Lylia POV
Kubuka mataku dengan jantung yang berdegup tidak beraturan. Sepertinya aku tertidur lelap sekali. Tunggu. Ini bukan kamarku.
"Hah?!" Pekikku seraya terduduk.
Aku sangat sadar ini kamar si monster pemilik rumah. Ku dapati bayangannya sedang terduduk di sofa sambil menggenggam sebatang rokok. Ia nampak memijat tulang hidungnya dengan ekspresi yang sedang kesal.
'Mati aku!' Tangisku dalam hati.
"Ma-maafkan aku, Tuan." Ucapku segera mengeluarkan kakiku dari selimut.
Tunggu, mana sepatuku? Dan kenapa kancing kerahku terbuka? Apa monster ini membiarkan ku tertidur? Ku dapati sepatuku di bawah kaki kasur. Sang monster tidak mengeluarkan sepatah katapun dari tadi. Ku perbaiki kerah bajuku setelah memakai sepatuku dan berjalan mendekati trolley makanan yang ada di dekatnya.
"Kemari." Nada baritonnya menghentikan langkahku.
Kuturuti perintahnya untuk duduk sesuai dengan ar
Nicholas POV Gadis bergaun putih dengan sepatu berwarna khaki itu tersenyum menyeka poninya ke belakang telinga lalu berpose manis di depanku. Aku tidak berkedip, hanya berpakaian bahkan berdandan sederhana seperti ini saja membuatnya terlihat seperti gadis dewasa pada umumnya. 'kapan dia jadi secantik ini?' Batinku. "Makasih, Kak. Aku suka. Yang ini saja ya." Ucapnya tersenyum. Aku ikut tersenyum lalu berjalan mengarah ke pramuniaga di belakangnya. "Cariin gue pakaian yang lebih modis lagi. Lebih cantik, lengkap dengan aksesoris sepatu dan tasnya. Jangan lupa harus serasi!" Titahku berbisik. Pramuniaga itu menunduk paham lalu meninggalkan kami berdua di ruangan tersebut. "Apa yang kakak bicarakan sama mbaknya tadi?" Tanyanya masih berdiri di tempat yang sama. "Hm? Nothing." Ucapku terduduk lalu menepuk nepuk sofa di sebelahku. Lylia mengikutiku.
Lylia POVMatahari pagi mulai kembali menyapa ketika aku berjalan menuju ke kamar Nyonya rumah mewah ini, Alicia Prime. Seperti biasa ku ketuk pintu kamarnya lalu masuk begitu dipersilahkan."Bagaimana persiapan dessertmu hari ini?" Tanyanya."Sempurna, Nyonya. Semua sudah siap." Jawabku percaya diri."Awas saja kalau kau mengacaukannya." Desisnya."Baik Nyonya, makanan sudah siap. Silahkan di nikmati." Pamitku setelah selesai menyajikan sarapan di meja kamarnya.Kupercepat langkahku untuk segera keluar dari kamar singa betina ini lalu menuju kamar Nicholas."Permisi Tuan, aku membawakan sarapan." Ucapku setelah mengetuk pintu kamarnya."Masuk lah, Ly." Jawabnya.Aku melangkah masuk setelah membuka pintu kamar dan mendapatinya masih bertelanjang dada di atas kasurnya yang tampak berantakan. Dia merentangkan kedua lengannya. Aku yang bingung lalu memilih untuk mengacuhkannya dan melanjutkan peker
Dante POV"Tuan, tampaknya Nyonya Alica sedang menghukum gadis itu di gedung ketiga." Bisik Kai di telingaku."Permisi Pak, saya ingin mengurus sesuatu dulu. Terima kasih atas kunjungannya, silahkan nikmati acaranya." Ucapku pada salah satu petinggi negeri ini seraya pamit meninggalkan mereka."Cari tau kenapa wanita gila itu berani menyentuhnya!" Titahku pada Kai."Baik, Tuan" Patuh Kai.Kupercepat langkahku menuju gedung ke tiga. Begitu Kai membuka pintu kudapati Nicholas tengah melompat ke dalam kolam renang. Aku berjalan masuk mendekati kolam. Kai segera menutup pintu begitu aku masuk sepenuhnya. Alicia tampak berdiri di sekitar kolam renang menatapku dengan penuh rasa kesal. Nicholas yang muncul ke permukaan dengan Lylia yang tanpa busana di lengannya mulai berenang mendekatiku. Aku berjongkok di pinggir kolam, ku buka jasku lalu kubungkus tubuh polos Lylia begitu Nico menyerahkannya padaku. Ia pingsan dengan wajah ya
