Bab 75 POV Sarah.
Sejak Pram pulang ke kontrakan, hatiku menjadi gelisah. Aku masih mengintip kepergian Pram dari korden jendela. Hanya terdengar suara deru motornya yang memecahkan kesunyian malam.
Sebelum tidur, aku sempatkan untuk memeriksa kamar anaku. Kubuka pintu kamar Arsya dan Atta. Kedua anak laki-lakiku tertidur pulas. Mereka saling berpelukan seperti anak kembar. Padahal ada selisih tiga tahun.
Bi Iyem tidur dengan pulas di samping tempat tidur. Pasti wanita itu sangat capek merawat anakku. Bahkan pengabdiannya kepadaku sungguh luar biasa. Ketika aku terpuruk ditinggal Zoel sendirian dengan tiga anak.
Perlahan kututup pintu kamar Arsya. Aku tidak ingin mengganggu Bi Iyem. Aku melihat jam dinding di ruang tamu. Tepat pukul 12 malam. Perasaanku s
"Mom!" panggil seorang wanita sambil menepuk pundakku.Aku terkejut ketika wajah renta dengan berbalut mukena sudah berada di depan mataku. Tangis dan isak masih belum hilang. Kukerjapkan mata sebentar untuk menguasai diri."Bi Iyem?" panggilku menyadari siapa yang telah membangunkan dari mimpi buruk."Ada apa, Mom?""Ketika mau ke dapur mengambil air minum, Bibi dengar Mom berteriak dan menangis kencang. Makanya Bibi beranikan diri untuk masuk kamar takut terjadi apa-apa, Mom," ujar Bi Iyem jongkok di samping ranjang."Ini minum air putih, Mom." Bi Iyem menyodorkan segelas air putih kepadakuAku bangkit mempe
Mobil Mercedes warna hitam berhenti di depan gerbang rumah kontrakan Pram. Seorang pria memakai setelan jas dengan sisiran rambut yang rapi. Nampak tergesa menghampiri diriku yang duduk lemas di lantai.Aku menatapnya tanpa berkedip. Yah. Laki-laki itu memang macho dan berwibawa. Usianya hampir sama denganku. Bahkan sering dipanggil 'Duren' alias duda keren. Dia berjalan dengan langkah panjang."Jeng?* " Hans menatapku iba.Dia menolongku bangun dari tempat dudukku. Aku hanya menurut ketika Hans memegang tanganku. Lalu dengan cepat dia melepaskannya."Ada apa, Sarah?" tanya Hans dengan tatapan elangnya langsung menukik ke hati."Hari ini kita ada meeting, kan? Bawa aku ke kantor sekarang," pintaku.&nb
Aku membuka pintu ruangan rapat. Semua undangan telah hadir. Hans sudah duduk di ujung meja. Sementara Sony dan tiga orang relasi telah menungguku."Selamat siang," sapaku sambil tersenyum ramah menyambut semua yang menghadiri rapat hari ini.Hans menatapku tanpa berkedip. Entah apa yang dipikirkan Hans. Aku hanya meminjam kosmetik Reni untuk memoles wajahku yang sedikit kuyu. Pandangannya bagai elang yang siap menerkam mangsa.Aku duduk di sebelah Hans. Menyenggol lengan pria yang menjadi partner bisnisku itu."Mas Hans!"panggilku lirih.Hans nampak terkejut dan kelihatan gugup menyadari sikapnya yang konyol. Dia pura-pura membetulkan kancing jasnya."Selamat sian
"Mom!" panggil Bi Iyem lirih dengan memegang tanganku.Dengan berat aku membuka mata. Kepalaku terasa pusing dan mata berkunang. Tenggorokanku juga kering. Mendadak badanku menggigil."Mom badannya panas," kata Bi Iyem dengan suara cemas memegang keningku. Ternyata aku masih tidur di sofa dengan selimut tebal yang menutupi seluruh tubuhku.Mungkin semalam aku ketiduran di sofa. Bi Iyem tidak berani membangunkanku. Seluruh badanku terasa sakit."Bi!"panggilku dengan suara serak."Aku pengen minum air putih,"pintaku.Mataku masih susah untuk kubuka. Kutarik selimut tebal yang menutupi seluruh tubuh.&
"Ada kabar dari Tante Rere,Ka?" tanyaku tidak sabar.Aska beringsut dari ranjangku lalu duduk di sofa. Entahlah apa yang mereka bicarakan. Saat ini hatiku campur aduk. Antara senang dan sedih. Semoga tidak terjadi sesuatu yang membahayakan."Ka!" panggilku lagi sambil menatapnya.Aska nampak serius ketika menerima panggilan telpon dari Rere. Terkadang tangannya menggaruk rambut yang ikal.Aku berusaha untuk duduk memperbaiki posisi badanku. Serasa ngilu dan sakit."Mong!" panggil Aska."Nanti sore kita bisa lihat keadaan Daddy. Tapi dengan syarat Memong makan yang banyak. Terus bilang dengan dokter," ujar Aska.
