Ayana menutup pintu setelah menyampaikan keinginannya ke Kyle. Hingga saat baru saja membalikkan badan untuk masuk, Ayana dikejutkan Deon yang sudah berada di hadapannya.“De!” Ayana terkejut sampai memegangi dada.“Kalian membicarakan apa?” tanya Deon penuh curiga setelah melihat Ayana bicara cukup lama dengan Kyle di depan pintu.“Memang bicara apa? Hanya membahas pekerjaan,” jawab Ayana tanpa keraguan.Deon menyipitkan mata. Sejak Kyle terus mengganggu kebersamaannya dengan Ayana, Deon mendeklarasikan Kyle sebagai pengganggu ulung yang perlu dihindari.“Hanya pekerjaan?” tanya Deon sambil melangkah maju, membuat Ayana mundur.Bukan hanya mendesak wanita itu mundur sampai terpojok di pintu, tapi Deon juga memerangkap wanita itu menggunakan kedua tangan.“Iya, hanya pekerjaan,” jawab Ayana meyakinkan. “Kenapa kamu menggemaskan sekali kalau sedang marah dan cemburu, hm ….”Ayana gemas sampai mencubit pelan hidung Deon. Namun, sayangnya Deon tidak bereaksi membuat Ayana melepas hidung
“Kenapa mengajak makan di sini?” tanya Ayana sambil memandang ke tempat yang didatanginya bersama Deon.Ayana lantas menoleh Deon, melihat pemuda itu sedang melepas seat belt.Deon tersenyum mendengar pertanyaan Ayana, lantas menoleh dan menjawab, “Di sini makanannya enak, murah tapi tetap terjaga kebersihannya, meski tempatnya di pinggir jalan.”“Kita bisa makan di restoran, kenapa harus ke tempat seperti ini?” tanya Ayana yang tampaknya keberatan dengan tempat yang dipilih Deon.Ayana hanya tidak biasa makan di tempat terbuka berbaur bersama banyak orang seperti sekarang. Ini akan terasa sangat aneh untuknya.“Di sini menyenangkan, suasananya juga. Cobalah dulu, jika memang kamu masih merasa tidak nyaman, aku akan nurutin keinginanmu,” ucap Deon membujuk.Ayana menatap Deon yang sedang membujuknya, lantas memandang ke tenda kaki lima yang lumayan ramai dengan pembeli.Ayana mengamati penampilannya, tahu akan ke tempat seperti ini, dia tidak perlu memakai high heels. Belum lagi dia m
Deon buru-buru memarkirkan mobil saat baru saja sampai di bahu jalan. Dia dan Ayana langsung pergi dari tempat makan karena mendapat panggilan dari Mita. Deon terlihat panik dan langsung buru-buru keluar dari mobil, diikuti oleh Ayana. Mereka begitu syok melihat Mita dan Haikal di luar rumah bersama beberapa orang pria bertubuh tegap besar, di sana juga ada Satria yang hanya diam dipojokan bersama istrinya. “Ada apa ini?” Suara Deon begitu tinggi membentak orang-orang yang mengganggu keluarganya. Semua orang menatap ke arah Deon dan Ayana datang. Deon langsung menghampiri Mita, memeluk sang ibu yang menangis. Ayana pun berdiri di samping Deon, menatap dua pria berwajah bengis sok sangar di depannya itu. “Mereka ini belum bayar hutang, jadi sesuai perjanjian yang sudah ditandatangani, rumah ini bakal kami sita!” Suara keras penuh penekanan salah satu pria itu terdengar menggelegar. “Belum dibayar?” Deon begitu terkejut, begitu juga dengan Ayana. Tatapan Ayana langsung tertuju ke
“Ada apa, hm?”Deon memeluk Ayana dari belakang, juga meletakkan dagu di pundak Ayana yang berbaring memunggunginya.Ayana cukup terkejut karena Deon tiba-tiba memeluknya. Dia menggeser posisi berbaring, lantas menghadap ke Deon higga keduanya saling tatap.“Tidak ada, aku hanya ngantuk,” jawab Ayana.Mereka memang pulang setelah urusan Mita dan Haikal selesai. Bahkan Ayana secara tegas meminta Satria angkat kaki dari rumah, diberi kesempatan sampai esok untuk keluar rumah.“Maaf kalau keluargaku menyusahkanmu,” ucap Deon tak enak hati. Ayana terlalu baik, sangat berbeda dengan sikapnya yang terlihat angkuh dan sombong.“Tidak apa, bagiku uang segitu bukan apa-apa,” jawab Ayana menjelaskan.Deon menatap wajah Ayana lekat, lantas menyingkirkan anak rambut Ayana yang menutup kening.“Sejak kapan kamu tahu jika Satria mendapat uang dari papamu?” tanya Deon hati-hati. Dia ingin bertanya saat masih di rumah orang tuanya, tapi takut mood Ayana semakin buruk.“Sejak kita baru menikah. Aku ti