Nicholas POVAku tengah duduk di samping ranjang menatap gadis malang yang belakangan ini selalu menarik perhatianku. Wajah manisnya kini lebam dan membengkak. Warna bibirnya juga ikut memucat. Apa karena aku mengajaknya jalan sampai Mom dengan teganya melukai gadis sepololos ini dan membuat Dad marah besar. Aku bahkan tidak bisa membela Mom saat Dad menamparnya untuk pertama kali, itu karena aku tau apa yang ingin Mom lakukan dengan gunting di tangannya.'Maafin gue, Ly... Lo pasti ketakutan'Batinku mengelus tangannya yang dingin.Kai dan salah satu pengawal Dad sedang berjaga di depan pintu kamar Lylia saat ini melarang siapapun kecuali perawat dan dokter untuk masuk ke ruangan ini. Aku hanya dipersilahkan untuk sekedar melihat sekilas dan mengucapkan selamat malam pada Lylia dan segera berjalan menuju ke kamarku. Saat sedang di lorong kulihat Dad yang sudah berpakaian rapi mulai meninggalkan kamarnya."Dad, ini
Dante POV Sinar matahari pagi yang masuk membakar punggungku berhasil membangunkanku dengan rasa sakit kepala yang luar biasa. Aku berada dimansion utamaku. Sejak aku menampar istriku kemarin sudah kuputuskan untuk tidak lagi pulang ke rumah. Segala keperluan yang kubutuhkan juga ada di mansion ini. Aku memijat kepalaku yang sakit sembari terduduk, sepertinya aku mabuk sekali semalam. Sudah lama aku tidak minum sebanyak itu. Dan secara tidak sengaja aku menyentuh kulit seseorang. Sontak aku melihat sosok wanita yang sedang tertidur di sebelahku tanpa busana. Rambut panjang menutupi wajahnya dan kulit putihnya tampak seperti Lylia. 'Apa mungkin?'Batinku menyentuh bahunya. "Hm? Pagi Daddy." Sapanya terduduk mengucek mata. "Da-Daddy? Siapa kamu?!" Tanyaku kaget melihat wanita asing yang baru saja terbangun dari tempat tidurku. "Kan Daddy semalam yang minta dipanggil begitu." Ucapnya merangka
Author POV "Kai berikan laporanmu!" Ucap Dante ditengah kesibukannya berkutat dengan laporan perusahaan. Seketika Dante menghentikan kegiatannya lalu berdiri menghadap keluar jendela kantornya di salah satu gedung tertinggi pencakar langit itu. Mendengar kabar Lylia sudah tersadar sedikit membuat harinya yang terasa berat tidak berarti lagi. Ia merasa lega dan ingin segera bertemu langsung dengan gadis itu. Dante memerintahkan Kai agar memberikannya laporan jika keadaan rumah sudah tenang. Lalu melanjutkan pekerjaannya kembali. Tok. Tok. "Pak, ada tamu yang ingin bertemu dengan anda." Ucap seseorang di balik pintu. "Siapa? Aku tidak mengizinkan siapapun untuk menemuiku sekarang!" Perintah Dante. "Tapi, Pak? Beliau..." Brak! Pintu didobrak secara paksa. Tampak sesosok pria matang yang perawaka
