“Aku sudah pulang. Papa tidak akan ingkar janji untuk datang ke rumah orang tua Hyuna, kan?” Azlan baru saja sampai di rumah Firman, tapi langsung menuntut permintaannya agar tidak ditipu.Firman melipat koran yang sedang dibaca saat mendengar suara Azlan, hingga kemudian menatap putranya yang datang-datang langsung menagih janji.“Kita akan ke sana besok, aku sudah mengatur waktunya,” balas Firman dengan santainya.“Tapi ingat, jika setelah apa yang aku lakukan kamu malah kabur, maka aku akan membuatmu menyesal berani menentangku. Bahkan mungkin, aku akan membuat hidup Ayana menderita untuk memberimu pelajaran!” Firman memberikan ancaman ke Azlan agar tidak berani membantahnya lagi.Azlan sangat terkejut mendengar ancaman Firman. Dia benar-benar tidak menyangka jika sang papa benar-benar akan sekejam itu.“Aku sudah bilang akan menuruti semua ucapan Papa, tidak perlu mengancamku apalagi membawa nama Ayana. Dia tidak salah dan tahu apa-apa, jadi tidak usah melibatkannya!” balas Azlan
“Kenapa ponselku harus disita? Papa pikir aku anak kecil sampai memperlakukanku begini?”Azlan memprotes tindakan sang papa yang semalam mengambil ponselnya. Dia berpikir akan dikembalikan saat pagi hari, tapi ternyata ponsel itu memang diambil guna memutus secara menyeluruh hubungan antara Ayana dan Azlan.Firman minum kopi dengan tenang meski sedang diprotes putranya. Dia lantas menatap Azlan yang terlihat kesal. Pria itu meletakkan cangkir di meja, sebelum kemudian mengeluarkan sesuatu dari saku jasnya.Firman meletakkan ponsel di meja, lantas mendorong ke arah Azlan.“Itu bukan ponselku.” Azlan mengerutkan alis memandang benda pipih itu.“Memang,” balas Firman, “mulai sekarang pakai ponsel itu dan jangan membantah atau aku akan membatalkan janji sore ini,” ancam Firman.Azlan mengepalkan kedua telapak tangan, lantas dengan terpaksa menerima ponsel pemberian sang papa.“Mulai hari ini kamu harus ikut ke perusahaan untuk belajar. Akan ada bodyguard yang mengawalmu, hanya berjaga-jag
Ayana tiba-tiba langsung mual melihat apa yang menempel di tangan Kyle. Dia berjalan cepat ke kamar mandi sambil membekap mulut. Amel yang melihat hal itu pun langsung menyusul Ayana untuk memastikan kondisi atasannya itu baik-baik saja. Kyle melihat cairan warna merah menempel di jemarinya, tapi saat dicium tidak bau amis, menandakan jika itu bukan darah. Kyle pun memutuskan untuk membuka kardus itu, hingga melihat sebuah boneka berlumuran darah. “Siapa yang iseng melakukan ini?” Kyle begitu geram. Kyle membawa kardus itu keluar dari ruangan Ayana, staff yang melihatnya pun sangat terkejut karena ada yang berniat meneror atasan mereka. Ayana muntah-muntah di kamar mandi. Amel di sana menemani sampai Ayana merasa lebih baik. “Bu Ayana baik-baik saja?” tanya Amel yang cemas. Ayana menggelengkan kepala menjawab pertanyaan Amel. Dia pun keluar dari kamar mandi dibantu sekretarisnya itu. Amel meminta salah satu rekan kerjanya membuatkan teh untuk Ayana, sedangkan dia menemani dan
“Di mana Ayana?”Deon sudah sampai di lantai tempat ruangan Ayana berada. Dia bertemu Kyle di depan ruangan Ayana.“Dia sedang istirahat. Tadi sangat syok sampai mual, Amel bilang dia terus muntah,” jawab Kyle.Deon ingin masuk ruangan Ayana, tapi langkahnya dicegah Kyle.“Kita perlu bicara dulu,” ujar Kyle.Deon menatap Kyle, hingga akhirnya mengangguk setuju. Mereka pun duduk di meja Kyle.“Aku sudah mendapatkan bukti kalau pelaku memang menyelinap masuk ke ruang kerja Ayana saat pagi hari dan belum ada satu pun karyawan masuk, kecuali cleaning service. Sayangnya pelaku sangat hati-hati, sehingga aku tidak bisa melihat wajahnya.”Kyle memperlihatkan rekaman yang didapat agar Deon melihat.Deon mengambil ponsel Kyle, lantas melihat video yang sedang diputar.“Aku sudah meminta orang melacak plat mobil yang digunakan pelaku, semoga saja cepat diketahui, siapa yang meneror Ayana,” ujar Kyle lagi menjelaskan.Deon diam mengamati rekaman itu, hingga kemudian bergumam, “Apa mungkin orang-
