"Percayalah, jika dia ditakdirkan untukmmu, sejauh apapun dia melangkah, sesulit apapun ia kamu raih. Allah akan memudahkan jalanmu untuk memilikinya."
----------
Kanaya Naratama
Setelah berpamitan dengan kak Helga, aku segera menuju ruanganku dan sekali lagi memeriksa jadwal mengajarku. Hari ini aku mengajar tiga kelas, kelas pertama dimulai jam 8 dan itu artinya kelas dimulai 5 menit lagi.
Di hari pertama mengajarku ini, aku mengisi kelas dengan perkenalan dan melanjutkan presentasi hasil penelitian yang sebelumnya diberikan bu Ratna. Setelah selesai mengajar dua kelas, aku kembali ke ruanganku untuk mempersiapkan materi mengajar kelas selanjutnya. Tepat pukul 12 siang Nadin menghampiriku buat makan dan shalat dzuhur. Aku dan Nadin pun segera ke kantin kampus untuk makan siang.
“Abis ini ada jam ngajar ya?” Tanya Nadin pada ku.u
“Iya” Jawabku sigkat.
“Kelas apa Nay?” Tanyannya ingin tahu.
“Kelas bisnis 4.” Jadwal terakhir hari ini, aku mengajar kelas bisnis.
“Wih mantul dong.” Ujar Nadin antusias.
“Maksud kamu?” Aku mengerutkan dahiku karena tidak mengerti dengan perkataan Nadin.
“Nanti kamu juga tahu sendiri kok.” Nadin tersenyum penuh arti.
Setelah selesai makan siang aku dan Nadin menuju masjid kampus untuk shalat dzuhur. Setelah shalat aku segera bersiap mengaja kelas bisnis 4 yang merupakan kelas terakhirku hari ini. Kelas bisnis 4 berada di ruang 5.8.B4, yang artinya terletak di gedung 5 lantai 6 ruang bisnis 4, fix sebagai dosen baru aku bingung di mana letak kelas itu. Saat aku sedang berjalan mencari ruang kelas itu, tiba-tiba ada seseorang memanggilku.
“Mbak Kanaya.”Panggil seseorang dari arah belakang ku.
“Iya.” Merasa dipanggil aku menoleh ke belakang, dan kulihat seorang cowok yang sepertinya nggak asing tersenyum manis padaku.
“Lho mbak Naya kok ada di sini?” Dia berjalan mendekatikku, setelah dia persis di depan ku, aku baru ingat bahwa dia itu Alvaro anaknya om Sam.
“Lho Varo, kamu kuliah di sini?” Tanyaku pada Varo dan dibalas dengan anggukan kepala.
“Jangan bilang mbak Naya ngajar di sini?” Tanyanya ragu-ragu dan ku balas dengan senyuman.
“Dan jangan bilang, mbak Naya dosen yang menggantikan bu Ratna?”
“Kok kamu tau sih.”
“Asyik berarti besok mbak ngajar kelas ku dong!” Aku lihat Varo bersorak girang aku pun hanya geleng-geleng kepala melihat tingkahnya.
“Sekarang mbak Naya mau ngajar kelas apa?” Tanyanya.
“Ini.” Aku menyodorkan selembar kertas yang bersikan jadwal mengajarku.
“Oh, ayo aku antar.” Varo mengantarku menuju kelas bisnis 4.
Disepanjang perjalanan menuju kelas bisnis 4, aku dan Varo ngobrol macem-macem. Walaupun baru sekali bertemu namun kita langsung akrab, kita nggak merasa canggung untuk bercanda. Ya mugkin karena dia anaknya om Sam dan tante Marta, jadi aku ngerasa nggak canggung.
***
Di kelas bisnis 4, terlihat Dinnar squad sedang duduk di kursinya. Dinnar sedang sibuk menyiapkan persentasinya, sedangkan sahabat-sahabatnya sibuk dengan Hp-nya. Tiba-tiba Aldo sahabat sekaligus anak asiten papanya Dinnar datang dan langsung duduk di meja kosong di samping Dinnar.
