Halo pembaca setia Ayana dan Deon. Tak terasa hampir berada di ujung kisah mereka. Aku hanya mau menyampaikan kalau kisah mereka akan segera berakhir setelah semua masalah teratasi, dan akan ada season 2 yang mengisahkan spin off Alex, tapi tentunya tetap akan ada Ayana dan Deon. Di S2 nanti akan banyak kisah konflik Alex, terima kasih. Drop pendapat kalian di kolom komentar ya
Hari itu. Ayana sibuk menyiapkan barang yang akan dibawa, terutama perlengkapan Ansel. Dia akan pergi piknik bersama yang lain, sesuai dengan rencana bersama yang lain.“De, coba cek di dapur, apa makanan yang aku minta sudah siap,” ucap Ayana ke Deon yang baru saja selesai ganti baju.“Oke.” Deon pun pergi ke dapur untuk melakukan perintah Ayana.Ayana sudah selesai berkemas, lantas mengecek Ansel yang ada di baby box.“Sudah siap pergi, Tampan?” Ayana mengangkat Ansel dari baby box, lantas memindah ke ranjang karena ingin dipakaikan topi dan jaket.Ayana terlihat senang karena setelah sekian lama fokus bekerja dan fokus dengan masalah yang terjadi, kini Ayana bisa bersantai.Hingga saat Ayana baru saja memakaikan topi Ansel, ponsel yang ada di atas nakas berdering. Ayana meraih ponsel itu lantas menjawab tanpa melihat siapa yang menghubungi.“Halo.” Ayana mengapit ponsel dengan pundak dan pipi.“Ay.”Ayana terkejut hingga langsung melihat nama yang menghubungi. Ternyata dia tak sala
“Masih mau belanja apa lagi?” tanya Deon sambil mengemudikan mobil. Ayana dan Deon pergi mengajak Ansel. Ini adalah pertama kalinya mereka pergi bertiga untuk berbelanja. “Aku mau beli buah, bisa mampir toko buah saja?” Deon mengangguk mendengar ucapan Ayana, lantas mencari toko buah yang searah dengan mereka. Mereka akhirnya sampai di toko buah, saat baru saja akan memarkirkan mobil, Ayana dan Deon terkejut melihat siapa yang berjaga parkir. “Bukankah itu Satria?” tanya Ayana saat melihat kakak iparnya itu membantu mengarahkan mobil agar tertata rapi. Deon mengangguk kemudian memilih memarkirkan mobil dulu. Keduanya pun keluar bersama, hingga Satria sangat terkejut melihat Ayana dan Deon. “Kalian mau belanja?” tanya Satria berbasa-basi untuk menutupi keterkejutannya. “Iya, mau nyari buah,” jawab Deon, “kamu parkir di sini setiap hari?” tanya Deon. “Tidak juga, kebetulan diminta gantiin temen, biasanya kerja di pasar,” jawab Satria sambil terlihat sedikit malu. Mungkin karena
“Bagaimana tadi rapatnya?” tanya Ayana sambil memberikan secangkir kopi untuk Alex yang datang ke kantornya.“Sangat lancar, hanya tinggal mengurus surat-suratnya,” ucap Alex lantas mengambil cangkir kopi yang diberikan Ayana.“Baguslah,” balas Ayana, “tapi, apa kamu yakin bisa membangun kembali perusahaan itu. Saat kulihat berita yang beredar, selain masalah finansial yang membuat perusahaan itu bangkrut karena kebanyakan hutang, ternyata banyak karyawan yang korupsi juga, apa kamu yakin bisa kembali memajukan perusahaan itu?” tanya Ayana yang tak yakin.Alex sedang menyesap kopi saat mendengar pertanyaan Ayana, hingga kemudian melirik sang kakak yang sedang menatapnya.“Aku sudah memiliki data siapa saja petinggi atau staff yang melakukan korupsi. Tentu saja aku akan melakukan pembersihan, kemudian menempatkan pekerja terbaik yang aku percaya untuk menggantikan posisi kosong,” ujar Alex menjelaskan.Ayana cukup kagum mengetahui adiknya sudah membuat rencana matang sebelum datang.“H
“Hei, mau ke mana kamu malam-malam?” tanya Ayana saat melihat Alex berpakaian rapi.Alex baru saja menuruni anak tangga. Dia melihat sang kakak yang sedang menatapnya. Alex pun mendekati sang kakak sebelum menjawab.“Aku mau keluar. Bosan kalau di rumah terus,” jawab Alex.Ayana mengerutkan alis, hingga kemudian bertanya, “Mau ke mana? Jangan bilang ke klub.”Ayana melotot setelah menebak ke mana sang adik akan pergi.“Ayolah, Ay. Kita hidup di zaman modern, apa salahnya dengan klub. Aku tidak akan pulang dalam kondisi hamil,” ujar Alex dengan santainya.“Kamu memang tidak bisa hamil, tapi kamu bisa hamilin anak orang!” Ayana benar-benar gemas dengan adiknya itu.Alex tertawa mendengar ucapan Ayana. Dia pun gemas melihat sikap sang kakak yang perhatian.“Aku pergi dulu. Tenang saja, aku akan pulang dengan sehat dan selamat.”Alex pergi begitu saja, membuat Ayana sampai geleng-geleng kepala dibuatnya.Alex pergi mencari klub malam, sudah menjadi kebiasaan jika penat akan lari ke tempat
