Taksi yang membawaku sudah sampai di depan rumah Sarah. Setelah hampir seminggu dirawat di rumah sakit akhirnya aku diperbolehkan pulang. Walaupun masih sedikit lemas.
Sarah dengan setia mendampingiku. Bahkan ketika dia sendiri sedang sakit. Betapa besar perhatiannya untukku. Selama dirawat di rumah sakit aku tidak menghubungi ibu dan Nita di kampung. Aku tidak ingin mereka akan menjadi panik. Perihal tunanganku dengan Sarah juga masih aku rahasiakan. Rencana terbesar adalah menjemput ibu dan Nita untuk datang ke Jakarta di hari pernikahanku.
Mendadak rencana besar itu harus tertunda karena peristiwa penculikan yang kualami. Bahkan ponsel dan sepeda motor kepunyaanku hilang.
Sarah sudah melaporkan kejadian ini ke kantor polisi. Semoga orang yang menjadi dalang
Aku sudah sembuh dari sakit. Perlahan segera mulai pekerjaanku dengan memimpin restoran kecil yang diamanahkan Sarah kepadaku.Sampai saat ini, dalang penculikanku juga belum ditemukan. Polisi masih menemukan jalan buntu untuk mengusut tuntas masalah ini. Memang sepeda motorku sudah ditemukan tergeletak di sebuah kebun. Nampaknya mereka membuang barang itu untuk menghilangkan jejak.Melihat kerapihan yang dilakukan sepertinya dalang penculikanku seorang professional. Aku sudah tidak pernah memikirkan peristiwa itu.Aku hanya fokus menjalani pekerjaanku sebagai Chef. Serta hari pernikahanku dengan Sarah yang semakin dekat. Aku ingin seperti orang lain yang menikah secara resmi. Walaupun seorang laki-laki,
Bab 83 Suasana di Caffe BaruPagi ini, restoran sudah ramai. Banyak para anak muda yang mencari sarapan di sini. Letak caffe yang sangat strategis memudahkan mereka untuk menjangkaunya.Aku tersenyum penuh kebahagiaan. Menu yang kuciptakan ternyata banyak diminati oleh para pelanggan. Hanya menu sederhana dan sangat simple. Pancake dan mini hamburger. Harganya yang murah dan rasanya yang enak membuat mereka selalu mencarinya. Satu lagi menu spesial yang selalu dinanti para pelanggan yaitu spagetti dengan rasa cinta.Aku melangkah menuju ruanganku. Menghirup nafas dengan pelan. Menikmati sensasi harum ruangan yang kuciptakan sesuai dengan harum ruangan Sarah.Mataku mengedari setiap sudut dalam ruangan itu. Ada rak buku sebagai tempat untuk menaruh buku-buku mas
Bab 84Sarah membantuku mengumpulkan berkas yang berserakan. Sesekali tanganku memegang hidung yang masih sakit. Tangan kekar Pak Hans tidak mampu aku elakkan.Setelah semua rapi, aku duduk di sofa. Amarahku masih membara."Sebenarnya apa yang terjadi? Mengapa kalian bisa berantem?" tanya Sarah sambil mengelap darah yang keluar dari hidungku.Aku meringis sakit. Tanganku memegang jemari Sarah yang halus."Kamu penyebabnya," jawabku singkat."Aku?" Sarah menunjuk ke arah mukanya.Aku mengangguk pelan. Terus kupandangi istriku yang cantik ini. Tinggal beberapa hari lagi menuju pesta yang kami rencanakan. Seolah b
Bab 85 [Sayang, datang ke meja pojok ada pelanggan yang nekat]Aku menulis pesan untuk Sarah. Aku masih berdiri di depan Santi dengan tangan yang sibuk memainkan ponsel. Dia masih berdiri canggung.Wanita yang pernah lama mengisi hari-hariku mendadak menjadi seperti orang asing saat ini.Jujur. Di dalam hatiku yang paling dalam masih belum bisa melupakan sosok ini. Wanita ayu putri juragan sembako di desaku. Hanya karena dia aku semangat untuk mencari pekerjaan di kota metropolitan.Sekarang dia telah berubah menjadi wanita yang sangat glamour. Cara berpakaian dan dandanannya sangat mencolok. Sehingga aku tidak mengenalnya lagi.'Kita telah berubah, San. Waktu telah merubah seg
Setelah menerima panggilan dari Aska, mendadak muka Sarah menjadi tegang. Dia menghentikan makannya. Dibiarkan es itu tidak disentuh."Ada apa, Yang?" tanyaku mencoba mencari tahu."Kita pulang sekarang,Pram. Aska mendapat kabar kalau papahnya sedang dirawat di rumah sakit. Dia muntah darah," jawabnya dengan gelisah.Sarah membereskan tas kecil yang ditentengnya dan beranjak dari tempat duduknya.Tanpa banyak kata aku berdiri d
Sudah seminggu Zoel berada di rumah sakit. Setelah menjalani operasi ginjal, keadaan pria itu berangsur membaik. Sarah hanya menanggung semua biaya operasi Zoel. Dia hanya sekali menengok Zoel ketika operasi ginjalnya berhasil.Aska masih setia menemani papahnya. Sarah tidak pernah melarang putranya untuk bertemu dengan ayah kandungnya. Aska memang sangat merindukan papahnya. Hampir setiap hari remaja itu pergi ke rumah sakit untuk menjenguk papahnya.Hari ini aku berencana pulang kampung lagi. Aku akan mempersiapkan surat yang diperlukan untuk acara pernikahanku dengan Sarah.Aku juga akan mempersiapkan Lamaran untuk keluarga Sarah. Walaupun aku adalah orang kampung yang miskin tetapi aku punya tata karma yang harus dijaga.