“Bro, adek lo putus ya sama si Serly?” Datang-datang Aldo bertanya pada Dinnar yang terlihat sedang membuat PPT.
“Masud lo?”
“Barusan gue lihat Varo jalan sama cewek, dan mereka keliatan akrab banget” Aldo bercerita mengenai apa yang baru saja dilihatnya. Dimana adik sahabat sekaligus bosnya itu tengah jalan berdua dengan seorang cewek.
“Ya elah, lo kayak kagak tau aja si Varo, dia kan biasa jalan sama cewek-cewekny. Mungkin gebetan baru kali.” Karena tau kelakuan Varo, Rendy yang sedang main game pun ikut berbicara.
“Mana gue tau.” Dengan espresi datar khas seorang Dinnar, ia menjawab singkat.
“Cantik nggak ceweknya?” Tanya Arvan yang sedari tadi ikut mendengarkan cerita Aldo.
“Cantik banget pokoknya, bening, si Bella aja lewat jauh”. Ujar Aldo dengan tawa.
“Emang Varo kalo cari gebetan nggak tanggung-tanggung.” Ujar Rendy yang masih sibuk dengan gamenya.
“Tapi, kali ini beda, dia pakai jilbab.” Mendengar ucapan Aldo, Dinnar yang sibuk mengetik seketika menghentikan aktifitasnya.
“Bagus dong.” Ujar Dinnar singkaat, mendengar jawaban Dinnar, ke tiga sahabatnya menatap Dinnar heran. Pasalnya Dinnar pantang memberi pujiian kepada wanita manapun, sekali pun itu primadona kampusnya.
Tidak selang beberapa lama, masuk seorang wanita cantik dengan pakaian muslim kekinian dan tidak lupa dengan sepatu sneakers berwarna putuh. Terilihat sekilas dia seperti seorang mahasiswa baru, sehingga saat dia masuk banyak mahasiswa yang terang-terangan mengodanya.
“Wih mahasiswi baru nih.” Celetuk seorang mahasiswa yang duduk di barisan depan.
“Calon bini gua tuh.” Sahut mahasiswa lainnya.
“Subhanalloh bening baget bro.” Puji mahasiwa yang duduk di ujung belakang.
“Calon makmum gua.” Arvan pun tidak mau kalah menggoda perempuan yang baru saja masuk ke dalam kelas itu.
Mendengar ribut-ribut di dalam kelasnya, Dinnar pun melihat ke arah yang tengah menjadi pusat perhatian teman-temanya itu.
“Aya.” Dengan raut muka terkejut, Dinnar bergumam pelan namun seketika seulas senyum terbit dibibirnya.
“Jodoh memang tak ke mana.” Batinya senang.
“Itu kan cewek barunya Varo.” Ujar Aldo
“Maksud lo?” Dinnar yang mendengar pun terkejud, dan penasaran tentunnya.
“Iya, itu cewek yang gue maksud tadi, yang jalan sambil ngobrol akrab sama Varo.” Dinnar yang mendengar pun hanya tersenyum simpul.
Seketika kelas menjadi hening saat Kanaya duduk di tempat duduknya, tempat duduk dosen yang teletak di depan kelas.
“Assalamualaikum wr.wb.” Knaya mengucap salam, menyapa mahasiswa/i-nya dan langsung dijawab antusias oleh mereka.
“Baiklah perkenalkan nama saya Kanaya Naratama, kalian bisa panggil saya Kanaya, saya yang akan menggantikan bu Ratna mengajar mata kuliah komunikasi bisnis.” Seketika terdengar suara riuh mewarnai kelas itu, yang membuat Kanaya enggan melanjutkan ucapanya.
“Boleh panggil sayang gak?” Tanya seorang mahasiswa dan hanya dibalas senyuman oleh Kanaya.
Di sisi lain Dinnar yang melihat kelakuan teman satu kelasnya itu berdecak sebal dan menggerutu dalam hati.
