Author POV
Di satu sisi, Ronan yang sedang sibuk dengan pekerjaannya dikejutkan dengan kehadiran Marie, anak sulungnya, di kantornya. Ronan terlihat cukup senang dan tetap menyambut anak sulungnya itu dengan kondisi tangan terbuka.
"Marie, kapan kau pulang?" Tanya Ronan mencoba bersikap ramah.
Marie hanya diam dan menjatuhkan dirinya dengan kasar di sofa tamu yang ada di ruang kerja Papanya sambil melipat kedua tangannya.
Lylia POV Samar kudengar suara bariton beberapa orang sedang berbincang di telingaku. Meski tidak dapat kutangkap dengan jelas apa yang mereka sedang bicarakan, suara berat yang terus mengganggu telingaku itu memaksa mataku untuk terbuka. Dan lagi-lagi, aku berada di tempat yang masih bisa kuingat dengan jelas ini di mana. Bagaimana tidak, ruangan ini menjadi saksi bisu pertarungan Kai dan Alicia, serta peraduanku dengan Daddy waktu itu. Kubangunkan diriku begitu kulihat para pria itu mulai melirikku. Tanpa mencurigai apapun, mataku mengarah ke arah kakiku yang kini sudah dalam keadaan terbungkus gips yang cukup besar. Aku mengangkat alis, mencoba mengingat hal yang terjadi sebeumnya. Dan ya- Daddy... "Sakit nggak?" Sentuhan lembut Nico di bahuku membuat semua lamunanku terhenti seketika. Kucoba memusatkan seluruh pandanganku kedua mataku ke arah Ted, Nico dan Paman Bob yang terus menatapku khawatir secara bergantian
Author POVBobby tidak dapat lagi menyembunyikan ekspresi terkejutnya. Sesuatu yang ia takutkan kini benar-benar terjadi. Gadis polos yang sedang baru beranjak dewasa di depannya ini menyukai pria matang yang seumuran dengannya. Dari sekian banyak pria yang lebih muda yang berada di sekitar gadis ini, kenapa harus Dante Prime? Seseorang yang berdarah dingin, kasar, egois seperti dia mampu meluluh lantahkan pertahanan gadis polos yang masih sangat muda di depannya ini.Bobby mengusap kasar wajahnya. Ia sungguh bingung harus berbuat apa lagi. Tidak mungkin baginya mengatur perasaan seseorang, terlebih ini perasaan seorang gadis yang baru mengenal cinta. Apa yang sudah Dante lakukan pada gadis ini sampai anak ini selalu memikirkannya? Apa jangan-jangan?!"Lyli.. Apa pria itu sudah mencemari tubuhmu?" Pertanyaan ambigu Bobby membuat rona merah di wajah Lylia tiba-tiba menyembul keluar.Lylia segera menutupi pipinya yang menghangat dan tentu saja, hal itu membuat emosi Bobby semakin naik ke
Author POV"Permisi!" Tegur seseorang setelah mengetuk pintu kamar Lylia.Suara pintu yang bergeser akhrinya berbunyi dan membuat ketiga orang yang berada di dalamnya kini mengalihkan pandangan mereka pada sosok yang mendadak membuat gaduh lingkungan kamar rawat inap Lylia."Permisi? Sky?" Sapa Sheena yang sedikit berbisik karena tidak ingin mengagetkan mereka bertiga."Eh? Sheena! Kok bisa?" Ekspresi Lylia mendadak menjadi lebih cerah saat melihat Sheena masuk kedalam kamarnya. Ia tidak menyangka masih bisa melihat sahabatnya di saat seperti ini. Ekspresi Lylia kini terlihat seperti sedang ingin menangis."Kak Nico telepon aku tadi, jadi aku izin langsung ke sini." Sheena berjalan pasti menuju ke arah Lylia yang merentangkan kedua tangannya karena ingin memeluknya dan Sheena dengan senang hati membalas pelukan Lylia serta mengelus punggung serta kepala gadis yang tampak sangat kacau ini. Sheena melirik Ted dan Nicholas secara bergantian dan memberikan kode agar mereka berdua segera
Dante POV Kuhabiskan malamku untuk kembali ke istanaku. Aku bergelut dengan ketiga pengawal pribadiku untuk melampiaskan amarahku di tempat gym gedung ketiga. Mereka bertiga menuruti keinganku tanpa bantahan sama sekali. Street fight kupilih menjadi olahraga yang akan menghabiskan seluruh energiku malam ini. Dan jujur saja, pertarungan kami berlangsung cukup lama. Kuizinkan mereka untuk mengeluarkan segala kemampuan mereka dalam bertarung dengan tangan kosong sampai aku melupakan segala rasa sakit di wajah dan tubuhku akibat pukulan Bobby sahabat karibku, serta sakit di hatiku akibat pilihan gadisku yang memilih pergi meninggalkanku. Kai, Eugene dan Victor dengan sekuat tenaga menyeimbangi perkelahianku secara bergantian. Tampak wajah Kai dan Victor yang sudah sangat kelelahan sedangkan Eugene dengan badannya yang setara denganku masih bisa mengimbangi permainanku. Aku tidak menyalahkan Kai atas kelalaiannya sore tadi. Vict
