Bab 42
Sebelum mengatakan sesuatu Sarah menatapku polos. Ada binar di matanya. Aku tidak pernah mengerti arti tatapan matanya. Hanya yang kulihat mata itu penuh cinta.
Segera kupalingkan wajah ke arah lain. Ternyata tiga pasang mata juga memperhatikan segala tingkah dan gestur tubuhku.
"Yuk, makan dulu!" ucap Sarap kemudian.
Sarah melayani anak-anak dengan kasih. Dia juga tak segan mengambil lauk untukku. Sudah seperti keluarga yang komplet. Mampukah aku menjadi bagian dalam keluarga Sarah?
Sambil makan, sesekali kami bercerita tentang segala hal. Melihat kelucuan Atta aku sempat tertawa. Alangkah bahagianya andaikan semua ini cepat terwujud tanpa ditutupi.
"Perkedelnya enak,Pram," kata Sarah de
Bab 43 Keinginan AskaMinggu pagi yang cerah, aku membuka mata dengan berat. Kuraba Sarah yang semalam tidur di sampingku. Dia telah pergi.Semalam telah terjadi pergulatan hebat yang membuat diriku semakin tergila-gila. Sarah memang berpengalaman dalam urusan ranjang. Dia mencoba mengajari permainan baru.Hmmm. Aku tersenyum puas. Kerinduan yang lama terpendam sudah pecah telur semalam. Permainannya semakin beringas. Wanita itu memberikan madu yang sangat manis.Aku segera bangkit untuk membersihkan diri. Hari ini aku ada janji dengan Aska untuk menemaninya main footsal.Ketika keluar kamar, Aska sudah menunggu di ruang tamu. Remaja itu sudah berpakaian olah raga. Wajahnya bersinar nampak bahagia.
Aska menatapku sejenak. Kami bersiap untuk pulang karena sudah siang.Kulirik sebentar ponselku. Siapa sih yang berusaha menelpon?"Mas, kita pulang yuk!" ajak Aska."Baiklah." jawabku.Kami melangkah menuju tepi lapangan. Kurangkul pundak Aska seperti teman sendiri. Kami memberesi tas dan perlengkapan."Teman-teman aku cabut dulu, ya?" teriak Aska pada temannya.Hanya lambaian tangan dari mereka ketika Aska pamitan pulang. Mereka tampak asyik bermain bola.Sebelum pulang kusempatkan mengirim pesan kepada Sarah.[Sayang, aku udah selesai. Aska ngajak pulang. Kamu di mana?] pesan kukirim.Belum ada jawaban
Bab 45.Di dalam mobil aku hanya diam. Mataku fokus ke arah jalan raya. Sore itu sangat ramai. Apalagi ketika melewati kawasan Blok M. Lalu lintas padat merayap. Hanya bunyi klakson yang berbunyi. Banyak sekali mengemudi yang tidak sabar untuk saling mendahului.Kulirik Sarah sebentar. Dia menyenderkan kepalanya di jok dengan rileks. Matanya terpejam dan bibirnya menyungging senyuman. Aku sengaja menyetel lagu romantis untuk menemani perjalanan kita.Malam mulai merayap. Suasana malam itu sangat ramai. Pikiranku mengembara tidak tahu arah. Duuh … isi dompetku kosong. Gengsi sekali ketika Sarah mengajak kencan harus selalu menggunakan uangnya."Sayang," panggilku lirih." Kita ke mana?" tanyaku pelan.
Bab 46Kehadiran sosok pria itu sontak membuat Sarah sedikit grogi. Apalagi dengan posisi yang sangat dekat denganku. Dia menyambut pria itu dengan agak sedikit gugup."Eh, Mas Hans!" seru Sarah dengan nada agak gugup.Sarah menghampiri pria itu dan menyalaminya. Sosok yang dipanggil Hans tersenyum sangat manis. Aku hanya berdiri terpaku sekian detik. Tidak tahu apa yang akan kulakukan. Baru kemudian bisa menguasai diri.Mencoba tersenyum dalam situasi yang tidak terduga dengan pria itu. Nampak sosok borjuis itu terkesan dingin dan hanya melirikku.Sikapnya tidak bersahabat dan kurang begitu ramah. Apakah aku nampak seperti gembel? Senyumku terbang percuma. Rasanya sampai menusuk dalam jantung.
