Angel dan Nick masih setia untuk terus berdebat. Lebih tepatnya, Angel yang selalu mencari celah untuk mengundang perkara.
"Ck! Bisa dewasa dikit enggak, sih, Ngel?!" tanya Nick dengan nada suara yang sedikit meninggi."Kamu-"Angel menghentikan ucapannya, lalu kemudian menjauhkan tangannya yang tadinya menunjuk Nick. Dia memalingkan wajahnya dari Nick."Kenapa?" tanya Nick dengan sebelah alis yang terangkat.Angel menghela napas panjang, dia berusaha sekuat tenaga untuk tersenyum kepada Nick."Okey! Aku akan belajar dewasa, asalkan kamu jangan seperti ini. Aku enggak suka kalau kamu punya sikap dingin kayak gini sama aku, Nick. Aku enggak suka dan enggak mau," kata Angel lembut. Lebih tepatnya, berusaha untuk tetap bersabar untuk menghadapi Nick."Gue hanya santai, Ngel. Enggak ada yang berbeda!" kata Nick tegas."Kamu berbeda!" pekik Angel."Enggak ada yang beda! Sama aja! Jangan naikkan suara lo sama gue!!"Angel dan Evie duduk di atas sofa yang ada di dalam ruang tamu apartemen Angel. Tak lupa banyak makanan ringan yang terletak di atas meja yang tersedia di depan mereka. Tangan Angel maupun tangan Evie tak lupa untuk silih berganti mengambil cemilan yang tersedia di atas meja itu."Ngel, seketika gue kangen sama Hilde, padahal dia baru pergi beberapa jam dan belum cukup dua puluh empat jam," ujar Evie dengan sorot mata yang fokus pada televisi pintar yang ada di depannya."Kamu mah baru kangen sama dia, lah aku?! Pas Nick berhenti buat nginjak apartemen aku beberapa jam yang lalu langsung kangen aja," jelas Angel dengan nada sedihnya lalu mengerucutkan bibirnya.Evie yang tadinya fokus menonton televisi pintar langsung mengalihkan pandangannya dan menatap datar ke arah sahabatnya itu."Ck! Kenapa lo bucin banget, sih?!" tanya Evie dengan nada malasnya kepada Angel.Angel mengangkat kedua bahunya dengan acuh dan tidak menjawab pertanyaan Evie.Evie lalu k
- Apartemen Angel, 06:12 AM -Suasana di apartemen Angel tiba-tiba menjadi sangat ricuh di pagi hari itu.Suara pecahan, suara jeritan, suara tangisan, dan bahkan suara teriakan terdengar begitu kencang di dalam sana. Evie yang tengah santai menggunakan make up-nya langsung kaget dan turun dengan cepat ke ruang tamu.Kedua bola mata Evie membulat dengan begitu lebar saat melihat kalau ruang tamu itu bagaikan kapal pecah saja.Tak lupa dengan tiga orang yang tengah menatap satu sama lain sambil memasang ekspresi seriusnya.Angel yang terus menerus melempar banyak barang di atas lantai, bahkan menangis menjerit dengan begitu keras.Nick yang hanya diam mematung.Hilde yang berusaha untuk menenangkan Angel yang tengah menangis dan memberontak."Angel!" seru Evie keras sambil berlari menghampiri sahabatnya itu."Aaaaa! Kenapa kamu giniin aku?! Kenapa tiba-tiba datang kayak gini?! HA?!" tanya Angel emosi sambil men
Saat Nick menghentikan langkahnya, Angel langsung berlari dengan cepat untuk menghampiri Nick."Terima kasih karena sudah menerbangkanku, lalu menjatuhkan serta menghempaskan tubuhku dengan begitu keras dan sadis. Terima kasih, aku sangat amat berterima kasih sama kamu, Nick Brechtje yang terhormat," kata Angel datar.Nick bergeming."Nick ... Aku kira kamu yang terakhir, tetapi ternyata kamu berengsek. Tapi, semuanya hanya ekspektasi, hanya ekspektasi belaka. Ya, ekspektasi," kata Angel lagi sambil terkekeh pelan dan menghapus air matanya dengan kasar.Angel menarik napasnya dalam-dalam."Okey, kalau emang kamu mau pisah sama aku, aku terima. Aku juga udah muak sama kamu yang punya sifat yang begitu toksik," kata Angel."Dengarkan kalimatku!" kata Angel tegas, lalu memaksa Nick untuk berbalik dan menghadap dirinya.Angel menghela napas panjang, lalu kemudian menggenggam kedua tangan Nick dengan erat."Bilang sama