“Cek..,sayang kepalamu peang, calon bini gua tuh.” Gerutu Dinnar dalam hati.
“What, jangan bilang dia adeknya bang Helga.”Aldo melihat ke arah Dinnar seolah meminta penjelasan, setau Aldo keluarga Agustaf dan Naratama sangat dekat. Namun Dinnar hanya mengedikan kedua bahunya enggan menjawab Aldo.
Saat menyadari Kanaya tidak berbicara, semua mahasiswa kembali diam dan sekali lagi Kanaya hanya tersenyum melihat kelakuan mahasiswanya itu.
“Sudah cukup ya perkenalanya, dan ini alamat email saya, kalian bisa mengumpulkan tugas atau bertanya mengenai materi yang belum kalian pahami.” Kanaya mengambil sepodol dan menulis di whiteboard.
“Ada yang ingin di tanyakan?” Kanaya memberi kesempatan mahasiswa/inya untuk bertanya.
“Bu Kanaya udah punya suami?” Tanya seorang mahasiswa yang duduk di bangku depan.
“Bu umurnya berapa? kok masih imut banget sih?” Tanya mahasiswa alay yang tidak hentinya menatap Kanaya.
“Bu Kanaya nanti pulang saya antar ya!”
“Bu mau nggak jadi makmum saya.” Arvan sahabat Dinnar pun tak mau kalah.
“Bu Kanaya alamat rumahnya dimana ya? Siapa tau bulan depan abang bisa ngehalalin bu Kanaya.”
Begitulah kira-kira pertanyaan yang membuat Kanaya geleng-geleng kepala. Kanaya berdehem cukup keras untuk menghentikan tingkah absurd mahasiswanya itu.
“Ehemmm…. Terimakasih untuk pertanyaanya, akan tetapi mohon maaf, karena pertanyaan kalian unfaedah so saya tidak akan menjawab pertanyaan kalian.” Kanaya berucap tegas namun dengan senyum ramah di akhir ucapan.
“Yahhhhh.” Semua mahasiswa kecewa karena Kanaya enggan memberi jawaba satupun akan pertanyaa mereka.
Bersambung……..
"50.000 tahun sebelum kita diciptakan, Allah sudah menentukan siapa jodoh kita. Sedekat apapun kalau Allah mengatakan kita tidak berjodoh, kita tidak akan mungkin bersama. Sejauh apapun kita klau Allah katakan kita berjodoh, kita pasti akan berjumpa dengan cara terindah yang sudah Allah rencanakan."-----------Kanaya Naratama Setelah memperkenalkan diri ke pada mahasiswak/i ku, aku mulai mengabsen satu per satu mahasiswa yang berjumlah 30 orang. Hingga tiba aku memanggil nama yang tidak asing bagiku.“Alfizam Din…..” Aku menggantungkan ucapanku mengingat-ingat sesuatu.“Alfizam Dinnar Agustaf, kok namanya mirip ya sama anaknya om Sam, jangan-jangan……” batinku dalam hati.“Alfizam Dinnar Agustaf.” Panggilku lirih namun masih didengar oleh si empunya nama, buktinya dia tunjuk atap dan tersenyum manis.