Bab 47Sebuah notifikasi di ponsel membuat diriku tidak percaya. Ada pemberitahuan transfer sejumlah uang di rekeningku.[Sayang, Ibu dan Nita sangat membutuhkan uang. Kirimkan yang ini sekarang.] sebuah pesan dari Sarah yang terkirim di ponselku.Jiwa egois dan harga diri seorang laki-laki menggelegak dan mendidih. Dia selalu menyogok dengan uang dan fasilitas. Sarah mencoba menyenangkanku dengan mengatur semua kehidupanku.Dia pikir aku akan menikmati semua ini. Mungkin aku yang masih terlalu muda tidak mengerti dan paham dengan jalan pikiran Sarah.Braaak…Puncak dari segala keresahan dan kegundahan. Merasa tidak dianggap dan selalu menutupi kenyataan. Aku terlahir sebagai laki-l
Bab 48 "Hallo, Mas Pram. Kapan mau pulang. Ibu sedang sakit ini. Gak bisa jualan," kata seseorang ketika kuangkat ponsel.Ternyata Nita--adik perempuanku--yang mengabari."Sebentar, Nit. Mas masih ada pekerjaan yang gak bisa ditinggal," jawabku dengan sedih.Memang sejak menikah dengan Sarah jarang sekali menghubungi keluarga di kampung. Kesibukan kerja dan masalah Sarah kadang tidak sempat menelpon ibu. Padahal dulu hampir setiap hari wajah ibu selalu hadir di tampilan ponsel tipis ini." Siapa, Sayang?" tanya Sarah mengernyitkan dahi." Nita," jawabku singkat sambil berbisik."Ibu pengen Mas Pram pulang dulu. Lagian lama gak nengok rumah," ujar Nita dengan badan sedih.
Sarah sudah berdiri di depan pintu ruangan cleaning service. Aku segera berdiri dan menghampiri. Nampak Reni dan Bagas agak gugup melihat kehadiran bosnya di ruangan. Sarah tersenyum pada Reni yang salah tingkah.Aku berdiri dan menghampiri Sarah yang menatapku. Sepertinya dia telah menolong dari sindiran pedas Reni."Siap, Bos!" seruku penuh semangat."Tolong siapkan mobil. Aku ada meeting dengan Pak Hans!" perintah Sarah."Duluan, Bro," pamitku pada Bagas. "Siip," jawab Bagas dengan melambaikan tangan.Sementara Reni masih terpaku melihatku. Gadis itu seperti melihat hantu yang menakutkan."Selamat tinggal cantik! Jaga m
Sarah dan ketiga putranya mengantarku ke Bandara Sukarno Hatta. Sebenarnya aku ingin naik bis saja menuju kampung halamanku kota Semarang. Tetapi Sarah memaksa untuk membelikan tiket pesawat agar perjalananku cepat tiba di kampung halaman.Sudah pukul setengah empat sore, jadwal penerbangan menuju Kota Semarang masih setengah jam lagi. Kami masih duduk di sebuah gerai cepat saji di Bandara Sukarno Hatta. Ketiga putra Sarah masih menempel seperti perangko. Apalagi Arsya dan Atta yang seolah berat melepas kepulanganku. Aska terlihat seperti pria dewasa kali ini.Penampilanku masih terlihat cuek dengan hanya memakai celana pendek warna coklat dan kaos warna hitam. Dengan sepatu merek brand ternama yang baru diberikan Sarah.Penampilan Aska juga tidak kalah cuek denganku. Dia hanya
