“Kamu ini malu-maluin, bagaimana bisa kamu melakukan ini, hah?”Carisa sangat murka melihat berita soal Emanuel yang tidur bersama Ben.“Ini semua fitnah, ada yang menjebakku!” Emanuel sendiri frustasi dan tertekan karena berita yang beredar.“Apanya fitnah, jelas-jelas di berita itu terlihat kalau kamu dan Ben masuk kamar bersama!” Carisa tidak menerima alasan Emanuel.Foto Emanuel dan Ben diedit sedemikian rupa, hingga terlihat seperti masuk kamar bersama.“Ini semua fitnah! Aku tiba-tiba tak sadarkan diri, saat bangun sudah berada di kamar bersama Ben dengan kondisi seperti itu! Berhenti memojokkanku jika tak bisa memberiku solusi mengatasi masalah ini!” bentak Emanuel yang frustasi.Emanuel pun pergi ke kamarnya meninggalkan Carisa.Wanita itu sendiri sangat syok mendengar bentakkan Emanuel. Dia kesal karena putranya berani membentak, padahal dia bicara berdasarkan fakta yang ada.Emanuel begitu geram. Di kamar dia langsung membanting semua barang.“Sialan! Ini pasti ulah Ive dan
“Aku akan meminta asistenku membuatkan surat perjanjian. Saat surat saham itu siap, aku akan memberikan uangnya.”Damian awalnya berpura-pura terlihat berpikir dengan tawaran yang diberikan Emanuel, tentu saja hal itu agar Emanuel percaya kalau dirinya mengambil keputusan tak secara spontan dan tidak mencurigainya.Emanuel melebarkan senyum. Dia lega karena Damian mau membantunya. Emanuel sendiri sadar diri, tidak mungkin meminta tolong orang yang dikenalnya, sebab orang-orang itu pasti takkan memercayainya, sehingga dia meminta bantuan Damian yang sudah pasti percaya karena belum mengenalnya.“Aku akan menyiapkan suratnya, sore ini akan kupastikan membawanya kepadamu,” ujar Emanuel meyakinkan.“Baiklah, yang terpenting jangan sampai ada yang mengetahui soal pertemuan kita, aku tidak mau ikut digosipkan miring karena berhubungan denganmu,” balas Damian dengan nada penekanan.“Tentu saja, aku akan merahasiakan ini,” ucap Emanuel.Damian pun mengangguk-anggukan kepala mendengar ucapan E
“Aku ingin mengubah kesepakatan.”Emanuel terkejut mendengar ucapan Damian. Dia panik jika sampai Damian tidak jadi memberinya uang.“Mengubah bagaimana?” tanya Emanuel.Damian mengembuskan napas kasar, lantas memberikan berkas yang sudah disiapkan oleh Ronald.“Aku tidak yakin kamu bisa membayar utang. Jadi aku berpikir untuk membeli saham yang kamu miliki. Akan aku gandakan dari jumlah uang yang kamu butuhkan, bagaimana?” tanya Damian sambil meletakkan berkas di meja.Emanuel terkejut mendengar ucapan Damian. Dia pun berpikir dengan keras, haruskah menerima tawaran Damian.“Tidak apa jika kamu ingin berpikir dulu. Aku bisa menunggu. Sebagai seorang pebisnis, aku tidak ingin rugi jika uangku tak kembali,” ujar Damian mencoba memprovokasi.Emanuel pun diam berpikir. Dia pun mempertimbangkan soal tawaran Damian. Emanuel sendiri sebenarnya sedang cemas jika di perusahaan pun akan mendapat masalah karena berita yang beredar.“Baiklah, aku akna menjualnya!” Mau tidak mau akhirnya Emanuel
Alex dan petinggi perusahaan berada di ruang rapat. Mereka menunggu Emanuel karena ingin meminta klarifikasi atas berita yang beredar.Namun, hampir satu jam menunggu, Emanuel tak kunjung datang ke rapat itu.“Apa dia sudah diberi undangan untuk datang ke rapat ini?” tanya salah satu petinggi.“Sudah, Pak. Saya sudah menyebar undangan untuk semua petinggi, tapi kemarin di ruangan Pak Emanuel, saya hanya bertemu dengan sekretarisnya,” ujar staff yang bertugas mengatur undangan untuk rapat itu.Semua pun terlihat berpikir, tapi tidak dengan Alex yang sepertinya tahu ke mana Emanuel berada saat ini.Akhirnya petinggi perusahaan pun meminta staff memanggil sekretaris Emanuel untuk menjelaskan ke mana pria itu saat ini.Sekretaris Emanuel pun masuk ruang rapat. Di sana wanita itu pun diminta menjelaskan ke mana Emanuel.“Saya sendiri tidak tahu ke mana Pak Emanuel saat ini. Sejak kemarin saya sudah berusaha menghubungi, terakhir kali memberitahukan soal rapat ini, nomor beliau masih aktif.
