“Bagaimana kondisi Nona Ayana?” tanya Andre saat menemui Deon. Andre kini berani memanggil Ayana dengan sebutan ‘Nona’ setelah Jonathan mengungkap status Ayana. Deon sendiri menemui di depan apartemen. Dia tidak berani mengajak Andre masuk sebab takut Ayana melihat kemudian kembali tak bisa tenang. “Ayana baik, sekarang di kamar sedang tidur,” jawab Deon. Andre mengangguk-angguk, hingga kemudian memberikan paper bag yang dibawanya. “Tuan meminta saya memberikan ini,” kata Andre. “Terima kasih,” balas Deon menerima paper bag itu. “Oh ya, Tuan memintaku menyampaikan ke Anda, kami akan menyelidiki kemungkinan wartawan yang sudah menyebar berita skandal itu. Kami sudah mencurigai satu wartawan dan kini sedang dipantau,” ujar Andre memberikan informasi itu. Deon pun mengangguk paham. Sama halnya dengan Jonathan, Deon pun yakin jika berita yang tersebar bukanlah sebuah kebetulan. Pasti ada yang sengaja mengawasi, kemudian menyebar berita itu. “Terima kasih,” ucap Deon lagi, “katakan
“Lihat! Apa sebenarnya yang diinginkannya dengan membeberkan statusnya sebagai ayah kandung Ayana!”Firman pulang dengan amarah yang membuncah. Dia langsung mengamuk Suci yang sedang melihat siaran berita tentang klarifikasi Jonathan dan Ayana.Suci pun sama terkejutnya, tidak menyangka jika Jonathan akan membeberkan status hubungan dengan Ayana melalui media secara langsung seperti ini.“Dia sudah memberontak, sekarang akan semakin memberontak dan besar kepala karena tahu jika dia bukan anakku!” Firman meledakkan amarahnya di rumah, apalagi Suci tidak membalas ucapannya.“Jika kamu memperlakukannya baik, dia tidak akan memberontak. Bahkan saat ada pria yang mengaku sebagai ayahnya, mungkin dia pun tidak akan percaya,” ujar Suci sambil menatap Ayana yang terlihat pucat dan syok saat melihat hasil tes DNA.Firman tidak percaya Suci mengatakan itu. Dia sampai menarik tangan Suci, agar wanita itu menghadap ke arahnya.“Sejak dulu, aku sudah tahu dia akan menusukku dari belakang! Seharusn
Ayana diam di kamar setelah makan. Dia duduk sambil memandang dinding kaca yang menjadi pembatas dunia luar dengan kamarnya.“Ay.” Deon masuk dan melihat Ayana sedang melamun.Deon senang melihat Ayana tetap mau makan meski tertekan, tapi melihat sang istri melamun membuatnya sedih. Dia mendekat, lantas duduk di tepian ranjang sambil memegang telapak tangan sang istri.“Ay.” Deon memanggil dengan suara lembut.Ayana menoleh Deon, melihat suaminya menatap cemas ke arahnya.“Ya.”“Masih belum menemukan jawaban yang kamu harapkan?” tanya Deon.“Aku masih terus merasa bimbang,” jawab Ayana sambil memasang wajah sendu.Deon meraih tangan Ayana, lantas menggenggam telapak tangan sang istri dengan erat.“Jika kamu masih bimbang untuk membuat sebuah keputusan. Kenapa kamu tidak mencoba bicara saja dulu dengannya? Lantas cari tahu, alasan Jonathan baru muncul sekarang,” ujar Deon memberi solusi.Pemuda itu sendiri sebenarnya kasihan melihat Ayana yang terus tertekan dan memikirkan masalah yang
Jonathan membuang napas kasar. Dia pun tidak bisa memaksa jika Ayana memang tidak mau menerima dirinya.“Aku tahu jika memang tidak bisa memaksa kamu menerimaku. Namun, keberadaanku di sini hanya berharap bisa ikut menjagamu, mengetahui kalau--” Apa yang ingin dikatakan Jonathan terhenti karena dipotong Ayana.“Aku ragu bukan karena tidak mengakui. Tapi aku ragu karena semua orang yang mengaku sebagai keluarga, ternyata tak pernah memperlakukanku seperti keluarga.” Ayana memotong ucapan Jonathan. Dia bicara sambil menundukkan kepala.Deon dan Jonathan pun terkejut, keduanya lantas memandang Ayana yang menundukkan kepala.Deon semakin menggenggam erat telapak tangan Ayana, untuk menguatkan sang istri.“Aku hanya kecewa, kenapa diperlakukan seperti ini. Tapi sekarang aku tahu, alasan mereka menganggapku sebagai peliharaan yang dirawat untuk kepentingan mereka, ternyata aku memang bukan anaknya, hingga dia memperlakukanku seperti ini. Tapi ….” Ayana menjeda ucapannya, rasanya bibir tak s