"Eh ... Evie ... Kok, kamu bisa ada di kamar aku?" tanya Angel serak saat baru-baru bangun dari tidurnya."Nick di mana, Vie? Lalu, kamu kenapa enggak ke sekolah? Aku juga kenapa enggak ke sekolah?" tanya Angel linglung, tetapi Evie tahu kalau itu hanya drama Angel saja agar terlihat tegar, karena dia bisa membacanya melalui kedua bola mata Angel yang berkaca-kaca ingin menangis."..."Seketika Angel terdiam dan juga Evie yang melakukan hal yang sama."Vie ... Ma ... Masa aku bermimpi kalau Nick pergi meninggalkan aku, Vie. Di ... Dia membentak aku dan aku menamparnya ..." lirih Angel."Ke ... Kenapa mimpi burukku itu seperti kejadian yang begitu nyata, Vie?" tanya Angel.Angel perlahan memegang pipinya."Dan kenapa pipiku terasa basah? Kenapa aku menangis? Hahaha!" kata Angel sambil tertawa layaknya orang gila."Aku terlalu menghayati mimpi aku, Vie. Aku harus cerita sama Nick kalau aku mimpi buruk, sampai-sampai aku nangis beneran!
Seorang pria paruh baya berjalan masuk ke apartemen dua lantai itu. Ditunggu dengan begitu setia oleh sang istri di ruang tamu apartemennya."Papa sudah pulang?" kata sang istri dengan lembut.Pria yang berstatus ayah Angel, suami Choi Anneliz itu bernama lengkap Lai Hwang. Dia duduk di depan istrinya, lalu melirik ke arahnya."Ada apa dengan Angel? Aku ada meeting penting hari ini, tapi kutunda karena tiba-tiba kamu menelepon dalam keadaan panik," kata Lain bertanya."Nick ..." jawab Choi pelan.Lay mengangkat pandangannya dengan cepat, dia menatap istrinya dengan begitu kaget beberapa detik."Anak itu? Ada apa dengannya?" tanya Lay pelan, lalu menghela napas panjang."Angel, dia baru saja siuman," jawab Choi dengan lemah."Siuman? Memangnya, apa yang terjadi?" tanya Lay."Beberapa jam yang lalu dia tidak sadarkan diri," jawab Choi sedih."Kenapa bisa seperti itu? Ada apa?" tanya Lay penasaran."Dia
High School - 07:45 AM -Angel langsung menarik tangannya dengan begitu cepat saat setelah tangan Bryan berhasil menggenggam kedua tangannya beberapa detik yang lalu. Angel terdiam mematung karena dirinya benar-benar merasa bingung sendiri, kenapa dia diam saja saat Bryan menyentuh pergelangan tangannya? Saat Bryan menggenggam kedua tangannya dengan waktu beberapa detik? Wajah Angel mulai terlihat kebingungan sendiri."Apa yang aku lakukan?!" tanya Angel pada dirinya sendiri di dalam hatinya.Bryan terdiam melihat reaksi wanita yang ada di depannya itu, reaksi wanita yang baru saja dia genggam tangannya beberapa detik. Awalnya dia heran sendiri karena kenapa Angel mengizinkan dia untuk menggenggam kedua tangannya, padahal dulu dulunya ataupun kemarin-kemarin Angel sangat anti dipegang ataupun disentuh oleh Bryan. Tapi, Bryan yang memang notabenenya sudah sedari dulu ingin terus memegang Angel lebih memilih untuk tersenyum tanpa merasa bers