“Akhirnya kalian bisa tenang. Terutama kamu Ive, sekarang kamu bisa hidup tenang tanpa takut diganggu siapa pun,” ucap Ayana ke Ive. Ive tersenyum mendengar ucapan Ayana, lantas menganggukkan kepala beberapa kali. “Tapi, ke mana dia? Jangan sampai sekarang bersembunyi, tapi tiba-tiba muncul lalu membuat onar lagi,” ujar Ayana yang ingin tetap waspada. “Aku sudah meminta orang untuk menyelidiki ke mana dia. Juga meminta mereka untuk melapor jika melihat Emanuel berada di kota ini lagi,” balas Alex. Ayana pun mengangguk-angguk mendengar balasan Alex. Meski belum tahu pasti ke mana Emanuel pergi, tapi setidaknya sekarang sudah bisa menyingkirkan pria itu. “Baguslah, yang penting tetap waspada sampai kita benar-benar tahu di mana dia dan apa yang dilakukannya,” ujar Ayana pada akhirnya. Alex dan yang lain pun mengangguk. Mereka lantas kembali menyantap hidangan yang sudah tersaji di meja. “Oh ya, bagaimana kabar Azlan? Apa dia sudah berbaikan dengan Hyuna?” tanya Alex. Tentu saja p
Azlan memang sudah pergi dari perusahaan. Dia juga tak langsung pulang karena hendak menemui Hyuna.Selama beberapa hari ini Azlan mencoba bersabar saat Hyuna membalas pesannya cukup lama, bahkan terkadang saat dirinya membalas lagi, Hyuna kembali mengabaikan.Azlan tak bisa bersabar lagi, hingga akhirnya memutuskan untuk mencari Hyuna di hotel. Dia sudah duduk diam cukup lama di mobil yang terparkir menghadap lobi hotel sehingga dia bisa melihat jika Hyuna berjalan keluar.Lama Azlan berada di sana, hingga akhirnya dia melihat sosok yang sejak tadi diharapkan muncul. Azlan pun buru-buru ingin keluar dari mobil, tapi gerakan tangannya terhenti saat melihat Hyuna berjalan bersama seorang pria sambil tertawa.“Apa ini?” Azlan tak langsung turun. Dia memilih untuk mengamati sebelum bertindak.Tak hanya bercanda sambil berjalan menuju parkiran di samping gedung, Hyuna bahkan masuk mobil itu hingga membuat Azlan benar-benar tak menyangka dengan apa yang dilihatnya.“Apa karena ini dia meno
Ayana kembali ke rumah Firman setelah ayahnya itu mengatakan jika Azlan sudah pulang. Dia sendiri tak bisa mengabaikan atau tak peduli sama sekali dengan apa yang terjadi dengan adiknya itu.“Dia langsung masuk kamar begitu pulang,” kata Firman saat Ayana baru saja masuk rumah.Ayana memandang ke lantai atas, kemudian langsung pergi ke kamar Azlan untuk melihat apa yang terjadi dengan adiknya itu.Deon hanya bisa menghela napas karena tak boleh cemburu jika Ayana lebih memperhatikan Azlan.Ayana berjalan menuju kamar Azlan, dia pun mengetuk pintu kamar karena terkunci.“Lan, ini aku. Bukalah!” perintah Ayana.Tak ada balasan dari Azlan, membuat Ayana kembali mengetuk pintu lagi.“Lan! Kalau ada masalah itu dibicarakan, bukan malah diam dan mengurung diri seperti ini!” teriak Ayana lagi karena Azlan tak juga membalas panggilannya.Masih tak ada balasan dari Azlan, membuat Ayana begitu geram.“Kalau kamu tidak membuka pintunya, aku akan meminta Pak Jaka buat bongkar pintu kamarmu!” anca
“Kamu baik-baik saja?” tanya Suci saat akan sarapan bersama Azlan.Suci sudah mendengar cerita dari Firman. Dia dan suaminya itu memang sepakat untuk tidak mencampuri apa pun keputusan anak-anak mereka selama ini yang terbaik.Azlan memandang Suci yang sudah menatapnya, dia terlihat santai meski tidak tahu bagaimana hatinya sekarang.“Aku baik-baik saja, memangnya kenapa?” tanya Azlan lantas memasukkan suapan ke mulut.Suci menoleh Firman, suaminya itu juga sudah memandang dirinya. Dia mendadak cemas karena sikap Azlan terlihat aneh untuknya.Suci ingin bertanya soal Hyuna, tapi melihat Firman yang menggelengkan kepala agar tidak ikut campur, membuat wanita itu akhirnya urung bicara.Mereka pun sarapan seperti biasa, tapi sesekali Suci menoleh Azlan karena cemas. Dia melihat putranya itu makan dengan lahap, tapi tetap saja itu tak menjadi jaminan jika Azlan dalam kondisi baik-baik saja.Di rumah Jonathan. Ayana sedang sarapan dengan yang lain, hingga ponselnya yang ada di atas meja be