"Tersenyumlah!" pintaku."Aku akan membawamu untuk membuka lembaran yang baru.I want to be with you forever. Life well, laugh often and love much.Kita nikmati anugerah yang telah diberikan Tuhan untuk hidup kita. Masih banyak orang-orang di sekitar kita yang membutuhkan pertolongan kita, Sayang. Semangat!Besuk aku akan pulang menjemput ibu dan Nita. Akan kupersiapkan lamaran untukmu, Sarah."Aku memegang pipi Sarah dan mengusap lembut. Perlahan Sarah tersenyum. Air mata yang menetes berubah menjadi binar bahagia."Bagus gak cincinnya, Sayang?" tanyaku
Aku mengantar Pram hingga ke garasi mobil. Hari ini dia mengendarai mobil untuk menjemput ibunya dan Nita.Masih terasa pelukan hangat dari Pram. Dia juga mencium keningku. Bibirnya mengecup lembut pipiku."Aku pamit dulu,ya, Sayang," ujar Pram."Hati-hati, Pram! Salam buat ibu dan Nita," pesanku.Pram masuk ke dalam mobil dan perlahan meninggalkan rumah. Aku masih menunggunya hingga mobil warna merah itu menghilang dari pandangan mata.Segera aku masuk ke dapur untuk mempersiapkan sarapan buat ketiga anaku. Aku ingin membuat pancake kesukaan Aska.Hari ini Aska mengajakku untuk kembali membesuk Bang Zoel. Aku sebenarnya
Liburanku di desa sudah selesai. Kini kami sudah berada di Jakarta kembali. Sarah sudah sibuk dengan kegiatannya di restoran. Perombakan besar-besaran dilakukan Sarah. Dia mulai membenahi keuangan restauran yang sempat berantakan. Juga pengambilan modal Hans yang sangat besar.Aku juga mulai sibuk dengan caffeku yang semakin lama tambah ramai. Malah pertemuanku dengan Sarah hanya waktu jam makan siang dan pulang bareng.Setelah selesai dengan urusanku di Caffe aku selalu setia untuk menjemputnya. Terkadang Santi sesekali mengirimkan sebuah pesan. Semua itu juga aku memberitahu Sarah. Kejujuran dan kepercayaan adalah penting bagiku.Aska mulai sibuk dengan Boarding Schoolnya. Saat ini Aska memilih sekolah terpadu dengan pesantren yang ada
Sore ini semua rombongan akan pergi ke kota Semarang. Kami ingin menikmati indahnya ibu kota Jawa Tengah. Malamnya kami semua akan menginap di sebuah villa yang sudah disewa Sarah.Ibu menolak untuk ikut bersama kami. Nita sangat bahagia ketika ikut dengan rombongan. Walaupun Sarah memaksa, ibu menolak dengan cara halus. Hanya Bi Iyem yang nanti bertugas menjaga Atta dan Arsya. Akhirnya kami berangkat pergi keliling Kota Semarang. Mobil Caravel warna biru itu meninggalkan rumah ibu menuju Simpang Lima Kota Semarang. Selama perjalanan terdengar semua anak bersandau gurau. Aska nampak sibuk masih memainkan ponselnya di samping Nita. Mereka bercanda berdua. Sementara Atta dan Arsya sibuk dengan ponsel memainkan game. Sarah juga sibuk dengan ponselnya sendiri.Kulirik Sarah yang wajahnya makin cantik setelah
Bab 103Hari ini masih pagi, kumandang azan di musala dekat rumah terdengar sangat merdu. Suara Pak Ahmad sangat menggetarkan jiwa.Aku memindahkan Atta dan Arsya ke dalam kamarku. Sementara Aska sudah bangun. Ibu dan Bi Iyem sudah rapi dengan mukenanya bersiap untuk ke musola.Sarah sudah sibuk di dapur memasak air panas untuk membuat teh. Aku memeluknya dari belakang."Good morning, Cinta!" sapaku sambil mencium lehernya yang terbuka. "Good morning, Sayang," balasnya dengan membalikkan badan menghadapku."Duh menantu ibu, rajin amat, ya!" sindirku masih memeluknya."Sana gih, ke musala dulu. Soalnya tegangan