Liburanku di desa sudah selesai. Kini kami sudah berada di Jakarta kembali. Sarah sudah sibuk dengan kegiatannya di restoran. Perombakan besar-besaran dilakukan Sarah. Dia mulai membenahi keuangan restauran yang sempat berantakan. Juga pengambilan modal Hans yang sangat besar.Aku juga mulai sibuk dengan caffeku yang semakin lama tambah ramai. Malah pertemuanku dengan Sarah hanya waktu jam makan siang dan pulang bareng.Setelah selesai dengan urusanku di Caffe aku selalu setia untuk menjemputnya. Terkadang Santi sesekali mengirimkan sebuah pesan. Semua itu juga aku memberitahu Sarah. Kejujuran dan kepercayaan adalah penting bagiku.Aska mulai sibuk dengan Boarding Schoolnya. Saat ini Aska memilih sekolah terpadu dengan pesantren yang ada
Sore ini semua rombongan akan pergi ke kota Semarang. Kami ingin menikmati indahnya ibu kota Jawa Tengah. Malamnya kami semua akan menginap di sebuah villa yang sudah disewa Sarah.Ibu menolak untuk ikut bersama kami. Nita sangat bahagia ketika ikut dengan rombongan. Walaupun Sarah memaksa, ibu menolak dengan cara halus. Hanya Bi Iyem yang nanti bertugas menjaga Atta dan Arsya. Akhirnya kami berangkat pergi keliling Kota Semarang. Mobil Caravel warna biru itu meninggalkan rumah ibu menuju Simpang Lima Kota Semarang. Selama perjalanan terdengar semua anak bersandau gurau. Aska nampak sibuk masih memainkan ponselnya di samping Nita. Mereka bercanda berdua. Sementara Atta dan Arsya sibuk dengan ponsel memainkan game. Sarah juga sibuk dengan ponselnya sendiri.Kulirik Sarah yang wajahnya makin cantik setelah
Bab 103Hari ini masih pagi, kumandang azan di musala dekat rumah terdengar sangat merdu. Suara Pak Ahmad sangat menggetarkan jiwa.Aku memindahkan Atta dan Arsya ke dalam kamarku. Sementara Aska sudah bangun. Ibu dan Bi Iyem sudah rapi dengan mukenanya bersiap untuk ke musola.Sarah sudah sibuk di dapur memasak air panas untuk membuat teh. Aku memeluknya dari belakang."Good morning, Cinta!" sapaku sambil mencium lehernya yang terbuka. "Good morning, Sayang," balasnya dengan membalikkan badan menghadapku."Duh menantu ibu, rajin amat, ya!" sindirku masih memeluknya."Sana gih, ke musala dulu. Soalnya tegangan
Bulan madu ke luar negeri yang sebelumnya kami rencanakan akhirnya dibatalkan. Sarah hanya ingin tahu kampung halamanku sekalian berinteraksi dengan keluargaku.Sarah akan mengajak semua anak-anaknya juga Bi Iyem. Sejenak melupakan kejadian yang telah menimpaku dan Sarah. Ibu sangat gembira ketika mendengar mereka akan ikut pulang kampung untuk liburan.Sementara semua urusan bisnis yang ada di Jakarta sudah diserahkan kepada semua pegawainya. Aku juga sudah menunjuk pegawai kepercayaanku untuk memegang kendali atas kelancaran cafe.Tidak lupa aku nanti akan memantau dari jauh perkembangan cafe dan restoran Sarah.Hari yang ditentukan semua rombongan bertolak ke Semarang. Kali ini aku kembali y
Bab 101Bang Zoel berjalan tertatih menuju ke arah kami.Tangan kanan menjulur ke arahku."Pram, selamat atas pernikahan kalian! Aku nitip anak-anak kepadamu. Aku tidak akan mengganggu kalian lagi. Sekalian aku pamit mau ke Bali siang ini. Bisnis istriku akan segera dimulai," ujar Bang Zoel dengan tulus.Aku menjabat tangan Bang Zoel dan memeluknya."Iya, Bang Zoel. Semoga tetap menjadi saudara. Hati-hati dan semoga sukses," ucapku.Gantian Bang Zoel menatap Sarah yang masih menunduk. Entah mengapa Sarah tidak mau menatap pria yang telah memberikan tiga anak ini. Mungkin luka yang terlalu dalam Bang Zoel torehkan sehingga Sarah begitu muak meli