Deon berjalan ke arah gedung perkuliahan. Tidak ada lagi tatapan aneh dari mahasiswa yang berpapasan dengannya, mungkin ada beberapa yang masih bergunjing, tapi tidak sebanyak sebelumnya.“De.”Deon menoleh, melihat Alex yang berjalan ke arahnya. Mereka yang awalnya berseteru, kini dekat karena merasa sudah diadu domba.“Si brengsek Randy ternyata sedang diskor karena sudah menyebar berita hoaks tentangmu. Padahal aku ingin sekali menghajarnya, sebagai balasan karena dia sudah membuatku mendapat pukulan darimu,” ucap Alex yang berjalan di samping Deon. Dia menyentuh rahangnya dan mengingat bagaimana sakitnya saat terkena pukulan dari Deon akibat salah paham yang terjadi.Deon menghentikan langkah mendengar ucapan Alex, benar juga apa yang dikatakan pemuda di sampingnya itu. Meski Raymond dalang dari berita yang tersebar, tapi Randy juga ambil bagian dalam masalah itu.“Tapi, kamu benar-benar sudah menikah dengan wanita berumur?” tanya Alex masih penasaran.Berita tentang Deon seorang
Ayana pergi bersama Kyle. Mereka kini sedang dalam perjalanan ke suatu tempat yang berada di pusat kota. Meski sulit, tapi Kyle benar-benar bisa melaksanakan tugas yang diberikan Ayana sebelumnya.“Ini lokasi yang paling strategis yang bisa aku temukan. Beberapa kilo dari sini banyak gedung perkantoran, lalu beberapa meter ke arah barat adalah perumahan elite. Menurutku lokasi ini paling cocok,” ucap Kyle menjelaskan sambil menunjuk ke arah yang dimaksud.Ayana berdiri menatap bangunan bertuliskan for sale. Bangunan yang tidak terlalu besar, tapi memiliki halaman parkir luas, cocok untuk bisnis.“Desain bangunannya memang kuno, tapi kokoh. Jika kamu mau merenovasinya agar bisa sesuai dengan keinginanmu, aku akan minta Mike membuat desainnya,” ujar Kyle menjelaskan.Ayana melepas kacamata hitam yang sejak tadi menutup kedua mata indahnya. Memperhatikan dengan seksama bangunan itu, lantas mengedarkan ke sekitar sebelum kembali menatap bangunan itu.“Bangunannya cantik, renovasi saja sep
“Ibu, Ayah. Ini sertifikat rumah kalian. Kelak, jika memang butuh bantuan finansial, tolong jangan ke rentenir, tapi mintalah padaku atau Deon,” ucap Ayana sambil menyerahkan surat tanah dan bangunan milik orang tua Deon.Mita dan Haikal saling tatap, tidak menyangka jika Ayana benar-benar membayar utang mereka, bahkan sudah mendapatkan sertifikat itu.“Nak Ay, sebenarnya kami tidak bisa menerima bantuanmu seperti ini. Kami sudah banyak merepotkan, jadi kami tidak bisa menerimanya,” ucap Mita yang tidak enak hati karena Ayana benar-benar baik.“Benar, Nak. Begini saja, sertifikatnya simpan dulu. Nanti kalau ayah dan Ibu ada rezeki, kami akan menebusnya,” timpal Haikal yang merasa sungkan.Kyle ikut ke sana, hanya diam mendengarkan perbincangan Ayana dengan orang tua Deon.Ayana hanya mengulas senyum mendengar ucapan mertuanya. Dia pun meletakkan stopmap berisi sertifikat itu di meja.“Yah, Bu, sekarang aku adalah anak kalian. Memberi kalian sesuatu juga hakku. Jadi terima ini sebagai
Ayana berada di kafe Deon cukup lama, sengaja makan siang di sana sekalian melarisi kafe karena semenjak dia datang, sampai satu jam di sana pun tidak ada satu pelanggan pun yang masuk.Tidak seperti biasanya, kafe hari itu benar-benar sangat sepi. Ayana juga melihat beberapa gadis hanya lewat sambil menoleh, kemudian berbisik dan mempercepat langkah.“De, apa sebelumnya ada masalah di kafe?” tanya Ayana menyelidik.Deon ingin mengambil piring kotor yang baru saja digunakan Ayana, hingga menggelengkan kepala menjawab pertanyaan istrinya. Dia pun memilih kembali duduk bersama istrinya itu.“Tidak ada masalah apa pun. Kemarin aku tidak masuk karena pergi denganmu, tapi Gery bilang tidak ada masalah apa-apa. Bahkan kemarin pun masih ramai seperti biasa,” jawab Deon karena dia pun tidak berpikir yang tidak-tidak.Ayana kembali memandang ke luar kafe, hingga Deon menatap istrinya itu.“Sudah, kenapa kamu jadi ikut mikir? Beginilah orang jualan, kadang sepi kadang juga ramai, kamu juga tida