“Leonardo!”“Sejak kamu berusaha menggugurkan Prince dalam kandungan, semenjak kamu menerima uang satu juta dollar untuk mempertahankan Prince. Aku sudah tidak pernah melihat kamu sebagai manusia lagi Mikhaila, dan jika kini kamu membanggakan pertunangan kita, kamu harus tahu aku melakukannya hanya untuk Prince. Jika kesabaranku padamu sudah habis, lebih baik aku melenyapkanmu tanpa jejak, itu jauh lebih mudah dilakukan.”Bahu Mikhaila berada dalam ketegangan, semua kata-kata yang terucap dan ketenangan yang Leonardo tunjukan berhasil mencekiknya dalam ketakutan.Mikhaila tahu, Leonardo sedang tidak main-main dan Mikhaila tidak bisa mengabaikan peringatan itu begitu saja.Lantas apa yang harus Mikhaila lakukan sekarang? Dia tidak mungkin mundur begitu saja setelah begitu banyak waktu yang dia korbankan untuk bisa berada diposisi ini. “Sebaiknya kamu pulang ke Paris hari ini juga,” titah Leonardo.“Tidak mau! Aku sudah membuat acara berburu di sini,” jawab Mikhaila dengan tegas.Bola
Rosea duduk dengan gelisah di kursinya, makanan yang sengaja dihidangkan untuknya sudah mulai dingin, dua puluh menit telah berlalu namun Jacob muncul.Rosea mengambil gelas minumannya dan meneguknya beberapa kali, tanpa bosan dia terus melihat keluar menantikan Jacob.Bola mata Rosea bergerak ke penjuru arah, melihat dua pengawal yang berdiri di depan pintu, dan dua orang lainnya duduk di kursi kosong. Tidak ada pelanggan lain selain Rosea di tempat itu, bahkan para pegawai café sudah tidak terlihat lagi setelah mereka menyajikan makanan dan minuman untuk Rosea.Sebuah mobil hitam berhenti di depan café, Rosea terperanjat berdiri begitu melihat Jacob yang dia nantikan benar-benar datang.Senyuman penuh kelegaan Rosea berangsur hilang ketika dia sadar bahwa semua pengawal ikut beranjak dan hendak mengikuti saat Rosea beranjak dari duduknya. Rahang Rosea mengetat menahan amarah, dengan kesal dia kembali duduk menantikan Jacob untuk datang sendiri.Hati Rosea sangat sakit, dia diperlak
“Sea, satu-satunya hal yang bisa kita lakukan saat ini membuat dia lengah. Mungkin dengan kamu menjadi penjurut, dia tidak akan mengekangmu lagi. Aku akan bertahan di Paris dan berusaha mencari jalan keluar.”“Aku akan mencobanya Jacob,” bisik Rosea ragu, “Leonardo akan membawaku ke Yunani lusa nanti.”Tubuh Jacob menegak. “Itu jauh lebih baik, mungkin di sana kamu bisa memiliki celah untuk kabur. Yunani bukanlah tempat kelahirannya, mungkin saja Leonardo tidak seberkuasa di Prancis,” jawab Jacob penuh keyakinan.Rosea sempat terdiam, jawaban Jacob membuatnya kembali memiliki harapan baru untuk bisa segera kabur. “Kemana aku harus pergi jika aku berhasil kabur? Jika aku kembali ke Indonesia, Leonardo akan mengetahui keberadaanku.”“Thailand.”Rosea termenung, dia ingat bahwa di Thailand dia memiliki seorang teman yang sangat dikenal baik olehnya. Ditambah lagi Jacob memiliki sebuah kedai kecil di sana, mungkin itu akan menjadi tempat pelarian yang sempurna.“Waktu Anda sudah habis, An
