceryl. Ini pun tampang nya Arland enggak banget. Jutek abiss."Han, hati-hati, ya. Jangan suka ngomel-ngomel nggak jelas sama Ceryl," pesan Kim sama Hani. Soalnya Hani kan gitu orangnya. Kerjaannya ngomel mulu."Iya.""Ceryl sayang, jangan nakal, ya," ujar Kim pada Ceryl."Iya, Tante," balasnya."Arland, nggak mau ngomong sesuatu sama Ceryl?" tanya Kim pada Arland yang masih dengan sikap dingin nya itu"Nggak, Ma," jawabnya singkat tanpa sedikitpun menoleh pa
"Kamu nggak makan, Sayang?" tanya Alvin pada putranya yang duduk sendiri di sofa."Nggak, Pa," jawabnya dingin. "Ini masih lama, ya, Pa, aku pingin cepat-cepat pulang," ungkapnya.Alvin tahu betul apa yang dirasakan Arland. Taoi, ia hanya pura-pura enggak tahu saja."Kenapa? Kok bete?" tanya Alvin lagi."Pa, aku males sama sikapnya Ceryl. Kita pulang aja.""Ya udah, kalau kamu maunya gitu. Papa bilang sama Mama dulu, ya."Alvin segera menghampiri Kim yang saat itu lagi ngobrol sama Hani dan Jeje."Kim, aku mau bicara bentar," ujar Alvin pada Kim."Apa?" tanya Kim.Hani dan Jeje pun ikut menunggu apa yang akan dikatakan Alvin pada Kim."Berdua, Kim," tambah Alvin sambil berlalu pergi kembali pada Arland."Ishh ....," dengus Kim sambil mengikuti langkah kaki suaminya tercinta. Dan ternyata Alvin malah mengajaknya untuk menghampiri Arland.Kim mengedarkan pandangan pada duo sosok laki-laki yang sangat e
"Ma, aku duduk di situ, ya," ujar Arlan pada Kim."Iya, Sayang," jawabnya."Hani belum datang, ya?" tanya Kim pada semuanya."Yuhuuu ... Hani di sini.""Ceryl juga di sini."Parah ... anak dan Emak kelakuannya sama persis. Heboh, rempong dan nggak bisa diam."Emak-emak rempong datang sama penerusnya," gumam Ricky sedikit melambatkan suaranya, tapi tetap saja masih bisa dengar. Buktinya, Hani langsung berkomentar."Biarin, dari pada jones akut," ledek Hani tak mau kalah"Eh ... jangan bawa-bawa status dong Hani yang cempreng. Aku bukannya jones, cuma belum punya pasangan aja," bantah Ricky tak terima."Terserah lah apa kata Kakak. Intijya, sih, tetap saja masih sendirian, enggak ada yang belai-belai manja, enggak ada yang bilang sayang." Hani tetap pada ejekannya.Keh