“Lekaslah mandi, mama akan membantumu berdanda.”Hyuna terkejut melihat sang mama yang masuk kamarnya, lantas memerintahkan dirinya untuk mandi. Dia hanya menatap wanita itu, tanpa berniat membalas ucapan sang mama.Ibu Hyuna berhenti memilih pakaian untuk sang putri, lantas menoleh ke Hyuna yang ada di atas ranjang.“Kamu tidak mau bertemu dengan Azlan?” tanya wanita itu sambil menatap wajah masam Hyuna.“Percuma bertemu jika hanya kamu beri waktu sepuluh menit,” balas Hyuna yang masih kesal dengan tindakan sang mama.Ibu Hyuna mengambil salah satu gaun yang ada di lemari, kemudian membawa ke arah ranjang sebelum akhirnya meletakkan di atas kasur.“Azlan akan datang dengan orang tuanya malam ini. Mama janji, setelah malam ini asal kamu tidak membangkang, maka kamu akan bisa terus bertemu dengannya,” ujar ibu Hyuna.Hyuna langsung menegakkan badan mendengar ucapan sang mama.“Mama akan mengembalikan ponselmu, tapi berjanjilah jangan buat masalah karena baik mama atau orang tua Azlan,
“Kamu benar-benar kembali ke rumah dan menuruti keinginan papamu lagi?” tanya Hyuna dengan rasa penasaran.Azlan mengangguk, lantas melirik ke arah Firman dan kedua orang tua Hyuna yang sedang berbincang. Dia tak mungkin bisa langsung jujur ke Hyuna soal niatnya, karena jelas itu akan membahayakan posisinya jika sampai Firman mendengar.“Hanya ini satu-satunya cara agar bisa bertemu denganmu, serta memastikan hubungan kita baik-baik saja,” ujar Azlan menjawab pertanyaan Hyuna.Hyuna terharu dengan ucapan Azlan. Dia menggenggam telapak tangan pria itu, benar-benar tak menyangka jika Azlan akan sampai mengalah ke ayahnya, demi hubungan mereka.“Andai aku bisa kabur, kamu pasti takkan terikat dengan papamu,” ujar Hyuna yang menyesal di bagian itu.Azlan tersenyum sambil ikut menggenggam telapak tangan Hyuna.“Tidak apa, bukankah sudah semestinya jika untuk mempertahankan hubungan, harus ada yang mengalah. Anggap saja aku memperjuangkan ini untuk hubungan kita,” ujar Azlan agar Hyuna tida
Hyuna pergi ke kafe Deon untuk menyampaikan pesan Azlan. Setelah beberapa hari terkurung, akhirnya dia bisa keluar dan menghirup udara bebas.“Deon ada?” tanya Hyuna langsung ke Shirly.“Mas Deon sekarang membantu Bu Ayana. Jadi tidak di kafe lagi, kamu belum tahu, ya?” Shirly keheranan mendengar pertanyaan Hyuna.“Membantu Ayana? Kerja di perusahaan?” tanya Hyuna memastikan.Shirly mengangguk, lantas memberi isyarat agar Hyuna sedikit mendekat ke arahnya untuk diajak bicara.“Kudengar, Bu Ayana mendapat teror. Mas Deon mencemaskan Bu Ayana, jadi dia memilih untuk menemani dan senantiasa di sisi Bu Ayana,” ujar Shirly bicara hati-hati agar tidak ada yang dengar.Hyuna terkejut mendengar apa yang dikatakan oleh Shirly.“Siapa yang menerornya?” tanya Hyuna penasaran.“Tidak tahu. Sejak kemarin Mas Deon tidak di kafe, mungkin seterusnya sampai pelakunya ditangkap,” jawab Shirly.Hyuna terdiam sesaat, mendadak merasa semua masalah begitu rumit.“Ya sudah kalau begitu. Aku akan cari Deon d
“Bagaimana keadaan Azlan?” tanya Ayana saat Hyuna sudah berada di ruangannya. Ayana akhirnya membiarkan Kyle pergi sendiri, setelah Deon terus melarang dirinya ikut. “Azlan baik. Aku ke sini karena permintaannya,” jawab Hyuna. Ayana bernapas lega mendengar jawaban Hyuna. “Aku sangat mencemaskannya karena dia tidak bisa dihubungi,” ujar Ayana kemudian. “Hm … Azlan bilang ponselnya disita papanya. Lalu dia diberi ponsel lain dengan nomor lain, sudah jelas itu untuk menjauhkan kalian,” ujar Hyuna menjelaskan. Ayana dan Deon saling pandang, tebakannya ternyata benar. “Dia ingin mengirimimu pesan, tapi Azlan bilang kalau ada kemungkinan ponsel yang dibawa disadap dan dipantau papanya. Jadi untuk menghindari hal-hal yang tak diinginkan, dia memilih tak menghubungimu untuk sementara waktu.” Hyuna menceritakan apa yang dikatakan oleh Azlan. Ayana sangat terkejut mendengar hal itu, hingga kemudian bertanya, “Azlan yang menceritakan itu kepadamu?” “Iya,” jawab Hyuna sambil mengangguk.