Sebelum balik ke kampung, Ibu dan Nita ingin menghabiskan waktu keliling Jakarta. Ibu ingin melihat banyak tempat di Kota Metroplitan ini. Seperti Monas, Taman Mini dan yang menjadi impian ibu adalah bisa salat di Masjid Istiqlal Jakarta.Hari Minggu ini kami sekeluarga akan jalan-jalan ke Taman Mini dan Masjid Istiqlal. Kebetulan bersamaan anak-anak juga libur sekolah. Sehingga bisa membawa mereka keliling Taman Mini.Segala persiapan sudah ada di dalam mobil. Dari makanan ringan hingga minuman lengkap. Bi Iyem juga memasak beberapa makanan untuk Arsya dan Atta.Ibu dan Nita sudah siap menunggu di teras rumah. Mereka nampaknya sudah bangun pagi sekali. Membantu Bi Iyem mempersiapkan bekal.&nb
Bab 99Sarah segera mengambil ponselnya. Dia nampak menyembunyikan sesuatu dariku. Namun aku tidak berani menanyakan pada Sarah. Apalagi ada ibu dan Nita. Takut merusak suasana gembira yang ada."Ibu, Sarah dan Pram pamit dulu. Ada urusan penting di restoran," ujar Sarah sambil memberi kode kepadaku."Iya, Nak," sahut ibu setelah sarapan selesai."Bi, nitip anak-anak, ya," pinta Sarah.Bi Iyem hanya mengangguk ketika Sarah menyampaikan pesan kepadanya.Ketika sampai di kamar, Sarah memberikan aku baju ganti. Celana panjang dan kaos dengan kerah."Ada apa sih, Yang?" tanyaku tidak men
Malam ini aku sangat bahagia. Akhirnya aku bisa tidur di kamar Sarah tanpa harus sembunyi-sembunyi. Kamar Sarah sudah dihias dengan bunga dan sprei kesukaan Sarah.Ibu dan Nita tidur di kamar tamu. Sementara anak-anak tidur di kamar masing-masing.Hari ini tidak terlalu capai karena hanya sedikit tamu yang diundang. Seharian hanya ngobrol dengan Rere dan Paman. Kami juga menyempatkan untuk berbincang dengan karyawan yang lain.Acara sudah selesai sore tadi. Aku juga sudah berganti pakaian dengan baju koko dan sarung. Sementara Sarah sudah menukar bajunya dengan gamis biasa.Setelah acara makan malam bersama dilanjutkan dengan salat jamaah. Semua anggota keluar
Bab 97Hari Yang Ditunggu.Hari yang ditunggu telah tiba, Sarah tidak mau acara pernikahan secara besar-besaran. Semua mendadak merubah tidak sesuai jadwal. Entah apa penyebabnya. Sarah hanya mau ijab kabul di rumahnya.Hari itu, aku sudah dandan dengan memakai jas hitam celana hitam serta peci. Sementara ibu memakai baju kebaya dengan kain serta kerudung. Wajah tuanya tersenyum melihatku. Nita, adiku memakai setelan baju gamis warna merah muda. Dia sangat cantik sekali.Dari keluarga Sarah yang hadir adalah adik Sarah, Rere dengan suaminya serta anak-anaknya. Ada juga paman yang akan menjadi wali saksi pernikahanku dengan Sarah.Dari karyawan restoran, Sarah mengundang Bagas dan Reni. Aku juga mengundang karyawanku yang ada di Caffe Aska.&