- 23:24 PM -Angel memarkirkan mobil hitam yang dia pakai pada parkiran bar 2 lantai tersebut. Malam ini dia bertekad untuk bertemu dengan mantan Sugar Daddy-nya, dia ingin mendengarkan semua penjelasan yang jelas dari mulut mantan Sugar Daddy-nya itu. Dia masih tidak menerima kalau dia sudah menjadi mantan Sugar Baby pria idamannya.Angel berjalan cepat untuk turun dari mobil hitamnya saat setelah dia mengunci otomatis mobilnya. Angel yang dulunya takut untuk datang ke bar ini sendiri kini benar-benar hilang begitu saja karena dia bertekad untuk menemui sang mantan Sugar Daddy.Setelan seksi yang dia gunakan semakin menambah kecantikan dan kelucuan pada dirinya, memang tempat yang dia kunjungi ini harus berbau minim dan juga seksi. Tapi, Angel mengenakan setelan sexy itu bukan untuk menyesuaikan situasi, kondisi dan
- 03:12 AM -Sesuai yang dikatakan oleh Nick, kalau dia akan menemui Angel di atas kamarnya. Sekarang Nick tengah berjalan menaiki lantai 2 untuk menuju kamar Angel. Tangan kanannya mulai perlahan memutar kenop pintu kamar Angel. Nick mengernyitkan dahinya, pasalnya pintu kamar Angel tidak bisa untuk dibuka atau dengan kata lain pintu kamar Angel terkunci dari dalam."Ngel, buka pintunya. Gue mau bicara," pinta Nick."..." hening, tidak ada suara atau sahutan yang terdengar dari kamar Angel.Nick mengetuk pintu kamar Angel berkali-kali dan pada saat itu juga dia tidak digubris oleh Angel ataupun tidak ada sahutan dari sang pemilik kamar. Nick mendengkus dengan begitu kesal lalu dia menatap tajam ke arah pintu kamar Angel."Ngel, lo enggak keluar berarti sama aja lo minta gue dobrak pintunya!!" pekik Nick dari luar kamar Angel dengan begitu keras."..." sekali lagi tidak ada sahutan atau teriakan dari dalam kamar
Sekolah, 17:23 -"Lo tadi bilang kalau hari ini lo mau pulang bareng gue, kan?" tanya Evie sambil melirik ke arah Angel yang tengah memasukkan beberapa alat tulisnya ke dalam tas.Angel hanya menganggukkan kepalanya sambil berdeham malas sebagai jawaban."Tumben sekali kamu menawarkan aku untuk pulang bersama. Apa kamu sudah sadar kalau aku tidak sebodoh dengan apa yang kamu pikirkan?" tanya Angel dengan sinis dan menyindir sambil melirik ke arah sahabatnya.Evie hanya bisa tertawa bodoh sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal."Bukannya gue nggak tahu kalau lo ternyata tahu yang sebenarnya. Tapi, gue cuma berusaha buat lo biar lo bisa dekat dan kembali lagi sama Nick," ujar Evie tanpa rasa takutnya.Angel memutar kedua bola matanya dengan begitu malas saat mendengarkan penuturan dari sahabatnya itu."Aku tahu kalau kamu melakukan semua itu hanya untuk bonus mu yang bertambah tinggi, kan? Aku tahu kalau pria tua itu menjanjikan ka
Besoknya -Sekolah, 12:36 -"Ngel, mau ke kantin bareng gue enggak?" tanya Evie.Angel yang memasukkan semua alat tulisnya di dalam tas langsung mengalihkan pandangannya ke arah Evie."Uhm ... Aku mau kerjakan beberapa soal dulu baru mau ke kantin, Vie. Lagi pula, aku belum ada rasa lapar sedikitpun," jawab Angel lembut."Ya udah deh kalau gitu. Gue nungguin lo aja dulu buat kerja soalnya, habis itu kita ke kantin sama-sama," ujar Evie.Angel menatap ke arah Evie dengan sebelah alis yang terangkat."Tumben banget kamu asal terima saja, Vie. Biasanya kamu enggak bisa banget kalau aku tolak kamu untuk ke kantin. Ada apa ini?" tanya Angel curiga.Evie memutar kedua bola matanya dengan begitu malas saat mendengarkan pertanyaan curiga dari Angel."Jadi, di sini gue salah lagi, anjir?! Gue nolak mau lo salah. Gue terima mau lo, salah juga. Serba salah banget gue!" kesal Evie.Angel terkekeh."Habisnya aku cuma he