"Jika kamu adalah perjalanan paling jauh untukku, semoga ujungnya berakhir indah, ya."----------Kanaya NaratamaEh? Pencuri?Tapi dia seperti nggak asing deh, aku pandangi orang yang berjalan mendahului ku itu, walaupun cuma bagian belakang yang bisa ku lihat, aku sudah tau siapa dia."Alfizam." Gumam ku lirih."Al, ada perlu ya?" Tanyaku, aku pun menghentikan langkahku. Al hanya diam dan terus melangkahkan kakinya. Aku berlari kecil menyusul langkahnya yang panjang-panjang. Aku hampir lupa kalau Al kan gak ngomong sama sembarang orang, dan tante Marta juga pernah bilang kalo dia itu dingin kayak es batu."Hei Al terimakasih tapi aku bisa sendiri kok." Aku berusaha menarik tas laptopku kembali, tapi Al sama sekali gak bergeming, aku sudah menarik kuat-kuat tasku tapi percuma saja."Al, sebenarnya kamu mau apa sih?" Tanyaku kesal. Tuh kan n
"Salah satu kelebihan mu terletak pada kebaikan hatimu & senyum tulus mu."***** Kanaya menatap kesal orang-orang di sekitarnya yang tengah fokus memperhatikan seseorang dengan tatapan lapar plus nakal. Ya, siapa lagi kalo bukan orang yang sedang bersamanya yang menjadi pusat perhatian kaum hawa yang tengah berkunjung ke pusat perbelanjaan itu."Dia artis bukan sih? Tampan banget.""Cowok gue tuh.""Itu pemilik pusat perbelanjaan ini." Ujar seorang karyawati yang sedang melayani pembeli."Ganteng banget, tubuhnya sexi banget, pengen ku jadiin simpanan." Para ibu-ibu pun tak kalah terpesona dengan Dinnar, sampai tidak ingat suami di rumah."Kalu yang begitu, gue mau jadi sugar baby nya." Ujar seorang cewek berpakaian puti abu-abu, yang membuat hati dan telinga Kanaya panas. Saat Kanaya larut dalam kekesalannya, tiba-tiba seseorang membisikan
"Percayalah, waktu akan menyembuhkan kita melalui pelukan hangat orang-orang yang menyayangi kita."***** Sudah satu Minggu semenjak pertemuan keluarga Naratama dan keluarga Agustaf berlangsung. Malam ini sesuai kesepakatan, Kanaya dan Dinnar harus memberi keputusan tentang perjodohan itu. Malam ini Sam dan Marta yang tidak lain adalah orang tua Dinnar sudah tiba di kediaman keluarga Naratama. Setiba di Indonesia mereka langsung datang ke rumah keluarga Naratama. Saat mereka sedang bercengkrama di ruang keluarga, Dinnar dan Varo datang yang langsung membuat semua orang yang berada di ruangan itu terkejut, kecuali Helga."Assalamualaikum." Ucap Dinnar dan Varo bersama."Waalaikumsalam." Jawab mereka yang berada di ruangan kompak."Dinnar, Varo apa yang terjadi sama kalian?" Sam terkejut melihat wajah kedua p
"Cinta itu bak sebuah benih tanaman, jangan kamu tanam di sembarang hati. Tanamlah benih cintamu di hati yang humus dan lembut. Bukan di hati yang cadas dan tandus."----------Kanaya Naratama"Dinnar, Kanaya bagaimana keputusan kalian?" Ayah menatap ke arah Dinnar dan ke arah ku bergantian meminta jawaban. Aku dan Alfizam saling bertatap mata, aku tidak bisa mengartikan tatapan itu."Dinnar." Ayah meminta Al untuk mengutarakan jawabannya."Emm, lady first." Dengan expresi datarnya Al melihat ku, memintaku untuk menjawab duluan. Apa-apaan coba, nggakjentel banget kan, masak aku duluan yang mesti jawab. Kayaknya emang aku harus menolak perjodohan ini deh."Fine." Jawabku sebal pakai banget. Aku meli