Bulan madu ke luar negeri yang sebelumnya kami rencanakan akhirnya dibatalkan. Sarah hanya ingin tahu kampung halamanku sekalian berinteraksi dengan keluargaku.Sarah akan mengajak semua anak-anaknya juga Bi Iyem. Sejenak melupakan kejadian yang telah menimpaku dan Sarah. Ibu sangat gembira ketika mendengar mereka akan ikut pulang kampung untuk liburan.Sementara semua urusan bisnis yang ada di Jakarta sudah diserahkan kepada semua pegawainya. Aku juga sudah menunjuk pegawai kepercayaanku untuk memegang kendali atas kelancaran cafe.Tidak lupa aku nanti akan memantau dari jauh perkembangan cafe dan restoran Sarah.Hari yang ditentukan semua rombongan bertolak ke Semarang. Kali ini aku kembali y
Bab 101Bang Zoel berjalan tertatih menuju ke arah kami.Tangan kanan menjulur ke arahku."Pram, selamat atas pernikahan kalian! Aku nitip anak-anak kepadamu. Aku tidak akan mengganggu kalian lagi. Sekalian aku pamit mau ke Bali siang ini. Bisnis istriku akan segera dimulai," ujar Bang Zoel dengan tulus.Aku menjabat tangan Bang Zoel dan memeluknya."Iya, Bang Zoel. Semoga tetap menjadi saudara. Hati-hati dan semoga sukses," ucapku.Gantian Bang Zoel menatap Sarah yang masih menunduk. Entah mengapa Sarah tidak mau menatap pria yang telah memberikan tiga anak ini. Mungkin luka yang terlalu dalam Bang Zoel torehkan sehingga Sarah begitu muak meli
Sebelum balik ke kampung, Ibu dan Nita ingin menghabiskan waktu keliling Jakarta. Ibu ingin melihat banyak tempat di Kota Metroplitan ini. Seperti Monas, Taman Mini dan yang menjadi impian ibu adalah bisa salat di Masjid Istiqlal Jakarta.Hari Minggu ini kami sekeluarga akan jalan-jalan ke Taman Mini dan Masjid Istiqlal. Kebetulan bersamaan anak-anak juga libur sekolah. Sehingga bisa membawa mereka keliling Taman Mini.Segala persiapan sudah ada di dalam mobil. Dari makanan ringan hingga minuman lengkap. Bi Iyem juga memasak beberapa makanan untuk Arsya dan Atta.Ibu dan Nita sudah siap menunggu di teras rumah. Mereka nampaknya sudah bangun pagi sekali. Membantu Bi Iyem mempersiapkan bekal.&nb
Bab 99Sarah segera mengambil ponselnya. Dia nampak menyembunyikan sesuatu dariku. Namun aku tidak berani menanyakan pada Sarah. Apalagi ada ibu dan Nita. Takut merusak suasana gembira yang ada."Ibu, Sarah dan Pram pamit dulu. Ada urusan penting di restoran," ujar Sarah sambil memberi kode kepadaku."Iya, Nak," sahut ibu setelah sarapan selesai."Bi, nitip anak-anak, ya," pinta Sarah.Bi Iyem hanya mengangguk ketika Sarah menyampaikan pesan kepadanya.Ketika sampai di kamar, Sarah memberikan aku baju ganti. Celana panjang dan kaos dengan kerah."Ada apa sih, Yang?" tanyaku tidak men
Malam ini aku sangat bahagia. Akhirnya aku bisa tidur di kamar Sarah tanpa harus sembunyi-sembunyi. Kamar Sarah sudah dihias dengan bunga dan sprei kesukaan Sarah.Ibu dan Nita tidur di kamar tamu. Sementara anak-anak tidur di kamar masing-masing.Hari ini tidak terlalu capai karena hanya sedikit tamu yang diundang. Seharian hanya ngobrol dengan Rere dan Paman. Kami juga menyempatkan untuk berbincang dengan karyawan yang lain.Acara sudah selesai sore tadi. Aku juga sudah berganti pakaian dengan baju koko dan sarung. Sementara Sarah sudah menukar bajunya dengan gamis biasa.Setelah acara makan malam bersama dilanjutkan dengan salat jamaah. Semua anggota keluar
Bab 97Hari Yang Ditunggu.Hari yang ditunggu telah tiba, Sarah tidak mau acara pernikahan secara besar-besaran. Semua mendadak merubah tidak sesuai jadwal. Entah apa penyebabnya. Sarah hanya mau ijab kabul di rumahnya.Hari itu, aku sudah dandan dengan memakai jas hitam celana hitam serta peci. Sementara ibu memakai baju kebaya dengan kain serta kerudung. Wajah tuanya tersenyum melihatku. Nita, adiku memakai setelan baju gamis warna merah muda. Dia sangat cantik sekali.Dari keluarga Sarah yang hadir adalah adik Sarah, Rere dengan suaminya serta anak-anaknya. Ada juga paman yang akan menjadi wali saksi pernikahanku dengan Sarah.Dari karyawan restoran, Sarah mengundang Bagas dan Reni. Aku juga mengundang karyawanku yang ada di Caffe Aska.&