Sekolah, 16:26 -Bryan tengah berjalan di koridor sekolah sambil memegang tas ranselnya. Ada sedikit luka pada bagian punggungnya sehingga dia tak bisa memakai tas ranselnya dengan baik.Bryan meringis pelan saat merasakan ngilu pada punggungnya, tetapi dia berusaha meredam suara ringisannya walaupun kadang tanpa sadar dia meringis pelan.Saat dia hendak keluar dari pintu utama sekolah, dia tak sengaja bertemu dengan Angel."Sore, Angel!" sapa Bryan dengan ramahnya kepada Angel.Angel yang tengah memegang setumpuk buku paket langsung menghentikan langkah kakinya dan tersenyum ramah ke arah Bryan."Selamat sore juga, Bry," sapa Angel balik."Lo kenapa enggak balik? Sekolah udah mulai mau sepi nih," tanya Bryan.Bryan heran, biasanya Angel akan pulang lebih cepat bersama Evie kalau sudah selesai bel berbunyi."Ah ... Aku mau ke perpustakaan dulu, Bry," jawab Angel sambil mengangkat buku paket yang dia pegang.
Beberapa hari berlalu. Semua sibuk di keadaan mereka masing-masing.Angel yang sibuk di dunia sekolahnya yang satu bulan lagi akan berakhir. Evie yang sibuk sekolah di pagi hari hingga siang hari dan berakhir bekerja di malam harinya. Hilde yang sibuk bekerja sebagai bartender terpercaya Nick hampir dua puluh empat jam. Sedangkan Nick, dia sangat sibuk untuk meminta maaf kepada Angel, walau dia tahu kalau bukan dia yang bersalah di sini."Ngel ... Lo mau balik sama gue nanti pas lo pulang sekolah?" tawar Nick."Enggak usah," jawab Angel datar.Nick menghela napas panjang, Angel benar-benar berbeda dari sebelumnya. Angel sangat dingin kepadanya, padahal wanita itu dulunya sangat cerewet kepadanya. Tapi, kenapa sekarang malah berbanding terbalik?"Jadi, lo mau pulang sekolah sama siapa?" tanya Nick."Sama Evie," jawab Angel datar."Bukannya Evie-""Aku tahu kalau kamu yang meminta Evie untuk tidak pulang sekolah bersama denganku.
20:31 -Langkah kaki seseorang baru saja terdengar pada kedua daun telinga Angel.Malam ini terasa begitu sunyi bagi Angel. Ya, walaupun kadang semasa hidupnya, Choi sang mama selalu giat bekerja dan pulang dikala subuh. Tapi, memang suasana kali ini sangat berbeda bagi Angel. Apalagi, papa Angel juga bahkan tak tinggal satu atap lagi dengan dirinya. Pihak keluarga papa Angel, lebih tepatnya sepupu papa Angel memaksa agar papa Angel kembali ke rumahnya saja dibandingkan tinggal di satu atap yang sama dengan Angel.Alasan keluarga papa Angel sangat klasik.Angel anak durhaka.Angel anak yang tidak tahu diuntungkan.Yang paling sering diingat oleh Angel yang tak lain adalah hal yang menyakitkan bagi Angel, mereka menganggap kalau Angel-lah yang merupakan seorang pembunuh di sini.Uhm ... Untuk masalah Evie yang tinggal di apartemen Angel. Evie sudah tidak tinggal di apartemen Angel, karena dia sudah memiliki pekerjaan sen