"Bersama orang yang tepat hal rumit menjadi sederhana, dan hal sederhana menjadi bermakna."-----------Kanaya Naratama"Sudah lama nunggu ya?" Suara khas mengalun merdu, mendadak membuat jantungku melompat-lompat nggak karuan. Aku melotot melihat sosok yang berada di depan ku saat ini. What? Ngapain Alfizam ada di sini? Tunggu-tunggu, temannya kak Helga?Jangan-jangan yang di maksud temannya kak Helga itu si Alfizam. Ya Allah, kak Helga udah ngerjain aku deh, pokoknya awas tuh kak Helga, sampai rumah tak gantung di gapura depan komplek.Aduh, ini si Alfizam pakai senyum segala, bikin susah nafas deh."Ka-kamu kok ada disini?" Tanyaku gugup. Gimananggak gugup coba kalo ada cowok tampan model kayak gini sedang tersenyum dihadapan kita."Kamu yang jemput aku kan?" Tanyanya lembut"Hah." Aku bingung dan cuma bengong, pasalnya kak Hel
"Bukan tentang siapa yang datang dengan kesempurnaannya, tapi tentang ia yang menerima ketidak sempurnaan mu."---------- Kanaya menuruni tangga rumahnya untuk bergabung sarapan dengan kedua orang tuanya."Morning Ayah dan bunda ku sayang." Sapa Kanaya sembari mencium pipi ayah dan bundanya."Morning sayang." Ucap orang tuanya kompak."Kakak beneran nggak pulang Bun?" Kanaya duduk di samping ayahnya."Nggak sayang, tadi malam lembur, soalnya besok kakak sudah mulai tidak masuk kantor.""Perasaan baru kemarin kamu tinggal di Jogja, eh sekarang pulang-pulang sudah mau nikah aja." Ayah Diga mengelus pucuk kepala Kanaya."Thanks yah." Kanaya menghambur ke pelukan ayahnya."For?" Tanya ayah Diga."Everything, maaf Naya belum bisa membalas apa yang sudah ayah dan bunda berikan kepada Naya, maaf juga Naya belum bisa menjad
"Untuk apapun tujuan hidupmu, jangan saling tunggu, jangan saling tinggalkan baiknya saling temani."---------- Hari Jum'at ba'da shalat Jum'at, momen yang ditunggu-tunggu pun tiba. Hari pernikahan antara Dinnar dan Kanaya. Terlihat MC mulai membuka acara, dilanjutkan dengan pembacaan ayat suci Al-Qur'an. Tidak lupa sebelum ijab qobul, penghulu memberikan beberapa nasehat pernikahan yang ditujukan untuk kedua mempelai. Dinnar sudah berada diruang keluarga Naratama, ya ruang keluarga yang sudah disulap sedemikian rupa khusus untuk pernikahan mereka. Berbeda dengan Kanaya terlihat duduk ditepi ranjang dengan perasaan cemas dan tegang bercampur jadi satu. Beberapa kali ia memainkan jemari manisnya di atas kebaya panjangnya. Bunda yang menemaninya, berusaha menenangkan kegelisahan hati putri tercintanya menunggu ijab qobul.
“Ujian itu hadir dengan tujuan menuntut mereka menuju kesempurnaan diri dan kesempurnaan kenikmatan-Nya. Jangan buru-buru mencela musibah yang Allah berikan, yakinlah ketetapan Allah adalah yang terbaik.”---------- Bila ada satu hal pasti yang harus Kanaya yakini dari kehidupan, maka itu adalah bahwa Tuhan tidak akan meninggalkan kita. Pada akhirnya, hanya Tuhan dan suaminya serta kedua putranya tempat berpegang. Suaminya lah yang membuat kakinya bisa kuat untuk berdiri, sedangkan kedua putranya yang menjadi alasan Kanaya untuk tetap sabar dan ikhlas menerima cobaan. Dan tentu ia harus sangat teramat sangat berterima kasih kepada Tuhan yang telah menakdirkan dirinya memiliki mereka, suami dan kedua putra hebatnya. Perjalanan hidup manusia tidak selalu sesuia har