Rosea keluar dari mobil itu dengan penampilan yang berbeda dan riasan yang elegant, dia mengenakan sebuah dress hitam selutut, ditunjang heels dan rambut panjang bergelombang kini berwarna chocolate brown tergerai menyapu bahunya yang terbuka.Lima detik, Rosea melihat ke sisi, menyapukan pandangannya melihat keramaian orang-orang asing yang berkumpul, didetik selanjutnya dia membuang muka dan melangkah dengan tenang pergi melewati teras panjang hingga harus menaiki beberapa anak tangga.Rosea tidak peduli dengan apa yang terjadi di rumah ini, dia tidak peduli dengan tatapan semua orang yang masih tertuju padanya.Leonardo menarik napasnya dalam-dalam, bibirnya menekan kuat mendengar bisikan beberapa teman yang duduk sekitarnya.“Siapa gadis muda itu Leo? Apa dia saudara jauhmu?”Mikhaila tersenyum menantikan jawaban apa yang akan Leonardo berikan kepada teman-temannya. Akan sangat menyenangkan jika semua orang tahu, Leonardo menyimpan selingkuhannya di tempat ini.“Sialan, kenapa kam
“Apa aku juga tidak diizinkan untuk marah?” tanya balik Rosea dengan tajam.Bibir Leonardo berkedut, entah mengapa ekspresi marah Rosea sangat manis, mirip dengan panda merah. Leonardo ingin menjejal mulutnya dengan sesuatu, menggodanya untuk kembali marah. Leonardo tahu jika suasana hati Rosea tidak cukup baik hari ini, masih membutuhkan waktu panjang untuk meluluhkan hatinya.“Apa yang membuat kamu marah?” tanya Leonardo berpura-pura tidak tahu.Alis Rosea berkerut, dia menunjuk dada Leonardo dengan penuh tekanan. “Untuk apa kamu bertanya? Kamu tahu jawabannya Leonardo, terkecuali jika kamu bodoh seperti kukang,” hina Rosea.“Jika aku kukang, kamu akan jadi pohonnya Sea.”“Kamu bajingan.”“Terima kasih. Aku menghormati kejujuranmu,” jawab Leonardo dengan senyuman tulusnya tidak terpengaruh oleh hinaan Rosea.Rosea mendengus kesal, memarahi Leonardo hanya akan menguji emosionalnya sendiri karena pria itu tidak peduli dengan apapun selain kesenangannya sendiri.“Sea.”Rosea mendorong
Hati Aarav tertohok sakit, melihat Rosea yang dia kenal kuat dan selalu mandiri, kini menangis bersujud dikakinya menunjukan ketidak berdayaan. Betapa kejamnya Leonardo, dia sudah mematahkan sayap Rosea dan merusaknya.“Sea.” Aarav membungkuk, membantu Rosea untuk berdiri, Rosea tidak melakukan kesalahan apapun dan tidak sepantasnya dia bersimpuh dilantai hanya karena menginginkan kebebasannya kembali.“Sea tenangkan dirimu dulu,” bisik Aarav berhati-hati.Beberapa kali Rosea mengatur napasnya untuk mencari ketenangan dan perlahan dia berhenti menangis.“Sea, aku akan memikirkannya, tolong bersabarlah, ini bukan sesuatu yang mudah untuk ditangani,” ucap Aarav memberitahu.Belum sempat Rosea menjawab, Leonardo sudah datang menyusul. “Waktu berdua kalian sudah selesai,” ucap Leonardo seraya menarik lembut tangan Rosea agar mundur menjauh dari jangkauan Aarav. “Ayo Sea.”Kaki Rosea terantuk-antuk di lantai, dia hanya bisa meliat ke belakang, menatap Aarav dengan memelas, berharap bahwa
“Kapan aku bisa memanggil Sea, Mamah?”Rosea tersentak kaget mendengar pertanyaan tidak terduga Prince, anak itu menatapnya dengan mata yang polos penuh pengharapan.Rosea akan menjadi wanita yang berdosa bila dia tidak memberikan jawaban, dan dia akan menjawadi wanita jahat bila memberi Prince harapan palsu.Dengan kaku Rosea tersenyum menutupi perasaan gugupnya, dia kembali menyuapi Prince sambil memikirkan kata apa yang harus dia keluarkan agar tidak menyakiti perasaan Prince. “Prince, kamu tidak bisa bertanya seperti itu kepadaku,” jawab Rosea berhati-hati.