Taksi yang membawaku sudah sampai di depan rumah Sarah. Setelah hampir seminggu dirawat di rumah sakit akhirnya aku diperbolehkan pulang. Walaupun masih sedikit lemas.Sarah dengan setia mendampingiku. Bahkan ketika dia sendiri sedang sakit. Betapa besar perhatiannya untukku. Selama dirawat di rumah sakit aku tidak menghubungi ibu dan Nita di kampung. Aku tidak ingin mereka akan menjadi panik. Perihal tunanganku dengan Sarah juga masih aku rahasiakan. Rencana terbesar adalah menjemput ibu dan Nita untuk datang ke Jakarta di hari pernikahanku.Mendadak rencana besar itu harus tertunda karena peristiwa penculikan yang kualami. Bahkan ponsel dan sepeda motor kepunyaanku hilang.Sarah sudah melaporkan kejadian ini ke kantor polisi. Semoga orang yang menjadi dalang
Aku sudah sembuh dari sakit. Perlahan segera mulai pekerjaanku dengan memimpin restoran kecil yang diamanahkan Sarah kepadaku.Sampai saat ini, dalang penculikanku juga belum ditemukan. Polisi masih menemukan jalan buntu untuk mengusut tuntas masalah ini. Memang sepeda motorku sudah ditemukan tergeletak di sebuah kebun. Nampaknya mereka membuang barang itu untuk menghilangkan jejak.Melihat kerapihan yang dilakukan sepertinya dalang penculikanku seorang professional. Aku sudah tidak pernah memikirkan peristiwa itu.Aku hanya fokus menjalani pekerjaanku sebagai Chef. Serta hari pernikahanku dengan Sarah yang semakin dekat. Aku ingin seperti orang lain yang menikah secara resmi. Walaupun seorang laki-laki,
Bab 83 Suasana di Caffe BaruPagi ini, restoran sudah ramai. Banyak para anak muda yang mencari sarapan di sini. Letak caffe yang sangat strategis memudahkan mereka untuk menjangkaunya.Aku tersenyum penuh kebahagiaan. Menu yang kuciptakan ternyata banyak diminati oleh para pelanggan. Hanya menu sederhana dan sangat simple. Pancake dan mini hamburger. Harganya yang murah dan rasanya yang enak membuat mereka selalu mencarinya. Satu lagi menu spesial yang selalu dinanti para pelanggan yaitu spagetti dengan rasa cinta.Aku melangkah menuju ruanganku. Menghirup nafas dengan pelan. Menikmati sensasi harum ruangan yang kuciptakan sesuai dengan harum ruangan Sarah.Mataku mengedari setiap sudut dalam ruangan itu. Ada rak buku sebagai tempat untuk menaruh buku-buku mas