Note: Next part adalah part penutup yaJ.“Karena memang kehidupan itu penuh dengan cobaan, ya. Bahkan selama kita masih hidup, cobaan tidak akan pernah berhenti menghampiri. Kuncinya Cuma sabar, sabar dan sabar hingga sampai ke titik ikhlas dimana kita yakin dan percaya bahwa Tuhan tidak akan meninggalkan kita. Semua pasti ada solusinya, semua pasti ada jalanya.”----------Namanya kehidupan pasti tidak terlepas dengan cobaan dan ujian kehidupan. Pada hakikatnya manusia tidak diuji di luar batas kemampuannya. Bagi mereka yang mampu mengambil hikmah dalam setiap kejadian yang ada dan selalu bersyukur, maka akan mampu melewati ujian-ujian kehidupan ke depannnya. Yakin bahwa setiap ujian adalah cara Tuhan untuk mendewasakan kita, terlebih semua ujian hidup ini tak ada yang abadi.Dinnar dan Kanaya mencoba melewati ujian terberat dalam rumah tangganya dengan sabar dan iklas. Kehilangan je
WARNING!!. Part ini mengandung adekan yang bikin panas dingin, bijak dalam membaca yang tidak berkenan bisa abaikan. Sebenarnya ini gabungan part sebelumnya, tapi karena kalau aku jadiin satu part, katanya kebanyakan jadi lebih baik aku jadiin dua part.“ Dalam kehidupan berumah tangga, pertengkaran menjadi salah satu badai yang akan menerpa bahkan mungkin sering. Dan bercinta mungkin bisa menjadi salah satu cara dimana pasangan akan berbagi perasaan untuk menyelesaikan masalah, dan bercinta seolah menjadi pelangi di akhir badai. Mungkin bukan diakhir badai, tapi di sela badai yang belum kunjung usai.”---------- Perlahan Dinnar meletakkan Kanaya di atas ranjang, keduanya berhimpit tanpa jarak. Mungkin karena rindu akan sentuhan membuat keduanya tidak ingin melepaskan pangutan, hingga Kanaya perlahan yang melepas
“Mawaddah dalam rumah tangga akan tercipta saat suami dan istri mampu saling menguatkan. Dan rumah tangga akan menjadi bahagia saat cinta yang di bangun tidak bercampur dengan ke egoisan.”----------Dinnar melangkah memasuki rumah mewahnya, ia sedikit bersemangat. Menginggat ada kabar baik mengenai putrinya, semoga dengan kabar ini istrinya bisa kembali semangat menjalani hidup.Dinnar segera menuju kamarya, ketika melewati kamar putra kembarnya, ia mendengar isakan kedua putra kembarnya. Dinnar segera masuk, khawatir dengan keadaan Afnan dan Aflah.Terlihat di ranjang masing-masing mereka kompak menelungkup menyembunyian wajahnya di bawah bantal dengan isak tangis menyedihkan. “Abang, adek?” Afnan yang mendengar panggilan sang ayah mengangkat bantal yang menutupi kepalanya dan segera menghapus air mata yang masih tersisa. Sementara Aflah ia masih setia dengan isakkanya.Melihat putra bungsunya masih
*Alurnya dipercepat ya, bancanya pelan-pelan saja!*“Setegas dan setegar apapun seorang Ayah, ia akan bersedih bahkan tidak akan merasa malu untuk menangis ketika ia harus kehilangan anaknya terlebih putri manisnya.”----------“Alesha diculik……..” Detik berikutnya tubuh Kanaya melemas dan pingsan dalam dekapan Dinnar.Flashback at CCTV control roomBrakk…..Dinnar membuka ruang kontrol CCTV, di sana sudah ada Toni dan Arvan. Sepertinya sahabat-nya itu gerak cepat, karena saat ini mereka sedang menatap layar monitor dan mendengarkan penjelasan petugas yang jaga. Dinnar mendekat ke monitor dan menatap layar besar di hadapannya itu, di monitor itu terekam jelas ketika Alesha berjalan menuju toilet. Ketika Alesha keluar dari toilet, ada dua orang laki-laki dan perempua menghampiri Alesha, sepertinya ora