“Kenapa?” tanya Prince dengan alis menurun, anak itu tidak dapat menyembunyikan kesedihannya. “Sea tidak mau menjadi mamahku? Apa karena aku sudah nakal dan manja pada Sea?”“Bukan seperti itu Prince.” Rosea meraih tangan Prince dan menggenggamnya. “Aku tidak bisa berjanji apapun kepada Prince. Karena itu, sebaiknya kamu berdo’a kepada Tuhan, agar Tuhan mengirimkan mamah terbaik untuk kamu. Tuhan selalu tahu apa yang terbaik u
“Leo, kita harus berbicara.” Aarav menahan kepergian Leonardo yang baru selesai mengantar salah satu temannya yang pulang lebih dulu. Meski Aarav sudah diberi nasihat untuk tidak terlalu terlibat dalam masalah pribadi Leonardo, tampaknya Aarav tidak bisa menghentikan ketidak sukaannya atas apa yang telah dilakukan Leonardo.“Apa yang harus dibicarakan?” tanya Leonardo dengan tenang seolah sudah tahu apa yang akan Aarav bahas dengannya.“Apa yang kamu lakukan pada Sea?” tanya Aarav dengan serius.Alis Leonardo mengerut samar, dia tidak suka dengan kepedulian yang Aarav tunjukan untuk Rosea, Leonardo tidak suka Aarav ikut campur urusannya. Hati Leonardo mendadak kesal, dia masih belum terima jika Rosea lebih mengingat Aarav dengan baik, tetapi melupakan semua tentang Leonardo. “Aku tidak melakukan apapun padanya, aku hanya sedang membujuknya untuk kembali padaku,” jawab Leonardo terlampau tenang sampai membuat Aarav tercengang kaget.“Kamu sudah gila Leo, bagaimana bisa kamu mengatak
Angin berhembus kencang begitu yacht bergerak, langit cukup gelap pekat, berbanding balik dengan terangnya lampu-lampu bangunan rumah di pinggiran dermaga, cahanya menyebarkan pantulan terang di permukaan air laut.Rosea mengambil gelas anggur dan mencicipinya satu tegukan kecil, lalu meninggalkannya karena kini dia harus memikirkn kandungannya. Usapan lembut tangan Leonardo menyentuh permukaan perut Rosea. “Aku dengar, perempuan yang sedang hamil sering mengalami perubahan emosi karena hormonal. Kapan kamu akan mengalaminya?”Rosea langsung membuang muka sambil menutup mulutnya yang tidak dapat menahan senyuman malu. Leonardo tidak tahu saja, sejak beberapa hari terakhir ini justru Rosea merasa pikiran dan perasaannya lebih santai tanpa alasan yang bisa dia mengerti, dia lebih suka menghabiskan waktunya untuk membaca buku.Lebih anehnya lagi, Rosea menjadi lebih sering merindukan Leonardo. Logika dan perasaannya bertentangan begitu jauh. Logika Rosea masih terbayang dengan ketakut
“Sea!” tangan Prince melambai di udara, anak itu berlari secepat yang dia bisa, menghampiri Rosea dan menghembur kedalam pelukannya dengan tawa riang.Banyak kejadian baik yang datang padanya akhir-akhir ini. Ibunya, neneknya, mereka semua menjadi lebih lembut dari biasanya, tidak lagi menekan Prince untuk terus belajar dan bertemu berbagai guru less sepanjang waktu.Prince bahagia, neneknya tidak lagi berbicara buruk tentang Rosea, neneknya justru mendukung Rosea untuk menjadi ibunya.Setelah penantian panjang, dia akan segera memiliki seorang ibu yang tinggal bersama dengannya sepanjang hari, mengantarnya pergi ke sekolah dan menemaninya pergi camping sekolah.Prince memejamkan matanya merasakan pelukan hangat Rosea yang melingkupi tubuhnya. Pelukan yang menenangkan dan selalu dia rindukan.“Mengapa Sea tidak pernah mengangkat teleponku akhir-akhir ini? Aku pikir Sea sedang marah,” ungkap Prince.“Dokter bilang, aku tidak boleh menggunakan handpone saat sakit,” jawab Rosea berbohong