Author POV"Lyli, bangun sayang..."Lylia membuka paksa matanya saat seseorang baru saja memanggil dan menyentuh bahunya pelan. Tentu saja ia mendapati Kakak angkatnya, Ted tengah mematung menatapnya dengan ekspresi leganya. Lylia segera mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan yang kini diisi oleh 2 orang dokter dan masing masing perawatnya."Dokter mau ngecek dulu, ini udah hari ke-3 katanya kalau kakimu membaik, gipsnya sudah bisa dibuka." Jelas Ted pelan.Lylia yang tampak sedang mencerna segala ucapan Kakaknya di otaknya yang juga baru ikut terbangun. Ia kemudian mengangguk paham akan maksud Kakaknya dan membuka selimut yang menutupi seluruh badannya untuk membiarkan para dokter menjalankan tugasnya.Para dokter itu kemudian bekerja di depan mata Ted yang terus mengawasi mereka dengan sorot mata tajamnya. Ia tidak ingin ada kesalahan apapun yang akan menyakiti Lylia lagi di kemudian hari. Sedangkan Lylia kembali menutup matanya, melanjutkan tidurnya yang terganggu, masih sambil
Author POV "Selamat pagi, Lyli." Bisik seseorang di telinga kanan Lylia. Lylia segera membuka matanya, seolah baru sadar dirinya tengah menjalani pembukaan gips bersama para Dokter dan Kakaknya. Namun yang ia dapati malah sosok Nicholas yang tengah menatapnya sambil duduk di kursi pengunjung di sebelah kasurnya dengan senyuman yang terulas di wajahnya. Lylia tidak mendapati bayangan Ted sama sekali dan kini kakinya sudah terbebas dari beratnya gips yang membatasi pergerakannya selama ini. "Oh.. Selamat pagi Kak." Balas Lylia celingak celinguk mencari bayangan Ted. Seolah sadar apa yang sedang Lylia cari, Nicholas mengelus bahu Lylia untuk menenangkan gadis yang terlihat kebingungan itu. "Kakakmu sudah pamit berangkat kerja dari tadi pagi, Ly. Aku di sini untuk menggantikannya menjagamu. Bagaimana perasaanmu?" Tanya Nico. "Oh.. Pantas saja. Aku mengingatnya terakhir bersamaku waktu pembukaan gips. Kakak sendirian datangnya? Mana Dad-" Ucapan Lylia terhenti seketika,ia menggigit bi
Dante POVAku kembali disibukkan dengan dokumen kantorku yang bukannya berkurang, malah terkesan semakin bertambah setiap menit. Bukan berarti aku tidak mengerjakannya dengan baik, hanya saja konsentrasiku belakangan ini sedang tidak bagus. Tidurku juga tidak pernah nyenyak dan bahkan tenagaku lebih sering kuhabiskan dengan berolahraga sampai larut malam, agar dapat bisa tertidur. Jadi tentu saja setiap pagi badan dan otakku pasti kelelahan.Aku kembali menghentikan gerakan jariku saat pintu kantorku dibuka oleh sahabatku, Bobby. Aku menyandarkan tubuhku di kursi kebesaranku dan menatapnya dengan datar. Tumben sekali dia menghampiriku setelah menghilang selama 3 hari. Tentu saja dia tengah sibuk menjaga Lylia di rumah sakitku. Aku tau kondisi anak itu, tapi sebisa mungkin kucoba untuk tidak peduli. Dan itu sangat menyakitkan!"Ada apa?" Tanyaku singkat."Tanda tangani ini." Perintahnya.Dia memberikan beberapa lembar kertas yang sudah di tempeli materai ke atas meja kerjaku. Terkesan s
Author POVNicholas sedang membalut selimut di tubuh Lylia yang sedang tertidur karena obat tidur yang di berikan dokter bersamaan dengan obat pereda nyeri untuk meredakan rasa sakit yang terus mengganggunya sedari siang. Ted dan Bobby juga masih menghilang entah kemana semenjak pagi. Sibuk bekerja adalah alasan satu-satunya untuk Ted agar bisa cepat membawa Lylia pergi dari sini, sedangkan Bobby? Baru hari ini dia tidak menampakkan batang hidungnya di depan Lylia sama sekali.Drek!!!Pintu kamar Lylia sedang di buka dengan kasar oleh seseorang. Nicholas segera memalingkan wajahnya untuk melihat sosok yang berani membanting pintu kamar rawat Lylia seolah sengaja ingin mengagetkan orang di dalamnya."Marie!" Pekik Nicholas setengah berbisik.Marie hanya tersenyum singkat saat melihat Nicholas yang menegurnya, lalu melirik sinis ke arah Lylia yang sedang tertidur di kasurnya."Apa yang kau lakukan di sini?" Tanya Nico."Mengunjungimu." Jawab Marie singkat dan kembali tersenyum menatap Ni