"Memang benar, bahwa cobaan kadang dapat meninggikan derajat seorang di sisi Tuhan-nya dan tanda bahwa Tuhan semakin menyayangi dirinya. Dan semakin tinggi kualitas imannya, semakin berat pula ujiannya. Dan tentunya ujian terberat ini akan dibalas dengan pahala yang besar pula. Sehingga kewajiban kita sebagai makhluk Tuhan adalah bersabar."----------5 Tahun Kemudian………Lima tahun sudah derai tawa menghiasi rumah mewah keluarga Agustaf. Dinnar dan Kanaya saling membahu dalam merawat dan mendidik ketiga buah hatinya. Dinnar dan Kanaya tidak menyetujui usulan Sam dan Marta yang ingin menggunakan jasa baby sistter untuk membantumegurus Queen dan Prince-prince dikeluarga bahagia itu.“Kakak!!! Adek!!.....” Teriakan nyaring terdengar menggema di seluruh ruangan di dalam rumah mewah itu. Menjadikan seluruh penghuni rumah yang tengah mengerjakan kegiatan masin
“Aku melihat sesuatu yang lebih indah dibandingkan sejuta bintang di dalam senyummu. Tak peduli apa yang telah terjadi dan tak peduli apa yang akan terjadi, aku akan tetap mencintaimu kini, nanti dan selamanya.”----------Alfizam Dinnar AgustafSeperti malam-malam sebelumnya, Alesha akan mengamati kedua adik kembarnya yang tengah terlelap dalam box yang sama. Udah menjadi kegiatan rutin Queen untuk memandang lekat-lekat wajah damaiadik-adiknya sebelum dia tidur. “Sudah malam, kak. Ayo tidur.” Aku mengajak Alesha sambil menepuk lembut pundak Queen kesayangan ku itu.“Sebentar lagi, Yah. Lesha masih ingin melihat wajah menggemaskan abang sama adek. Mereka kalau lagi tidur sangat menggemaskan ya, Yah.” Tolak Alesha, dia mendongak menatapkku ketika ingin menyentuh tubuh mungil kedua adiknya.“Jangan sayang, Nanti mereka bangun. Kasihan bunda kan, kalau
“Tiga hal yang paling indah yang telah terjadi di dalam hidupku yaitu:ketika aku mencintaimu, ketika kau mencintaiku dan ketika kita saling mencintai satu sama lain.”----------Mata Kanaya sulit untuk teralihkan dari box yang berisi kedua jagoannya. Perhatian Kanaya teralihkan ketika mendengar pintu ruangannya dibuka dariluar, ia membalas senyum hangat yang dipancarkan suaminya “Istirahat sayang, biar mas aja yang menjaga kedua jagoan kita.” Pinta Dinnar setelah duduk di sisi ranjang sambil mengusap pipi Kanaya.“Melihat mereka sudah lahir dengasn selamat dan sedang terlelap, membuat rasa lelahku nggak berasa, mas.Aku ingin terus memandang malaikat ini.” Balas Kanaya sembari menikmati elusan telapak tangan lembut milik sang suami yang masih singgah di pipinya.Dinnar menunduk dan mengecup bibir istrinya, “Mas paham perasaan kamu, tapi kamu juga harus ingat jika istirahat sangat penting buat kese
"Anak adalah sumber kebahagiaan sejati orang tua, rasa sakit yang dirasakan seorang ibu kala melahirkan akan terbayar lunas kala mendengar tangis sang buah hati menggema untuk pertama kali."----------Drttt……Drttt……Dinnar tengah menatap serius layar presentasi ketika ponsel di saku jasnya bergetar. Ia duduk tegak dan fokus menatap kurva yang menunjukkan ketidakstabilan pemasukan perusahaan bulan ini. Beberapa saat kemudian getaran dalam sakunya berhenti. Ia kembali fokus mendengarkan penjelasan dari kepala devisi keuangan.Drttt….Drttt…..Getaran dari ponselnya kembali terasa, kini kosentrasi Dinnar mulai buyar. Ia merogoh ponsel dan mendapati nama Aldo, ia melihat kursi kosong di mana seharusnya sahabatnya berada saat ini tapi pria yang sudah enam bulan menjabat sebagai GM itu tidak hadir. Dinnar berfikir