“Saya Leonardo Abraham, saya datang ke sini ingin melamar Rosea Gabriella, putri Anda.”Tubuh Kartika menegak, menatap lekat sosok pria yang datang melamar putrinya malam ini. Pria itu duduk dengan tegap dan berbicara tanpa keraguan. Sejujurnya, Kartika masih ragu karena dia belum mengenal sosok Leonardo. Masih ada banyak hal yang ingin Kartika ketahui darinya, disisi lain Kartika juga harus percaya dengan pilihan putrinya.Rosea tidak mungkin melabuhkan hidupnya pada lelaki sembarangan setelah menolak lamaran dari banyak lelaki.“Apa Anda yakin?” tanya Kartika.Leonardo tersenyum lembut. “Keyakinan saya tidak pernah berubah untuk menikahi Rosea sejak satu tahun yang lalun.” “Nak Leonardo, Anda tahu kan pernikahan dijalankan seumur hidup. Setiap manusia itu memiliki sisi baik dan buruknya, dan itu berlaku pada putri saya Rosea, jika Anda menikah dengannya, maka Anda harus menerima segala kekurangan dan kelebihannya. Anda harus menerima Rosea apa adanya,” ucap Kartika.Leonardo menga
“Ayah, kita mau pergi kemana sebenarnya?” tanya Prince memperhatikan jalanan yang ramai. Sudah satu tahun lebih Prince meninggalkan Indonesia, dia merindukan suasanannya yang jauh berbeda dengan suasana eropa.Prince melihat ke belakang, memperhatian mobil Berta yang terus mengikutinya sejak tadi. Tidak seperti biasanya, neneknya ikut bepergian.Menyadari keterdiaman Leonardo, Prince bergeser memeluk lengan ayahnya, anak itu memperhatikan Leonardo yang terlihat gelisah tidak seperti biasanya. Sejak dari rumah Prince memperhatikan ayahnya yang bergerak kesana-kemari tanpa melakukan apapun. “Ayah kenapa? Ayah sakit?” tany Prince mengguncang lengan Leonardo.“Ayah tidak sakit, Prince,” jawab Leonardo.“Tapi wajah Ayah pucat.”Leonardo mendengus malu, sejujurnya, semenjak berpisah dengan Rosea di bandara, dia gugup setengah mati. Ini adalah pengalaman pertama Leonardo, segala keperluan ditangani oleh Adam dan Bety karena Berta sendiri tidak begitu tahu tentang budaya melamar di Indon
Hogan memijat batang hidungnya dengan kuat, lelaki paruh baya itu berpikir keras dengan ketidak mengertiannya, mengapa putrinya yang tidak suka menmiliki ik, kini secara tiba-tiba memutuskan untuk menikah.Hogan lebih tidak mengerti karena lelaki yang Rosea pilih adalah Leonardo Abraham. Padahal, ingatan Rosea telah kembali, seharusnya Rosea ingat jika selama ini dia selalu berusaha menghindar dari Leonardo karena sifat ibunya yang bermasalah.“Ya Tuhan..” Kartika menghembuskan napasnya dengan berat kesulitan berkata-kata.Beberapa kali Kartika mengatur napasnya agar bisa berpikir rasional, dilihatnya kembali Rosea yang duduk begitu tenang. Ketenangan yang Rosea tunjukan menyadarkan Katika bahwa putrinya tidak main-main dengan ucapannya.“Apa sebenarnya alasan yang membuat kamu memutuskan untuk menikah dengan Leonardo, Sea? Tidakkah kamu ingat apa yang telah dilakukan ibunya pada keluarga kita?” lirih Kartika bertanya.Hogan mengangguk setuju. “Ayah juga tidak begitu menyukainya Sea.