07:23 AM -"Wah! Langsung masuk sekolah aja lo, Ngel?! Gue kan udah bilang, lo enggak usah masuk sekolah dulu!" seru Evie kesal.Angel tersenyum tipis."Mana bisa kalau aku enggak masuk sekolah cepat, Vie. Apa kabar sama nilai aku?" gumam Angel.Evie menghela napas panjang."Kan, guru tahu kalau lo enggak masuk sekolah karena masih berduka cita sama kepergian mama lo," kata Evie pelan.Angel menggelengkan kepalanya."Enggak, Vie. Kematian mama aku enggak boleh jadi alasan buat aku down kayak gini. Kematian mama aku bukan alasan yang bagus, Vie," jawab Angel lembut.Evie mendengkus lalu menganggukkan kepalanya karena tak bisa melawan Angel.Evie memeluk Angel dengan lembut dan berharap kalau dia bisa membuat sahabatnya itu sedikit merasa sembuh dan tenang dari permasalahannya."Yang lo bilang emang benar banget, Ngel. Jangan down cuma gara-gara masalah kayak gini. Gue tahu kalau lo anaknya baik dan enggak
Evie dan Angel tengah duduk di depan peti mati yang berisikan mama Angel yang sudah tak bernyawa.Para pelayat dengan pakaian serba hitam mereka juga duduk untuk mengirimkan doa kepada mama Angel yang sudah tak bernyawa itu.Angel terus menangis atas kepergian mamanya yang tidak diduga-duga itu, tetapi berbeda dengan Evie, dia malah bertanya-tanya di dalam hatinya."Apa Nick benar-benar setega itu sampai rela membunuh mama Angel hanya karena dia yang ingin bersatu dengan Angel tapi tak direstui."Kalau Evie pikirkan hal itu, dia merasa kalau Nick tak segila itu hanya untuk mendapatkan restu saja. Membunuh? Sungguh gila kalau memang Nick memiliki niat bejat seperti itu kepada mama Angel dari awal."Ngel, lo yang sabar, yah," kata Evie dengan lembutnya kepada Angel.Angel menggelengkan kepalanya dengan pelan sambil terus menangis dan memegang peti mati sang mama."Gimana aku enggak nangis, Vie. Mama aku meninggal dan papa
Evie membalikkan badannya sambil menatap wanita yang tidak jauh dari hadapannya."Hey! Lo lagi?" seru Evie.Wanita itu menganggukkan kepalanya dengan cepat untuk menjawab pertanyaan Evie."Duduk dulu gih," tawar Evie."Makasih," jawab si wanita mungil dengan lembut.Wanita itu duduk di kursi kosong yang ada di hadapan Evie. Kursi kosong itu biasanya diisi oleh Angel, tetapi kali ini kursi kosong itu diisi oleh wanita mungil, polos dan sama sekali tidak Evie kenali."Lo mau pesan apa? Nanti biar gue yang pesanin," kata Evie menawarkan.Wanita itu terkekeh kecil."Buat apa mesenin aku, sih? Kan, aku punya kaki sendiri. Emangnya, apa guna kakiku?" kata si wanita mungil.Evie tertawa pelan."Lo gemesin banget deh!" puji Evie.Wanita itu terkekeh."Ah iya. Aku ke sana buat pesan makan dulu, yah!" seru wanita mungil itu."Uhm ... Iya," gumam Evie.Wanita mungil itu berdiri, lalu menuju salah
Brak!Hilde menutup telinganya dengan kedua tangan berototnya usai mendengarkan vas bunga itu berakhir pecah di belakangnya.Prang!Sekali lagi retakan itu kembali menggema di kedua telinga Hilde, membuat pria itu menggeram rendah sambil menghembuskan napas dengan kasar."Sialan ..." umpat Hilde pelan karena kakacauan itu.Hilde mengarahkan pandangannya untuk menatap seluruh kekacauan yang ada di dalam apartemen mewahnya.Televisi yang sudah pecah layarnya.Vas bunga yang sudah hancur tak bisa diperbaiki.Piring kaca yang pecah tak terbentuk berserakan kesana kemari di atas lantai.Bahkan, meja kaca di ruang tamu patah menjadi dua bagian.Oh sial! Berapa kerugian Hilde saat ini di dalam apartemennya?"Apart gue hancur macam kapal pecah ..." lirih Hilde sambil mengusap wajahnya dengan kasar.Hilde melirik ke arah si pelaku yang tengah mengatur deru napasnya. Sang pelaku bersikap santai dan tenang