Nicholas POV Wajah gadis ceria itu kini kembali bersinar. Tertawa lepas saat aku menceritakan lelucon pendek nan garing. Kata maaf dan terima kasih selalu terlontar dari mulut manisnya dan tepukan tangan kecilnya yang selalu bisa menenangkanku. Melihat kondisi dan obsesi Mom terhadapku membuatku semakin terbebani. Rasanya hanya pelukan Lylia yang dapat meringankan bebanku saat ini. Tapi Dad akan datang menjemputnya sebentar lagi untuk menjauhkan Lylia dari Mom yang masih sangat membencinya. "Jangan gegabah ya di sana. Dad mungkin orangnya galak dan perfeksionis. Jadi sabar saja, nanti gue bakal sering berkunjung kok." Ucapku menggenggam tangannya. "Iya, Kak. Makasih sudah selalu nemenin aku ya selama sakit. Kakak jangan sedih pokoknya tolong jaga Nyonya juga." Balasnya. "Sip." Jawabku kemudian merentangkan tangan. "Minta healing theraphy-nya lagi dong." Pintaku sambil tersenyum. "Kakak kayaknya cari pacar saja deh." Ucapnya yang kemudian memelukku. "T
Author POVLylia segera membersihkan tangannya dan berbalik ke arah Dante yang tengah memakai kemeja putih yang kancing atasnya terbuka sehingga menampilkan dada bidangnya dan berdiri memalangi pintu dapur."Pakaianmu?" Tanya Dante menatap tajam Lylia."A-anu Tuan, Tuan Harley membelikannya untukku waktu itu. Maaf kalau Tuan anggap pakaian ini tidak senonoh. Aku juga bingung harus pakai apa, Tuan." Lylia menundukkan kepalanya malu."Saya hanya takut perutmu masuk angin." SmirkDante."Sebentar." Tambahnya kemudian meninggalkan Lylia.Tak lama Dante kembali ke dapur dengan membawa kemeja putihnya yang terlihat sangatoversizedbagi Lylia."Pakailah. Setidaknya ganti kaosmu itu. Besok saya akan menyuruh orang lain unuk membelikan baju baru untukmu." Ucap Dante menyerahkan kemeja lalu meninggalkan Lylia.Gadis itu menunduk mengucapkan terima kasih lalu segera meng
Author POV Hari itu baru memasuki bulan ke delapan sebelum Lylia masuk ke rumah sakit karena air ketubannya yang mendadak keluar karena kontraksi yang Lylia pikir sebagai kontraksi palsu semata. Dan dengan perasaan panik yang luar biasa, Dante segera menyuruh seluruh dokter kandungan yang bertugas hari itu untuk segera datang ke istananya tanpa terkecuali. Rasa panik juga dirasakan oleh Nicholas yang segera memesan tiket penerbangan kembali ke tanah air demi melihat sang adik yang tampaknya akan lebih cepat hadir ke dunia. Belum lagi Ted yang ikut kebingungan mencari penerbangan untuk melihat adik kesayangannya yang akan melahirkan. "Bagaimana Dok?!" Panik Dante. "Anaknya sudah bisa dikeluarkan, Tuan. Melihat kondisi Nyonya sekarang, sepertinya mustahil untuk melahirkan di Rumah Sakit. Apa Tuan mengizinkan kami untuk melakukan persalinan di sini?" Tanya dokter senior yang paling bertanggung jawab. "Lakukan apapun yang perlu kalian lakukan, asal istri dan anakku selamat!" Titah Dant
Author POV Dengan masih terbalut pakaian yang penuh dengan bercak darah, Dante membawa Lylia kembali pulang kerumah mereka setelah melalui malam yang sangat panjang dan menyiksa batin mereka berdua. Dengan berat Lylia melangkahkan kakinya meninggalkan gudang yang penuh dengan kenangan buruk nan melegakan itu. Ia baru saja telah memberikan izin suaminya untuk membunuh seseorang yang sudah menghancurkan kehidupannya dengan bantuan tangan dingin Dante. Tapi tangan dingin itu jugalah yang berkali-kali menyelamatkan dirinya dan membuatnya sadar bahwa semua masalahnya sudah berakhir. Tidak ada lagi mimpi buruk. Tidak ada lagi yang berani mengancam keberadaannya. Meski demikian, Dante tidak berbesar hati. Dia akan tetap waspada dan selalu memberikan perlindungan yang utama pada sang istri tercinta agar hal serupa tidak akan terjadi lagi untuk yang ke dua kalinya. Sudah cukup. Namun untuk sekarang ini, semuanya sudah selesai. "Daddy..." "Ya sayang?" Tanya Dante melirik istrinya yang tengah