“Aku ingin mencantumkan dalam perjanjian pra-nikah kita, aku tidak menerima uang itu dalam bentuk apapun untuk anakku.”Kening Leonardo mengerut tidak mengerti. “Apa maksudmu Sea?”“Aku tulus menerima kamu Leonardo, dan aku tidak sudi dituduh hamil hanya untuk mendapatkan uang!”“Itu tidak bisa. Lagi pula, tidak ada yang pernah berpikiran seperti itu padamu.”“Ibumu yang mengatakannya tepat sehari sebelum aku tahu kehamilanku,” lirih Rosea menahan tangisan yang mendesaknya. “Aku tidak ingin memperpanjang masalah dengan siapapun. Aku hanya ingin anak yang akan aku lahirnya hidup dalam kedamaian tanpa menerima tuduhan buruk. Karena itu, cantumkan saja dalam perjanjian pra-nikah kita, jika harta kita akan tetap terpisah meski telah menikah dan anakku tidak akan menerima tunjangan masa depan. Aku masih mampu mempersiapkan tabungan masa depan anak kita.”Leonardo terpaku kaget hingga tidak mampu berkata-kata.Leonardo bisa memahami sakit hati Rosea, disisi lain dia tidak setuju dengan k
Leonardo keluar dari kamar mandi, didapatinya Rosea yang tengah duduk ditengah ranjang, ditangannya terdapat sebuah buku yang tengah dia baca. Segelas susu yang dia siapkan sebelum pergi mandi, kini telah kosong di meja.Waktu sudah menunjukan pukul sepuluh malam.“Kamu harus tidur Sea.”“Aku belum mengantuk,” jawab Rosea tetap fokus membaca bukunya.Dengan keadaan bertelanjang dada, Leonardo merangkak naik ke ranjang dan duduk disisi Rosea, melihat sebuah buku yang tengah dibacanya tanpa berbicara sepatah katapun.Ketenangan Rosea membuat Leonardo tidak mengerti. Setelah memberitahukan kehamilannya, dengan sikap yang manis Rosea memasakan makan malam untuk Leonardo, bahkan saat menemani Leonardo makan, Rosea hanya menanyakan kabar Prince.Sejujurnya, Leonado luar biasa bahagia dengan sikap manis Rosea. Namun, Leonardo juga menantikan Rosea untuk membicarakan tentang kedatangan ibunya karena ini masalah yang sangat penting.Tidak seperti biasanya Rosea menunda masalah..Padahal, Leona
Perlu waktu satu setengah jam untuk melakukan perjalanan dari Prancis ke Monaco. Begitu sampai, Leonardo terburu-buru pergi menaiki taksi. Dia tidak ingin menunggu barang sedetikpun untuk bisa segera bertemu dengan Rosea.Taksi bergerak cepat melintasi jalanan.Semakin dekat jarak yang dia tempuh ke tempat tujuan, Leonardo gugup, beberapa kali dia menahan napasnya karena degup jantung yang berdebar kencang tidak terkontrol, kerinduan yang begitu kuat kini akhirnya akan menemukan peredanya.Leonardo tahu, akan ada sederet penjelasan yang menanti untuk diceritakan kepada Rosea, ada setumpuk kata yang harus dia ucapkan untuk meyakinkan Rosea agar tetap berada di sisinya.Namun, semuanya tidak akan sesulit sebelumnya.Ibu Leonardo sudah memberinya izin menikah dengan Rosea, dan ada seorang anak yang tengah Rosea kandung menjadi penguat hubungan mereka berdua.Senyuman menawan Leonardo langsung terlihat di jendela mobil.Betapa menyenangkannya membayangkan Prince akhirnya menjadi seorang
Prince bergerak gelisah menyadari jika Mikhaila membawanya terlalu jauh dari Berta dan Leonardo. Masih sulit untuknya percaya jika ibunya tidak akan melakukan apapun.Bukan tanpa alasan, Mikhaila sudah terlalu sering membohonginya dibalik janji.“Prince,” panggil Mikhaila berhati-hati, “tolong lihat ibu sebentar saja, ibu ingin berbicara dengan kamu. Ini penting.”Prince kembali memusatkan perhatiannya pada Mikhaila yang kini terduduk lesu tidak begitu bersemangat seperti biasanya. Cekungan di pipi, kantung mata yang membesar, hingga penampilan yang tidak terawat tidak mencerminkan Mikhaila yang selama ini Prince kenal. “Apa Ibu sakit? Ayo kita ke dokter,” ajak Prince berhati-hati, dia takut menyinggung perasaan ibnya.“Ibu baik-baik saja.” Mikhaila menggeleng dengan senyuman sendunya.Mikhaila meraih tangan prince dan menggenggamnya dengan lembut. Rasa sakit begitu terasa menusuk dada melihat wajah putranya yang telah dia sia-siakan semenjak berada dalam kandungan, hingga Mikhaila