“Ingatlah, Ive. Bersikap biasa seolah kamu benar-benar di sebuah pesta, jangan memperlihatkan kalau kamu dekat dengan Damian. Usahakan bicara pun seperlunya.” Alex mengingatkan agar Ive tidak lupa tujuan mereka. Malam di mana mereka akan melancarkan aksi balas dendam pun tiba. Alex memang ingin mendapatkan senjata agar bisa menendang Emanuel dari perusahaan. Ive pun menganggukkan kepala. Dia akan menuruti semua perintah Alex, serta mengingat apa saja yang tak boleh dilakukannya. Mobil mereka pun sampai di hotel tempat Damian mengadakan pesta. Damian mengundang petinggi perusahaan dengan alasan pesta itu untuk merayakan bergabungnya dia di perusahaan milik Alex. Ive merangkul lengan Alex, mereka masuk ke private room yang sudah dipesan khusus oleh Damian. Saat sampai di sana, ternyata Emanuel dan beberapa petinggi perusahaan di sana. Ive pun mulai terlihat tegang, dia takut jika sampai salah bicara atau bertindak jika panik. “Tidak apa, tetaplah tersenyum. Kamu juga bukan satu-s
[Seseorang mencampur sesuatu ke minuman Ive, benar jika ada yang akan memanfaatkan pesta ini untuk menjebak Ive.] Sesaat sebelumnya, Alex menerima pesan itu dari Damian. Dia membaca pesan yang dikirimkan sang kakak ipar, hingga kembali menerima pesan lagi. [Minuman yang dibawa Ive sudah diganti, karena pelayan yang membawanya berkata jika minuman itu dicampur obat mulas, maka mintalah Ive untuk berpura sakit perut lalu pergi ke kamar mandi. Di luar sudah ada orang kita yang berjaga.] Alex menoleh Ive, melihat istrinya itu yang sedang minum. Dia pun cemas, tapi tetap berusaha tenang sambil menunggu reaksi istrinya. “Apa minumannya ada yang aneh?” tanya Alex. “Tidak,” jawab Ive bingung mendengar pertanyaan Alex. “Seseorang mencampur minuman itu dengan sesuatu, untungnya pelayan yang membawa minuman itu sudah bekerjasama dengan kita. Sekarang aku ingin kamu berpura sakit perut lalu keluar dari ruangan ini. Kita lihat, apa benar Emanuel yang hendak menjebakmu. Tenang saja, sudah ada
Emanuel bangun saat merasakan ada sesuatu yang menindih tubuhnya. Dia berusaha menyingkirkan tapi terasa begitu berat. Hingga dia pun membuka kelopak mata sedikit dipaksakan, sampai akhirnya saat baru saja berhasil membuka mata, dia sangat syok melihat yang terjadi.“Apa ini?”Emanuel berusaha bangun tapi kepalanya terasa sangat pusing dan berat. Dia syok saat melihat tubuhnya tak berpakaian sehelai benang pun. Bahkan ada tangan yang menindihnya.“Ben!” teriak Emanuel saat menyadari siapa yang kini menindih tubuhnya, dia semakin syok karena keduanya tak berbusana.Pria bernama Ben itu terkejut bukan kepalang mendengar teriakan Emanuel, hingga terperanjat langsung turun ranjang.“Kenapa kamu telanjang dan kenapa aku juga?” Emanuel panik juga syok. Dia buru-buru bangun memakai pakaiannya lagi.Ben pun kebingungan. Dia juga buru-buru memakai pakaiannya yang berserakan di lantai.“Aku juga tidak tahu,” balas Ben membela diri.Emanuel begitu geram, bagaimana bisa mereka tidur dalam satu ra
“Kamu ini malu-maluin, bagaimana bisa kamu melakukan ini, hah?”Carisa sangat murka melihat berita soal Emanuel yang tidur bersama Ben.“Ini semua fitnah, ada yang menjebakku!” Emanuel sendiri frustasi dan tertekan karena berita yang beredar.“Apanya fitnah, jelas-jelas di berita itu terlihat kalau kamu dan Ben masuk kamar bersama!” Carisa tidak menerima alasan Emanuel.Foto Emanuel dan Ben diedit sedemikian rupa, hingga terlihat seperti masuk kamar bersama.“Ini semua fitnah! Aku tiba-tiba tak sadarkan diri, saat bangun sudah berada di kamar bersama Ben dengan kondisi seperti itu! Berhenti memojokkanku jika tak bisa memberiku solusi mengatasi masalah ini!” bentak Emanuel yang frustasi.Emanuel pun pergi ke kamarnya meninggalkan Carisa.Wanita itu sendiri sangat syok mendengar bentakkan Emanuel. Dia kesal karena putranya berani membentak, padahal dia bicara berdasarkan fakta yang ada.Emanuel begitu geram. Di kamar dia langsung membanting semua barang.“Sialan! Ini pasti ulah Ive dan