Author POVKini jari Dante merengsek masuk mencongkel salah satu bola mata Ronan yang terus menatapnya benci. Dan tanpa perasaan ia mulai mengobrak-abrik rongga mata itu hingga salah satu bola mata itu berhasil ia keluarkan dalam kondisi sempurna yang kemudian ia lemparkan begitu saja tepat ke hadapan Alicia.Alicia semakin menangis tak terkendali. Ia sudah tidak mempedulikan borok dan luka yang membusuk di kedua tangan dan kakinya. Victor memperlakukan Alicia persis seperti apa yang sudah ia perbuat pada Lylia dengan membuat luka yang sama pada tubuh istri majikannya. Alicia mendekatkan dirinya pada tubuh Ronan yang masih bernyawa namun sudah tidak berbentuk lagi. Kedua tangan dan kakinya sudah tidak ada di tempatnya, perut dan dada yang berlubang akibat tebasan pedang tajam Dante, bibir yang hilang dari tempatnya serta bola mata Ronan yang keluar dari tempatnya. Ronan hanya bisa bergetar sesekali akibat kejang otot yang dirasakannya. Ia masih bisa melirik Alicia yang menatapnya iba
Author POV "Kau tau... Pedang ini turun temurun digunakan untuk mengeksekusi para saingan bisnis kotor keluarga Prime yang sudah berbuat curang dan licik sepertimu. Jadi seharusnya menjadi kehormatan bagimu bisa menjadi salah satunya." "DASAR BAJINGAN KAU DANTE!!! MATILAH KAU!!" Maki Ronan yang tau akan dilakukan seperti apa oleh monster yang satu itu. "Kau tau kenapa aku punya gudang seperti ini disini? Karena ini menjadi tempat yang tepat bagiku untuk menghabisi orang-orang yang licik seperti kalian. Jauh segala sesuatu yang mewah dan pantas. Kalian hanya seonggok sampah yang membuatku kesulitan. Dan kau tau siapa yang menyukai sampah?" Tanya Dante saat sibuk memangkas tangan dan kaki Ronan satu persatu. "AAAAAKH!! BRENGSEK KAU DANTE SIALAN!! KUKUTUK KAU DAN SELURUH KELUARGAMU!!!" Jerit putus asa Ronan yang semakin membuat Dante tersenyum puas. Victor lalu datang membawa satu kandang kaca yang berisi tikus hitam yang besar dan bergerak yang bergerak sangat gesit bak sedang kela
Author POV"Kau tidak marah? Aku mencium seseorang yang kau sangat cintai dulu. Oh, tidak. Bahkan kau masih mencintainya sampai saat ini. Hanya saja rasa cintamu sudah tertutup dengan perasaan bencimu denganku." Smirk Lylia mencoba memprovokasi Alicia setelah puas mencium Dante."Seseorang yang begitu berkuasa ini ternyata sangat manis dan terlalu baik padaku. Apa kau pernah merasakan perhatian itu, Alicia? Rasa cinta dan kasih sayang Dante yang mengalir bak air hujan yang tidak pernah kering! Apa kau pernah dicintai sebegitu dalam oleh mantan suamimu yang terlalu romantis? Hm?!" Lylia mulai berjalan kembali mendekati Alicia.Dante sedikit kaget dengan segala macam ucapan provokatif Lylia. Istrinya itu mencoba menyerang dan menyiksa batin Alicia secara perlahan."Apa Dante pernah melakukan hal manis itu padamu? Tidak? Oh, kasihan... Kaulah yang harusnya dikasihani. Perempuan kasar yang kekurangan kasih sayang tapi haus akan kekuasaan dan kehormatan sepertimu malah mengais-ngais cinta