Azlan kembali ke apartemen untuk menemui Ayana, tapi sayangnya tidak menemukan sang kakak di sana.“Di mana dia?” Azlan panik dan cemas.“Coba hubungu,” kata Hyuna yang selalu setia menemani pria itu.Azlan pun mencoba menghubungi nomor Ayana, tapi sayangnya tidak diangkat.“Tidak dijawab.” Azlan mencemaskan kondisi Ayana.“Telepon Deon.” Hyuna masih berusaha menyemangati Azlan.Azlan langsung mendial nomor Deon, hingga akhirnya dijawab oleh pria itu.“Kalian di mana? Kenapa tidak di apartemen?” tanya Azlan begitu panggilannya dijawab Deon.Azlan diam mendengarkan, membuat Hyuna penasaran di mana Ayana dan Deon sekarang.“Di mana mereka?” tanya Hyuna.Azlan mengakhiri panggilan, kemudian menatap Hyuna.“Ayana di tempat ayah kandungnya,” jawab Azlan sedikit lemas.“Kita ke sana?” tanya Hyuna.Azlan terlihat ragu menjawab pertanyaan Hyuna.Hyuna memegang tangan Azlan, lantas berkata, “Tidak apa, bukankah kamu dipihaknya. Mau Ayana mengakui siapa yang akan jadi ayahnya, tetap saja kamu a
Rumah Firman kini digeruduk wartawan. Itu adalah imbas dari pengakuan Jonathan tentang Ayana sebagai anak kandungnya. Semua wartawan kini berbondong-bondong ingin meminta penjelasan dari pihak Firman.“Jika Anda tidak melakukan konferensi pers untuk memberikan penjelasan, saya yakin wartawan akan terus mengejar Anda,” ujar asisten Firman yang datang ke rumah karena dipanggil untuk membantu menyelesaikan masalah itu.Firman panik, tentu saja dia memikirkan plus-minus dari hasil mengungkap fakta yang ada. Andai dia menyangkal bukti yang diberikan Jonathan, maka bisa jadi akan ada serangan balik untuk menyelesaikan masalah ini.“Di mana Suci! Semua ini gara-gara dia!” geram Firman karena istrinya malah pergi.“Pak, lebih baik Anda menemui wartawan. Lantas minta mereka menunggu klarifikasi Anda secara resmi. Saya akan membuatkan catatan agar Anda bisa menjawab dengan benar setiap pertanyaan mereka,” ujar asisten Firman kembali memberi ide.Firman tidak punya cara lain untuk mengatasi masa
Ayana pergi ke kantor di hari berikutnya setelah mengambil cuti untuk menyelesaikan masalah skandal yang beredar. Urusan dengan para pemegang saham pun selesai karena mereka memercayai penjelasan Ayana.Sepanjang menuju ruang kerjanya, staff yang bertemu menyapa ramah, tapi jelas ada yang berbeda dari tatapan para staff, setelah masalah status Ayana jelas.“Ay.” Kyle langsung menghampiri Ayana yang baru saja datang.Sejak kemarin Ayana tidak menghubungi Kyle, membuat asistennya itu pun tak menganggu dirinya.“Ada apa?” tanya Ayana yang sudah menghentikan langkah dan kini memandang Kyle.Kyle malah diam menatap Ayana, membuat wanita itu bingung.Ayana memperhatikan sekitar, beberapa staffnya memandang dirinya termasuk Amel.“Ada apa?” tanya Ayana bingung.“Kamu baik-baik saja, kan?” tanya Kyle yang mencemaskan Ayana.Ayana mengulas senyum mendengar pertanyaan Kyle, hingga kemudian menjawab, “Aku tidak akan di sini jika depresi.”Ayana paham ke mana arah pembicaraan Kyle, hingga membala
“Dia sudah ditahan atas kasus pencemaran nama baik.” Jonathan menemui Ayana di kafe Deon saat siang hari.Ayana sedang membaca berita soal penangkapan Rey.“Baguslah, memang sudah seharusnya dia mendapat hukuman. Dia sudah diberi kesempatan, tapi terus melakukan perbuatan yang sama.” Ayana meletakkan ponsel di meja. Sudah tak ingin membahas tentang Rey lagi.Deon juga ada di sana, melihat sang istri yang mulai terlihat lega.“Sore ini ayahmu akan melakukan konferensi pers, kan? Kamu akan datang ke sana?” tanya Jonathan.Ayana baru ingat akan hal itu. Dia menatap Jonathan lantas menganggukkan kepala.“Aku akan datang tanpa sepengetahuannya, jika dia berani memutar balikkan fakta, aku bisa melawannya,” jawab Ayana tanpa keraguan.“Apa kamu benar-benar sekecewa itu ke Firman?” tanya Jonathan menyelidik, terlebih karena Ayana terlihat emosi saat membahas Firman.Ayana menarik napas panjang dan mengembuskan perlahan. Dia lantas memainkan sedotan yang ada di gelas jusnya.“Jika dibilang kec