“Aku akan meminta asistenku membuatkan surat perjanjian. Saat surat saham itu siap, aku akan memberikan uangnya.”Damian awalnya berpura-pura terlihat berpikir dengan tawaran yang diberikan Emanuel, tentu saja hal itu agar Emanuel percaya kalau dirinya mengambil keputusan tak secara spontan dan tidak mencurigainya.Emanuel melebarkan senyum. Dia lega karena Damian mau membantunya. Emanuel sendiri sadar diri, tidak mungkin meminta tolong orang yang dikenalnya, sebab orang-orang itu pasti takkan memercayainya, sehingga dia meminta bantuan Damian yang sudah pasti percaya karena belum mengenalnya.“Aku akan menyiapkan suratnya, sore ini akan kupastikan membawanya kepadamu,” ujar Emanuel meyakinkan.“Baiklah, yang terpenting jangan sampai ada yang mengetahui soal pertemuan kita, aku tidak mau ikut digosipkan miring karena berhubungan denganmu,” balas Damian dengan nada penekanan.“Tentu saja, aku akan merahasiakan ini,” ucap Emanuel.Damian pun mengangguk-anggukan kepala mendengar ucapan E
“Aku ingin mengubah kesepakatan.”Emanuel terkejut mendengar ucapan Damian. Dia panik jika sampai Damian tidak jadi memberinya uang.“Mengubah bagaimana?” tanya Emanuel.Damian mengembuskan napas kasar, lantas memberikan berkas yang sudah disiapkan oleh Ronald.“Aku tidak yakin kamu bisa membayar utang. Jadi aku berpikir untuk membeli saham yang kamu miliki. Akan aku gandakan dari jumlah uang yang kamu butuhkan, bagaimana?” tanya Damian sambil meletakkan berkas di meja.Emanuel terkejut mendengar ucapan Damian. Dia pun berpikir dengan keras, haruskah menerima tawaran Damian.“Tidak apa jika kamu ingin berpikir dulu. Aku bisa menunggu. Sebagai seorang pebisnis, aku tidak ingin rugi jika uangku tak kembali,” ujar Damian mencoba memprovokasi.Emanuel pun diam berpikir. Dia pun mempertimbangkan soal tawaran Damian. Emanuel sendiri sebenarnya sedang cemas jika di perusahaan pun akan mendapat masalah karena berita yang beredar.“Baiklah, aku akna menjualnya!” Mau tidak mau akhirnya Emanuel
Alex dan petinggi perusahaan berada di ruang rapat. Mereka menunggu Emanuel karena ingin meminta klarifikasi atas berita yang beredar.Namun, hampir satu jam menunggu, Emanuel tak kunjung datang ke rapat itu.“Apa dia sudah diberi undangan untuk datang ke rapat ini?” tanya salah satu petinggi.“Sudah, Pak. Saya sudah menyebar undangan untuk semua petinggi, tapi kemarin di ruangan Pak Emanuel, saya hanya bertemu dengan sekretarisnya,” ujar staff yang bertugas mengatur undangan untuk rapat itu.Semua pun terlihat berpikir, tapi tidak dengan Alex yang sepertinya tahu ke mana Emanuel berada saat ini.Akhirnya petinggi perusahaan pun meminta staff memanggil sekretaris Emanuel untuk menjelaskan ke mana pria itu saat ini.Sekretaris Emanuel pun masuk ruang rapat. Di sana wanita itu pun diminta menjelaskan ke mana Emanuel.“Saya sendiri tidak tahu ke mana Pak Emanuel saat ini. Sejak kemarin saya sudah berusaha menghubungi, terakhir kali memberitahukan soal rapat ini, nomor beliau masih aktif.
“Akhirnya kalian bisa tenang. Terutama kamu Ive, sekarang kamu bisa hidup tenang tanpa takut diganggu siapa pun,” ucap Ayana ke Ive. Ive tersenyum mendengar ucapan Ayana, lantas menganggukkan kepala beberapa kali. “Tapi, ke mana dia? Jangan sampai sekarang bersembunyi, tapi tiba-tiba muncul lalu membuat onar lagi,” ujar Ayana yang ingin tetap waspada. “Aku sudah meminta orang untuk menyelidiki ke mana dia. Juga meminta mereka untuk melapor jika melihat Emanuel berada di kota ini lagi,” balas Alex. Ayana pun mengangguk-angguk mendengar balasan Alex. Meski belum tahu pasti ke mana Emanuel pergi, tapi setidaknya sekarang sudah bisa menyingkirkan pria itu. “Baguslah, yang penting tetap waspada sampai kita benar-benar tahu di mana dia dan apa yang dilakukannya,” ujar Ayana pada akhirnya. Alex dan yang lain pun mengangguk. Mereka lantas kembali menyantap hidangan yang sudah tersaji di meja. “Oh ya, bagaimana kabar Azlan? Apa dia sudah berbaikan dengan Hyuna?” tanya Alex. Tentu saja p