Author POV "DADDY HENTIKAN!!" Lylia berjalan meraih lengan Dante dengan mengesampingkan segala ketakutan yang menjalar di tubuhnya. "Lylia!" Panik Kai yang segera berjalan mendekat namun ditahan oleh Victor yang mengkhawatirkan keselamatan Kai. "Tahan, tunggu sebentar. Kita akan menyelamatkan Nyonya Lylia kalau Tuan mulai lepas kendali. Perhatikan terus mata itu." Bisik Victor. "Daddy kumohon..." Lylia mulai memeluk Dante dari belakang karena tidak berhasil menahan langkah penuh emosi Dante. "SINI KAU BRENGSEK! AKAN KUBAWA KAU BERTEMU KELUARGA PRIMEMU YANG TERKUTUK ITU!!" Maki Alicia tidak berhenti. Dante berhasil mendekati Alicia dengan Lylia yang masih menempel di tubuhnya. Dante meraih kerah baju Alicia, mengangkat tubuh kurus kering itu tinggi-tinggi dan mulai mengepalkan tangan kanannya seolah siap menghajar Alicia. "DANTE PRIME HENTIKAN SEKARANG JUGA!!!" Jerit Lylia. Dante tidak bergeming. "KALAU TIDAK, AKU AKAN MEMBUNUH ANAK INI!!" Tambahnya putus asa. Suara teriakan
Author POV Tubuh Lylia bergetar hebat. Tidak pernah menyangka bahwa pria yang dia anggap baik di hadapannya itu nyatanya tidak lebih buruk dari Mark ataupun Marie yang hanya menginginkan hal buruk menimpa dirinya. Lylia tidak paham lagi apa yang sudah membuat mereka semua begitu membenci dirinya. Yang ia tau, semua bermula saat kehidupannya yang baru dimulai di keluarga Prime. Jadi ini adalah resiko yang harus Lylia jalani saat Dante Prime mulai menerima keberadaannya. "Bagaimana? Apa menyenangkan menghabiskan waktu bersama dengan seseorang yang mengagumimu?" Tanya Ronan menghentikan lamunan Lylia. Lylia yang masih terkejut atas fakta-fakta menyedihkan selama ini lalu mengernyitkan dahinya kebingungan. "Oh, ayolah! Apa seenak itu tidur dengannya? Kudengar dosen itu tergila-gila padamu. Apa dia memperlakukanmu dengan sangat baik? Seharusnya sih iya. Dia terlihat lebih sopan ketimbang bajingan di belakangmu itu." Senyumnya mengejek. Lylia yang paham mulai membulatkan matanya. Ia ke
Author POVDante mengemudikan mobilnya sendiri dan membawa sang istri tercinta yang kini tengah mengandung anak 'mereka' berdua yang kini sudah masuk di tri semester kedua. Tentu saja benjolan kecil di perut Lylia itu semakin terlihat jelas karena tubuh Lylia sendiri yang tidak terlalu besar dan cenderung sedikit kecil. Namun saat ini karena hormon yang di keluarkan oleh sang ibu hamil membuatnya tampak lebih cantik dan seksi dibandingkan sebelumnya. Dan hal itu diakui tidak hanya oleh Dante sebagai sang suami, Nicholas pun yang sering membuat panggilan video pada mereka juga mengakui hal yang sama. Di matanya, Lylia yang merupakan ibu sambungnya tampak lebih menggemaskan dibandingkan biasanya. Hal itu yang membuat Dante s
⚠️Chapter ini mengandung konten Dewasa21+⚠️ ⚠️Mohon kebijaksanaannya memilih bacaan!⚠️ . . . Author POV Suara desahan nikmat Lylia sejalan dengan badannya yang bergerak naik turun sesuai tempo mulai memenuhi kamar Dante yang awalnya sangat sepi. Lylia sangat menikmati momen kebersamaan mereka yang satu ini, mempunyai janin di dalam kandungannya bukan menjadi suatu penghalang baginya untuk memuaskan hasrat sang suami. "Baby.." Khawatir Dante, meski ia sendiri juga merasakan hal yang sama. Istrinya tetap terasa sempit bagi ukuran Dante yang di luar normal itu, meski istrinya sudah ia persiapkan dengan sangat matang sebelum menghujaminya berkali-kali setiap malam. Tidak ada yang berubah. Istrinya tetap terlalu sempit untuknya. Tapi itu tidak masalah, karena Lylia juga ternyata menyukai kelebihan Dante yang satu ini. "Daddy.. Wait for me. Mmhhh..." Lylia mulai menggerakkan panggulnya kedepan dan kebelakang demi memijat lembut sang suami. "Oh! What a bad baby girl." Desah Dante y