“Jangan mengada-ada kamu! Aku pacarnya, bahkan kami sudah berpacaran hampir lima tahun meski LDR, bagaimana bisa kamu berkata kalau tunangannya!” Eric mencoba membantah pengakuan Alex.Alex tersenyum mencibir mendengar ucapan Eric, lantas melirik Ive yang terus memegangi kepala karena pusing. Dia ingin membalas ucapan Eric, tapi tiba-tiba security klub datang.“Jangan membuat keributan di sini!” bentak security.“Aku tidak membuat keributan. Dia yang memulai karena ingin memberi obat ke minuman tunanganku.” Alex langsung bicara dengan cepat untuk membuat Eric tak berkutik.Eric sangat terkejut mendengar ucapan Alex. Dia pun mencoba membantah ucapan Alex.“Itu tidak benar! Dia ini pacarku, dia saja yang mengaku-ngaku sebagai tunangannya!” bantah Eric.“Lalu bagaimana dengan minuman yang sudah dicampur obat itu.” Alex menunjuk ke gelas yang pecah dengan cairan yang menggenangi lantai. “Apa perlu itu dijadikan bukti, lalu dites untuk membuktikan jika memang ada sesuatu di dalamnya? Lalu
Ive terus melumat bibir Alex, bahkan tak mau melepas kedua tangan yang melingkar di leher pria itu. Alex sendiri berusaha keras untuk melepas kedua tangan Ive, jangan sampai bagian bawah tubuhnya menegang jika terus mendapat perlakuan menggairahkan dari gadis itu. “Lepas!” Alex berhasil melepas pagutan bibir dan langsung melepas kasar kedua tangan Ive. Alex melihat wajah Ive yang sangat merah, gadis itu terlihat bergairah dengan napas yang memburu. “Ini tidak nyaman.” Ive terus mengeluh sambil mengusap dada. Alex kebingungan sendiri. Dia tak mungkin meninggalkan, tapi juga tak bisa meladeni gadis itu. Hingga Ive kembali bergerak agresif dengan menarik Alex sampai jatuh di atas tubuhnya dan kembali melumat bibir pria itu. Alex merasakan hangat tubuh gadis itu, bahkan ciuman Ive mampu membuatnya bergairah. “Sial! Jika aku kelewatan, kamu tidak boleh menyalahkanku!” batin Alex dalam hati. Dia membalas ciuman Ive yang begitu manis untuknya, gairahnya ikut memuncak karena tanpa Alex
“Makan dulu, jangan sampai aku dituduh menyiksa karena tidak memberimu makan.”Alex memberikan makanan yang dipesannya ke Ive.Ive menatap kesal, wajahnya murung dan sembab karena terus menangis sejak tadi.Alex menarik kursi, lantas duduk berhadapan dengan Ive untuk menyantap sarapan yang kesiangan. Dia belum melihat pesan beruntun yang dikirimkan sang kakak, sudah bisa menebak jika kakaknya itu pasti akan marah besar.“Aku masih tidak rela kamu mengambil keperawananku!” Ive kembali melayangkan protes setelah beberapa saat tak membahas karena menenangkan diri.Alex mendengkus kasar, lantas menatap Ive sambil membalas, “Kamu kira aku tidak mau protes karena kamu menggodaku, sampai aku melepas keperjakaanku!”Ive melotot mendengar ucapan Alex. Tampang pria seperti itu, dengan umur segitu, mana mungkin Alex masih perjaka.“Meragukan,” cibir Ive kesal.“Kamu juga meragukan,” balas Alex.“Apa kamu bilang? Lihat noda di sprei, masih bilang aku meragukan!” amuk Ive tak terima.Alex langsung
Ive melirik ke ponsel Alex yang terus berdering. Dia melihat nama ‘Si Cantik’ di layar ponsel pria itu.“Kamu tidak ingin menjawab panggilan dari kekasihmu?” tanya Ive menebak jika nama itu untuk kekasih Alex.Alex melirik layar ponsel, hingga sedikit cemas karena itu panggilan dari Ayana. Dia tidak ingin menjawab karena takut terkena omelan, tapi jika tidak dijawab maka akan semakin menimbulkan bencana.Alex pun akhirnya menepikan mobil dan berhenti di bahu jalan, lantas menjawab panggilan dari Ayana.Ive sendiri memilih memalingkan muka, berpura tak mendengar percakapan Alex di telepon.“Halo, Ay.” Alex menjawab panggilan dengan lembut agar sang kakak tidak marah-marah.Ive langsung terkejut mendengar Alex menyebut nama ‘Ay’ yang baginya terdengar seperti ‘Ai’, di mana dalam pemahaman Ive, ‘Ai’ di dalam bahasa jepang artinya ‘Cinta’.“Lebay sekali dia,” batin Ive yang merasa Alex tak ingat umur.“Akhirnya kamu menjawab panggilanku! Di mana kamu sekarang, hah? Apa maksudmu tak pulang